Berkelana ke Rumah Makan Ibu Entin Serang

RM. Ibu Entin yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang, tidak jauh dari proyek Waterboom, merupakan cabang dari RM. Ibu Entin Labuan. Saya ingat betul dahulu kalau mau ke restoran ini saya harus menempuh jalan yang berluku-liku setelah keluar tol Serang. Di Labuan sendiri, restoran ini sudah cukup populer namun kondisinya tidak seramai yang di Serang ini. Pada hari minggu kemarin, ketika saya tiba di RM. Bu Entin, saya melihat banyak mobil-mobil plat B memenuhi parkiran dan bahu jalan x_x. Weleh-weleh, orang-orang Jakarta sudah gentayangan di sana kayaknya. Restoran yang terletak di serang ini memiiki kapasitas tempat duduk yang lebih besar daripada yang di Labuan. Tidak hanya berisi meja dan kursi, restoran ini juga menyediakan gubuk-gubuk lesehan, mungkin karena sebagian pengunjungnya adalah keluarga sehingga ideal juga bila disediakan gubuk-gubuk yang lebih privat.

Sampai saat ini, rumah makan ini memiliki 2 cabang yaitu di Serang dan Labuan dengan alamat lengkapnya:

  1. Depan Kantor Pegadaian Labuan. Telp. 081321665500 & 085920002009.
  2. Jl. Raya Serang – Pandeglang KM. 5, Karundang, Cipocok Jaya, Serang. Telp. 081386955151 & 087773120757.

Lokasi Rumah Makan Cabang Serang

Etalase Depan

Bagian Dalam Rumah Makan

Bagian Dapur

Saya sendiri merasa bahwa makanan di sini tidak terlalu istimewa rasanya, namun untuk harganya memang relatif murah. Berhubung keluarga paman saya gemar makan di restoran ini, otomatis saya juga sering ikut ke sana dan sudah mencicipi berbagai menu yang ada. Sebagian besar menu-menu barberque-nya memiliki porsinya relatif besar dan banyak :). Saya rasa otak-otak dan sate sapinya lumayan enak dan berbumbu. Tapi untuk menu-menu seafood seperti ikan bakar, cumi bakar dan udang bakar cenderung kurang berbumbu, sepertinya dibakar tanpa diolesi bumbu apapun. Bagi orang yang menggemari kesegaran ikan-ikan laut, menu tersebut memang cocok karena walau tidak menggunakan bumbu apapun. Menu seafood tersebut terasa segar dan tidak amis, seperti baru diambil dari laut kemudian langsung di bakar.

Aneka Sayur

Otak-Otak

Peyek

Aneka Barberque

Sate Sapi & Cumi

Ikan & Aneka Sate

Ikan & Aneka Sate

Untunglah menu di rumah makan ini bukan hanya aneka barberque, namun ada peyek udang yang sangat crispy, sayur kulit melinjo khas Serang dan otak-otak yang merupakan menu favorit saya di sana. Untuk peyek udangnya memang maknyos crispynya, sedangnya untuk sayur kulit melinjonya rasanya agak unik sebab tidak setiap hari saya makan ulitnya melinjo, biasanya yang saya makan itu melinjonya. Kalau otak-otaknya, secara fisik packing-nya agak kurang rapih, syukurlah otak-otaknya sendiri lembut sekali, beda dengan otak-otak yang biasa saya jumpai di tempat lain. Secara keseluruhan, menurut saya rasa makanan di tempat ini nilainya 4 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Enak”.  😉

Beli Emas Langsung ke ANTAM

Emas merupakan logam yang bernilai tinggi sejak zaman dahulu kala. Harga emas relatif tidak pernah turun dan terus naik dari masa ke masa. Kalaupun harganya turun, berarti harga barang-barang lain di dunia ini juga sedang turun. Oleh karena itulah emas merupakan save heaven bagi semua orang. Menabung emas tidak akan membuat anda bertambah kaya, tapi menabung emas akan membuat anda tetap kaya. Mengapa saya berkata demikian? Sebab uang rupiah yang kita miliki saat ini, nilainya terus menurun akibat inflasi. Coba renungkan, 6 bulan yang lalu kita dapat membeli apa dengan Rp. 100.000? Sekarang pasti dengan uang yang sama kita hanya dapat membeli barang yang nilainya lebih kecil. Menurut saya, membiarkan pendapatan kita “nganggur” dalam bentuk rupiah di bank adalah sebuah kemubaziran. Bagi yang memang memiliki bakat wiraswasta atau memang ingin berinvestasi dapat menggunakan uang yang dimiliki, namun tentunya hal ini memiliki resiko sendiri karena usaha dan investasi pasti ada resikonya. Kita tetap memerlukan sebuah “jaring pengaman”, salah satu “jaring pengaman” yang saya kenal sejak dulu adalah emas.

Harga Emas Dunia 2002 – 2012

Sejak saya mulai bekerja, saya menyisihkan sebagian pendapatan saya ke dalam bentuk emas. Emas murni standar 99,99% adalah bahan baku pembuatan emas perhiasan/emas 14 karat sampai dengan 24 karat dimana kadarnya equivalen dengan kandungan emasnya. Berhubung saya bukan wanita, maka saya membeli emas dalam bentuk batangan, tidak dalam bentuk perhiasan emas. Logam untuk pencampur pembuatan emas perhiasan adalah perak dan tembaga. Emas dengan tampilan agak kemerahan adalah dominan tembaga dari peraknya sedangkan emas dengan tampilan agak kekuningan adalah dominan perak dari tembaga.

Emas Murni

Pembelian emas batangan mendapat jaminan sertifikasi dan dapat diperjual belikan dimana saja. Emas-emas yang perjual belikan di Indonesia biasanya emas yang telah dilengkapi oleh sertifikat asli dari ANTAM. Pada awalnya saya membeli emas di toko emas langganan orang tua saya sebab saya pribadi takut tertipu dengan emas palsu, saya ingin memastikan bahwa emas beserta sertifikatnya adalah asli. Lama kelamaan saya mendapat informasi bahwa PT. ANTAM (Persero) Tbk, satu-satunya perusahaan pemurnian emas dan perak di Indonesia, melalui salah satu unit bisnisnya yaitu PT. Lugam Mulia (LM) menjual secara langsung emas batangan di daerah Jakarta Timur, dekat halte busway Tugas. Pelayanan jual beli emas oleh PT. LM ini buka pada hari senin sampai kamis pada pukul 09:00 – 14:30 WIB dan hari Jumat pada pukul 09:00  – 15:30 WIB, tutup pada hari sabtu, minggu dan hari libur nasional. Tata cara pembelian emas di sini agak berbeda dan melalui beberapa tahap yaitu:

  1. Masuk melalui pintu gerbang yang berlapis dua. Di sana, maksud kedatangan kita akan ditanyakan oleh security, bilang saja mau beli emas atau mau ketemu marketing :). Kemudian kita harus memberikan pengenal (KTP/SIM) untuk ditukarkan oleh secarik kertas yang berisi keterangan.
  2. Masuk melalui pintu lobby dan langsung menuju mesin antrian untuk mengambil nomor antrian.
  3. Menunggu di ruang tunggu hingga nomornya dipanggil oleh pihak marketing.
  4. Menuju counter marketing untuk melakukan transaksi jual/beli. Di sini kita akan memperoleh informasi mengenai harga yang sedang berlaku saat itu dan emas batangan dalam nominal berapa saja yang tersedia. Kadang dalam kondisi tertentu, persediaan emas yang ada di ANTAM terbatas sehingga 1 orang hanya diperbolehkan membeli dalam jumlah yang terbatas. Setelah menentukan berapa jumlah emas yang kita beli, maka kita akan memperoleh nota pembelian.
  5. Menuju mesin antrian kasir dan menunggu hingga nomornya dipanggil oleh kasir.
  6. Menuju kasir untuk melakukan pembayaran (Cash/Debit/Transfer). Saya sendiri biasa menggunakan debit, praktis. ;). Setelah membayar, kita akan memperoleh faktur dari kasir.
  7. Menuju bilik loket 6 atau bilik loket 7 untuk menyerahkan faktur kepada petugas yang ada di dalam bilik.
  8. Menunggu kembali hingga nama kita dipanggil untuk pengambilan emas batangan yang sudah kita bayar. Pengambilan dilakukan di loket 6 atau loket 7, jangan khawatir sebab bilik ini tertutup sehingga orang lain tidak akan bisa melihat berapa banyak emas yang kita beli. Telitilah emas yang dibeli, faktur dan sertifikatnya juga jangan lupa diteliti.
  9. Keluar dan tetap waspada. Syukurlah selama saya membeli emas di ANTAM Jakarta Timur, saya belum pernah mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.

Lokasi LM Jakarta

Ternyata saat ini lokasi penjualan resmi PT. LM sudah tidak hanya di Jakarta Timur saja, melainkan sudah menjalar ke Surabaya & Makassar. Alamat dari ketiga tempat penjualan resmi tersebut adalah:

  1. Jl. Bekasi Timur Raya Km. 18, Jakarta Timur
  2. Jl. Kebon Rojo no. 10, Surabaya
  3. Jl. Dr. Sam Ratulangi no. 60, Makassar

Kelemahan utama dari menyimpan harta dalam bentu emas adalah bingung mau menyimpannya di mana? di lemari? bawah kasur? atau dalam kutang? x_x Yup, saya juga awalnya bingung. Ada 2 pilihan yang menurut saya relatif aman yaitu menyimpan di brankas pribadi atau di safety deposit box yang ada di bank. Kedua-duanya memang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing bagi setiap individu yang berbeda tapi itulah hidup, semua serba beresiko. Sekarang semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ayo menabung.

Sumber: http://logammulia.com & http://www.kitco.com/

Ayam Goreng Mat Lengket, Warung Nasi Uduk Asli Betawi

Warung Ayam Goreng Mat Lengket ini sudah berdiri sejak tahun 1973, wah sudah lama banget yaaa. Awalnya pendiri warung yang bernama H. Asmat, orang betawi asli yang dilahirkan di Rogelam, berjualan di rumahnya. Namun karena keterbatasan tempat dan pelanggan yang semakin banyak, maka warungpun pindah ke lokasi yang lebih luas tidak jauh dari tempat tinggalnya yaitu di Jalan Bekasi Timur Raya Km 17, Jakarta Timur, dekat sekali dengan jembatan layang. Warung ini buka mulai pukul 17:00, namun biasanya sudah mulai kehabisan jeroan atau menu lainnya pada pukul 19:00 atau 20:00. Laris maniess. 🙂

Lokasi Mat Lengket

Bagian dalam Mat Lengket

Bagian dalam Mat Lengket

Menu utama dari Ayam Goreng Mat Lengket adalah nasi uduk dan ayam gorengnya yang khas Betawi. Ketika saya tiba di lokasi, saya langsung disuguhkan oleh sepiring nasi uduk, ayam goreng, lalapan dan sambal. Sambal yang disajikan di sini bukanlah sambal yang pedas, melainkan sambal yang rasanya agak manis. Sementara itu ayam goreng yang disajikan adalah ayam kampung tanpa kulit yang sudah diberi bumbu sehingga berwarna agak kuning. Bila pengunjung ingin menambah semur jengkol, semur tahu, kulit ayam, aneka jeroan atau pete, maka pengunjung dapat memesannya di etalase bagian depan warung atau dapat meminta kepada karyawan warung ini yang sepertinya jumlahnya puluhan. Saya rekomendasikan sebaiknya pesan semurnya kalau datang ke Mat Lengket, rasa ayam goreng dan sambal yang kurang pedas dapat terselamatkan ketika dikawinkan denga nasi uduk plus kuah semur yang gurih :D. Oh tak lupa sate kulit yang lembut dapat pula menemani ayam tersebut loh. Saya lebih suka dengan sate kulitnya ketimbang jeroan-jeroan.

Nasi Uduk

Ayam Goreng

Mat Lengket 2

Semur Jengkol

Mat Lengket 3

Ayam & Ati Ampela

Ayam & Sate Kulit

Saya sendiri merasa bahwa makan di tempat ini nilainya adalah 4 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Enak”. Kalau saya makan di Ayam Mat Lengket tanpa kuah semur, rasanya memang masih tetap ok tapi … kurang “berani” bagi lidah saya atau mungkin saja saya yang memang pada dasarnya kurang cocok dengan nasi uduk khas Betawi, yang pasti orang tua saya senang sekali makan di Ayam Mat Lengket meski kami jarang sekali makan di sini karena kami sering kehabisan dan jam buka warung ini kurang pas dengan jadwal hari-hari keluarga saya berkumpul. Bagi warga Jakarta atau wisatawan yang sedang berkunjung ke Jakarta, tempat ini patut dikunjungi karena menghadirkan masakan nasi uduk khas betawi yang rasanya masih “original”. Selamat mencoba 🙂

Mie Bangka Koko, 100% Halal

Saya punya penyakit yang cukup akut, penyakit penasaran setiap melihat ada restoran yang ramai. Enak engga ya? Nyobain ahhh .. Pasti itulah yang ada di benak saya setiap melewati restoran yang dipadati pengunjung meski tempatnya sederhana sekali. Mie Bangka Kalimalang adalah salah satu restoran yang saya perhatikan sering penuh di saat jam makan siang. Dahulu bakmie yang terletak di Jalan Kalimalan Raya, Jakarta Timur ini tidak ada papan namanya, hanya terpampang tulisan Mie Bangka 100% Halal, saya kira memang itu namanya, ternyata tidak karena beberapa saat kemudian muncul lagi papan tambahan yang menginformasikan bahwa namanya Mie Bangka Koko 😛

Lokasi Mie Bangka Kalimalang

Luar Warung

Akhirnya saya penuhi rasa penasaran saya dengan mengunjungi Mie Bangka Koko. Sesuai dengan judulnya, menu yang pertama kali saya santap di sana adalah mie bangka bakso pangsit. Mienya memang lembut dan campurannya dengan toge, ayam, sayur, kuah dan bumbu lainnya menghasilkan rasa yang cukup gurih-gurih sedap. Bakso dan pangsitnya terbilang standar, biasa-biasa saja. Yaaaa lumayanlaaaa :).

Pada kunjungan berikutnya, saya baru menyadari bahwa mienya agak kenyal dan berbeda dengan mie yang tersedia di supermarket. Kemudian mienya juga bisa dipesan dengan menambahkan yamin. Yamin di sini bukan hanya manis saja, melainkan terdapat racikan minyak lain yang membuat mie terasa lebih lezat. Tak lupa terdapat pula acar cabai hijau yang wajib ditambahkan pada setiap seruputan mie bangka ini. Waahhhh, mantaabbbb ternyata rasanya. Sudah selesai? belum, masih ada kerupuk pangsit yang renyah sekali, yummmmm. Jadilah sudah menu favorit saya. Jadi, pada kunjungan ketiga dan seterusnya saya selalu memesan mie bangka yamin plus acar cabai hijau dan kerupuk pangsit. Naaah ini dia baru enaaaak.

Mie Bangka

Mie Bangka Bakso Pangsit

Tidak hanya mie, lama kelamaan Mie Bangka Koko menyajikan pula kwetiau kuah. Pada dasarnya menu ini sama persis dengan menu mie bangka, hanya saja mienya diganti dengan kwetiau yang lebih tebal-tebal gepeng dan cukup halus dan lembut. Rasanya? yaaaa lumayaaanlaah. Tapi saya pribadi lebih suka dengan mienya.

Kwetiau Kuah Bakso Pangsit

Kwetiau Kuah Bakso Pangsit

Saya sendiri melihat pengunjung lain yang makan di sana makan dengan lahapnya, mungkin ini adalah bakmie yang menurut mereka enak sekali. Ahhh, mantan pacar saya saja ketagihan makan di sana. Well perlahan saya mulai berubah pendapat dan mulai setuju dengan mereka. Untuk daerah sekitar Duren Sawit, Mie Koko merupakan Mie Bangka yang paling enak dan cocok dengan lidah keluarga saya. Dengan demikian, menurut saya rasa mie di tempat ini nilainya 4 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Enak”. Silahkan mencoba kalau penasaran, kalau tidak penasaran ya tidak udah mencoba hehee 🙂

**************************************Update31/03/2016**************************************
Mie Bangka Koko sempat pindah ke Jl. Infantri Komplek KODAM Jatiwaringin dan toko seberang jembatan Curug Kalimalang. Kemudian terakhir mereka berjualan di Jl. Manunggal II Komplek KODAM Jatiwaringin (dekat Gereja Advent), Duren Sawit, Jaktim dan memiliki cabang lain di Jl. Laut Banda No.2, RW.11, Duren Sawit, JakTim.

John Carter (2012)

John Carter (Taylor Kitsch) adalah tentara kemerdekaan pada perang saudara di Amerika yang tiba-tiba terbangun di dunia lain, dunia yang berisikan mahluk-mahluk asing beserta petualangan-petualangan baru yang menarik. Dunia ini dinamakan Barsoom, mahluk bumi seperti John memiliki kelebihan ketika berada di Barsoom. Seperti Superman ketika berada di Bumi, John juga memiliki kekuatan super yang berbeda dengan penduduk Barsoom. John dapat melompat tinggi sekali, tahan benturan dan kekuatan fisik yang di atas rata-rata.

Welcome to Barsoom

Si Botak & Kawan-Kawan

Dejah Thoris

Ketika John tiba di Barsoom, sedang terjadi pertempuran antara Barsoom dan Zodanga. Penguasa Zodanga yang dibantu oleh mahluk misterius berkepala plontos, sudah berada diambang kemenangan. Di sini John terpikat oleh Dejah Thoris (Lynn Collins), Putri Helium dan berusaha membantu negeri Helium untuk memenangkan peperangan. Akankah John mau pulang ke Bumi? Akankah Helium menang? Saya tidak akan menulis spoiler di blog ini, silahkan tonton sendiri DVD-nya walau ending film-film dari Walt Disney sudah gampang ditebak, pasti happy ending. Tapi untuk film yang 1 ini sepertinya memiliki ending yang agak sedikit berbeda.

Tarkas

Sand of Barsoom

Dejah & John

John Carter bukanlah film action yang memanjakan penonton dengan efek spesial yang memukau namun saya pribadi cukup senang dengan jalan ceritanya. Banyak kawan-kawan saya yang tidak merekomendasikan film ini karena membosankan. Tapi ketika saya melihatnya langsung, saya memiliki pendapat yang berbeda dengan mereka. Film ini sepertinya bukan film action murni, ada kisah cinta yang agak dominan di sini. Saya sendiri suka dengan cara akhir yang dipergunakan oleh John untuk dapat bersatu dengan putri Helium walau memang agak seperti antiklimaks dan kurang seru bagi penggemar film action. Saya pribadi menilai film ini dengan nilai 5 dari skala maksimial 5 yang artinya “bagus sekali”. Selera orang kan boleh beda-beda, hohohoho.

Sumber: http://disney.go.com/johncarter/

Indah Seafood 21, Seafood Lezat di Pinggiran Jakarta Timur

Restoran seafood yang buka sejak sore hingga malam hari ini menyediakan aneka menu seafood yang lezat. Keluarga saya sendiri makan di sini kalau sedang ingin makan enak di luar rumah. Tidak seperti dulu, orang tua saya sendiri sudah tidak bisa banyak makan makanan berlemak seperti sate kambing atau steak, maka solusi yang masuk akal saat ini adalah makan seafood. Bagi saya sendiri, rasa bersalah makan di sini relatif lebih kecil ketimbang makan sate kambing, maklum jaman sekarang ini bukan hanya orang tua saja yang kena stroke, orang-orang muda juga sudah ada yang kena :(.

Udang Saus Padang

Kangkung Cah

Udang Saus Tirem

Udang Saus Tirem

Kerang Dara Rebus

Ikan Kue Bakar

Terlepas dari pertimbangan kesehatan, mari kita bahas mengenai kualitas makanan di Indah Seafood 21. Saya termasuk orang yang agak kurang tahan dengan amis, oleh karena itu saya cenderung pilih-pilih kalau mau makan seafood. Sering terjadi dimana lidah orang lain bilang bahwa makanan tertentu tidak amis, tapi lidah saya bilang amis. Untuk makanan di restoran ini, saya tidak merasakan amis, yang ada hanya rasa nikmat bumbu-bumbu masakan dan segarnya seafood yang disajikan.

Lokasi Indah Seafood 21 Kalimalang

Bagian dalam

Bagian dalam

Dapur

Dapur

Ketika sedang ke sana, biasanya saya pesan ikan bakar, kangkung dan kerang rebus. Meski sebenarnya saya agak penasaran juga dengan rasa kepitingnya seperti apa, sepertinya banyak juga pelanggan lain yang memesan menu kepiting. Tapi rasanya malas juga makan kepiting karena ngambil dagingnya susah payah tapi dapatnya sedikit :’D. Bila anda ingin mencoba, restoran ini dapat ditemui di Jalan Kalimalang Raya, seberang Jembatan Curug Jakarta Timur. Secara garis besar, makanan di tempat ini saya nilai 5 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Enak Sekali”. Selamat mencoba.

**************************************Update30/04/2018**************************************
Indah Seafood 21 sudah tutup, sekarang lapaknya sudah menjadi tempat keramik sayang sekali …

Sate & Sop Kambing Rahayu Kusuma Jaya yang b(^_^)

Ini dia tempat makan sate dan sop kambing langganan saya sejak kecil. Meski tempatnya sederhana tapi rasa sate dan sopnya maknyooss. Bagi yang tidak doyan kambing dan tidak suka dengan aroma kambing, jangan khawatir, warung ini juga menyediakan sate ayam meski menurut saya masih lebih enak sate kambingnya.

Sop & Sate

Kalau saya makan di sini, biasanya saya pesan 10 sate kambing, 1 sop kambing, 2 nasi heheheheh rakus? Porsinya kecil? Otentu tidak, lidah saya sudah terlanjur jatuh hati dengan makanan di warung ini hehee. Pada awalnya saya hanya menggemari sopnya saja, namun ternyata satenya lumayan enak juga meski menurut saya agak kurang empuk. Yang pasti sopnya wajib saya pesan, tapi kalau satenya tergantung kondisi perut dan dompet 😉

Lokasi Rahayu Kusuma Jaya

Bagian Luar Warung

Terletak di persimpangan antara Jalan Pahlawan Revolusi & Jalan Pondok Bambu Batas Jakarta Timur, kondisi warung sate ini kurang lebih masih sama persis dengan kondisinya  ketika saya masih kecil dulu, tidak ada kemajuan atau kemunduran, sama saja. Tempat ini juga tidak pernah ramai sekali, entah karena kurang promosi, karena plang penunjuknya sudah pudar tak terawat atau karena nama …… nama? ya anda tidak salah baca, saya tadi tulis nama. Coba lihat namanya, rasanya tidak komersil sekali, nama warung makan atau restoran kok Rahayu Kusuma Jaya, mirip dengan nama koperasi atau bus antar kota :P. Mungkin seharusnya warung ini ganti nama menjadi cukup Rahayu saja atau Sate Mpok Rahayu gitu atau apalah yang bagusan dikit ahahahaha.

Tapi walaubagaimanapun juga, sampai saat tulisan ini saya publish, warung ini termasuk warung sate & sop kambing pualing enak di Jakarta Timur. Menurut saya nilai warung sate & sop kambing dengan nama abnormal ini adalah 5 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Enak Sekali”, recommended untuk dicoba 😀

Shelter Communication System

Abstrak

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting ketika suatu bencana terjadi. Para korban bencana yang berada di dalam Shelter pengungsian membutuhkan komunikasi baik dengan pihak-pihak di luar wilayah bencana maupun warga-warga yang berada di Shelter pengungsian lain. Diilhami oleh bencana besar yang menerpa Jepang pada Maret 2011 lalu, Tim peneliti dari Universitas Niigawa yang dipimpin oleh Kenichi Mase mengembangkan SCS (Shelter Communication System), yaitu sebuah konsep sistem komunikasi yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan komunikasi para korban bencana. Pada SCS, sebuah komputer (Server Shelter) terhubung pada jaringan internet dan beberapa komputer lain (PC Shelter) di setiap Shelter yang terhubung juga ke jaringan internet menggunakan koneksi akses internet yang memadai seperti High Speed Packet Access. Server Shelter dan PC Shelter berkolaborasi dalam menyediakan layanan pengiriman pesan antar Shelter dan antara Shelter dengan orang-orang yang berada di luar Shelter. Dengan menggunakan asumsi dan peralatan tertentu, sebuah prototipe dari SCS telah didemonstrasikan untuk menunjukkan kemampuan SCS. Evaluasi yang sederhana menunjukkan bahwa SCS mampu menyediakan layanan komunikasi pesan bagi para pengungsi dalam jumlah yang besar di dalam Shelter-Shelter bila terjadi bencana yang besar sekali, selain itu SCS juga lebih handal dibandingkan media email telefon selular, SMS telefon selular dan faksimili dalam menghantarkan pesan saat bencana datang. Hasil penelitian yang dilakukan di Jepang ini belum dapat diterapkan di Indonesia secara menyeluruh karena faktor keterbatasan sarana, prasarana dan budaya masyarakat Indonesia.

Latar Belakang

Bencana bukanlah hal yang dapat ditolak, namun dampak dari timbulnya bencana tetap harus dapat diminimalisir oleh manusia. Ketika bencana yang sangat besar muncul, banyak penduduk yang kehilangan tempat tinggalnya dan terpaksa mengungsi dalam kurun waktu beberapa hari, minggu atau bahkan bulan. Tempat mengungsi atau Shelter dapat berupa fasilitas-fasilitas publik seperti ruangan serba guna kantor pemerintahan, tempat ibadah atau sekolah. Secala alamiah kebutuhan manusia adalah papan, pangan dan sandang. Hal ini berlaku pula bagi para pengungsi yang berada di dalam Shelter. Listrik juga merupakan kebutuhan para korban, listrik dapat diperoleh dengan menggunakan genset darurat. Selain hal-hal yang telah disebutkan, komunikasi juga merupakan kebutuhan yang sangat penting. Sayangnya, ketika bencana besar terjadi, jaringan telefon biasanya tidak bekerja dengan normal untuk beberapa hari, minggu atau bulan tergantung skala besarnya kerusakan perangkat telekomunikasi dan kepadatan trafik telekomunikasi akibat bencana yang muncul.

Para provider dan operator dapat berkontribusi memberikan bantuan dengan menyediakan stasiun bumi untuk menyediakan layanan komunikasi satelit di wilayah bencana dan menyediakan telefon umum gratis bagi para korban di Shelter pengungsian. Namun, jumlah terminal telefon, kanal telefon dan berbagai sumber daya lain ketersediaannya terbatas dan kemungkinan besar tidak mampu memberikan layanan komunikasi suara yang baik bagi seluruh korban. Demand akan komunikasi saat bencana besar datang, pasti menanjak cukup curam.

Bencana yang sangat besar dapat menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi. Para pengungsi dapat mengalami stres akibat bencana yang menimpa mereka. Komunikasi adalah hal yang dapat memitigasi masalah-masalah ini. Dengan komunikasi, para korban dapat memberikan dan menerima kabar dari dan menuju Shelter tempat mereka mengungsi. Aktifitas bisnis yang terganggu juga dapat diminimalisir efeknya dengan komunikasi. Setiap pengungsi harus memiliki akses yang sama terhadap paling tidak layanan komunikasi pada tingkatan yang minimun sampai layanan telekomunikasi konvensional dapat pulih kembali.

Pada dasarnya terdapat 2 pendekatan dalam mengurangi celah antara depand dan supply akan komunikasi pada masa-masa setelah bencana muncul. Pendekatan pertama adalah meningkatkan supply untuk mengurangi demand. Pendekatan ini tentunya sangat diinginkan namun tidak realistis untuk menyediakan sumber daya komunikasi menghadapi trafik komunikasi yang sangat besar ketika bencana baru saja terjadi. Perusahaan telekomunikasi dan pemerintah memiliki keterbatasan sumber daya dalam melakukan hal tersebut. Pendekatan kedua yang lebih realistis adalah menerapkan regulasi komunikasi yang tegas untuk mencegah kepadatan trafik (network congestion) sehingga demand dapat terlayani dengan sumber daya yang terbatas. Untuk memenuhi pendekatan yang kedua ini, dibutuhkan aplikasi baru yang mampu memenuhi demand yang besar akan komunikasi. Tim peneliti dari Universitas Niigata yang dipimpin oleh Kenichi Mase menggunakan layanan komunikasi pesan untuk mendemonstrasikan pendekatan yang kedua ini. Mereka mendiskusikan tantangan teknis dan mekanisme dalam mendisain SCS. Mereka mengevaluasi kelayakan dari SCS berdasarkan performa dari prototipe yang sedang mereka kembangkan. Layanan dari SCS ini juga dibandingkan dengan beberapa layanan telekomunikasi pesan yang konvensional sehingga kelebihan dari SCS dapat terlihat dengan lebih jelas.

Asumsi dan Sumber Daya yang Dibutuhkan

Dalam mendisain SCS, para peneliti Jepang ini mengasumsikan:

  1. Listrik tersedia pada setiap Shelter. Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan genset.
  2. Para korban yang berada di dalam Shelter tidak memiliki perangkat telekomunikasi pribadi seperti telefon selular, PC dan sebagainya.
  3. Minimal terdapat 1 PC Shelter yang memiliki akses ke jaringan internet pada setiap Shelter.
  4. Sebagai komponen utama dari SCS, Server Shelter memiliki akses ke jaringan internet. Server Shelter dapat dioperasikan oleh pihak pemerintah, pihak operator telekomunikasi atau relawan. Server ini merupakan perangkat yang terpisah di luar Shelter dan selalu dalam posisi siap beroperasi bilamana bencana datang.

Gambar 1. Contoh Akses Internet Darurat

Untuk jaringan internet yang dipergunakan oleh Server Shelter, dapat digunakan HSPA (High Speed Packet Access).  Layanan komunikasi data seperti itu dapat tersedia dengan menggunakan fasilitas telekomunikasi eksisting yang tidak rusak atau fasilitas telekomunikasi darurat seperti base station telefon selular yang dikoneksikan dengan stasiun bumi sebagaimana terlihat pada gambar 1.

Gambar 2. Wireless Sky Mesh Network

Wireless mesh network antar Shelter yang ada pada gambar 1 dapat menggunakan berbagai teknologi wireless yang tersedia, diantaranya adalah sky mesh network yang menggunakan balon udara. Sky mesh network pada gambar 2 adalah jaringan telekomunikasi darurat untuk mendukung SCS yang sedang dikembangkan oleh Jepang.  Selain dapat memberikan komunkasi antar beberapa Shelter, jaringan darurat ini juga dapat digunakan untuk memberikan kanal komunikasi antara suatu Shelter dengan stasiun bumi.

Ketika bencana datang, fasilitas-fasilitas telekomunikasi eksisting kemungkinan besar akan mengalami network congestion dan tidak mampu memberikan layanan komunikasi data dengan Quality of Service (QoS) yang baik. Perlu diingat bahwa SCS hanya membutuhkan suatu single data communication session pada setiap Shelter untuk melayani semua korban bencana yang berada di dalam Shelter. Layanan komunikasi publik seperti SCS sudah seharusnya diberikan prioritas utama di atas layanan komunikasi publik umum lainnya. Prioritas ini dapat diperoleh dengan bantuan kerjasama antara pemerintah dan operator telekomunikasi yang ada pada suatu negara. 

Setiap pengungsi yang di dalam Shelter sudah sepantasnya mendapat perlakuan yang sama dan adil. Layanan telefon gratis yang diberikan oleh operator telekomunikasi sering memberikan antrian yang cukup panjang karena keterbatasan sumber daya yang tersedia. Antrian yang panjang ini harus dihindarkan karena dapat membuat para pengungsi yang sudah stares menjadi semakin stres. Komunikasi harus dapat mencapai orang-orang yang berada di luar wilayah bencana dan orang-orang yang berada Shelter lain. Berdasarkan pengamatan di atas, SCS harus memberikan layanan yang:

  1. Tersedia bagi semua
  2. Tersedia setiap saat tanpa harus terlalu lama menunggu
  3. Mendukung komunikasi dengan siapapun dan di manapun

Konsep dan Prinsip Layanan

Menggunakan sebuah PC di dalam Shelter secara bergantian bukanlah hal yang praktis. Selain itu tidak semua pengungsi mahir menggunakan aplikasi-aplikasi di dalam PC Shelter tersebut. Hal ini merupakan tantangan yang cukup besar dalam pengoperasian SCS agar sistem ini dapat beroperasi dengan efisien, efektif dan adil.

Bagi orang-orang yang berada di luar wilayah bencana, internet dan telefon selular merupakan media komunikasi yang tidak tergantikan. Mereka dapat menggunakan aplikasi yang sehari-hari digunakan dalam berkomunikasi. Mereka kemungkinan besar akan mengalami kesulitan bila diharuskan menggunakan aplikasi khusus untuk berkomunikasi dengan para pengungsi di wilayah bencana.

Menghadapi berbagai tantangan di atas, para peneliti dari Universitas Niigata memiliki ide sebagai berikut:

  • Para pengungsi yang berada di dalam Shelter menulis pesan dengan tulisan tangan di sebuah kertas dengan format tertentu. Kertas-kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam PC Shelter dengan menggunakan scanner sehingga 1 PC dapat digunakan oleh banyak orang.
  • PC Shelter menciptakan data-data pesan berdasarkan data-data yang masuk melalui scanner, kemudian mengupload file tersebut kepada Server Shelter.
  • Server Shelter memneruskan setiap pesan yang diterima kepada telefon selular atau PC dari penerima di luar wilayah bencana dalam bentuk e-mail yang sudah akrab bagi orang-orang di kota besar.
  • Pesan dari luar wilayah bencana dan Shelter lain diterima oleh Server Shelter. Server Shelter memilah-milah tujuan dari pesan yang masuk kemudian meneruskan data-data pesan tersebut kepada PC Shelter tujuan. Setiap pesan kemudian dicetak menggunakan printer yang ada di setiap Shelter.

Keunggulan dari komunikasi pesan dari SCS antara lain adalah:

  • Pesan dapat ditulis dengan tulisan tangan pada sebuah kertas khusus tanpa memerlukan keahlian lain selain keahlian menulis.
  • Pesan yang diterima dapat dicetak dalam bentuk kertas yang langsung dapat dibaca tanpa menggunakan alat khusus.
  • Pesan dapat dikirim dan diterima kapanpun tanpa terpengaruh oleh keadaan pihak pengirim dan penerima. Sebagai pembanding, dapat dibayangkan banyak orang berbicara menggunakan telefon selular di dalam Shelter yang sangat padat, tentunya hal ini akan mempengaruhi kejelasan informasi karena Shelter menjadi sangat berisik.
  • Pesan dapat disimpan dan disatukan di dalam suatu format tertentu sebelum ditransmisikan. Hal ini dapat menghemat bandwidth dari akses internet darurat yang dipergunakan.
  • Saat ini, penggunaan e-mail sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum terutama masyarakat perkotaan.

Ide-Ide Kunci Untuk Merealisasikan Konsep Layanan SCS

Nomor telefon ditulis dalam tulisan tangan pada kertas khusus untuk kemudian dianalisa oleh OCR (Optical Character Recognition) untuk mengidentifikasi pengirim dan penerima dari pesan yang dikirim. Informasi lain seperti alamat e-mail tidak perlu dicantumkan walaupun pada akhirnya pesan akan dikirim kepada PC atau telefon selular di luar wilayah bencana dalam bentuk e-mail. Alasan kenapa nomor telefon digunakan sebagai identitas pengenal pengirim dan penerima adalah:

  • Nomer telefon lebih dikenal oleh masyarakat dibandingkan alamat e-mail.
  • Manusia lebih mudah menulis nomor telefon dibandingkan menulis alamat e-mail.
  • OCR cenderung lebih mudah mengenali nomor dibandingkan huruf atau karakter khusus.

OCR tidak dipergunakan untuk mengenali isi pesan dalam tulisan tangan. Isi pesan akan diperlakukan sebagai data gambar. Hal ini dilakukan karena rasio pengenalan tulisan tangan cenderung gagal memenuhi tingkat kepuasan yang diinginkan. Sesuai pada asumsi nomor 2 yang sudah diutarakan, diasumsikan tidak tersedia perangkat khusus yang dapat membantu pengungsi dalam mengetik pesan. Data pesan dalam bentuk gambar dikirimkan dalam bentuk lampiran para e-mail atau dapat diakses oleh penerima dengan meng-klik URL pada e-mail yang diterima oleh penerima.

Gambar 3. Contoh Format Kertas SCS di Jepang

Ketika sebuah pesan dikirimkan kepada penerima dalam bentuk e-mail, alamat e-mail tersebut  harus diterjemahkan dari nomor telefon. Para peneliti mengandalkan peran aktif dari pengguna SCS di luar wilayah bencana untuk melakukan mapping. Ketika seseorang dari luar wilayah bencana mengirimkan pesan kepada seseorang di dalam Shelter menggunakan SCS, dia diminta menuliskan nomor telefon dan alamat e-mail miliknya. Server Shelter akan merekam nomor telefon dan alamat e-mail tersebut dalam sebuah mapping database.  Data ini akan dipergunakan ketika si pengirim tadi akan menjadi penerima pesan dari dalam Shelter, Server Shelter akan mengenali alamat e-mail melalui nomor telefon yang sudah ada pada mapping database Server Shelter. Pada kasus lain ketika penerima pesan di luar wilayah bencana belum pernah mengakses SCS sebelumnya, maka mapping alamat e-mail dan nomor telefonnya belum ada di dalam database Server Shelter. Bila ini terjadi, Server Shelter secara otomatis akan menelefon nomor telefon penerima untuk memberitahukan kepada penerima bahwa ia mendapat pesan dari seseorang di dalam wilayah bencana dan penerima harus memasukkan data nomor telefon beserta alamat e-mail miliknya ke dalam mapping database Server Shelter.

Prinsip Disain dan Fungsi dari SCS

Gambar 4. Diagram SCS

Diagram SCS pada gambar 4 menunjukkan bahwa komponen utama dari SCS adalah Server Shelter dan PC Shelter. Agar sistem pengoperasian menjadi lebih mudah, Kenichi Mase mengadopsi prinsip dasar dalam mendisiain sistem sebagai berikut:

  • Pekerjaan PC Shelter didisain sesederhana mungkin. PC tersebut dapat langsung dipergunakan ketika ia dinyalakan dan terhubung dengan Server Shelter melalui jaringan internet.
  • Pekerjaan yang rumit dibebankan kepada Server Shelter.
  • Halaman website SCS disediakan sebagai interface bagi pengguna.

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, akun pengguna dan penyimpanan pesan yang dibutuhkan oleh SCS diciptakan dan dikelola oleh Server Shelter sehingga PC Server boleh dimatikan dan diganti kapan saja.

Untuk memulai layanan SCS pada suatu Shelter, seseorang di dalam Shelter dapat mengakses halaman website SCS untuk memasukkan identitas shelter. Akun shelter tercipta di dalam Server Shelter dan layanan SCS siap dipergunakan. Seperangkat PC Shelter dilengkapi oleh ADF (Auto Document Feeder), scanner dan printer. Kertas dalam format tertentu, yang dipergunakan untuk menulis pasan,  telah disiapkan pada ADF. Kertas ini di-scan lembar per lembar untuk ditransformasikan menjadi data elektronik sebagai masukan bagi PC Shelter.

PC Shelter menggabungkan dan memadatkan data-data yang masuk menjadi satu data ketika rentang waktu tertentu telah tercapai atau setelah lembar terakhir telah dimasukkan atau ketika ukuran dari data yang masuk sudah mencapai ambang batas yang telah ditentukan. Kemudian PC Shelter akan mengupload data tersebut kepada Server Shelter. PC Server juga akan mendownload data yang datang dari Server Shelter untuk kemudian diurai menjadi data-data yang berisi pesan-pesan. Data-data ini selanjutnya akan dicetak satu per satu menggunakan printer yang telah tersedia.

Server Shelter berfungsi mengelola akun para pengguna dan menyimpan pesan-pesan. Sebuah Akun pengguna mengandung data nomor telefon, alamat e-mail dan identitas shelter. Akun pengguna diciptakan dan dikelola secara otomatis ketika terdapat permintaan akan layanan komunikasi pesan dan tidak membutuhkan pendaftaran atau pre-registration. Penyimpanan pesan pada Server Shelter terdiri dari kotak penyimpanan pesan umum dan kotak penyimpanan shelter. Setiap Shelter memiliki kotak penyimpanan sendiri di dalam Server Shelter. Kotak penyimpanan umum merupakan tempat penyimpanan sementara bagi pesan-pesan yang data alamat e-mail atau identitas Shelter penerimanya belum tersedia pada akun penerima.  Kotak penyimpanan Shelter adalah tempat menyimpan pesan yang ditujukan bagi Shelter sesuai kode identitas Shelter yang disikan pada akun penerima.

Server Shelter menerima data dari PC Server yang sudah dimampatkan untuk kemudian diuraikan kembali menjadi beberapa data berisikan pesan. Setelah diuraikan, Server Shelter melakukan pemeriksaan apakah akun dari penerima dan pengirim dari pesan-pesan tersebut sudah ada atau belum. Selain itu Server Shelter juga memeriksa apakah nomor telefon penerima sudah ada atau belum. Bila belum ada, Server Shelter akan membantu menciptakannya agar pesan dapat dikirimkan. Untuk akun pengirim pesan, identitas Shelter adalah sesuai dengan identitas PC Shelter yang mengirimkan pesan dan alamat e-mail adalah dalam keadaan kosong ketika akun baru saja diciptakan. Sedangkan untuk akun penerima pesan, baik alamat e-mail maupun identitas Shelter adalah dalam keadaan kosong ketika akun baru saja diciptakan.

Gambar 5. Proses Pengiriman Pesan

Bila data nomor telefon beserta alamat e-mail atau identitas Shelter dari penerima sudah tersedia, maka Server Shelter akan mengirimkan pesan dalam bentuk e-mail atau menyimpan pesan pada kotak penyimpanan Shelter sesuai tujuan dari pesan. Bila data-data tersebut belum tersedia, maka Server Shelter akan menyimpan pesan di dalam kotak penyimpanan umum  untuk kemudian dikirimkan kepada alamat e-mail atau kotak penyimpanan Shelter tujuan bila data-data yang diperlukan sudah tersedia. Gambar 5 menunjukkan hal-hal yang dilakukan oleh Server Shelter ketika akan mengirim pesan ke luar wilayah bencana.

SCS menyediakan web mail interface bagi orang-orang di luar wilayah bencana yang ingin mengirimkan pesan kepada para pengungsi di dalam Shelter. Ketika seseorang di luar wilayah bencana mengakses website SCS, dia diminta untuk memasukkan nomor telefonnya dan nomor telefon orang yang ingin dituju. Server Shelter kemudian memeriksa akun pengguna dari pihak pengirim. Bila Server Shelter tidak menemukan akun penggunanya, maka pengirim diharuskan memasukkan alamat e-mail-nya. Server Shelter menciptakan akun pengguna berdasarkan data nomor telefon dan alamat e-mail yang diterima. Server Shelter juga memeriksa akun penerima dari pesan tersebut dan melakukan proses yang mirip dengan proses yang telah dijabarkan di atas. Prosedur ini diilustrasikan pada gambar 6.

Gambar 6. Proses Penerimaan Pesan

Ketika Server Shelter akan mengirim beberapa pesan kepada PC Shelter, pesan-pesan tersebut dimampatkan terlebih dahulu menjadi satu data. Setelah dimampatkan, data tersebut dikirimkan kepada PC Shelter yang bersangkutan.

Pengembangan Prototipe dan Evaluasi

Sebuah prototipe dari SCS telah dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip dan fungsi-fungsi dari disain sistem yang telah dijabarkan pada bagian terdahulu. Para peneliti mendefinisikan waktu upload dan pemrosesan sebagai waktu yang diperlukan mulai dari melakukan proses scan terhadap kertas-kertas khusus di dalam Shelter sampai proses yang terjadi di Server Shelter selesai. Para peneliti telah melakukan eksperimen dalam mengukur waktu upload dan pemrosesan bagi beberapa lembar kertas berisi pesan-pesan. Pada eksperimen ini, 1 PC Shelter terhubung dengan Server Shelter menggunakan jaringan internet dengan kecepatan 32 kb/s. Spesifikasi dari PC Shelter dan Server Shelter yang digunakan adalah sebagai berikut:

Shelter PC:

1)   Note PC (NEC PC-VJ17MFC7RFW5OS, CeleronM 530, 1.73GHz, 512MB, Windows XP Pro)

2)   Scanner:  PFU fi-6140 (50 sheets maximum in ADF)

3)   Printer: HP LserJet P4515nofficejet J6480

4)   OCR software: DynaEye Pro V5.0)

5)   Browser: Internet Explorer 6

6)   Development Language: Java

7)   Lain-lain: Java Runtime Environment, HttpUnit (Browser Emulation tool)

Shelter Server:

1)   Desktop PC (Dell OptiPrex 740, AMD Athlon x 2 dual core processor 5000B, 512KB x 2 Cash, 1GB x 2 SDRAM, Windows Server 2003)

2)   Database: SQLServer2005Express

3)   Web server: IIS 6.0

4)   Development Language: ASP.NET, Java

5)   Lain-lain: .NET Framework, Java Runtime Environment, HttpUnit

Hasil dari ekperimen ini ditunjukkan oleh tabel 1. Para peneliti telah menurunkan  persamaan untuk menghitung waktu upload dan pemrosesan (waktu upload kertas-kertas berisikan pesan + waktu pemrosesan Server Shelter) sebagai berikut:

Dimana:

Tu = waktu upload dan pemrosesan (detik)

n = jumlah kertas pesan per hari (detik)

B = Bandwidth antara PC Shelter dan Server Shelter

Tabel 1. Waktu Upload & Pemrosesan (detik)

Estimasi Kapasitas Layanan

Gambar 7. Hubungan Antara Jumlah Shelter dengan Jumlah Pesan yang Dikirimkan per Hari

Pada ekperimen yang telah dilakukan oleh Kenichi Mase dan timnya, hanya satu PC Shelter yang dipergunakan. Ketika bencana datang, Shelter yang membutuhkan komunikasi bisa saja lebih dari satu sehingga PC Shelter yang digunakan juga bisa saja lebih dari satu. Web Server pada Server Shelter juga harus menangani sejumlah sesi dari beberapa PC Shelter secara simultan. Pada kasus ini, waktu penggunaan Server Shelter per hari adalah Tu * S, dimana S merupakan jumlah dari PC Shelter.

Diasumsikan jumlah pengungsi yang ada pada suatu Shelter adalah 100 orang, setiap orang mengirim 2 atau 4 pesan setiap hari, maka jumlah pesan pada Shelter tersebut adalah 200 atau 400 per hari. Perlu diingat bahwa bukanlah hal yang mudah untuk menghasilkan pesan yang sangat banyak dalam bentuk tulisan tangan, selain itu orang-orang yang sibuk pada umumnya menghabiskan banyak waktu mereka di luar Shelter. Orang tua dan anak kecil juga tidak menghasilkan banyak pesan. Dengan mengingat asumsi di atas, maka jumlah pesan yang dikirim per hari relatif rendah. Kemudian para peneliti mengasumsikan bandwidth dari jaringan internet yang dipergunakan di setiap Shelter adalah 1 Mb/s. Bandwidth ini sudah tersedia oleh layanan HSPA yang diberikan oleh operator telekomunikasi saat ini. Garis putus-putus pada gambar 7 menunjukkan waktu 12 jam yang merupakan batas atas dari jam pengoperasian Server Shelter, diasumsikan 12 jam dari 24 jam sisanya dipergunakan untuk men-download pesan-pesan. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa 600 atau 300 Shelter dapat dilayani ketika jumlah pesan setiap Shelter adalah 200 atau 400. Kalkulasi ini menunjukkan bahwa 1 Server Shelter yang dikembangkan pada prototipe SCS dapat menghadapi bencana kelas menengah. Diasumsikan bahwa terjadi bencana kelas tinggi dengan total dua juta pengungsi, 100 pengungsi per Shelter, total Shelter yang dibutuhkan adalah dua ribu. Jika kita menggunakan spesifikasi yang sama seperti yang digunakan pada prototipe, dibutuhkan load sharing dengan menggunakan 30 sampai 60 Server Shelter. Jumlah Server Shelter dapat dikurangi dengan menggunakan komputer spesifikasi yang lebih tinggi. Bencana kelas menengah lebih sering terjadi dibandingkan bencana kelas tinggi. Kita dapat memverifikasi asumsi-asumsi yang telah dijabarkan di atas dengan benar-benar menggunakan SCS pada bencana kelas menenga untuk mempersiapkan penggunaannya bagi bencana kelas tinggi.

Perbandingan Layanan

Untuk melakukan perbandingan terhadap layanan SCS, para peneliti dari Jepang ini memilih 2 layanan komunikasi pesan tertulis lain yang mungkin digunakan di dalam Shelter dalam keadaan darurat, yaitu faksimili di dalam Shelter dan layanan e-mail telefon selular yang dimiliki secara individual. Sebagaimana diilustrasikan pada tabel 2, perbandingan-perbandingan yang dilakukan menggunakan pengkategorian dengan menggunakan 3 faktor utama dan beberapa faktor lain.

Faktor utama yang pertama, yaitu beneficiary. Faktor ini berhubungan dengan ketersediaan layaran bagi para pengungsi. E-mail telefon selular tidak dimiliki secara merata oleh semua orang di dalam Shelter, selain itu tidak semua pengungsi memiliki pengetahuan dalam mengoperasikan e-mail. Sementara itu faksimili dan SCS dapat digunakan oleh hampir semua pengungsi karena pesan dapat ditulis menggunakan tulisan tangan biasa dan pesan dapat diterima dalam bentuk kertas.

Faktor utama yang kedua, yaitu waiting for service. Faktor ini berhubungan dengan ketersediaan setiap saat tanpa harus lama menunggu. Untuk mengirimkan pesan menggunakan faksimili, pihak pengirim membutuhkan waktu untuk dialing. Ketika banyak pengingsi ingin mengirimkan pesan-pesan secara simultan, maka para pengungsi terpaksa mengantri menunggu giliran. Sedangkan untuk penggunaan e-mail telefon selular, pengungsi tidak perlu mengantri karena telefon selular dimiliki secara individual. Sementara itu untuk SCS, setiap pengungsi tidak perlu mengantri untuk menggunakan PC Shelter walaupun diperlukan sedikit waktu untuk mengumpulkan kertas-kertas yang akan dimasukkan ke dalam scanner.

Faktor utama yang ketiga, yaitu reachability. Faktor ini berhubungan dengan dukungan layanan  komunikasi terhadap siapapun dan di manapun. Ketersediaan terminal faksimili di rumah-rumah atau lokasi bencana cenderung lebih kecil dibandingkan telefon selular dan PC. Sedangkan layanan e-mail telefon selular tidak selalu tersedia di wilayah bencana karena keterbatasan jaringan. Sementara itu SCS dapat dipergunakan dengan menggunakan sumber daya jaringan yang lebih kecil dan efisien dibandingkan telefon selular.

Tabel 2. Perbandingan Komunikasi Pesan pada Shelter

Selain ketiga faktor utama di atas, terdapat 4 faktor lain yang digunakan untuk membandingkan layanan-layanan di lokasi bencana. Tingkat kerahasiaan atau Privacy of correspondance dari SCS dan faksimili lebih kecil dibandingkan layanan e-mail telefon selular, ada kemungkinan pesan yang ditulis pada kertas dapat terlihat oleh orang lain. Kesalahan pengiriman atau misdelivering dari dari layanan e-mail telefon selular dan faksimili dapat terjadi akibat kesalahan penggunan ketikan menekan nomor tujuan, sementara itu pada SCS hal ini dapat terjadi akibat kesalahan operator PC Shelter dalam mendistribusikan pesan yang masuk dari printer dan kesalahahan OCR dalam membaca nomor tujuan. Dari segi biaya yang harus dibayarkan oleh pengguna atau networking cost/user, layanan e-mail telefon selular menjadi sangat mahal dibandingkan faksimili dan SCS karena ketika bencana tiba, kemungkinan besar jaringan akan penuh dan menyebabkan berbagai gangguanan jaringan sehingga pengguna telefon selular kemungkinan besar harus menggunakan beberapa sesi untuk mengirimkan pesan. Untuk harga terminal, telefon selular tidak mengeluarkan biaya karena telah dimiliki secara individual ketika bencana datang, sedangkan faksimili dan SCS cukup ekonomis karena 1 Shelter minimal cukup memiliki 1 terminal.

 Implementasi SCS di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang rawan akan bencana, memerlukan juga fasilitas komunikasi seperti yang sedang dikembangkan oleh Jepang. Bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004 lalu merupakan satu dari beberapa bencana besar yang pernah menimpa Indonesia. Sekarang pertanyaan yang muncul adalah mampukah SCS diterapkan di Indonesia? Saat ini hanya kota-kota besar di Indonesia yang mampu mengimplementasikan SCS karena keterbatasan sarana, prasarana dan budaya. Tidak semua daerah-daerah di Indonesia memiliki genset dan jaringan telekomunikasi darurat yang memadai ketika bencana datang. Ketersedian genset dan jaringan telekomunikasi membutuhkan komitmen dari pemerintah dan operator telekomunikasi. Selain sumber daya fisik, budaya masyarakat Indonesia juga dapat menjadi faktor penghambat berjalannya SCS. Masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan, belum mengenal dan akrab dengan e-mail. Selain itu kebiasaan masyarakat yang sering berganti nomor telefon juga membuat SCS sulit berjalan. Namun semua hambatan-hambatan di atas dapat diatasi dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik serta edukasi kepada masyarakat sehingga Indonesia dapat meniru Jepang yang mau dan mampu belajar dari bencana yang pernah mereka alami. Bencana tidak dapat ditolak, namun akibat dari bencana dapat diminimalisir.

 KESIMPULAN

Kebutuhan akan komunikasi bagi para korban bencana yang mengungsi di Shelter-Shelter perlu dipenuhi untuk meminimalisir dampak ekonomi dan sosial dari bencana yang datang. Ketika bencana datang, jaringan telekomunikasi sering mengalami gangguan dan kepadatan trafik (network congestion) sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat menikmati komunikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem komunikasi darurat yang lebih efisien dalam memanfaatkan kanal-kanal komunikasi yang ada agar kebutuhan komunikasi pengungsi dapat terpenuhi dengan lebih adil dan merata. Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Kenichi Mase dari Universitas Niigawa mengusulkan SCS (Shelter Communication System) untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana tersebut. SCS merupakan sistem komunikasi darurat yang membutuhkan suatu Server yang terpisah dari Shelter, PC pada setiap Shelter, akses internet antara PC Shelter dengan Server yang memadai dan listrik pada setiap Shelter.  Sistem ini efisien karena setiap Shelter hanya membutuhkan 1 PC Shelter yang terhubung pada 1 jaringan internet untuk memenuhi kebutuhan komunikasi seluruh pengungsi di dalam Shelter tersebut sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain di Shelter lain dan orang-orang yang berada di luar wilayah bencana.

Hasil percobaan dan evaluasi dengan menggunakan protipe SCS yang dilakukan oleh tim peneliti Universitas Niigawa menunjukkan bahwa SCS dapat digunakan oleh Jepang ketika negara tersebut harus menghadapi bencana kelas tinggi. SCS juga dibandingkan dengan layanan komunikasi pesan lainnya. Kelebihan dan keunggulan SCS telah didemonstrasikan.

Prototipe yang digunakan pada percobaan tersebut menggunakan satu Server Shelter dan hanya mampu digunakan ketika Jepang menghadapi bencana kelas menengah. Evaluasi dan analisa tim peneliti Universitas Niigawa menunjukkan bahwa ketika bencana kelas tinggi datang, maka diperlukan lebih dari 1 Server Shelter yang bekerja secara load sharing untuk memenuhi kebutuhan seluruh pengungsi.

Implementasi SCS di Indonesia akan menemui hambatan akibat keterbatasan sarana dan prasarana. Selain itu budaya masyarakat Indonesia juga dapat menjadi faktor penghambat, budaya masyarakat Jepang tidak sama dengan budaya masyarakat Indonesia. Komitmen pemerintah dan para operator telekomunikasi sangat diperlukan agar Indonesia dapat memiliki sistem komunikasi darurat yang handal.

Referensi

  1. K. Mase, “How to Deliver Yout Message from/to a Disaster Area,” IEEE Commun. Mag., vol 49, no 1, 2011.
  2. K. Mase, “Research and Development on Information & Communication Networks  in Niigata University,”  Hacettepe University Technopolis Days, 2010.
  3. K. Mase, H. Okada, dan N. Azuma, “Development of an Emergency Communication System for Evacuees of Shelters,” IEEE WCNC, 2010.
  4. N. Fukumoto, “Business Continuity and Disaster Recovery in KDDI,” IEEE Commun. Society Commun. Quality & Reliability Wksp., Apr. 2008.
  5. T. Kitaguchi dan H. Hamada, “Telecommunications Service Continuity and Disaster Recovery,” IEEE Commun. Society Commun. Quality & Reliability Wksp., Apr. 2008.

Penggunaan Serat Optik di Industri: WIMAX dan Data Center Menuju Teknologi Hijau

Tulisan ini dibuat oleh rekan-rekan saya dari Magister Manajemen Telekomunikasi & Magister Manajemen Tenaga Listrik dan Energi Universitas Indonesia yaitu Darmawan Apriyadi, Brury Sulandra & Bobby Riantori untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan & Simulasi Lanjut yang wajib dimuat di media massa atau blog. Formatnya sudah saya ubah tapi isinya kurang lebih masih original, selamat menikmati dan semoga dapat bermanfaat 😀

 Abstrak

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa manusia mengembangkan budaya dan merevolusi teknologi sesuai dengan kebutuhan manusia. Seiring perkembangan zaman, muncul revolusi digitalisasi pada perkembangan teknologi komunikasi hingga komputerisasi yang diciptakan oleh manusia untuk mempermudah pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Media komunikasi digital pada dasarnya hanya adatiga, yaitu tembaga, udara dan kaca. Tembaga kita kenal sebagai media komunikasisejak lama, telah berevolusi dari hanya penghantar listrik menjadi penghantar elektromagnetik yang membawa pesan, suara, gambar dan data digital.Berkembangnya teknologi frekuensi radio menambah alternatif lain media komunikasi, kita sebut nirkabel atau wireless, sebuah komunikasi dengan udarasebagai penghantar. Tahun 1980-an kita mulai mengenal media komunikasi yanglain yang sekarang menjadi tulang punggung komunikasi dunia, yaitu serat optik, sebuah media yang memanfaatkan pulsa cahaya dalam sebuah ruang kaca berbentuk kabel.

Tentunya, padasaat sekarang ini, kabel fiber optic atau kabel serat optik telah mengubah wajah teknologi industri informasi. penggunaan fiber optik untuk jalur komunikasi digital, jauh lebih efektif dan lebih menghemat biaya, mutu dan waktu. Selain itu, keuntungan fiber optik pada green Data Center adalah pemanfaatan energi yang lebih rendah konektivitas optik 10G memberikan kontribusi untuk performa yang lebih ramah lingkungan dan juga optimasi jalur pemanfaatan ruang yang diperlukan untuk mendukung mobilitas green data center.

Kata kunci : fiber optic, serat optik, frekuensi radio, teknologi industri informasi
1. PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI SERAT OPTIK

Serat optik merupakan helaian optik murni yang sangat tipis  (tebalnya setipis rambut manusia) dan dapat membawa data informasi digital untuk jarak jauh. Helaian tipis ini tersusun dalam bundelan yang dinamakan kabel serat optik dan berfungsi mentransmisikan cahaya hamper tanpa kerugaian. Artinya, cahaya yang berhasil dikirim dari suatu tempat ke tempat lain hanya mengalami kehilangan sinyal dalam jumlah yang sangat sedikit.

Gambar 1. Konstruksi kabel serat optik

Bagian-bagian sebuah serat optik tunggal terdiri dari inti (Kaca tipis yang berada ditengah serat yang digunakan sebagai jalan cahaya), Pembungkus (bagian optikal terluar yang mengelilingi inti yang berfungsi untuk memantulkan cahaya kembali ke inti), serta jaket penyangga (jaket plastic yang melindungi serat dari temperature dan kerusakan). Ratusan atau ribuan serat optik ini kemudian disusun dalam bundelan kabel. Bundel ini masih dilindungi oleh bagian terluar kabel yang disebut jaket.

1.2. JENIS-JENIS SERAT OPTIK

1.2.1. Berdasarkan Jenis Mode yang Dirambatkan

Berdasarkan jenis mode yang dirambatkan  serat optik dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Single-mode fibers

Single-mode fibers mempunyai inti sangat kecil (berdiameter sekitar 9×10¯⁶ meter atau 9 mikron), cahaya yang merambat secara parallel di tengah membuat terjadinya sedikit disperse pulsa. Single-mode fibers mentransimsikan cahaya laser infra merah (panjang gelombang 1300-1550 nm). Jenis serat ini digunakan untuk mentransmisikan satu sinyal dalam setiap serat. Serat ini sering dipakai dalam pesawar telepon dan TV kabel.

Gambar 2. Jenis Serat Optik : Single-mode Fiber

b. Multi-mode fibers

Multi-mode fibers mempunyai ukuran inti yang lebih besar (berdiameter sekitar 6,35 x 10¯⁵ atau 63,5 mikron) dan mentransmisikan cahaya infra merah (panjang gelombang 850-1300 nm) dari lampu light-emitting diodes (LED). Serat ini digunakan untuk mentransmisikan banyak sinyal dalam setiap serat dan sering digunakan pada jaringan computer dan Local Area Networks (LAN).

Gambar 3. Jenis Serat Optik : Multi-mode Fiber

1.2.2. Berdasarkan Indeks Bias Core

       Berdasarkan indeks bias core, serat optik dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Step indeks

Pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.

b. Graded indeks

Indeks bias core semakin mendekat ke arah claddingsemakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yangterjadi dapat diminimalkan.

1.3. SEJARAH SERAT OPTIK

Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali eksperimenuntuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama serat optik. Percobaan ini jugamasih tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai tidak bisa langsung dimanfaatkan,namun harus melalui perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembanganselanjutnya adalah ketika para ilmuawan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototipeserat optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang dibungkusoleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik yang mampu mentransmisikangambar.Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (seratoptik) namun juga mencoba untuk ´menjinakkan´ cahaya. Kerja keras itupun berhasil ketikasekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah frekuensi tampak sekitar 1014Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro.Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga belum terpancar lurus.Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang meliuk-liuk mengikutikepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuanakhir pada banyak titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter. Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut itu semurniserat optik, dengan pencahayaan cukup kita dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal.Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemanducahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalamteknologi material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahantapi pasti atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.Tahun 80-an, bendera lomba industri serat optik benar-benar sudah berkibar. Nama-nama besar di dunia pengembangan serat optik bermunculan. Charles K. Kao diakui dunia sebagaisalah seorang perintis utama. Dari Jepang muncul Yasuharu Suematsu. Raksasa-raksasaelektronik macam ITT atau STL jelas punya banyak sekali peranan dalam mendalami riset-riset serat optik.

Time Line Pengembangan Fiber Optik

Pada  1917 Theory of stimulated emission Albert Einstein mengajukanm sebuah teori tentang emisi terangsang dimana jika ada atom dalam tingkatan energi tinggi 1954 “Maser” developedCharles Townes, James Gordon, dan Herbert Zeiger di Columbia University mengembangkankan “maser” yaitu microwave amplification by stimulated emission of radiation, dimana molekul dari gas amonia memperkuat dan menghasilkan gelombang. .Pekerjaan ini menghabiskan waktu tiga tahun sejak ide Townes pada tahun 1951 untuk mengambil manfaat dari osilasi frekuensi tinggi molekular untuk membangkitkan gelombangdengan penjang gelombang pendek pada gelombang radio. 1958 Pengenalan Konsep Laser Townes dan ahli fisika Arthur Schawlow mempublikasikan paper yang menunjukan bahwamaser dapat dibuat untuk dioperasikan pada daerah infra merah dan optik. .Paper inimenjelaskan tentang konsep laser (light amplification by stimulated emission of radiation)1960 ditemukannya Continuously operating helium-neon gas laser Laboratorium Riset Belldan Ali Javan serta koleganya William Bennett, Jr., dan Donald Herriott menemukan sebuahcontinuously operating helium-neon gas laser. 1960 Ditemukannya Operable laser TheodoreMaiman, seorang fisikawan dan insinyur elektro di Hughes Research Laboratories,menemukan operable laser dengan menggunakan sebuah kristal batu rubi sintesis sebagaimedium. 1961 Glass fiber demonstration Peneliti industri Elias Snitzer dan Will Hicksmendemontrasikan sinar laser yang diarahkan melalui serat gelas yang tipis. Inti serat gelastersebut cukup kecil yang membuat cahaya hanya dapat melewati satu bagian saja tetapi banyak ilmuwan menyatakan bahwa serat tidak cocok untuk komunikasi karena rugi rugicahaya yang terjadi karena melewati jarak yang sangat jauh. 1961 Penggunaan ruby laser untuk keperluan medis Penggunaan laser yang dihasilkan dari batu Rubi yang pertama,Charles Campbell of the Institute of Ophthalmology at Columbia- Presbyterian MedicalCenter dan Charles Koester of the American Optical Corporation menggunakan prototiperuby laser photocoagulator untuk menghancurkan tumor pada retina pasien. 1962Pengembangan Gallium arsenide laser Tiga group riset terkenal yaitu General Electric, IBM,dan MIT¶s Lincoln Laboratory secara simultan mengembangkan gallium arsenide laser yangmengkonversikan energi listrk secara langsung ke dalam cahaya infra merah dan perkembangan selanjutnya digunakan untuk pengembangan CD dan DVD player serta penggunaan laser printer. 1963 Heterostructures Ahli fisika Herbert Kroemer mengajukan ideyaitu heterostructures, kombinasi dari lebih dari satu semikonduktor dalam layer-layer untuk mengurangi kebutuhan energi untuk laser dan membantu untuk dapat bekerja lebih efisien.Heterostructures ini nantinya akan digunakan pada telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya.1966 kertas Landmark pada optical fiber Charles Kao dan George Hockham yang melakukan penelitian di Standard Telecommunications Laboratories Inggris mempublikasikan landmark  paper yang mendemontrasikan bahwa fiber optik dapat mentransmisikan sinar laser yangsangat sedikit rugi-ruginya jika gelas yang digunakan sangat murni. Dengan penemuan inikemudian para peneliti lebih fokus pada bagaimana cara memurnikan bahan gelas. 1970Fiber Optik yang memenuhi standar kemurnian. Ilmuwan Corning Glass Works yaitu DonaldKeck, Peter Schultz, dan Robert Maurer melaporkan penemuan fiber optik yang memenuhistandar yang telah ditentukan oleh Kao dan Hockham. Gelas yang paling murni yang dibuatterdiri atas gabungan silika dalam tahap uap dan mampu mengurangi rugi-rugi cahaya kurangdari 20 decibels per kilometer. Pada 1972 tim ini menemukan gelas dengan rugi-rugi cahayahanya 4 decibels per kilometer. Juga pada tahun 1970, Morton Panish dan Izuo Hayashi dariBell Laboratories dengan tim Ioffe Physical Institute di Leningrad, mendemontrasikansemiconductor laser yang dapat dioperasikan pada temperatur ruang. Kedua penemuantersebut merupakan terobosan dalam komersialisasi penggunaan fiber optik. 1973 Proses Chemical vapor deposition John MacChesney dan Paul O. Connor pada Bell Laboratoriesmengembangkan proses chemical vapor deposition process yang memanaskan uap kimia danoksigen ke bentuk ultratransparent glass yang dapat diproduksi masal ke dalam fiber optik yang mempunyai rugi-rugi sangat kecil. 1975 Komersialisasi Pertama dari semiconductor laser Insinyur pada Laser Diode Labs mengembangkan semiconductor laser komersial pertama yang dapat dioperasikan pada suhu kamar. 1977 Perusahaan telepon menguji coba penggunaan fiber optic Perusahaan telepon memulai penggunaan fiber optik yang membawalalu lintas telepon. GTE membuka jalur antara Long Beach dan Artesia, California, yangmenggunakan transmisi light-emitting diode. Bell Labs mendirikan sambungan yang sama pada sistem telepon di Chicago dengan jarak 1,5 mil di bawah tanah yang menghubungkan 2s switching station.1980 Sambungan Fiber-optic telah ada di Kota kota besar di Amerika AT&T mengumumkanakan menginstal fiber-optic yang menghubungkan kota kota antara Boston dan WashingtonD.C. kemudian dua tahun kemudian MCI mengumumkan untuk melakukan hal yang sama.1987 “Doped” fiber amplifiers David Payne di University of Southampton memperkenalkanfiber amplifiers yang dikotori oleh elemen erbium. optical amplifiers abru ini mampumenaikan sinyal cahaya tanpa harus mengkonversikan terlebih dahulu ke dalam energi listrik.1988 Kabel Pertama Transatlantic Fiber-Optic Kabel Translantic yang pertama menggunakanfiber glass yang sangat transparan sehingga repeater hanya dibutuhkanb ketika sudahmencapai 40mil. 1991 Optical Amplifiers Emmanuel Desurvire di Bell Laboratories sertaDavid Payne dan P. J. Mears dari University of Southampton mendemontrasikan opticalamplifiers yang terintegrasi dengan kabel fiber optic tersebut. Keuntungannya adalah dapatmembawa informasi 100 kali lebih cepat dari pada kabel electronic amplifier. 1996 opticfiber cable yang menggunakan optical amplifiers ditaruh di samudera pasifik TPC-5, sebuahoptic fiber merupakan fiber optic pertama yang menggunakan optical amplifiers. Kabel inimelewati samudera pasifik mulai dari San Luis Obispo, California, ke Guam, Hawaii, danMiyazaki, Japan, dan kembali ke Oregon coast dan mampu untuk menangani 320,000 panggilan telepon. 1997 Fiber Optic menghubungkan seluruh dunia Fiber Optic Link Aroundthe Globe (FLAG) menjadi jaringan abel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan infrastruktur untuk generasi internet terbaru.

Generasi Perkembangan Serat Optik 

Berdasarkan penggunaannya maka sistem komunikasi serat optik (SKSO) dibagi menjadi 4tahap generasi yaitu :

1. Generasi pertama (mulai 1975)

Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistemgenerasi berikutnya, terdiri dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi sinyallistrik transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang, berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai penghantar sinyal gelombang repeater :sebagai penguat gelombang yang melemah di perjalanan receiver : mengubah sinyalgelombang menjadi sinyal listrik, berupa fotodetektor alat decoding : mengubah sinyal listrik menjadi output (misal suara) Repeater bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula iamengubah sinyal gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal listrik, kemudian diperkuatdan diubah kembali menjadi sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi sebesar 10 Gb.km/s.

2. Generasi kedua (mulai 1981)

Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe modetunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras. Dengansendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang gelombang yangdipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua mampu mencapai kapasitastransmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar daripada generasi pertama.

3. Generasi ketiga (mulai 1982)

Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser berpanjanggelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya dapatdibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6 mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus Gb.km/s.

4. Generasi keempat (mulai 1984)

Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai bukanmodulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang sudah lemahintensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak yang dapat ditempuh, juga kapasitastransmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitassistem deteksi langsung. Sayang, generasi ini terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapatdisangkal bahwa sistem koheren ini punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yangakan datang.

5. Generasi kelima (mulai 1989)

Pada generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater padagenerasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari sebuah diode laser InGaAsP(panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat optik dengan doping erbium (Er) diterasnya. Pada saat serat ini disinari diode lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akantereksitasi dan membuat inversi populasi*, sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat danlewat di dalam serat, atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisiterangsang (stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah akandiperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap perjalanan sinyal gelombang,sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik dulu dan seterusnya seperti yang terjadi padarepeater. Dengan adanya penguat optik ini kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Padaawal pengembangannya hanya dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitastransmisi sudah menembus harga 50 ribu Gb.km/s.

6. Generasi keenam

Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang. Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit, dan juga bervariasidalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapakomponen yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakaninformasi yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing).Eksperimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat menjadi dua kalilipat lebih banyak jika dibunakan multiplexing polarisasi, karena setiap saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang gelombangnyasama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan jika intensitasnyamelebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan untuk menetralisir efek dispersi,sehingga soliton tidak akan melebar pada waktu sampai di receiver. Hal ini sangatmenguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapatdiabaikan. Tampak bahwa penggabungan ciri beberapa generasi teknologi serat optik akanmampu menghasilkan suatu sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memilikikapasitas transmisi yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnyayang jelas, dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat dihindari lagi akan dirajai olehteknologi serat optik

1.4. KEUNTUNGAN DAN KEGUNAAN

Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh apabila menggunakan kabel serat optic, diantaranya adalah seperti yang ada dibawah ini:

  1. Lebih murah: Pembuatan kabel serat optik memerlukan bahan-bahan yang relatif murah
  2. Lebih tipis: Serat optik memiliki diameter lebih kecil dari kawat tembaga
  3. Kapasitas muatan lebih besar: Karena serat optik lebih tipis dari kawat tembaga, lebih banyak serat yang dapat di bundel dari kabel tembaga, sehingga bundelan serat memungkinkan membawa lebih banyak saluran telepon atau televisi
  4. Lebih kecil penurunan sinyal: Kerugian sinyal cahaya pada serat optik lebih sedikit daripada kerugian sinyal listrik pada kawat tembaga
  5. Sinyal Cahaya: Tidak seperti sinyal listrik dalam kawat tembaga, sinyal cahaya dari satu serat tidak tercampur (interferensi) dengan sinyal lain pada kabel serat yang sama. Ini memberikan hasil percakapan telepon atau gambar TV yang lebih jelas
  6. Daya lebih sedikit: Karena sinyal pada serat optik hanya berkurang sedikit, lebih sedikit daya transmitter yang digunakan disbanding transmitter listrik tegangan tinggi untuk kawat tembaga. Selain itu hal ini juga menghemat biaya
  7. Sinyal Digital: Serat optik sangat ideal untuk membawa informasi digital, terutama jika digunakan dalam jaringan computer
  8. Tidak mudah terbakar: Karena tidak ada listrik yang dilewatkan serat optik, maka tidak ada risiko kebakaran yang disebabkan oleh serat optik itu
  9. Ringan: Serat optik lebih ringan. Kabel serat optik memerlukan ruang penempatan (dalam tanah, tembok, lantai, dsb)yang lebih sedikit
  10. Fleksibel: Karena serat optik fleksibel dan dapat mentransmisikan dan menerima cahaya, serat optik banyak digunakan dalam kamera digital.

 1.5. RELIABILITAS SERAT OPTIK

Reliabilitas dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan BER (Bit Error Rate).Salah satu ujung serat optik diberi masukan data tertentu dan ujung yang lainmengolah data itu. Dengan intensitas laser yang rendah dan dengan panjang seratmencapai beberapa km, maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan persatuan waktu tersebut dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka, Jumlah kesalahan pada serat optik yang sama dengan panjang yang berbeda dapatdiperkirakan besarnya.

2. PEMBAHASAN

 2.1. PENGGUNAAN SERAT OPTIK PADA WiMAX

Biasanya Serat Optik digunakan untuk menghubungkan dari Gateway menuju Base station seperti gambar dibawah ini.  Dikarenakan antar Gateway menuju Hub sangat jauh, maka penggunaan Fiber Optik sangat diperlukan sebagai media penghubung. Hal ini sangat efektif dalam mengurangi terjadinya latency daripada menggunakan layanan VSAT atau Wireless Local Loop.

Gambar 4. Cara Kerja WiMax

Kemudian, ZTE dengan brilian mengembangkan idenya untuk memisahkan lokasi RRU dengan BBU. Pada sistem yang lama, maka RRU berada pada 1 rack dengan BBU. Namun sekarang tidak lagi, RRU dimodifikasi menjadi anti hujan dan diletakkan dekat dengan antena sektor. Disini peran fiber optik terlihat, yaitu sebagai media penghubung antar BBU dengan RRU. Seperti gambar dibawah, keuntungannya sudah jelas dapat meningkatkan power serta meluaskan cakupan hingga  lebih luas 30% daripada menggunakan sistem lama.

Gambar 5. Perbandingan Traditional WiMAX BS Vs Ditributed BS

Berikut ini merupakan diagram gambar Base Station WiMAX dengan  no 6 & 8 adalah Kabel Serat optik.

Gambar 6. Base Station WiMAX

1. Lightning rod

2. Antenna

3. ZXMBW R9110 chassis

4. Main antenna feeder

5. DC power cable

6. Field operational fiber

7. DC power cable

8. Field operational fiber

9. Tower

10. Feeder window

11. Cabling through

12. BBU

13. Power distribution box

Perbandingan Serat Optik dengan VSAT (WiMAX)

Adapun perbandingan serat optik dengan VSAT (WiMAX) dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1. Perbandingan serat optik dengan VSAT (WiMAX)

2.2. PENGGUNAAN SERAT OPTIK PADA DATA CENTER

Data Center yang secara harafiah berarti pusat data, adalah suatu fasilitas untuk menempatkan sistem komputer dan equipment-equipment terkait, seperti sistem komunikasi data dan penyimpanan data. Fasilitas ini mencakup catu daya redundant, koneksi komunikasi data redundant, pengontrol lingkungan, pencegah bahaya kebakaran, serta piranti keamanan fisik. Pada era ICT (Information and Communication Technology) saat ini, Data Center telah menjadi satu issue penting di dunia, khusunya bagi para pelaku bisnis. Sebagai inti dari layanan bisnis, maka Data Center harus mampu memberikan layanan optimal, sekalipun terjadinya suatu bencana, sehingga bisnis dalam suatu korporasi harus tetap bertahan hingga menghasilkan laba. Berawal dari peran Data Center yang sangat signifikan, serta dikaitkan dengan berbagai issue yang ada pada Data Center saat ini, terutama Disaster Recovery Planning, maka kajian secara komprehensif dan holistik mengenai Data Center, telah menjadi critical issue bagi suatu institusi bisnis sebagai User dan profitable issue bagi produsen penyedia infrastruktur dan equipment Data Center. Secara umum Data Center terbagi dua berdasarkan fungsinya : Internet Data Center, biasanya hanya dioperasikan untuk kebutuhan Internet Service Provider dan Corporate Data Center, dimiliki oleh suatu korporasi atau institusi, untuk mengoperasikan proses bisnis, dengan menggabungkan layanan Internet dan Intranet.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan saat mendesain dan merencanakan Data Center adalah

  • Lokasi yang aman serta memenuhi Syarat Sipil Bangunan seperti : Geologi, Vulkanologi dan Topografi.
  • Mempunyai Sistem Cadangan untuk Sistem Catudaya,
  • Mempunyai Sistem Tata Udara
  • Mempunyai Sistem Pengamanan
  • Mempunyai Sistem Monitoring Lingkungan
  • Mempunyai Sistem Komunikasi Data
  • Serta menerapkan tata kelola standar Data Center, meliputi : Standar Prosedur Operasi, Standar Prosedur Perawatan, Standar dan Rencana Pemulihan dan Mitigasi Bencana, serta Standar Jaminan Kelangsungan Bisnis.

Kriteria perancangan sebuah Data Center yang ideal : Availability atau Ketersediaan Data Center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data Center harus dibuat sebisa mungkin mendekati Zero-Failure untuk seluruh komponennya. Scalability dan Flexibility Data Center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh Data Center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi Data Center secara keseluruhan. Security Data Center menyimpan berbagai aset perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.

Tier atau Level pada Data Center merupakan perancangan Data Center yang berangkat dari kebutuhan yang ada, dan kemudian didefinisikan pada berbagai perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan teknologi berbarengan dengan perencanaan infrastruktur Data Center yang lain. Menurut Telecommunication Industry Association (ANSI/TIA-942), ada 4 Tier atau 4 Level dalam dalam perancangan Data Center, yang setiap tiernya menawarkan tingkat availabilitas yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan suatu Data Center, diantaranya :

1. Tier-I Basic
2. Tier-II Redundant Components
3. Tier-III Concurently Maintainable
4. Tier-IV Fault Tolerance

Maraknya isu lingkungan hidup terutama Global Warming telah menjadi tema sentral saat ini, tidak terkecuali bagi pelaku bisnis teknologi ICT. Ada berbagai sorotan, gagasan, dan usulan ICT yang berbasis kepada upaya penyelamatan lingkungan hidup demi kemaslahatan umat pada masa yang akan datang, diantaranya Data Center. Selama ini, keberadaan Data Center identik dengan : kebutuhan catu daya listrik yang sangat besar untuk proses komputasi yang kontinnyu (Non Stop), yang akan berdampak pada permasalahan Energi. Menurut lembaga riset global, IDC dan Gartner. IDC menilai bahwa untuk setiap US$1 investasi piranti keras di Data Center, akan muncul tambahan biaya US$0,5 pada Power dan Sistem Pendinginan. Angka tambahan ini naik dua kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya. Gartner bahkan memprediksi separuh dari Data Center di dunia pada 2008 akan kekurangan kapasitas Power dan Cooling akibat krisis Energi. Dari permasalahan tersebut, dibutuhkan model baru Data Center yang ramah lingkungan atau Green Data Center.

Untuk menerapkan Green Data Center, banyak hal yang harus dilakukan, diantaranya : Mengaudit efisiensi Data Center, Menggunakan UPS yang memiliki efisiensi hingga 97%, Virtualisasi Server dan Storage Data Center. Selanjutnya, lalukan konsolidasi data Server dan Storage, Penggunaan fitur Manajemen Energi pada CPU, Penggunaan Power Supply dan Voltage Regulator tersertifikasi, Adopsi distribusi Energi terefisien dan Adopsi Sistem Cooling terbaik. Dua langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah menerapkan prioritas tindakan dalam mereduksi Energi sekaligus menonaktifkan peralatan ICT yang sudah dalam kondisi idle di sebuah Data Center.

Korelasi Hijau (kW-hr, CO2 Emisi dan Investasi)

Pada Gambar 7 diilustrasikan penghematan energi kumulatif sebagai fungsi dari 10G elektronik chassis optik dan switch tembaga dan konsumsi energi pendinginan. Menurut sumber energi terakhir, untuk setiap jam-kW dibutuhkan untuk daya 10G elektronik, 2-2.5 kW-jam daya yang biasanya diperlukan untuk pendinginan. Pemanfaatan energi yang lebih rendah konektivitas optik 10G memberikan kontribusi untuk performa yang lebih ramah lingkungan.

Gambar 7. Penghematan Energi Kumulatif Sebagai Fungsi dari 10G Elektronik Chassis Optik dan Switch Tembaga dan Konsumsi Energi Pendinginan

Pada gambar 8 diilustrasikan optimasi jalur pemanfaatan ruang yang diperlukan untuk mendukung mobilitas green data center.

Gambar 8. Optimasi Jalur Pemanfaatan Ruang Green Data Center

Gambar 8. Optimasi jalur pemanfaatan ruang green data center

3. PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berdasarkan uraian bahasan WiMAX dapat disimpulkan bahwa : Dengan jangkauan yang luas, wireless, dan transfer rate yang besar, WiMAX dapat digunakan sebagai last mile atau backhaul teknologi lain di dalam jaringan komunikasi sehingga dapat menjangkau target pasar yang besar. Namun, penggunaan fiber optik untuk jalur komunikasi digital, jauh lebih efektif dan lebih menghemat biaya, mutu dan waktu. Selain itu, keuntungan fiber optik pada green Data Center adalah pemanfaatan energi yang lebih rendah konektivitas optik 10G memberikan kontribusi untuk performa yang lebih ramah lingkungan dan juga optimasi jalur pemanfaatan ruang yang diperlukan untuk mendukung mobilitas green data center.

DAFTAR PUSTAKA

McKinsey & Company. Uptime Institute Symposium, Revolutionizing Data Center Efficiency

Fiber-Optic Communication System, Govind P. Agrawal, Institute of Optics University of Rochester

Andi Rahman Nugraha, Serat Optik, Andi Offset, 2006.

Indonesia Security Incident Response Team  on Internet Infrastructure (ID-SIRTII)

Mochamad Zainudin1, M. Zen Samsono H, Hani’ah Mahmudah , Analisa Perhitungan Untuk Kebutuhan Daya Serat Optik Di Telkom. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, ITS, Surabaya.

http://www.jalasistema.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=69. Diakses tanggal 12 Februari 2012.

http://www.scribd.com/doc/78434779/Makalah-Fiber-OptikDiakses tanggal 10 Feruari 2012.

Alternatif Energi Sumber Catu Daya BTS di Wilayah Off Grid

Tulisan ini dibuat oleh saya, Azwani Dadeh & Bangsawan dari Magister Manajemen Telekomunikasi Universitas Indonesia untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan & Simulasi Lanjut yang wajib dimuat di media massa atau blog. Formatnya sudah saya ubah tapi isinya kurang lebih masih original, selamat menikmati dan semoga dapat bermanfaat 😀

1. LATAR BELAKANG

Telekomunikasi, khususnya seluler, tumbuh dengan sangat pesat pada dua dekade terakhir ini. Pembangunan BTS (base transceiver station) tidak hanya terpusat di kota-kota, tetapi juga merambah ke daerah pedesaan, bahkan ke pelosok-pelosok yang belum ada listriknya (off grid). Pembangunan di pelosok tersebut sebagian untuk meng-cover jalan raya antar kota ataupun untuk transmisi backbone. 

Untuk mencatu BTS di wilayah tersebut, para operator umumnya menggunakan dua buah generator set (genset) yang beroperasi secara bergantian. Namun, akhir-akhir ini, teknologi BTS semakin efisien sehingga tidak membutuhkan daya yang besar lagi dan juga tidak membutuhkan pendingin udara (AC, air conditioner). Sebagai akibatnya, genset yang ada sekarang ini memiliki daya yang lebih (oversize), sehingga bisa digunakan untuk mengisi baterei kita mencatu BTS dan setelah penuh genset dapat diistirahatkan, BTS dicatu oleh baterei. Konsep ini disebut CDC (charge discharge). Cara ini dapat menghemat penggunaan bahan bakar hingga 75 persen.

Dampak lainnya terhadap mengecilnya konsumsi daya BTS ini adalah, energi alternatif seperti panel surya (solar panel/photovoltaic), yang sebelumnya terlalu mahal untuk diterapkan karena dibutuhkan dalam jumlah besar karena, saat ini berpeluang untuk digunakan secara luas. Mungkin penggunaan panel surya ini masih lebih mahal dari sistem CDC, namun memiliki keuntungan lain yang tidak bisa dinilai dari uang, yaitu meminimalkan kunjungan rutin ke lokasi BTS untuk mengisi bahan bakar atau pemeliharaan rutin terhadap genset. Karena jumlah BTS yang semakin banyak dan ini menyulitkan pemeliharaan, operator mulai memikirkan konsep build and forget. Artinya, operator cukup membangun dan tidak perlu lagi kembali untuk melakukan pemeliharaan rutin kecuali ada kerusakan berat.

2. SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Sebelum lebih jauh membahas solusi energi yang tepat untuk BTS, ada baiknya kita tinjau jenis-jenis energi alternatif yang ada dan berpeluang untuk diterapkan sebagai solusi energi alternatif untuk BTS.

2.1. Energi Matahari

Cahaya matahari dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan sel-sel surya (photovoltaics) yang disusun membentuk sebuah panel, sehingga disebut juga panel surya atau solar panel. Secara umum cara penggunaan energi matahari ini dibagi dua yaitu aktif dan pasif. Penggunaan secara aktif yaitu menggunakan teknologi panel surya untuk mengumpulkan energi listrik. Sementara cara penggunaan secara pasif adalah dengan cara mengatur arah bangunan, menggunakan material yang menyerap panas dan desain bangunan yang secara alami memperlancar sirkulasi udara didalam bangunan.

Hingga akhir 2011, kapasitas photovoltaic (PV) yang sudah terpasang di seluruh dunia adalah sebesar 67,000 MW.  Pembangkit PV banyak terdapat di Jerman, Itali, Spanyol dan Amerika dengan kapasitas sebesar 354 MW di padang pasir Mojaves.

2.2. Energi Angin

Dengan menggunakan kincir angin (wind turbine) angin dapat diubah menjadi listrik. Kincir angin modern berkapasitas antara 3kW sampai 5MW. Lokasi yang tepat untuk mendapatkan energi ini adalah didaerah yang berangin kencang dan konstan, yaitu antara 5 – 12 meter per detik, seperti daerah pantai atau daerah dataran tinggi.

Pertumbuhan energi angin sebesar sampai akhir 2011 sekitar 30% pertahun. Total kapasitas terpasang di seluruh dunia adalah 238.000 MW. Mayoritas digunakan di Eropa, Asia dan Amerika.

2.3. Energi Air (Hydro)

Air dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan kincir air yang disebut dengan hydroelectric. Kalau listrik yang dihasilkan tidak terlalu besar, teknologi yang digunakan disebut microhydro, listrik dari cara ini maksimal menghasilkan 100kW. Teknologi damless hydro adalah system penghasil listrik yang menggunakan energi kinetik dari aliran sungai atau gelombang laut tanpa menggunakan dam. Sekitar 3.4% energi yang dikonsumsi saat ini berasal dari hidroelektrik

2.4. Hidorgen

Hidrogen dapat menghasilkan listrik dengan menggunakan peralatan yang disebut fuel cell. Ditemukan pertama kali oleh William Grove pada tahun 1839. Secara komersial pertama kali digunakan oleh NASA untuk pembangkit energi di kapsul roket ke luar angkasa dan di satelit. Saat ini hidrogen banyak digunakan di mobil-mobil hibrida (berbakar bensin dan hidrogen). Efisiensi dari hidrogen ini berkisar 40% – 60%.

2.5. Energi Laut

Dalam hal ini termasuk marine current power, ocean thermal energi ada tidal power. Ocean thermal adalah  dengan memanfaatkan perbedaan temperatur di permukaan dan dibawah atau dibagian lebih dalam laut. Sementara tidal memanfaat pergerakan gelombang dipermukaan laut.

2.6. Biomass (plant material)

Merupakan umber renewable energi atau energi terbarukan karena energi ini berasal dari matahari. Melalui proses photosintesa, tanaman menangkap energi matahari . Dalam hal ini biomass berfungsi sebagai aki tempat penyimpanan energi surya. Biomassa telah menjadi sumber energi penting sejak orang pertama mulai membakar kayu untuk memasak makanan dan menghangatkan diri melawan dinginnya musim dingin. Kayu masih merupakan sumber yang paling umum dari energi biomassa, tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi tanaman pangan, rumput dan tanaman lain, limbah pertanian dan kehutanan dan residu, komponen organik dari limbah kota dan industri, bahkan gas metana dari tempat pembuangan sampah dipanen masyarakat.

Biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan sebagai bahan bakar untuk transportasi, atau untuk memproduksi produk yang tidak akan membutuhkan penggunaan bahan bakar fosil. 10% Energi yang digunakan oleh masyarakat saat ini berasal dari biomass, umumnya digunakan untuk pemanas atau memasak.

2.7. Biofuel

Liquid fuell atau bahan bakar bio terbagi menjadi dua yaitu bioalcohol (bioethanol) dan biodiesel. Bioethanol adalah alkohol yang didapat dari proses fermentasi gula yang ada pada tanaman. Pemakaian biofuel ini masih dengan mekanisme pencampuran dengan bahan bakar yang ada seperti biosolar. Pencampuran dilakukan masih sekitar 5%.

Brazil adalah salah satu negara yang memilik program energi terbarukan yang menggunaka metanol yang berasal dari tebu dan etanol. Penggunaannya saat ini sudah mencapai 18%.

2.8. Energi geothermal

Energi geothermal adalah energi yang dihasilkan dengan cara mengambil panas bumi. Ada 3 macam pembangkit (power plant) yang digunakan untuk mendapatkan energi dari energi geothermal, yaitu dry steam, flash, dan binary. Dry steam plants mengambil uap panas bumi dan langsung digunakan untuk menggerakan turbin yang memutar generator penghasil listrik. Flash plants mengambil air panas, biasanya bersuhu lebih dari 200 derajat Celcius, dari tanah yang kemudian mendidih pada saat naik ke permukaan dan kemudian dipisahkan antara air panas dan uap panas yang dialirkan ke turbin. Untuk binary plants, air panas mengalir melalui heat exchangers, mendidihkan cairan organic yang memutarkan turbin. Uap panas yang dimampatkan dan sisa dari cairan geothermal dari ketiga cara diatas disuntikkan lagi ke batuan panas agar menghasilkan panas lagi.

Instalasi geotermal terbesar di dunia terdapat di Geyser California dengan daya sebesar 750 MW.

Gambar 2.1. Kapasitas Pembangkit Energi Terbarukan

Sementara energi terbarukan diproduksi melalui proyek yang besar dan masal, teknologi terbarukan juga cocok untuk daerah rural atau remote, dimana masih memiliki keterbatasan energi.

Pada tahun 2011, Solar panel berukuran kecil telah digunakan untuk menghasilkan energi di jutaan rumah tangga. Demikian juga mikro hidro. Lebih dari 44 juta rumah menggunakan biogas buatan sendiri yang digunakan untuk memasak, pemanas dan penerangan.

Keprihatinan terhadap perubahan iklim, berbarengan dengan naiknya harga minya, naiknya subsidi pemerintah, mengakibat meningkatnya dorongan terhadap produksi dan komersialisasi energi terbarukan

Pemerintah di berbagai negara mulai membuat regulasi dan kebijakan untuk membantu industri terkait dengan energi terbarukan ini. Berdasarkan prediksi di 2011 oleh Internatioal  Energi Agency, energi matahari akan menjadi sumber energi listrik utama dalam 50 tahun ke depan. Hal ini akan mengurangi dampak rumah kaca secara signifikan.

Persoalan yang dihadapi saat ini untuk energi terbarukan adalah biaya untuk menghasilkan energi (generating cost) yang masih tinggi dibanding sumber energi fosil.  Selain itu, keterbatasan dan ketidakpraktisan juga menjadi hambatan. Panel surya membutuhkan tempat yang luas. Kincir angin (wind turbine) membutuhkan kecepatan angin tertentu dan tidak semua tempat memiliki kecepatan yang dibutuhkan tersebut. Sedangkan sumber energ air dan gelombang laut, tidak selalu tersedia di semua tempat.

Melambungnya harga minyak bumi, menipisnya sumber energi fosil dan isu pemanasan global, membuat masyarakat dunia mulai kembali melirik energi terbarukan seperti energi matahari, angin, biomas, geothermal, dan lain-lain. Untuk keperluan komersial seperti di telekomunikasi, energi listrik yang berasal dari PLN merupakan energi termurah yang bisa diperoleh, meskipun menggunakan tarif yang diberlakukan oleh PLN terhadap ATSI (Asosiasi Telepon Seluler Indonesia) yang lebih tinggi dari tarif lainnya (rumah dan perkantoran), yaitu Rp 1.200/kWh, sementara rumah tangga dan perkantoran masih sekitar Rp. 900.- /kWh. Namun, tidak semua lokasi ada PLN. Untuk kondisi ini hybrid energi menjadi pertimbangan.

3.       PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN

Sistem pembangkit energi hibrida (hybrid energy) merupakan teknologi pengembangan energi listrik yang memadukan dua atau lebih sumber energi, seperti energi matahari, angin dan air. Karena keterbatasan dengan lokasi terhadap aliran air, sumber pembangkit air hanya dikembangkan di daerah-daerah tertentu saja. Sehingga, yang paling banyak digunakan saat ini adalah kombinasi antara energi angin dan matahari.

Konfigurasi energi hibrida yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:

a.       Genset dan solar panel

b.      Genset dan wind turbine

c.       Solar panel dan wind turbine

Sebelum lebih jauh membahas hibrid dari energi hibrida, terlebih akan dibahas lebih detail mengenai energi angin dan energi matahari yang akan kita jadikan sumber energi alternatif  hibrida.

3.1. Energi Angin

Pemanfaat energi angin di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan kecepatan angin di sebagian besar wilayah Indonesia kurang dari kebutuhan untuk menggerakkan kincir angin masih terbatas. Kecepatan angin di wilayah indonesia diperlihatkan seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Kecepatan Angin di Wilayah Indonesia (Sumber: LAPAN)

 Sebagian besar wilayah di Indonesia berada di Class 1 dengan kecepatan angin antara 0 hingga 4.4 meter/detik. Di wilayah selatan khatulistiwa berada di Class 2 dengan kecepatan: 4.4 m/det – 5.1 m/detik. Sebagian kecil  berada di Class 3 dengan kecepatan 5.1 m/det – 6.0 m/det., seperti Nusa Tenggara dan Timor.

Gambar 3.2. Daya yang Dihasilkan Wind Turbine Pada Kecepatan Angin Tertentu

Gambar 3.3. Pengaruh perubahan kecepatan angin terhadap persentase daya yang dihasilkan

Hasil perhitungan yang digambarkan dengan grafik pada gambar 3.2 dapat dilihat bahwa kecepatan angin sekitar 5 m/detik merupakan cut in wind speed, ini artinya kecepatan minimal yang dibutuhkan sebuah kincir angin (wind turbine) untuk bisa menghasilkan daya listrik adalah di sekitar kecepatan angin 5 m/detik, tergantung dari jenis dan spesifikasi kincir angin yang digunakan.

Persentase keluaran daya berubah linier terhadap kenaikan kecepatan angin mulai dari 2 m/detik hingga 9 m/detik. Gambar 3.3 menggambarkan bagaimana pengaruh keluaran daya terhadap perubahan kecepatan angin.

Dari gambaran di atas dapat kita simpulkan bahwa energi angin masih belum efektif diterapkan di wilayah Indonesia. Namun demikian masih ada peluang sepanjang nilai investasinya dan ongkos operasionalnya lebih rendah daripada harga BBM ketika melambung tinggi.

 3.2. Energi Matahari

Sebagai wilayah yang terletak di daerah tropis, Indonesia menerima sinar matahari relatif lebih banyak dari wilayah lainnya. Namun, seperti halnya angin, energi yang dihasilkan oleh sel surya (solar panel) juga tergantung dari intensitas radiasi yang berbeda-beda di setiap wilayah di permukaan bumi. Seperti diperlihatkan pada gambar 3.4. 

Gambar 3.4. Peta Radiasi Matahari di Indonesia (Sumber: LAPAN)

Gambar 3.5. Grafik Radiasi Matahari Sepanjang Tahun di Berbagai Lintang

Sebagian besar wilayah Indonesia berada di indeks radiasi 4.5, dan sebagian kecil 5.0. dan 4.0,  sangat cocok menggunakan energi matahari sebagai sumber daya. Terlebih lagi posisi Indonesia di wilayah khatulistiwa yang mendapat sinar matahari sepanjang tahun dengan fluktuasi energi berkisar di 35 MJ/m2, seperti diperlihatkan di grafik pada gambar 3.5.

Dari kedua sumber ener-gi tersebut, maka pola hibrida yang sesuai adalah solar surya de-ngan generator (genset). Genset dipilih sebagai cadangan (backup) ma-nakala matahari tidak dapat menyinari meski autonomus tiga hari. Dengan demikian pema-kaian bahan bakar fosil dapat ditekan seminal mungkin.

 4.       SOLUSI ENERGI UNTUK BTS DI OFF GRID AREA

Idealnya, BTS hanya dicatu dengan solar panel dan di-backup oleh baterei. Dengan cara demikian biaya operasional (OPEX) dapat ditekan mendekati nol, operasional BTS dapat dikategorikan 100 persen green BTS dan hanya akan ada penggantian terhadap baterei antara 4 – 5 tahun sekali. Akan tetapi, selain konsumsi daya di BTS saat ini umumnya masih cukup besar, keterbatasan lahan di BTS  membatasi jumlah panel yang dapat dipasang.

Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan biaya energi (cost of energy, COE) per kWh jika menggunakan 100 persen solar panel dan tinjuan terhadap luas lahan yang dibutuhkan. Selanutnya dilakukan perhitungan solar panel yang didasarkan atas luas lahan tipikal yang tersedia pada lokasi BTS yang ada. Ukurannya umumnya 15×15 meter persegi dikurang alokasi lahan untuk menara. Kekurangan dayanya akan diperhitungkan dengan menggunakan genset.

Hasil perihitungan terebut dibandingkan jika kita menggunakan genset dan baterei (CDC) dan dua unit genset (Double Genset).

 4.1.  Perhitungan Biaya Energi dengan Menggunakan Solar Panel

Dalam perhitungan ini, beban BTS mengacu kepada standar tipikal BTS yang digunakan di site seperti digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Rincian Daya di Lokasi BTS

Dengan asumsi beban merata 2.4 kW sepanjang hari dan energi dari matahari yang dapat dimanfaatkan adalah 6 jam sehari, maka dapat dilakukan perhitungan kebtuhan energi sebagai berikut dan ukuran (dimensioning) baterei dan solar panel sebagai berikut.

Tabel 4.2. Perhitungan kebutuhan Energi di Lokasi BTS

Langkah selanjutnya adalah menghitung kapasitas baterei yang dibutuhkan untuk menyimpan energi matahari dan mem-backup beban ketika tidak ada matahari.

Tabel 4.3. Perhitungan Kebutuhan Baterai

Sebenarnya, beban 2.4 kW tersebut fluktuatif setiap jam sepanjang hari. Hal ini disebabkan konsumsi daya tergantung jumlah trafik yang ada di BTS. Umumnya naik mulai dari jam 8 pagi hingga turun kembali setelah pukul 8 malam. Sementara itu matahari dapat dimanfaatkan secara optimal antara pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore. Fluktuasi beban dan pola radiasi matahari diperlihatkan pada gambar 4.1. 

Gambar 4.1. Energi Matahari yang Diterima Dibandingkan Daya yang Digunakan untuk Transmisi

Dari tabel 4.2 dan 4.3. diketahui bahwa jumlah energi yang dibutuhkan per harinya, selama 24 jam, adalah 57.6 kWh. Energi tersebut, selama 6 jam diambil langsung dari solar panel dan sisanya 18 jam diambil dari bateri. Akan tetapi belum termasuk pengisian baterei (charging). Untuk menentukan total energi yang digunakan harus diperhitungkan kapasitas backup ketika tidak ada matahari  yang dikenal dengan autonomous. Aurtonomous dibuat 1 hari (24 jam). Sehingga total energi yang dibutuhkan per hari adalah 100.8 kWh. Energi ini diuganakan untuk mencatu beban dan mengisi baterei. Dari tabel tabel hasil perhitungan dapat dilihat bahwa dibutuhkan batere sebesar 8.333 Ah. Karena kita akan menggunakan baterei 1000 Ah per bank, maka jumlah bank yang dibutuhkan adalah 9 bank (pembulatan ke atas dari hasil perhitungan 8.3 bank). Satu bank baterei bertegangan 48 Volt, dengan kapasitas 1000 Ah yang terdiri dari 24 blok baterei yang bertegangan 2 Volt. Jadi, total ada 9 bank yang diparalel.

Tabel 4.4. Perhitungan Kebutuhan Solar Panel

Dengan rata-rata penyinaran 6 jam per hari dan derating factor 0.9, dan beban kebutuhan energi seperti pada tabel 4.2 dan 4.3, maka dibutuhkan kapasitas solar panel sebesar 18.7 kW untuk menghasilkan energi sebesar 1296 kWh per hari. Jika digunakan solar panel dengan kapasitas 240 Watt per panel, maka jumlah panel yang dibutuhkan adalah 77.8 panel, atau dibulatkan ke atas menjadi 78 panel.Tabel 4.4 Perhitungan Kebutuhan Solar Panel

Dengan dimensi panel 1685 mm x 993 mm, maka ke-78 panel tersebut dapat disusun di lokasi BTS yang umumnya memiliki ukuran tipikal 15m x 15m.  Susunan solar panel diilustrasikan pada gambar 4.2. 

Gambar 4.2. Susunan Solar Panel di Lokasi BTS

Baterei dengan kapasitas 9 bank dapat ditempatkan di dalam kabinet di bawah solar panel.

Tabel 4.5. Perhitungan Biaya Investasi Awal

Dengan mengambil harga solar panel USD 2 per Watt-nya, berikut perangkat charge controller, maka untuk kapasitas solar panel 18.7 kW diperlukan biaya sebesar USD 37.440. Sedangkan untuk baterei, dengan menggunakan harga baterei di pasaran rata-rata USD 10 per Ah untuk kapasitas besar, maka investasi untuk baterei  yang dibutuhkan adalah USD 90.000,- Setelah ditambah dengan inverter, total biaya menjadi USD 127,940.Tabel 4.5. Perhitungan Biaya Investasi Awal

Jika sistem solar panel ini dioperasikan selama 4 tahun, maka total energi yang terpakai untuk mencatu BTS dengan beban total 2.4 kW adalah 2.4kW x 4 x 365  x 24 jam atau 84,096 kWh. Sehingga diperoleh COE (cost of energy) atau biaya per kWh-nya adalah USD 127,940/84,096 kWh atau USD 1.52/kWh. Dengan kurs Rp 9,000/USD, maka COE nya Rp 13,692/kWh. Jika perhitungan COE ini mengacu ke kapasitas produksi solar panel perhari, yaitu 187 kWh/hari (termasuk untuk mencatu beban dan mengisi baterei), maka COE nya adalah USD 0.87/kWh atau Rp 7.824/kWh. Bandingkan dengan tarif PLN ke pelanggan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia)  yang hanya Rp 1.200/kWh. COE Solar panel masih jauh lebih tinggi dari energi PLN. Namun, karena yang kita bahas adalah site yang berada di lokasi off grid (tanpa PLN), maka harus dibandingkan dengan CDC atau dual genset.

Dengan memasukkan parameter yang sama pada aplikasi simulasi HOMER, diperoleh hasil seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 4.3. Hasil Simulasi dengan Menggunakan Aplikasi HOMER

Terdapat perbedaan dalam hal biaya investasi. Hasil simulasi dengan HOMER adalah USD 92,963. Sementara hasil perhitungan manual adalah USD 87,588. Perbedaan ini disebabkan karena pada perhitungan manual, jumlah jam dalam sehari yang terkena sinar matahari hanya 6 jam. Dengan HOMER penrhitungan dilakukan dari fraksi jam (bukan harian seperti manual) dengan men-simulasikan berdasarkan data yang diambil dari NASA. Disamping itu HOMER tidak memperhitungkan autonomi 1 hari (total 24+18 jam atau 30 jam) sehingga biaya invesstasi lebih kecil.

Perbedaan juga terjadi pada perhitungan COE. Dari hasil simulasi dengan HOMER adalah USD 0.59/kWh, sementara perhitungan manual USD 0.83/kWh atau USD 1.04/kWh. Perbedaan ini masih disebabkan oleh biaya investasi yang rendah di HOMER karena tidak mengantisipasi autonomi selama 30 jam. Penyebab lainnya adalah pengambilan periode investasi yang berbeda antara perhitungan manual dan simulasi HOMER.

4.2. Sistem Charge Discharge (CDC)

Pada kondisi dimana PLN tidak ada (jauh dari BTS), maka upaya lain yang dapat dilakukan adalah mengkonversi BTS yang dicatu oleh dua genset menjadi BTS yang dicatu dari satu genset ditambah baterei atau dikenal dengan istilah CDC (Charge DisCharge). Konversi ini lebih murah karena hanya menambahkan satu atau beberapa bank baterei dan power supply (rectifier) serta controller. Salah satu genset dinonaktifkan dan bisa digunakan atau direlokasi ke site BTS lain yang membutuhkannya.

Dengan konversi site yang beroperasi dengan dua unit genset bergantian menjadi CDC, pemakain BBM dapat ditekan dari 24 jam hingga menjadi sekitar 6 jam atau bahkan lebih rendah lagi, tergantung dari besarnya beban/kodnisi trafik dan kapasitas genset yang tersedia. Tabel berikut ini memperlihatkan contoh beban di BTS yang dikonversi dari dual genset menjadi CDC. Dengan beban 2 kilowatt dan genset 2×20 kVA, dapat dikonversi menjadi sistem CDC dengan siklus 3 jam charge (mengisi baterei) dan 9 jam discharge berulang 2 kali dalam sehari atau total dalam 24 jam genset bekerja hanya 6 jam dan battery discharge selama 18 jam. Hal ini dimungkinkan karena kapasitas genset yang berlebih dapat digunakan  untuk mengisi baterei. Setelah baterei penuh, genset istirahat bekerja dan beban dicatu oleh energi dari baterei.

Perhitungan biaya investasi CDC dan biaya operasi selama 4 tahun dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut ini. 

Tabel 4.6. Perhitungan Investasi CDC

Perhitungan investasi CDC pada tabel 4.6 didasarkan pada beban sebesar 2 kilo Watt seperti dirinci pada Tabel 4.1. Genset yang digunakan 20 kVA (16 kW) pada dasarnya adalah menggunakan genset yang ada, namun dalam hal ini dianggap sebagai investasi baru. Kapasitas 20 kVA cukup optimal untuk CDC 6 jam charge 18 jam discharge (2 cycle per hari).

Tahun kedua dilakukan penggantian baterei dikarenakan baterei yang ada dirancang untuk beroperasi 1500 cycle dengan 2 cycle per hari.

Tabel 4.7. Perhitungan Biaya Operasional CDC Selama 4 tahun

Untuk genset berkapasitas 20 kVA atau 16 kW, biaya operasional per jam berdasarkan pengalaman di lapangan adalah USD 3.9 per jam. Biaya tersebut sudah termasuk BBM (sekitar 3.5 liter/jam) dan pemeliharaan rutin. Jika dihitung TCO (Total Cost of Ownership), yaitu total CAPEX dan OPEX selama 4 tahun adalah USD 54,600 + USD 34,798 atau USD 89,398. Dengan mengambil nilai efisiensi genset sebesar 90%, maka energi yang dihasilkan sepanjang 4 tahun adalah 16 kW x 90% x 8760 jam atau  126,144 kWh. Dengan demikian biaya per kWh adalah USD 0.71 per kWh atau Rp 6,378/kWh dengan kurs Rp 9000/USD. Kalau COE dihitung berdasarkan beban yang dicatu, yaitu 2kW, maka selama 4 tahun energi yang digunakan oleh BTS adalah 70,080 kWh sehingga COE nya adalah USD 1.28/kWh atau sekitar Rp 11.481/kWh.

Jika dibandingkan dengan solar panel, CDC masih lebih murah dalam hal COE. Akan tetapi, mari kita perhatikan bersama, bahwa untuk solusi BTS dengan total beban 2 kW,  TCO solar panel masih lebih murah, yaitu USD 87,380. Sementara dengan CDC adalah USD 89,398.

Keuntungan lain dengan solar panel adalah tidak perlu khawatir dengan pengisian BBM, BBM dicuri ataupun pemeliharaan genset. Juga tidak perlu khawatir genset gagal berfungsi atau gagal switch over (kerusakan ATS).

 4.3. Double Genset

Sebelum ditemukan konsep CDC, double genset pada awalnya merupakan solusi termudah dan tercepat untuk lokasi-lokasi BTS yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN, setidaknya sebelum ditemukan solusi dengan menggunakan CDC. Tabel 4.8 dan tabel 4.9 memperlihatkan biaya CAPEX dan OPEX pembangunan double genset 15 kVA.

Tabel 4.8. Biaya Investasi Double Genset

Penggunaan genset dengan kapasitas 15 kVA sebenarnya berlebihan untuk BTS dengan teknologi baru yang lebih efisien saat ini. Akan tetapi sebagian site yang berlokasi remote tersebut juga ditempat transmisi backbone, sehingga disamping bebannya lebih besar, juga membutuhkan sistem pendingin (Air Contitioner)

Tabel 4.9. Biaya Operasional Double Genset Selama 4 Tahun

OPEX site dengan double genset terdiri dari bahann bakar (BBM) dan biaya pemeliharaan genset. Rata-rata, berdasarkan pengalaman dan perhitungan, per jam operasional genset membutuhkan biaya USD 4, termasuk BBM dan pemeliharaan.

Dengan efisiensi genset sebesar 90%, maka total energi yang dihasilkan selama 4 tahun oleh kedua genset 15 kVA (12 kW) adalah  378,432 kWh.  Jika diasumsikan load yang ada di site tersebut adalah 2 kW, maka total energi terpakai adalah 70,080 kWh.

TCO (Total Cost Ownership) selama empat tahun untuk operasional doubel genset adalah  USD 199,164. Dari biaya tersebut,dapat diperkirakan COE (Cost of Energy) terhadap energi yang diproduksi adalah USD 0.53/ kWh atau Rp 4,736/kWh. Jika dihitung terhadap energi yang terpakai, makah COE nya adalah USD 2.84/kWh atau Rp 25,578/kWh 

5. KESIMPULAN

Di tengah persaingan bisnis telekomunikasi yang semakin ketat, para operator mulai berusaha melirik semua alternatif energi yang mungkin. Saaran utama adalah menekan biaya. Faktor utama yang dilihat adalah Cost of Energy (COE) dan Total Cost of Ownership (TCO). Dari beberapa alternatif, paling disukai adalah solar panel, karena tidak perlu direpotkan dengan pemeliharaan rutin seperti pengisian BBM, servis berkala dan juga masalah kegagalan seperti genset tidak bisa start atau ATS (automatic transfer switch) tidak berfungsi sehingga genset bisa beroperasi tapi tidak bisa menyuplai beban dan masih banyak masalah lain. Kelebihan solar panel adalah tidak menghasilkan polusi, baik polusi udara maupun polusi suara.

Akan tetapi, yang menjadi kendala saat ini adalah TCO solar panel yang masih relatif tinggi dibanding CDC (Charge Dis-Charge) misalnya. Selain itu masalah luas area juga menjadi masalah.

Dari uraian di atas, berikut ini ringkasan COE dan TCO untuk masing-masing sumber energi yang mungkin digunakan.

Tabel 5.1. COE dan TCO 2 Genset, Solar Panel, CDC dan PLN Selama 4 Tahun

PLN memang paling murah, tapi tidak semua lokasi tersedia jaringan PLN. Alternatif yang paling mungkin adalah CDC. Namun demikian, dengan semakin kecilnya konsumsi energi BTS jenis baru dan semakin murahnya harga solar panel bukana tidak mungkin dalam waktu dekat ini solar panel menjadi sumber energi utama bagi BTS-BTS, setidaknya di wilayah yang tidak terdapat jaringan PLN.

 6. DAFTAR PUSTAKA