X-Men termasuk franchise komik superhero-nya Marvel yang sampai saat ini sudah beberapa kali diangkat ke layar lebar, yaitu X-Men (2000), X2 (2003), X-Men: The Last Stand (2006), X-Men: First Class (2011) dan X-Men: Days of Future Past (2014). Film X-Men (2000), X2 (2003) dan X-Men: The Last Stand (2006) masih bercerita dengan 1 runtutan alur cerita yang searah dengan bagian akhir yang kurang saya sukai, sebagian besar anggota X-Men tewas. Kemudian tiba-tiba muncul film X-Men: First Class (2011) yang tidak melanjutkan kisah pada X-Men: The Last Stand (2006), tapi justru kembali ke masa lampau menceritakan asalmuasal Professor X dan Magneto sebelum kedua sahabat ini berseteru. Professor X nantinya akan menjadi pemimpin dari X-Men yang berusaha menjaga perdamaian antara mutant dan manusia. Sementara itu Magneto nantinya akan memimpin sekelompok mutant untuk membunuh umat manusia karena berbagai sikap diskriminatif yang dilakukan beberapa manusia kepada mutant. Kalau begitu, bagaimana dengan X-Men: Days of Future Past (2014)? X-Men: Days of Future Past (2014) merupakan kelanjutan dari X-Men: The Last Stand (2006) sekaligus X-Men: First Class (2011).
Pada film X-Men: Days of Future Past (2014), dikisahkan bahwa manusia menciptakan Sentinel, mesin pembunuh mutant yang mampu meniru & mereplikasi kemampuan unik berbagai mutant. Sentinel didesain khusus untuk memburu mutant, Sentinel dapat dimenemukan mutant, dimanapun mutant bersembunyi. Banyak mutant diburu dan dibunuh. Kisah ini terjadi setelah kisah pada X-Men: The Last Stand (2006) usai sehingga anggota X-Men senior yamg tersisa tinggal Professor X (Patrick Steward), Wolverine (Hugh Jackman), Storm (Halle Berry) & Rogue (Anna Paquin). Sisanya adalah mutant murid Professor X yang sudah mulai tumbuh dewasa plus Magneto (Ian McKellen), mantan musuh X-Men yang sudah tua dan sadar akan kesalahannya di masa lampau.
Kelelahan dan kekurangan personel, posisi X-Men semakin terpojok. Kekalahan telak dari para Sentinel tinggal menunggu waktu saja. Akhirnya, seluruh anggota X-Men setuju untuk mengirim Wolverine kembali ke masa lampau, tahun 1973. Tahun setelah kisah pada film X-Men: First Class (2011) usai. Kenapa Wolverine yang dikirim? Karena Wolverine memiliki kemampuan untuk sembuh sendiri, hanya Wolverine-lah mutant yang cukup kuat untuk di kirim jauh ke masa lampau, 1973. Kenapa 1973? Karena pada tahun itulah Mistique (Jennifer Laurence) membunuh Bolivar Trask (Peter Dinklage), pencipta Sentinel generasi pertama. Trask memang tewas, namun riset pengembangan Sentinel tidak dihentikan, pembunuhan Trask justru memacu para pemimpin dunia untuk mendukung proyek Sentinel. Pada tahun 1973 jugalah Mistique berhasil ditangkap dan dijadikan bahan eksperimen, eksperimen yang akhirnya membuat Sentinel semakin kuat karena berhasil merekayasa kemampuan Mistique, replikasi.
Andaikan Mistique tidak tertangkap dan Trask “disingkirkan” dengan cara yang lebih “baik”, mungkin kehancuran yang terjadi di masa depan dapat dihentikan. Masalahnya apakah mungkin seseorang yang dikirim ke masa lalu dapat mengubah masa depan? Ada teori quantum yang menjelaskan bahwa mengubah masa depan dengan datang ke masa lalu adalah mustahil, seseorang yang datang ke masa lalu hanya akan menjalani lagi takdir yang memang akan terjadi di masa depan, hal ini pernah dijelaskan pada filmnya Opa Bruce Wilis, 12 Monkeys (1995). Masalahnya, Wolverine bukan seorang manusia biasa, ia adalah mutant yang akan dibantu oleh Professor X muda atau Charles Xavier (James McAvoy), Magneto muda atau Erik Lehnsherr (Michael Fassbender), Beast muda atau Hank McCoy (Nikholas Hoult) dan terakhir, Quicksilver muda atau Peter Maximoff (Evan Peters). Di tahun 1973, mereka memang belum memiliki nickname mutant yang keren atau kostum yang canggih, tapi sekelompok mutant ini akan bahu membahu menyelamatkan masa depan mereka dengan mengubah sejarah.
Cerita-cerita yang diambil dari komik Amerika memang sarat dengan dunia paralel dan mesin waktu, beda dengan komik Jepang. Jadi, saya tidak kaget kalau kisah X-Men direset melalui usaha merubah masa depan yang berat sebelah. Kisah-kisah X-Men relatif kompleks karena seolah tidak ada musuh abadi atau teman abadi, semua dapat berubah demi mencapai keseimbangan. Mutant & manusia dikisahkan sama-sama ada yang jahat & ada yang baik. Misi atau tujuan yang dituju pun dapat sama, namun cara untuk mencapai tujuannya dapat berbeda, hal ini sudah sering diperagakan oleh Professor X dan Magneto.
Walaupun ada beberapa intrik dan sedikit kejutan pada X-Men: Days of Future Past (2014), rasanya film ini tetap standar-standar saja, kurang ada gregetnya. Sayang porsi kehadiran Quicksilver muda atau Peter tidak terlalu banyak padahal karakter tesebut cukup konyol dan membawa kesegaran baru bagi X-Men: Days of Future Past (2014). Special effect yang cukup banyak dan terlihat bagus pun tidak terlalu menolong penilaian saya terhadap film ini. Menurut saya, X-Men: Days of Future Past (2014) relatif lebih bagus daripada film Godzilla (2014) yang saya tonton minggu lalu. Kalau Godzilla (2014) hanya mendapat nilai 2, maka X-Men: Days of Future Past (2014) layak mendapat nilai 3 dari skala maksimal 5 yang artinya “Lumayan”.
Sumber: www.x-menmovies.com