Papan, sandang & pangan adalah kebutuhan primer manusia. Pada blog ini rasanya saya sering membahas pangan alias makanan dan minuman. Kali ini saya hendak membahas papan alias tempat tinggal, tempat tinggal yang saat ini saya tempati yaitu apartemen.
Saya pribadi sementara ini lebih memilih untuk tinggal di apartemen bersubsidi atau rusunami karena saya masih berdua saja dengan istri, belum ada anak. Unit apartemen saya hanya berukuran 33 meter persegi, mungil yah :’D. Jadi pendapat saya mengenai apartemen di tulisan ini berdasarkan pengalaman saya tinggal di apartemen bersubsidi, bukan apartemen mewah ya. Di Jakarta banyak terdapat apartemen, mulai dari yang kelas lux sampai kelas sederhana seperti rusunami. Kelebihan tinggal di apartemen yang paling menonjol bagi keluarga saya adalah karena lokasinya yang dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti akses jalan tol, pusat perbelanjaan, bioskop dan lain-lain. Namun entah kenapa sekarang ini banyak apartemen-apartemen yang dibangun nun jauh di sana, di pinggir kota, bahkan ada yang di pegunungan seperti Sentul, weleh-weleh. Kalau apartemen dibangun di Bekasi, kemungkinan fungsinya mirip seperti apartemen di tengah Jakarta, dekat keramaian, dekat tempat kerja pula. Di Bekasi sana banyak pabrik lohhh. Nah kalau apartemen yang dibangun di lokasi seperti Sentul, kemungkinan fungsinya seperti vila atau tempat liburan.
Selain karena istri saya senang memandang kota dari atas atau istilah kerennya city view, saya pribadi senang sekali dengan posisi apartemen saya karena dengan dekatnya jarak ke kantor, bukan karena alasan yang lain seperti tempat liburan dan wisata. Semakin cepat saya sampai rumah dan semakin siang saya bisa berangkat ke kantor, maka semakin banyak pula waktu saya bersama istri di apartemen, tidak tua di jalan, maklum Jabodetabek macetnya minta ampun.
Apapun fungsinya, unit apartemen biasanya memiliki luas yang mungil dibandingkan rumah. Tapi kalau keluarga kita masih mungil juga, luas unit apartemen yang mungil tersebut akan terasa cukup efisien. Luas yang harus dibersihkan otomatis kecil juga, tidak perlu bantuan pembantu rumah tangga. Kalaupun kita tidak sempat bersih-bersih, kita dapat membayar mas-mas atau mba-mba cleaning service untuk membersihkan unit kita di pagi dan sore hari. Di apartemen semua ada dan serba instan bin cepat asalkan ada fulus :P.
Mau makan? Selain laundry, supermarket, kantor travel, kantor ormas dan supermarket, di lantai bawah atau di pelataran apartemen biasanya bertebaran warung makan, mulai dari yang tidak punya nama sampai franchise ternama. Kalau malas keluar, tenaaang saja, kan ada layanan cathering & delivery order. Hampir setiap hari saya bertemu dengan pengantar KFC, Pizza Hut dan kawan-kawan di lift apartemen :P.
Tidak hanya sebatas pesan makan dan bersih-bersih saja, kalau ada AC rusak atau pipa rusak pun penghuni apartemen bisa langsung angkat telefon saja dan akan ada petugas datang memperbaiki. Tapi memang terkadang, petugas yang terlibat dalam layanan-layanan tersebut meminta tip meskipun tidak secara terang-terangan, yaaah macam di hotel saja mungkin. Masalahnya memang banyak juga unit apartemen yang disewakan mingguan atau harian, nah penghuni-penghuni mingguan/harian ini yang sering merusak kebiasaan petugas-petugas tersebut. Karena penghuni temporer ini terkadang merasa bahwa apartemen sama dengan hotel mungkin, jadi apa-apa langsung kasih tip, tip lagi, tip lagi kepada petugas yang datang walaupun sudah membayar ke pihak manajemen dari petugas tersebut :'(. “Situ uenak ae duite akeh & ga tinggal di sini tahunan, lha aku piye jal???”.
Masalah tip ini terjadi pula dalam hal parkiran apartemen yang terkenal ruwet. Saya akui mencari parkir di area apartemen itu susah untuk jam-jam tertentu, maka saya tidak keberatan memberikan tip kepada petugas parkir yang menolong saya, bukan oknum satpam yang hanya “nongkrong” sambil “awey-awey” kemudian menghampiri “sok-sok ngajak ngobrol gak penting blasss” yang secara halus artinya mau bilang “bagi tip duong bos” :’P, bah!
Mencari parkir di apartemen saya yang hanya 3 tower itu saja sudah cukup susah, entahlah bagaimana nasib kawan-kawan yang tinggal di apartemen dengan lebih dari 3 tower seperti superblock apartemen kalibata. Pada jam-jam tertentu, teman saya yang tinggal di sana membutuhkan sekitar 45 menit untuk parkir sampai tuntas atau untuk keluar dari area parkir apartemen menggunakan mobil. Andaikan 1 unit apartemen hanya diperbolehkan membawa 1 kendaraan, masalah ini tidak akan terjadi. Saya lihat sendiri ada 1 unit mungil berisikan 3 orang dan masing-masing orang pulang pergi mengunakan mobil. Selain 3 mobil tersebut mereka memiliki 1 motor dan 1 mobil lagi, waduh mau buka showroom apa?
Saya sendiri lebih sering naik angkot atau bus. Selain murah, banyak angkot atau bus melewati depan apartemen :). Tapi saya agak segan kalau naik ojeg atau bajaj dari depan apartemen, harganya relatif tinggi dan tidak mau ditawar. Berbeda kalau kalau abang ojeg atau bajaj melihat saya keluar dari jalan di seberang apartemen, harganya relatif lebih bisa ditawar :P.
Sayang sekali harga apartemen sekarang tidak bisa ditawar seperti tarif bajaj atau ojeg :P. Harga apartemen baru terus naik tapi terkadang sulit dijual, tergantung lokasi dan faktor-faktor lain. Mungkin karena status apartemen adalah Strata Tile? Sebenarnya Strata Tile sejajar dengan SHM. Karena statusnya yang sejajar, sertifikat Stratra Tile bisa dijadikan sebagai jaminan usaha juga lhooo. Sertifikat Strata Tile menjelaskan kepemilikan unit lengkap dengan panjang, lebar, batas utara, batas timur, batas barat, batas selatan, di bawah ada apa dan di atas ada apa. Bagimana dengan tanah, lift, koridor dan fasilitas umum yang ada di area apartemen? Dimiliki bersama oleh semua pemilik unit apartemen yang pengaturan dan pengelolaannya dilakukan oleh Perhimpunan Penghuni.
Perhimpunan Penghuni biasanya menjadi wadah yang mengatur kepentingan penghuni termasuk asuransi. Undang-Undang No. 16 tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1988 memang mewajibkan Perhimpunan Penghuni untuk mengasuransikan apartemen. Biasanya biaya asuransi ini diambil dari iuran bulanan. Setahu saya, iuran bulanan yang dimaksud biasa disebut service fee. Service fee wajib dibayar per bulan dan per meter persegi dari unit yang dimiliki.
Selain service fee, terdapat pula biaya listrik dan air. Jangan harap harga listrik dan air sama seperti harga PLN dan PAM. Masing-masing apartemen memiliki peraturan dan tarif yang berbeda terkait hal ini, namun biasanya harga listrik dan air di apartemen lebih mahal daripada harga listrik dan air di rumah.
Saya sendiri berencana untuk pindah ke pilihan tempat tinggal yang berbentuk rumah ketika keluarga kecil saya sudah bertambah besar. Kalau saya sudah pindah nanti, unit apartemen saya akan saya sewakan saja entah bulanan atau mingguan, yang pasti tidak harian apalagi jam-jam-an, saya tidak ingin unit apartemen saya dipergunakan untuk hal-hal yang negatif. Masalahnya sekarang saja saya sering mendapat selebaran iklan pijat diselipkan lewat bagian bawah pintu depan unit saya. Iklan tersebut berisikan layanan pijat siap dipanggil 24 jam oleh wanita/pria muda dan menarik. Ada pijat erotik, vitalitas dan lain-lain. Wah-wah, kok agak “menjurus” begini iklannya? Terkadang pelaku penyebar iklan seperti ini kena “grebek” warga apartemen karena meresahkan, tapi sayang mati 1 tumbuh 1000, iklan seperti ini tidak berhenti beredar. Mungkin karena ada penghuni yang menjadi konsumennya ya?
Saya sendiri tidak terlalu tahu siapa saja tetangga saya yang doyan pijit-pijitan karena lingkungan apartemen memang relatif lebih individualistis dibandingkan lingkungan perumahan. Tetangga sebelah rumah saya saja tidak pernah membalas senyum saya, apalagi bisa saling kenal. Hal ini dialami pula oleh teman saya yang tinggal di apartemen sebelah. Kalaupun bertemu di bus atau jalan, yaa pasti tidak akan saling sapa.
Hal inilah yang menyebabkan PP atau Perhimpunan Penghuni sering dikuasai oleh pihak pengembang. Kepengurusan PP terkadang diputuskan melalui voting, lha kalau sesama penghuni cuek semua ya hampir dipastikan pihak pengembang akan menang. Ada pengembang yang nakal, ada pula pengembang yang baik-baik saja. Saya dengar ada apartemen-apartemen yang penghuninya demo dikarenakan keputusan PP yang dianggap “memeras” dan mencampuri kehidupan sehari-hari penghuni. Beruntung hal tersebut tidak terjadi di apartemen tempat saya tinggal. Ada baiknya kita menyelidiki terlebih dahulu pihak pengembang apartemen kepada orang estimator bank, biasanya mereka mengetahui apakah pengembang tersebut bermasalah atau tidak.
Demikian sekelumit pengalaman saya selama saya tinggal di sebuah apartemen murah meriah yang terletak di Jakarta Pusat. Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan yang berniat untuk membeli atau menyewa apartemen.