Spider-Man: Homecoming (2017)

Spider-Man

Film-film superhero Marvel sudah beberapa kali berjaya di layar lebar dan mereka semua masuk ke dalam sebuah Cinematic Universe. Dengan demikian semua film-film superhero Marvel memiliki latar belakang cerita yang berkaitan sebab mereka semua seolah berada di dalam dunia yang sama, Marvel Cinematic Universe. Ironisnya, hak cipta Spider-Man berada di tangan Sony sehingga Marvel tidak dapat serta merta menarik Spider-Man ke dalam film-film mereka. Bukankah Spider-Man merupakan salah satu tokoh komik Marvel yang paling populer? Kok bisa hak ciptanya justru milik perusahaan lain?

Dulu, Marvel hanyalah perusahaan penerbit komik yang hampir bangkrut. Untuk memperoleh dana segar, Marvel menjual hak cipta salah satu tokoh andalannya, Spider-Man, kepada Sony. Kehidupan memang seperti roda, bertahun-tahun kemudian Marvel yang sudah bertransformasi menjadi Marvel Studios, ternyata meraup banyak keuntungan melalui film-film superhero mereka. Sayang oh sayang semuanya terasa kurang lengkap tanpa kehadiran Spider-Man, salah satu simbol Marvel yang terlanjur dimiliki Sony. Melalui sebuah perjanjian, akhirnya Sony rela “berbagi” Spider-Man dengan Marvel. Apa yang Marvel dapat? Semua keuntungan dari film terkait The Avengers yang menghadirkan Spider-Man, adalah milik Marvel. Apa yang Sony dapat? Semua keuntungan dari film solo Spider-Man akan masuk ke Sony meskipun film tersebut merupakan bagian dari Mavel Cinematic Universe.

Selama memiliki hak cipta Spider-Man, Sony sudah beberapa kali meraup keuntungan yang melimpah. Seingat saya, sudah ada 5 film Spider-Man produksi Sony yang menguasai box office. 3 film Spider-Man yang dibintangi Tobey Maguire dan 2 film Spider-Man yang dibintangi Andrew Garfield. Semuanya menampilkan Spider-Man atau Peter Parker disaat mencapai usia 20-an, jadi di sana dikisahkan petualangan Spider-Man disaat ia SMA atau kuliah atau bekerja sebagai fotografer. Bagaimanakah Spider-Man pada Spider-Man: Homecoming (2017)?

Tokoh Spider-Man yang baru yang sekali lagi merupakan reboot dari versi sebelumnya, pertama kali diperkenalkan pada Captain America: Civil War (2016). Tony Stark atau Iron Man (Robert Downey Jr.) mengajak Peter Parker (Tom Holland) untuk menangkap Captain Amerika dan kawan-kawan yang Stark dianggap memberontak dan membahayakan umat manusia. Walaupun Peter baru berusia 15 tahun, Tony melihat potensi di dalam diri Peter. Pada saat itu Peter dikisahkan sudah memiliki kemampuan merayap bak laba-laba, tapi ia belum memiki jaring laba-laba, kostum dan pengalaman. Stark memberikan kostum canggih Spider-Man beserta perlangkapan jaring laba-laba kepada Peter dan membiarkan Peter menyimpannya setelah peristiwa pada Captain America: Civil War (2016) usai.

Spider-Man

Spider-Man

Tapi karena minimnya pengalaman Peter, Stark meminta agar Peter menggunakan kostum dan perlengkapan yang Stark berikan untuk melakukan kebaikan di sekitar lingkungan Peter saja. Peter harus berlatih dari bawah, menangani masalah-masalah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu berbahaya. Dalam perjalanannya, Peter menemukan sebuah kasus penjualan senjata gelap yang menggunakan teknologi alien dari bekas-bekas pertempuran The Avengers pada film-film Marvel Cinematic Universe sebelumnya. Peter merasa bahwa inilah kesempatan baginya untuk membuktikan diri di hadapan Tony Stark. Meskipun gerak-gerik dan penggunaan kostumnya masih Stark batasi, Peter tetap berusaha untuk menangkap komplotan penjual senjata yang ternyata dipimpin oleh Adrian Toomes (Michael Keaton). Aahhhh, aktor mantan pemeran Batman sekarang menjadi penjahat? Melihat Opa Keaton, saya masih teringat dengan karakter Batman yang ia mainkan dahulu kala.

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Apakah, Toomes, karakter yang Michael Eaton memiliki kekuatan super? Sayangnya, tidak. Toomes dapat berubah menjadi Vulture ketika ia menggunakan kostum canggih yang menggunakan teknologi luar angkasa. Terus terang rasanya Vulture bukanlah lawan yang tangguh bagi Spider-Man, apalagi ada Iron Man yang terus mengawasi Spider-Man di sana meskipun kostum dan special effect pada Spider-Man: Homecoming (2017) terbilang bagus.

Spider-Man

Spider-Man

Saya rasa daya tarik dari Spider-Man: Homecoming (2017) justru di sisi ceritanya. Di sana memang tidak dikisahkan mengenai asal mula Peter memperoleh kekuatannya, tapi hal ini seperti justru membuat saya bertanya-tanya akan alur ceritanya akan seperti apa. Berbeda dengan Spider-Man versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield, Spider-Man versi Tom Holland ini tidak mengambil plot komik Spider-Man klasik. Kali ini yang diambil adalah campuran antara plot Spider-Man klasik dengan plot Spider-Man versi Miles Morales. Miles Morales merupakan remaja kulit hitam yang menggunakan nama Spider-Man setelah Peter Parker tiada. Aaahhh syukurlah plot komik versi Miles Morales tidak 100% dipergunakan. Saya kurang suka dengan komik yang rasa agak “Asia-Africa washing”, jadi karakter Spider-Man yang biasanya diisi orang kulit putih, diganti dengan orang non kulit putih, katanya sih demi kesamaan ras dan bla bla bla bla. Aahhhh bagi saya, Spider-Man itu ya Peter Parker, orang kulit putih, sudah dari awalnya begitu yaa tidak usah diubah-ubah. Silahlan buat superhero baru yang tokoh utamanya orang keturunan Afrika atau Asia :).

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Karena Spider-Man: Homecoming (2017) menggunakan bagian dari plot Spider-Man versi Miles Morales, maka kali ini Peter Parker memiliki teman sekolah yang secara tidak langsung terlibat dalam perseteruan antara Spider-Man dan Vulture. Di sana ada Ned Leeds (Jacob Batalon, Liz Allan (Laura Harrier), Michelle Jones (Zendaya Maree Stoermer Coleman) dan Eugene “Flash” Thompson (Tony Revolori). Tokoh-tokoh yang di komik menjadi teman sekolah Miles Morales, menjadi teman sekolah Peter di Spider-Man: Homecoming (2017). Tidak seperti Spider-Man klasik dimana hanya ada Mary Jane Watson dan Henry Osborn saja bukan? :).

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Selain masalah “menjadi Spider-Man”, Peter pun harus menghadapi masalah remaja pada umumnya. Ada masalah bullying, pergaulan dan cinta monyet. Yah judul filmnya saja menggunakam kata “homecoming” bukan? Homecoming merupakan pesta dansa memperingati keberadaan sekolah yang biasa dihadiri seluruh murid dan alumni. Di pesta dansa ini pulalah Peter memperoleh kejutan yang membuatnya sedikit serba salah. Inilah yang membuat Spider-Man: Homecoming (2017) nampak menarik meskipun lawan utamanya tidak seganas tokoh antagonis film-film Marvel Cinematic Universe lainnya.

Cerita yang menarik dan mengandung unsur kejutan, dibalut dengan kostum dan special effect yang bagus, membuat Spider-Man: Homecoming (2017) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Melihat bagian akhir film ini, Spider-Man hampir dapat dipastikan akan hadir di film Avenger berikutnya dengan kostum yang agak berbeda, agak mirip dengan kostum Spider-Man milik Miles Morales di komik Utimate Spider-Man.

Sumber: spidermanhomecoming.com

Despicable Me 3 (2017)

Despicable Me

Beberapa minggu terakhir, anak saya selalu menperoleh mainan minions dari Happy Meal McDonald’s. Pada waktu itu saya langsung menduga bahwa sebentar lagi akan ada film Despicable Me atau Minions di Bioskop. Aahh benar saja, tak lama, Despicable Me 3 (2017) hadir di bioskop. Akhirnya saya bersama dengan keluarga pergi menontonnya. Semoga filmnya bisa sebaik film yang pertama yaaa :).

Kali ini Felonious Gru (Steve Carell) dan kawan-kawan harus berhadapan dengan Balthazar Bratt (Trey Parker). Bratt merupakan mantan bintang film yang beralih profesi menjadi penjahat. Ia terobsesi dengan tokoh jahat yang ia perankan dahulu kala. Mirip seperti lawan-lawan Gru pada film Despicable Me sebelumnya, Bratt dilengkapi oleh berbagai teknologi canggih. Gru dan Lucy Wilde (Kristen Wiig) saja sampai harus kehilangan pekerjaan akibat dianggap gagal menangkap Bratt. Gru bertekad untuk melakukan segala cara untuk menangkap Bratt dan memperoleh pekerjaannya kembali sebagai agen AVL (Anti Villain League).

Despicable Me

Despicable Me

Demi menangkap Bratt, Gru pun akhirnya memperalat Dru (Trey Parker), saudara kembar Gru yang ingin sekali berkarier di dalam dunia kriminal seperti Gru dahulu kala. Dengan alasan ingin mengajarkan bagaimana menjadi penjahat yang handal, Gru menggunakan fasilitas yang Dru miliki untuk mengambil kembali permata yang Bratt curi, sekaligus menangkap Bratt.

Despicable Me

Despicable Me

Despicable Me

Despicable Me

Despicable Me

Sebelum bergabung dengan AVL, Gru memang seorang penjahat ternama. Gru selalu didukung oleh mahluk kuning yang disebut minions. Secara natural, minions memang selalu tertarik dengan tokoh-tokoh kriminal. Alih profesi yang Gru lakukan membuat minions kecewa dan berhenti mendukung Gru. Para minions pun keluar untuk mencari majikan baru yang mereka anggap cukup jahat untuk menjadi majikan mereka.

Despicable Me

Nah, lalu apa hubungan minions dengan Dru dan Bratt? Pada akhirnya ada sih, walaupun sedikit. Saya lihat Despicable Me 3 (2017) memiliki beberapa karakter dengan kisahnya masing-masing yang terasa tetap terpisah, bukan merupakan kesatuan dengan hubungan yang kuat dan utuh.

Coba tengok saja beberapa masalah sampingan lain yang semakin membuat terpecah-pecahnya kisah pada film ini. Ada masalah Lucy yang sedang belajar menjadi ibu, ada masalah anak-anak Gru yang berburu unicorn dan ada masalah anak sulung Gru yang dilamar seorang pemuda. Aww apa-apaan ini? Begitu banyak yang mau dikisahkan, sampai-sampai lalai terhadap kualitas dari jalan cerita secara keseluruhan.

Memang sih tingkah minions tetap lucu. Tokoh kuning yang agak gila ini memang telah lama menjadi tokoh favorit saya. Tap kok ya rasanya pada film ini relatif tidak ada hal baru yang minions tampilkan. Semua jadi terasa hambar dan agak membosankan.

Despicable Me

Despicable Me

Despicable Me 3 (2017) gagal menyamai kesuksesan Despicable Me (2010)). Saya sendiri hanya dapat memberikan nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Bagian akhir Despicable Me 3 (2017) menunjukkan bahwa akan ada film keempat, sebuah film yang sepertinya tidak akan saya tonton di bioskop, yaaah tunggu versi Blue Ray atau DVD nya sajalah.

Sumber: http://www.despicable.me

Power Rangers (2017)

Power Rangers

Kalau Amerika memiliki Superman, Iron Man, Thor, Batman, X-Men dan kawan-kawan sebagai superhero, nah Jepang memiliki superhero juga loh. Jepang memiliki Goggle V, Satria Baja Hitam, Gaban, Sharivan, Voltus V dan Megaloman yang sangat populer di era tahun 80-an dan 90-an. Kecuali Satria Baja Hitam, Saya sendiri terlalu kecil untuk menonton dan faham superhero-superhero Jepang yang baru saja saya sebutkan di atas. Mereka hadir pada era jayanya kaset video VHS, whaaaa, VHS? benda apa itu? :P. Satria Baja Hitam populer di era berbayarnya RCTI bukan VHS, jadi yaa saya sudah bukan bayi lagi dan dapat mengikuti jalan ceritanya, meskipun menontonnya menumpang di rumah tetangga :’D. Diantara superhero Jepang tersebut, Goggle V dapat dikatakan sebagai yang paling populer. Saya yang belum pernah sekalipun menonton filmnya saja, sering melihat poster Goggle V dan sempat nonton pementasannya di Senayan hehehehe.

Power Rangers

Goggle V termasuk kedalam kategori super sentai yang terdiri dari 5 orang. 5 orang spesial yang dapat berubah menjadi Goggle V. Nah, sekitar tahun 1993 konsep super sentai ala Goggle V ini berhasil meraup kepopuleran juga di Negeri Paman Sam melalui film seri Power Rangers. Film seri ini sempat pula diangkat ke layar lebar melalui Mighty Morphin Power Rangers: The Movie (1995). Saya sendiri dulu sempat menonton film tersebut di bioskop. Film layar lebarnya terbilang sederhana dan hanya hadir dengan special effect seadanya. Yaah jadi seperti 1 episode film seri yang ceritanya dipanjangkan saja hehehehe. Bagaimana dengan Power Rangers (2017)?

Power Rangers

Power Rangers (2017) bukanlah kelanjutan atau potongan kisah dari film seri atau film layar lebar Power Rangers sebelumnya. Film ini mengisahkan 5 remaja yang secara tidak sengaja memperoleh kekuatan Power Rangers. Titik berat film ini lebih ke arah bagaimana kelima remaja tersebut dapat berubah menjadi Power Rangers dan bekerjasama melawan Rita Repulsa (Elizabeth Banks).

Power Rangers

Rita bermaksud untuk menguasai dunia dengan menggunakan kekuatan Kristal Zeo. Sayang, Power Rangers yang dahulu kala mampu menggagalkan rencana jahat Rita, telah gugur tak bersisa. Dunia memerlukan Power Rangers baru demi kelangsungan umat manusia. Kemudian melalui sebuah peristiwa kebetulan, terpilihlah Jason Scott (Dacte Montgomery) sebagai Ranger Merah, Kimberley Hart (Naomi Scott) sebagai Ranger Pink, Billy Cranston (Ronald Cyler II) sebagai Ranger Biru, Zack Taylor (Ludi Lin) sebagai Ranger Hitam dan Trini Kwan (Rebbeca Marie Gomez) sebagai Ranger Kuning.

Power Rangers

Power Rangers

Berbeda dengan film-film Power Rangers terdahulu, disini kelima tokoh utama tidak dapat dengan mudah berubah menjadi Power Rangers yang sakti mandraguna :’D. Fisik mereka dilatih terlebih dahulu oleh Zordon (Bryan Cranston) dan Alpha 5 (Bill Hader). Apakah latihan fisik saja sudah cukup? Oh tidak mereka berlima harus menjadi satu dengan membuka diri satu sama lain. Hal ini bukanlah hal yang mudah karena kelima remaja ini merupakan remaja bermasalah yang terkena hukuman kelas tambahan di SMA mereka.

Power Rangers

Jason adalah andalan tim football sekolah yang melakukan tindak kriminal sebagai cara untuk lari dari tekanan sebagai seorang bintang yang harus berprestasi dan bersinar, harapan orang-orang terutama ayah Jason sungguh membebani Jason. Kimberly keluar dari tim cheerleader dan dijauhi oleh sahabat-sahabatnya karena masalah cyberbullying. Billy adalah remaja autis yang terkadang menjadi objek pelecehan teman SMA-nya. Zack setiap hari harus merawat ibunya yang sakit keras, itu bukanlah hal yang mudah. Trini . . . hhhmmmm ada apa dengan Trini?

Trini adalah tokoh dari film ini yang sempat menuai kontoversi sebab ia digadang-gadang sebagai seorang lesbian. Ahhh saya rasa itu hanya isapan jempol belaka, itu hanya iklan terselubung agar para pendukung gerakan LGBT semangat 45 menonton Power Rangers (2017). Padahal kalau saya lihat, Trini hanyalah remaja tomboy yang sedang mengalami krisis identitas. Apakah kalau ada remaja perempuan agak tomboy, maka ia dibilang lesbian? Aahhhh yang benar saja. Menurut saya prbadi, tidak ada katakter LGBT pada film ini :).

Power Rangers

Power Rangers

Power Rangers

Power Rangers

Power Rangers

Power Rangers Power Rangers

Saya justru melihat sedikit ketertarikan antara Zack dengan Trini. Selain itu Jason dan Kimberly nampak cukup “dekat”, agak berbeda dengan versi film seri yang saya tonton dahulu kala dimana Kimberly justru “dekat” dengan tokoh Tommy Si Ranger hijau. Ooohh kemanakah Ranger Hijau?

Ranger Hijau memang hanya muncul namanya saja pada film ini. Entah wujudnya seperti apa. Sebenarnya ketidakadaan Ranger Hijau justru membuat film ini nampak lebih seimbang. Masing-masing Ranger memiliki porsi yang relatif sama, meskipun saya lihat Ranger Merah sedikit lebih dominan di sana. Keseimbangan ini memperlihatkan bahwa kerja sama akan membuahkan hasil yang maksimal. Terus terang saya termasuk penonton film seri Power Rangers yang mulai malas menonton filmnya setelah Tommy atau Ranger Hijau hadir. Pada film serinya, Ranger Hijau memiliki kostum yang agak berbeda dan dilengkapi dengan kendaraan tempur yang nampak lebih mengkilap dibandingkan dengan Ranger lainnya. Semuamuanyaaaa serba Ranger Hijau lah pokoknya :(. Entah kenapa sang sutradara nampak berniat sekali mengorbitkan Si Ranger Hijau ini tanpa mempedulikan peranan Ranger-Ranger lainnya. Apakah mereka itu hanyalah tokoh-tokoh figuran? Kenapa kok film serinya tidak sekalian saja berganti judul menjadi Mighty Morphin Green Ranger atau Bang Tommy Jagoan Angel Grove? meehhhh. Semoga Ranger Hijau versi film layar lebar, nantinya tidak terlalu dominan seperti pada film serinya.

Masalah yang dihadapi masing-masing Ranger memang dapat ditampilkan pada Power Rangers (2018), tapi porsi disaat mereka berhasil berubah seutuhnya menjadi Power Ranger lengkap dengan kostumnya, tidaklah banyak, bahkan terlalu sedikit. Padahal kostum Power Ranger kali ini terbilang keren dan realistis, sudah jauh berbeda dengan kostum di film seri yang terlihat seperti mainan anak-anak. Efek spesial pada film ini pun terlihat bagus kecuali untuk bagian pertempuran antara robot raksasa Power Rangers dengan monster raksasa Rita Repulsa, kurang realistis dan kurang halus untuk film keluaran 2017.

Power Rangers

Power Rangers

Dari segi cerita, Power Rangers (2017) termasuk film 2017 yang masih saja melakukan blunder klasik ala Hollywood di mana tokoh antagonis terlalu banyak menyianyiakan kesempatan mengalahkan tokoh protagonis. Rita Repulsa sebenarnya sudah beberapa kali memperoleh kesempatan untuk membunuh Power Rangers, tapi apa yang Rita lakukan? Bukannya membunuh para Rangers, ia justru terlalu banyak bicara dan menggunakan metode pembunuhan yang tidak praktis sehingga Power Rangers dapat meloloskan diri. Rasanya Rita kalah bukan karena kekompakan Power Rangers, Rita kalah karena kebodohannya sendiri.

Power Rangers

Power Rangers

Berkaca dari pengalaman menonton Power Rangers (2017) di atas, rasanya film ini masih pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Oh iya, tokoh Bulk dan Skull yang selalu ada pada film seri Power Rangers tahun 90-an, kali ini absen looh, Tapi keabsenan tokoh Bulk dan Skull ini tidak memberikan pengaruh apapun bagi saya karena kedua tokoh tersebut pada dasarnya memang kurang lucu dan tidak menonjol hehee.

Sumber: www.powerrangers.com

Di Sana Senang, Di Sini Senang dengan Es Teler 77

Es Teler 77

Saya sudah mengenal Es Teler 77 sejak masih kecil, masa dimana Es Teler 77 sempat populer sampai-sampai pendirinya membuat buku yang berjudul Di Sana Senang Di Sini Senang, wah populer dan sukses sekali deh waktu itu. Pada tahun 80-an, es teler memang sempat populer di Indonesia. Minuman yang memang asli berasal dari Indonesia ini sampai dibuat kontesnya. Nah pemenang kontes tersebut mendirikan Es Teler 77 yang pada awalnya hanya ada di Harmoni, Jakarta Pusat. Bagaimana wajah Es Teler 77 saat ini? Sekarang, berpuluh-puluh tahun kemudian, Es Teler 77 masih ada Dan semakin banyak cabangnya. Kita dapat menemukan Es Teler 77 di Cipinang Indah Mall, Lippo Plaza Kramat Jati, Stasiun Jatinegara, Grand Metropolitan Mall Bekasi, Grand Mall Bekasi, Metropolitan Mall Bekasi, Plaza Kalibata, Arion Plaza, Giant Mega Bekasi, Carrefour Harapan Indah, Gramedia Matraman, Kota Kasablanka, Carrefour Blue Plaza, ITC Cempaka Mas, RS Cipto, Plaza Festival Kuningan, Talavera Building, GP Mall, Mall Ambasador, Patra Jasa, Formule 1 Cikini, Stasiun Senen Jakarta, Atrium Senen, Pusat Grosis Senen Jaya, Plaza Mandiri Jakarta, Plaza Semanggi, Wisma BRI 2, BNI 46 KS Tubun Jakarta, Rest Area Km. 19 Cikampek, Stasiun Gambir Jakarta, Thamrin City, Blok M Square, Lotte Mart Ratu Plaza, Jalan Adityawarman Jakarta, Gramedia Pasar Baru, ITC Fatmawati, Blok M Plaza, Cibubur Junction, RS Pelni, Cimanggis Mall, Gajah Mada Plaza, Hypermart Gajah Mada, Gandaria City, Pondok Indah Mall, Mangga Dua Square, Point Square, Chandra Pancoran, Margi City Square, Fun Season City, Ruko Pluit Timur, Grand Depok City, Bintaro Plaza, Hypermart Puri Indah, Puri Indah Mall, Big World Kitchen, Lotte Mart Bintaro, Hypermart Daan Mogot, Lippo Mall Cikarang, Cibinong City Mall, COB Sektor II BSD City, Teras Kota, Menara Top Food, Mall Alam Sutera, Metropolis Tangerang, Tangerang City Mall, Summarecon Mall Serpong, Supermall Karawaci, Mall Karawang Central Plaza, Ramayanan Karawang, Cianjur Supermall, Mall of Serang, Ramayanan Cilegon, Cihampelas Bandung, Bnadung Indah Plaza, Trans Studio Bandung, Carrefour Kiara Conding, Grage Mall Cirebon, Pacific Mall Tegal, Plaza Pekalongan, Bandara Ahmad Yani Semarang, Grand Paragon Semarang, Citraland Semarang, Java Mall Semarang, Malioboro Mall, Galeria Jogja Mall, Palembang Indah Mall, Palembang Square, Grand Paragon Solo, Hartono Mall, Bengkulu Indah Mall, BG Junction, Hypermart Pontianak, Hypermark Tanjung Uncang, Mega Mall Batam Centre, Duta Mall Banjarmasin, Discovery Mall Bali, Galeria Bali Mall, Carrefour Denpasar, Mall Pekanbaru, Ciputra Seraya Pekanbaru, Lombok Epicentrum Mall, Mandau City, Balikpapan Superblok, Ramayana Samarinda, Pantai Losari, Pusat Grosir Butung Makassar, Panakukang Square, Makassar Town Square, Hermes Place Medan, Medan Mall, Lippo Plaza Medan, Cambridge City Square, Binjai Super Mall, Mall Kendari, Manado Town Square, Mega Mall Manado, Ambon City Center dan Jatiland Mall Ternate.

Wheeeeew, banyak sekali yaaaaa. Sebagian besar lokasi cabang Es Teler terletak di mall sehingga sudah hampir bisa ditebakkan keadaan restorannya bersih, namun apakah hal ini akab nempengaruhi harganya? Yaaah, asalkan sebanding dengam rasanya sih tidak apa-apa. Ada menu apa saja di Es Teler 77 ya? Aneka hidangan mulai dari bakso super, nasi goreng ayam, mie goreng, es nangka, sampai es teler. Menu yang baru saya sebutkan tadilah menu Es Teler 77 yang sempat saya cicipi.

Menu bakso super pada dasarnya terdiri dari mie dan bakso. Campuran daging pada baksonya memang terasa, terlihat sudah bahwa baksonya bukan hanya tepung saja seperti bakso-bakso pinggir jalan. Tapi selain itu saya tidak melihat keistimeeaan lain dari bakso supernya Es Teler 77, yaaa rasanya biasa-biasa saja.

Bakso Super

Nasi goreng ayamnya terasa manis-manis gurih dan saya hampir tidak melihat daging ayamnya. Potongannya kecil-kecil dan tidak terlalu terasa. Saya justru merasakan sedikit aroma seafood di sana. Rasa nasi goreng ini terselamatkan ketika saya menambahkan sambal cabai yang tersedia di dekat kasir. Rasa pedas dan gurihnya menambaj cita rasa nasi goreng ayam sehingga terasa lumayan hehehe.

Es Teler 77

Nasi Goreng Ayam

Mie goreng yang pernah saya santap di Es Teler 77 terdiri dari mie, telur, kol, sawi dan berbagai aneka sayuran lainnya dengan tambahan acar dan kerupuk di bagian sisinya. Terus terang mie gorengnya terlalu basah bagi saya, jadi “becek sekali”. Selain itu porsi mie dengan saurnya kok lebih banyak sayurnya yah? Kalau ini sih namanya bukan makan mie goreng ditemani sayur tapi justru makan sayur ditemani mie. Aroma ikan terasa mendominasi santapan ini, mungkin kecap ikannya memang banyak? Ahhh menu ini sudah tidak dapat diselamatkan, saya kurang suka. Sebaiknya pesan menu lainnya saja kalau mampir ke Es Teler 77.

Mie Goreng

Mie Goreng

Es nangka terdiri dari potongan buah nangka, susu dan es serut. Rasanya segar dan cocok dijadikan teman kalau sedang berkumpul dengan teman dan keluarga. Yaah lumayanlaah meakipun rasanya memang nangka saja, tidak selengkap es teler yang menggunakan lebih banyak varian buah.

Es Teler 77

Es Nangka

Es teler, menu andalan Es Teler 77 menggunakan es serut yg super beku susah cairnya. Tak lupa tedapat pula potongan alpukat, nangka dan kelapa di sana. Rasa buah-buahannya terasa enak, segar dan tidak berlebihan manisnya, passss. Lumayanlaah untuk dijadikan obat penawar dahaga di siang bolong :).

Es Teler

Secara keseluruhan, Es Teler 77 masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Tanpa adanya inovasi yang mumpuni, Es Teler 77 bisa-bisa tergusur oleh pesaingnya.