12 Angry Men (1957)

12AngryMen1

Berdasarkan rekomendasi salah satu kawan blogger, kemarin akhirnya saya menonton 12 Angry Men (1957), film hitam putih yang dibuat jauh sebelum saya lahir, 1957 :,D. 12 orang marah-marah? Isinya tentang 12 orang marah-marah? Oooo tidak juga, film ini bercerita mengenai perdebatan 12 orang juri pengadilan dari sebuah kasus pembunuhan.

Bagi teman-teman yang sering menonton serial Law & Order, Boston Legal atau Franklin & Bash, tentunya familiar dengan sistem pengadilan Amerika Serikat. Berbeda dengan sistem pengadilan di Indonesia, sistem pengadilan di Amerika sana menggunakan sekelompok juri sebagai pengambil keputusan akhir dari kasus yang disidangkan. Para juri terdiri dari warga biasa yang telah dipilih dan diseleksi. Pada 12 Agry Men (1957), para juri terdiri dari individu-indivudu dengan latar belakang dan sifat yang berbeda. Mereka harus memutuskan apakah seorang remaja layak untuk dijatuhi hukuman mati. Remaja tersebut didakwa sebagai pembunuh ayahnya sendiri.

12AngryMen8

Pada awalnya hanya 1 juri yang menyatakan bahwa remaja tersebut tidak bersalah, kesebelas lainnya menyatakan remaja tersebut bersalah dan layak mati. Disinilah awal dari perdebatan panjang yang cerdas dan logis. Terjadi saling balas argumen yang menarik meskipun rasanya 95% peristiwa pada 12 Agry Men (1957) terjadi di ruangan juri @__@. Bosan? Saya pribadi tidak karena di sana kesaksian dan barang bukti diuji kembali dengan cara yang menarik dan sesuai dengan kondisi Amerika tahun 1950-an, beberapa diantaranya bahkan menghasilkan argumen yang cukup menohok. Perlu diingat bahwa latar belakang 12 Agry Men (1957) adalah Amerika era 1950-an, bukan Amerika era 2000-an dimana sudah ada tim forensik dan peralatan yang canggih. Keduabelas juri ini tidak mendapat bantuan dari alat-alat canggihnya serial CSI.

12AngryMen9

12AngryMen12

12AngryMen3

12AngryMen2

12AngryMen11

12AngryMen5

12AngryMen10

12AngryMen6

12AngryMen7

12AngryMen13

Saya cukup terkesan dengan film ini meskipun gambarnya hitam putih dan agak kusam. Film ini tentunya layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Trilogi The Godfather (1972, 1974, 1990)

Godfather0

The Godfather (1972) merupakan film drama kriminal yang dibuat berdasarkan novel karangan Mario Puzo dengan judul yang sama. Kesuksesan The Godfather (1972) melahirkan 2 sekuel yang cukup sukses pula, yaitu The Godfather Part II (1974) dan The Godfather Part III (1990). Trilogi The Godfather pada dasarnya mengisahkan perjalanan hidup keluarga Corleone, sebuah keluarga mafia asal Sicilia yang beroperasi di Amerika Serikat. Saya lihat Trilogi The Godfather banyak bercerita mengenai Michael Corleone (Al Pacino) sebagai tokoh sentralnya.

Godfather1

Pada The Godfather (1972), Michael adalah satu-satunya anak laki-laki Vito Corleone (Marlon Brando) yang tidak berkecimpung di dalam bisnis kotor keluarga Corleone. Vito sendiri merupakan godfather tua yang disegani oleh banyak orang. Namun faktor usia dan semakin liciknya lawan-lawan keluarga Corleone membuat Vito cepat atau lambat harus lengser dari kursi kepemimpinan. Pada The Godfather (1972) inilah dikisahkan bagaimana Michael menjadi pemimpin keluarga Corleone menggantikan Vito.

Godfather1 4

Godfather1 6

Godfather1 5

Godfather1 9

Godfather1 1

Godfather1 3

Godfather2 9

Godfather1 7

Godfather1 2

Berbeda dengan The Godfather (1972), The Godfather Part II (1974) sebenarnya dapat dikatakan sebagai prekuel sekaligus sekuel dari The Godfather (1972). Pada The Godfather Part II (1974) dikisahkan bahwa keluarga Corleone yang dipimpin oleh Michael menghadapi lawan baru yang berani menembaki rumah tempat Michael dan anak istrinya tidur di malam hari. Sebagai kepala keluarga dan pelindung bisnis keluarga Corleone, Michael harus mencari tahu siapa dalang dari penembakan tersebut. Kisah keluarga Corleone di era kepemimpinan Michael disisipi oleh kisah awal mula keluarga mafia Corleone berdiri. Dikisahkan bahwa Vito Andolini kecil terpaksa melarikan diri dari Sisilia ke New York dan merubah namanya menjadi Vito Corleone. Kenapa harus jauh-jauh lari ke Amerika Serikat? Karena ayah Vito bersitegang dengan seorang bos mafia di Sisilia, Italia, maka nyawa Vito terancam. Vito Corleone (Robert De Niro) kemudian tumbuh dan hidup bersama anak istrinya di New York. Di kota itu pulalah ia perlahan-lahan mulai terlibat dengan kegiatan kriminal dan menapaki jalan menjadi seorang godfather.

Godfather2 3

Godfather2 8

Godfather2 6

Godfather2 5

Godfather2 4

Godfather2 1

Godfather2 7

Godfather2 2

Kedua film di atas memberikan cerita mafia yang penuh lika-liku tanpa membuat bosan penontonnya. Selalu ada misteri mengenai siapa yang sebenarnya menjadi lawan Michael. Melihat Michael perlahan tapi pasti menanjak menjadi seorang don yang disegani dengan menghancurkan lawan-lawannya, mampu menjadi tontonan yang menghibur. Ditambah lagi terdapat kisah Vito yang rasanya lebih kharismatik dibandingkan Michael. Dengan didukung akting yang meyakinkan, The Godfather (1972) dan The Godfather Part II (1974) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Ooooooh, tunggu dulu, bagaimana dengan The Godfather Part III (1990)? Film ketiga Godfather yang dirilis sekitar 24 tahun setelah The Godfather Part II (1974)? Pada The Godfather Part III (1990), dikisahkan bahwa Michael sudah tua dan tidak mampu menemukan figur penerus atau suksesor pada diri kedua anaknya yaitu Mary Corleone (Sofia Coppola) dan Anthony Corleone (Franc D’Ambrosio). Melihat persaingan bisnis yang semakin berbahaya, Michael justru menemukan sosok suksesor pada salah satu keponakannya, Vincent Corleone (Andy García). Mirip seperti kedua film terdahulunya, terdapat lika liku bisnis mafia yang penuh kelicikan dan penghianatan di dalamnya.

Godfather3 2

Godfather3 4

Godfather3 5

Godfather3 6

Godfather3 1

Godfather3 3

Tapi terus terang saya tidak terlalu terhibur melihat proses suksesi kepemimpinan dari Michael ke Vincent. Apalagi akting Sofia Coppola terlihat canggung dan agak kaku pada beberapa bagian padahal tokoh yang ia perankan termasuk dominan pada The Godfather Part III (1990). Apalagi entah kenapa kok Mary jadi nampak seperti perempuan “gatel” yaaah, apalagi ketika melihat Vincent, yaaah agak kurang pas saja. Saya pribadi lebih memilih menganggap bahwa kisah Michael tamat di The Godfather Part II (1974). The Godfather Part III (1990) pun hanya layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: www.thegodfather.com

Interstellar (2014)

Interstellar1

Setelah beberapa tahun lalu Christopher Nolan memukau saya dengan film fiksi ilmiah yang berjudul Inception (2010), tahun lalu ia kembali menghadirkan film fiksi ilmiah yang berjudul Interstellar (2014). Kali ini Nolan tidak bercerita mengenai alam mimpi, melainkan penjelajahan luar angkasa.

Dikisahkan bahwa umat manusia mengalami banyak bencana dan masalah di masa depan. Karena anomali gravitasi yang menimpa Bumi, terjadi kepunahan pada beberapa jenis tumbuhan yang dahulu bisa tumbuh dan menjadi sumber makanan bagi manusia. Perlahan tapi pasti, pilihan tanaman yang dapat manusia tanam semakin sedikit.

Secercah harapan muncul ketika NASA menemukan bahwa terdapat beberapa planet di balik worm hole yang muncul tidak terlalu jauh dari planet Saturnus. Planet manakah yang kira-kira mampu menjadi rumah baru bagi umat manusia? NASA kemudian meluncurkan Proyek Lazarus yang dipimpin oleh Dr. Mann (Matt Damon). Dr. Mann dan beberapa orang sukarelawan diluncurkan melewati worm hole tersebut dengan roket yang berbeda dan dengan planet tujuan yang berbeda. Mereka kemudian akan memberikan informasi ke Bumi terkait kondisi planet yang masing-masing mereka kunjungi.

Beberapa tahun kemudian, NASA menerima data yang menjanjikan dari 3 orang sukarelawan Proyek Lazarus yaitu Miller, Edmunds dan Mann. Sebagai petinggi NASA, Dr. John Brand (Michael Caine) kemudian mengutus sebuah tim baru untuk pergi ke planet Miller, planet Edmunds dan planet Mann. Mereka akan datang untuk memeriksa langsung keabsahan data yang Bumi terima sekaligus menentukan planet mana yang akan menjadi rumah baru umat manusia.

INTERSTELLAR

Interstellar10

INTERSTELLAR

INTERSTELLAR

Interstellar8

Diantara tim baru tersebut terdapat Dr. Amelia Brand (Anne Hathaway) dan Joseph “Coop” Cooper (Matthew McConaughey). Amelia tak lain adalah anak Dr. John sendiri yang jatuh cinta kepada Edmunds, salah satu sukarelawan Proyek Lazarus. Sedangkan Coop adalah salah satu pilot terbaik NASA yang sayang dengan kedua anaknya.

Kedua anaknyalah yang membuat Coop rela pergi menuju worm hole. Coop berharap ia dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Tak disangka Interstellar (2014) ternyata tidak murni hanya berkisah mengenai penjelajahan sekelopok astronot, hubungan ayah-anak yang Coop dan anak-anaknya tunjukan sepanjang film ini cukup mengharukan. Inilah salah satu nilai plus film garapan Mas Nolan yang satu ini.

INTERSTELLAR

Nilai plus lainnya adalah Interstellar (2014) mampu menghadirkan nuansa ilmiah yang kental dengan mengulas beberapa teori fisika seperti Relativitas, Newton, Murphy dan lain-lain. Tak heran kalau menjelang akhir film, Interstellar (2014) akan nampak sedikit membingungkan. Sampai sekarang saja terdapat beberapa interpretasi akan akhir dari film ini meskipun menurut saya Interstellar (2014) tidak memiliki akhir yang menggantung yaaa. Film ini memang mengajak penontonnya untuk berfikir, heheheh.

Interstellar7

Interstellar6

Interstellar9

Dari segi jalan cerita sendiri, Interstellar (2014) tidak membosankan dan mampu menghadirkan sedikit kejutan. Apalagi film ini dipoles pula oleh special effect yang bagus. Saya tidak mengantuk ketika menonton film yang sempat saya lewatkan tahun lalu ini. Secara keseluruhan, Interstellar (2014) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: www.interstellarmovie.net

Star Wars: The Force Awakens (2015)

Force Awakens 1

A long time ago in galaxy far far away….

Kalau kata-kata di atas muncul pada bagian awal film yang teman-teman tonton, maka pastilah teman-teman sedang menonton film Star Wars, film fiksi ilmiah legendaris besutan Opa George Lucas. Pada tanggal 18 Desember tahun ini, hadir film layar lebar Star Wars terbaru, Star Wars: The Force Awakens (2015). Film ini dapat dikatakan sebagai Star Wars episode VII karena Star Wars: The Force Awakens (2015) mengambil latar belakang 30 tahun setelah duel antara Darth Vader dengan Luke Skywalker berakhir pada Star Wars Episode VI: Return of the Jedi (1983).

Luke Skywalker (Mark Hamill) menghilang setelah mengalami sebuah tragedi dengan murid yang ia latih. Dengan hadirnya First Order sebagai pengganti Galactic Empire yang dulu Luke tumbangkan, dunia membutuhkan seorang jedi, tentunya Luke adalah yang dicari sebab Luke adalah jedi terakhir yang hidup. Mirip seperti Galactic Empire, First Order dipimpin dan dihuni oleh sith, prajuritnya pun menggunakan seragam stormtrooper ala Galactic Empire. Siapa lawan First Order? Kaum pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Leia Organa (Carrie Fisher), saudara dari Luke sekaligus istri dari Han Solo (Harrison Ford).

Force Awakens 2

Force Awakens 8

Kaum pemberontak mengirim pilot terbaiknya, Poe Dameron (Oscar Isaac), untuk melacak keberadaan Luke. Ketika Poe berhasil menemukan sepotong peta yang mampu menunjukkan keberadaan Luke, sepasukan storntrooper yang dipimpin oleh seorang sith, Kylo Ren (Adam Driver), berhasil menangkap Poe. Sebelum tertangkap, Poe berhasil menitipkan peta tersebut pada droid BB-8 yang wujudnya mirip droid R2-D2 pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Aaahhhh perjalanan BB-8 selanjutnya pun mirip perjalanan R2-D2 pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Dalam perjalanannya BB-8 kemudian bertemu dengan Rey (Daisy Ridley) dan Stormtrooper FN-2187 / Finn (John Boyega). Siapakah kedua mahluk ini? Finn merupakan mantan stormtrooper bawahannya Kylo Ren yang kabur dan berhianat. Sedangkan Rey adalah pengumpul barang-barang bekas dengan masa lalu yang misterius.

Force Awakens 7

Force Awakens 13

Force Awakens 15

Force Awakens 5

Force Awakens 3

Force Awakens 10

Rey & Finn kemudian berencana untuk mengantarkan BB-8 dan peta akan keberadaan Luke kepada kaum pemberontak. Dalam perjalannya mereka bersinggungan Han Solo, Chewbacca (Peter Mayhew) dan Kylo Ren. Tak disangka Rey & Finn semakin terlibat ke dalam petikaian antara First Order dengan kaum pemberontak. Kisah selanjutnya, silahkan tonton sendiri, saya tidak akan menulis spoiler di sini :).

Saya melihat awal kisah Star Wars: The Force Awakens (2015) memiliki banyak kemiripan dengan Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Sebuah pesan penting dititipkan kepada sebuah droid, kemudian droid tersebut bertemu dengan orang-orang yang akan terlibat lebih jauh terkait dengan infromasi yang droid tersebut bawa. Latar belakangnya saja sama-sama gurun, pakaian yang Rey kenakan pun mengingatkan saya akan salah satu karakter utama pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977), aaahhh sepertinya sudah bisa ditebak siapakah Rey sebenarnya.

Force Awakens 16

Force Awakens 9

Petualangan Rey terbilang seru walaupun plotnya benar-benar plot klasik Star Wars, yaitu terdapat peperangan antara kesatria jedi dan kesatria sith. Jedi dapat berubah menjadi sith dan sebaliknya pun sith dapat berubah menjadi jedi karena keduanya sama-sama mengendalikan kekuatan yang disebut the force. Jedi mengambil segala kebaikan yang ada di dalam diri untuk mengendalikan the force, sementara itu sith menjadikan segala kejahatan yang ada di dalam diri untuk mengendalikan the force. Sith dan jedi pada film-film Star Wars biasanya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat lhooo, ;). Perkelahian antara sith dengan jedi yang menggunakan pedang laser selalu menjadi daya tarik tersendiri yang membuat saya ingin menonton film Star Wars.

Force Awakens 17

Force Awakens 14

Force Awakens 4

Force Awakens 11

Satu lagi plot klasik Star Wars yang terdapat pula pada Star Wars: The Force Awakens (2015), terdapatnya senjata mutakhir yang mampu menghancurkan planet. Kalau dulu ada Death Star, sekarang ada juga senjata yang mirip seperti itu dan pasti melibatkan pertempuran dengan pesawat-pesawat luar angkasa, yaaah jadulnya saja Star Wars, perang antar bintang :D. Mirip seperti pendahulunya, Star Wars: The Force Awakens (2015) menampilkan pertempuran yang komplet meskipun terdapat banyak “kebetulan yang menyenangkan” pada beberapa bagiannya. Tokoh protagonisnya beberapa kali memperoleh hal-hal yang mereka butuhkan atau mereka cari dengan relatif mudah padahal kalau dipikir pakai logika yaa seharusnya itu susah diperoleh, entah sudah pergi ke dukun mana kok mereka hoki terus yaaa? :P.

Force Awakens 6

Force Awakens 18

Force Awakens 19

Karena Star Wars selalu hadir dalam bentuk trilogi seperti Trilogi Star Wars original dan Trilogi Prequel Star Wars, saya yakin Star Wars: The Force Awakens (2015) akan mampu hadir sebagai awal dari trilogi yang keren. Jangan harap semua lawan Rey akan tewas pada Star Wars: The Force Awakens (2015) karena akan ada film keduanya, hehehehe ;).

Pada film-film Star Wars sebelumnya, Luke Skywalker selalu menjadi tokoh utama yang tak tergantikan. Untuk menggantikan Luke bukanlah hal yang mudah, olehkarena itulah dibutuhkan kisah transisi seperti Star Wars: The Force Awakens (2015). Saya melihat Star Wars: The Force Awakens (2015) menjadi jembatan bagi Luke, Han Solo dan kawan-kawan yang sudah tua untuk pensiun dan digantikan oleh generasi baru yang masih muda dan segar seperti Rey, Finn dan Poe. Saya kurang tahu apakah Opa Lucas dan Opa Abrahams sedang latah atau tidak. Mereka menggantikan peranan Luke menjadi Rey yang perempuan. Sepertinya hal ini dipengaruhi oleh trilogi-trilogi yang sukses dengan mengusung tokoh wanita sebagai tokoh utamanya seperti Trilogi Hunger Games, Trilogi Twilight dan film Divergent (2014) yang belum lengkap menjadi trilogi. Bagi saya pribadi, Luke Skywalker tetap tidak tergantikan dan Star Wars: The Force Awakens (2015) rasanya masih belum sebaik film-film pada Trilogi Star Wars original. Namun bagaimanapun juga, Star Wars: The Force Awakens (2015) berhasil menghibur penontonnya dan mampu mengobati kerinduan penggemar Star Wars akan sebuah kisah baru yang segar. Terlebih lagi kita dapat menyaksikan aksi Iko Uwais, Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman pada film tersebut, meskipun tidak sampai 5 menit hehehehe. Geng Kanjiklub yang mereka perankan serasa hanya “numpang lewat” saja memang. Dengan demikian, Star Wars: The Force Awakens (2015) masih layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. May the Force be with you.

Sumber: www.starwars.com/films/star-wars-episode-vii-the-force-awakens

Bad Words (2013)

BadWords1

Nun jauh di Amerika sana, kegiatan mengeja telah menjadi sebuah kompetisi yang cukup bergengsi. Setiap peserta harus menyebutkan huruf dari sebuah kata yang diucapkan oleh si pembawa acara. Kompetisi ini lazim diikuti oleh anak-anak dengan orang tua mereka yang tidak segan-segan untuk membayar biaya les agar anak-anaknya dapat memenangkan kompetisi tersebut. Betapa kesalnya para orang tua tersebut ketika mereka menemui kenyataan bahwa anak mereka harus berlomba dengan seorang pria dewasa berumur 40-an. Pada Bad Words (2013), Guy Trilby (Jason Bateman) menjadi satu-satunya pria dewasa yang berhasil masuk ke dalam kompetisi mengeja yang bergengsi dan diliput oleh media masa, National Golden Quill Spelling Bee.

BadWords9

BadWords4

BadWords3

Dengan dibantu oleh Jenny Widgeon (Kathryn Hahn), seorang wartawan, Trilby berhasil mengakali pasal-pasal yang mengatur batasan peserta kompetisi mengeja. Trilby pun menggunakan cara-cara licik untuk mengalahkan lawan-lawannya yang notabene masih anak-anak (x__x). Walaupun dibenci oleh mayoritas peserta kompetisi beserta orang tuanya, Trilby ternyata mampu memperoleh teman baru di sana. Ia menjalin persahabatan dengan anak kecil sesama peserta kompetisi, Chaitanya Chopra (Rohan Chand). Di sini sebenarnya Trilby banyak mengajarkan hal-hal yang kurang baik bagi Chaitanya, hal ini yang membuat Bad Words (2013) rasanya kurang pantas ditonton anak-anak.

BadWords10

BadWords6

BadWords5

BadWords11

BadWords7

BadWords8

Selain itu perilaku dan kata-kata Trilby memang agak kasar juga. Komedi yang Bad Words (2013) tampilkan merupakan komedi dewasa yang sebenarnya agak lucu dan cukup mengena sindirannya. Trilby harus menghadapi kesinisan dan kekasaran orang lain, dan lucunya Trilby membalas mereka dengan lebih sinis dan lebih kasar lagi. Yaaah sebenarnya konflik utama dari semua ini adalah keikutsertaan Trilby pada kompetisi mengeja tingkat nasional yang lazim diikuti oleh anak-anak. Entah kenapa diskriminasi yang Trilby dapat karena ulah Trilby sendiri ternyata cukup menarik untuk diikuti. Para petinggi organisasi mengeja dan para orang tua peserta lainnya pasti akan melakukan segala cara agar Trilby tersingkir. Alasan sesungguhnya kenapa Trilby rela mengikuti kompetisi tersebut pun, agak misterius sampai bagian akhir film.

 

Saya pribadi cukup terhibur dengan prilaku tercela Trilby dan kecerian Chaitanya :). Terlepas dari perilaku kurang baik yang Bad Words (2013) contohkan, jalan cerita Bad Words (2013) sebenarnya terbilang bagus dan tidak membosankan, terkadang mampu membuat saya tersenyum. Secara keseluruhan, Bad Words (2013) masih layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: www.badwordsmovie.com

Mencicipi Hidangan Portugisnya Casa de Peri

CasadePeri1

Beberapa rekan saya yang pindah dari Afrika Selatan ke Indonesia, mencari cabang restoran Nando’s di Jakarta. Sayang restoran tersebut sudah punah dan angkat kaki dari Indonesia. Apa istimewanya Nando’s? Konon masakan ayamnya Nando’s yang disiram oleh saus peri-peri cukup populer di Afrika Selatan sana. Untuk mengobati rasa rindu akan Nando’s, teman saya tersebut mampir di Casa de Peri, restoran yang menyajikan hidangan khas Portugis dan terletak tidak jauh dari kantor saya, konon Casa de Peri menyajikan ayam dengan saus peri-peri seperti Nando’s.

Saya belum pernah sekalipun mencicipi Nando’s, tapi melihat cerita di atas, saya penasaran juga dengan rasa Casa de Peri. Berhubung Casa de Peri sedang ada promo Groupon-nya dan letaknya tak jauh dari kantor saya, minggu lalu akhirnya saya mampir ke sana. Casa de Peri atau kalau dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti “rumahnya saus peri-peri” terletak di Area Food Society Kota Kasablanka, Jl. Kasablanka No. 88, Jakarta Selatan. Penampakan Casa de Peri cukup nyaman dengan dekorasi restoran yang menyerupai beranda atau teras.

Bagian Dalam Casa de Peri

Bagian Dalam Casa de Peri

Bagian Dalam Casa de Peri

Bagian Dalam Casa de Peri

Hidangan yang Casa de Peri sajikan sendiri merupakan hidangan Portugis yang sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia dan mayoritas hidangannya menggunakan daging ayam. Kita dapat memilih saus yang dipergunakan dari setiap hidangan yang kita pesan di sana. Pada dasarnya ada 2 jenis saus yaitu saus peri-peri dan saus sweet & creamy. Saus peri-peri merupakan saus andalan Casa de Peri yang rasanya asam-pedas dan hadir dengan tingkat kepedasan mulai dari yang paling tidak pedas yaitu classic, lalu mild, hot, x-tra hot, sampai yang paling pedaaaasssss yaitu XXX. Saya pribadi sudah cukup puas dengan peri-peri hot. 2 saus peri-peri yang lebih pedas dari peri-peri Hot rasanya akan terlalu pedas bagi saya. Saus peri-peri tidak dibuat dengan menggunakan cabai lokal, melainkan menggunakan cabai import dari India sehingga rasa pedas dan panasnya hanya ada di mulut dan tidak membuat perut menjadi panas. Rasa pedasnya khas dan unik, mirip pedasnya lada atau merica tapi aromanya beda ;). Selain saus peri-peri, terdapat saus sweet & creamy yang terdiri dari saus bbq, mio dan peri mio. Saus bbq terasa asam gurih dengan aroma bbq yang kurang mantab. Saus mio sebenarnya mirip mustard sehingga rasanya agak masam, aahh saya kurang suka. Saus peri mio adalah gabungan antara saus mio dengan saus peri-peri sehingga rasanya agak sedikit pedas, namun rasa masam mustard terasa lebih dominan. Kalau disuruh memilih, jelas saya lebih suka dengan saus peri-peri :).

Saus-saus yang saya sebutkan di atas, dipergunakan pada hidangan-hidangan yang Casa de Peri sajikan seperti garlic peri-peri mushrooms, crispy chicken skin with peri-peri dipping sauce, chicken rice paella, peri-peri creamy spaghetti dan lain-lain.

Garlic peri-peri mushrooms terdiri dari semangkut jamur yang ditaburi saus pilihan kita dan ditemani pula oleh 2 buah roti tortila. Jamurnya terasa lembut dan terasa lumayan enak ketika digabungkan dengan roti tortila yang biasa kita jumpai ketika menyantap kebab.

Garlic Per-Peri Mushrooms

Garlic Per-Peri Mushrooms

Crispy chicken skin with peri-peri dipping sauce terdiri dari kulit ayam yang digoreng tepung dan ditemani oleh saus pilihan kita. Kerenyahan kulit ayam gorengnya enak apalagi ketika dicelupkan ke dalam saus pilihan kita, yuummm. Hidangan ini bisa disantap sendiri atau digabungkan dengan hidangan lain. Sama seperti garlic peri-peri mushrooms, hidangan ini termasuk hidangan pembuka dengan porsi yang terbilang banyak, mantab :).

Crispy Chicken Skin with Peri-Peri Dipping Sauce

Crispy Chicken Skin with Peri-Peri Dipping Sauce

Pada peri-peri creamy spaghetti, jangan berharap untuk menemukan mie-mie tebal seperti mienya menu spaghetti pada umumnya karena peri-peri creamy spaghetti menggunakan mie tipis yang menyerupai bihun. Tak lupa potongan daging ayam yang sudah dibumbui oleh saus pilihan kita hadir sebagai komponen utama yang membuat hidangan terasa enak. Saya rekomendasikan untuk memilih saus per-peri untuk hidangan ini karena ayam ditambah saus peri-peri memang keahlian dari Casa de Peri. Walaupun ditemani oleh spaghetti pun, keempukan daging ayam ditambah saus peri-peri yang asam-pedas tetap mampu tampil dominan dan membuat hidangan peri-peri creamy spaghetti terasa lumayan enak.

Peri-Peri Creamy Spaghetti

Peri-Peri Creamy Spaghetti

Bagaimana bila potongan daging ayam plus saus peri-peri dikawinkan dengan nasi khas Portugis? Itulah yang saya temui pada hidangan peri-peri chicken rice paella. Daging ayam berbumbu tersebut bertemu dengan nasi paella yang sebenarnya setahu saya biasa ditemui di Spanyol dan dikawinkan dengan seafood, bukan ayam. Mungkin ini nasi paella-nya Portugis? Ahhh saya kurang tahu, yang pasti nasi paella-nya Casa de Peri berwarna kekuningan seperti nasi kuning dan terasa sedikit gurih. Entah warna kuningnya diperoleh dari kunyit atau safron :). Mirip seperti hidangan peri-peri creamy spaghetti, ayam beserta saus peri-peri menjadi pahlawan pada hidangan per-peri chicken paella. Tapi saya pribadi lebih suka kalau potongan daging ayam tersebut dikawinkan dengan nasi paella dibandingkan dengan spaghetti, tekstur nasi dan aroma nasi paella tetap lebih ok dibandingan spaghetti. Ahhhhh peri-peri chicken rice paella dengan menggunakan saus peri-peri hot adalah menu favorit saya di sini.

Peri-Peri Chicken Rice Paella

Peri-Peri Chicken Rice Paella

Secara keseluruhan, Casa de Peri menyajikan hidangan unik dengan rasa yang unik sehingga layak untuk dicicipi. Saus peri-peri yang menggunakan cabai import dan potongan ayam yang empuk memang menjadi daya tarik restoran ini. Saya rasa Casa de Peri masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.