Saya termasuk penonton film yang sering tidak setuju dengan juri-juri Oscar. Beberapa film yang menurut para juri Oscar bagus dan memenangkan penghargaan sebagai film terbaik, justru mendapat penilaian yang kurang bagus dari saya. Secercah harapan bahwa pada akhirnya film yang memenangkan penghargaan sebagai filn terbaik Oscar akan saya sukai pun muncul ketika Birdman (2014) memenangkan penghargaan film terbaik Oscar 2015 dan berbagai penghargaan lain. Dari judulnya sih yaaa mirip-mirip Superman, Batman atau Spiderman. Apalagi di trailer-nya saya melihat sesosok superhero terbang di sebuah kota. Biasanya saya relatif suka dengan film-film yang bertemakan superhero ;). Masalahnya, apakah Birdman (2014) sesuai dengan ekapektasi saya?
Ouch! Birdman pada film Birdman (2014) ternyata merupakan tokoh superhero yang Riggan Thomson (Michael Keaton) perankan di masa lampau. Jadi Birdman bukanlah superhero seperti Superman dan kawan-kawan :'(. Pada film yang disutradarai oleh Alejandro G. Iñárritu ini, dikisahkan bahwa setelah pensiun dari memerankan superhero Birdman, Riggan bermain sebagai seorang aktor teater di Broadway. Ia merasa hampa, tidak mampu berprestasi lagi seperti dulu. Riggan berambisi untuk membuat sesuatu yang “wow.
Dalam kesehariannya, Riggan bekerja bersama Samantha Thomson (Emma Stone), anak Riggan yang mantan pecandu. Disini diperlihatkan hubungan ayah-anak yang kurang harmonis.
Ketidakharmonisan hubungan terjadi pula pada hubungan antara Riggan dengan aktor baru yang egois dan brengsek, Mike Shiner (Edward Norton). Bah, karakter yang Mas Norton perankan benar-benar terkesan menyebalkan.
Dalam menghadapi berbagai masalah yang datang, Riggan selalu ditemani oleh sosok pahlawan bertopeng yang hanya dapat ia lihat dan dengar seorang, sosok tersebut adalah sosok Birdman. Bisikan-bisikan dari Birdman selalu hadir menemani dan memotivasi Riggan agar Riggan terus berupaya untuk mencapai kejayaan.
Amat sangat tidak sesuai dengan ekspektasi saya, Birdman (2014) ternyata adalah film drama. Saya akui kadar drama pada film Birdman (2014) sangat kental, karakter-karakternya pun terlihat sangat kuat, mungkin inilah yang membuat Birdman (2014) memenangkan banyak penghargaan dari para juri yang berjiwa seni tinggi.
Sayang sekali jiwa seni saya mungil sehingga bagi saya pribadi, Birdman (2014) nampak sebagai film orang stres yang tidak jelas jalan ceritanya. Ketika sampai pada bagian tengah film, saya sudah bisa bahwa akhir film ini pasti tidak jelas. Weleh-weleh, tebakan saya benar ternyata. Oh yaaa, background suara drum yang ada sepanjang film cukup anoying bagi saya, tak ada sound effect lainnya apa :(.
Mohon maaf para juri Oscar yang terhormat, sekali lagi, kita tidak sependapat. Birdman (2014) bagi saya hanya layak untuk mendapat nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus” v(^_^)v.
Sumber: www.birdmanthemovie.com
bukan cerita yang wow yang membuat birdman sukses kakaku sekalian. tapi teknik-teknik pembuatan filmnya yang membuat kita geleng-geleng kepala. dan soundnya itu menurut aku sangat-sangat memiliki arti yang bernilai dan membuat film ini berasa beda dari film yang lain
SukaSuka
sama sih saya juga sering ga sreg sama juri Oscar, namun untuk tahun ini saya sependapat dengan mereka. Birdman layak menang.
SukaSuka
Yg saya setujui hanya kemenangan Big Hero pada kategori animasi saja 🙂
SukaSuka
justru Big Hero itu segara kualitas kurang, namun memang selera orang beda-beda.
SukaSuka
betuls. Birdman tetap hanya cerita orang stres bagi saya, saya lebih memilih Grand Bundapest Hotel untuk Best Picture 2015.
SukaSuka