Justice League (2017)

Walaupun saya pesimis terhadap kualitas Justice League (2017), film ini tetap masuk ke dalam daftar wajib tonton saya. Melihat kurang gregetnya Man of Steel (2013), Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) dan Suicide Squad (2016), wajar saja kalau banyak orang meragukan kualitas Justice League (2017). Dari beberapa film layar lebar DC superheroes, praktis hanya Wonder Woman (2017) saja yang mampu memperoleh sambutan hangat. Sampai saat ini, film-film superhero Marvel jauh mengungguli film-film superhero DC. Tapi bagaimanapun juga, dulu saya tumbuh ditengah-tengah dominasi komik superhero DC. Nama-nama Superman, Batman, Robin, Wonder Woman, Green Lantern dan superhero DC lainnya jauh lebih populer ketimbang Iron Man, Thor, Hulk dan superhero Marvel lainnya. Saya pun tentunya lebih mengenal kumpulan superhero DC yang tergabung pada Justice League, dibanding kumpulan superhero Marvel yang tergabung pada The Avengers.

Sama seperti Suicide Squad (2016), Justice League (2017) menceritakan keadaan dunia setelah tragedi pada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) terjadi. Hilangnya Superman benar-benar menyisakan lubang yang besar bagi penduduk Bumi. Setelah beberapa kriminal berusaha mengisi lubang tersebut pada Suicide Squad (2016), kini giliran beberapa superhero yang berusaha mengisi lubang tersebut.

Embrio Justice League sebenarnya sudah mulai ada sejak Batman V Superman: Dawn of Justice (2016). Batman atau Bruce Wayne (Ben Affleck) terlihat menyeleksi beberapa kandidat Justice League yaitu Diana Prince atau Wonder Woman (Gal Gadot), Barry Allen atau The Flash (Ezra Miller), Arthur Curry atau Aquaman (Jason Momoa) dan Victor Stone atau Cyborg (Ray Fisher).

Batman adalah perwakilan ras manusia biasa pada Justice League. Batman praktis tidak memiliki kekuatan super, ia hanya memiliki berbagai perlengkapan canggih sebagai alat bantu. Saya lihat Batman pada Justice League (2017) nampak kepayahan ketika harus bertarung bersama anggota Justice League lainnya. Kok ya Batman jadi terlihat lemah begini ya. Iron Man yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan super, tidak nampak selemah ini pada The Avengers. Selain itu, sangat aneh kalau Bruce Wayne mengumbar identitas rahasianya sebagai Batman, kepada calon-calon anggota Justice League. Lha sukur-sukur calon tersebut mau bergabung, bagaimana kalau tidak? Identitas Bruce Wayne sebagai Batman sudah dikantongi. Terus terang saya lebih suka Batman versi Christian Bale pada The Dark Knight Rises (2012).

Wonder Woman merupakan ratu bangsa Amazon yang tinggal di pulau Themyscira, sebuah pulau terpencil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang seperti dikisahkan pada Wonder Woman (2017). Wonder Woman dapat melayang, bergerak sangat cepat, super kuat, serta dilengkapi oleh tali laso kejujuran, gelang sakti, tiara boomerang, perisai dan pedang. Wonder Woman nampak serius, dewasa, cantik dan gagah pada film ini :).

The Flash dapat dikatakan sebagai salah satu superhero favorit saya. Kekuatan The Flash memang hanya memiliki kecepatan super melebihi superhero lainnya, tapi kisah-kisah seputar The Flash selalu dapat digarap dengan apik. Pemilihan Ezra Miller sebagai pemeran The Flash sebenarnya agak mengecewakan yaaa, rasanya kok kurang pantas. Grant Gustin sudah mampu dengan baik memerankan The Flash pada Serial TV The Flash, kenapa kok bukan Grant saja yang memerankan The Flash? Ternyata karakter The Flash pada Justice League (2017) hendak dibuat lebih jenaka dan polos. Berbeda dengan The Flash versi Grant, The Flash versi Ezra ini memang tidak terlalu serius dan mampu memamcing tawa penonton. The Flash kembali berhasil menjadi karakter favorit saya walaupun kostumnya jelek, penuh logam-logam tajam yang aneh.

Aquaman versi komik klasik merupakan karakter superhero DC dengan kostum paling culun. Ia sering muncul dengan rambut kuning, pakaian oranye dan hijau, lengkap menaiki kuda laut yang imut. Yaaahhh, kesan culun tidak terlihat sama sekali pada Aquaman kali ini. Aquaman kali ini tampil lebih garang dengan kostum yang lebih gelap dan rambut hitam yang panjang. Aquaman nampak lebih tempramental dan memendam sebuah kemarahan yang mungkin akan dikisahkan pada film solo Aquaman nanti. Sayangnya karena kekuatan Aquaman berhubungan dengan air, maka peranan Aquaman tidak terlalu signifikan. Kenapa begitu? Jelas saja, karena mayoritas pertarungan dilakukan di darat :’D.

Cyborg merupakan manusia separuh mesin yang dapat terbang, mengendalikan segala perangkat elektronik, memperbaiki diri sendiri dan memiliki berbagai senjata dari tangannya. Sebelum berubah menjadi Cyborg, Vic adalah manusia biasa. Vic kemudian mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawanya. Ayah Vic, seorang ilmuwan jenius, menyelamatkan nyawa anaknya dengan menggunakan sebuah teknologi kuno yang terdampar di Bumi. Vic tetap hidup, tapi sebagian besar organ tubuhnya sudah digantikan oleh mesin dan komputer pintar. Belakangan diketahui bahwa teknologi yang menyusun Cyborg adalah salah satu dari tiga kotak ibu.

Dahulu kala, Steppenwolf (Ciaran Hinds) dan pasukannya datang ke Bumi bersama-sama dengan 3 kotak ibu. Ia menggunakan kekuatan gabungan dari 3 kotak ibu untuk menguasai Bumi dan mengubah Bumi menjadi planet asal Steppenwolf, Apokolips. Namun Steppenwolf mengalami kekalahan ketika menghadapi kekuatan gabungan dari bangsa manusia, Amazon, Atlantis, Green Lantern Corps dan dewa-dewa Olympus. Steppenwolf berhasil melarikan diri dan meninggalkan ketiga kotak ibu di Bumi. Kemudian penduduk Bumi saat itu sepakat untuk menyimpan kotak ibu di 3 tempat yang berbeda. Bangsa Amazon menyimpan kotak ibu pertama di pulau Themyscira, bangsa Atlantis menyimpan kotak ibu kedua di dasar laut, bangsa manusia menyimpan kotak ibu ketiga di ……. tempat kerja ayah Victor Stone. Dengan memanipulasi kotak inilah Victor berubah menjadi Cyborg.

Kotak-kotak tersebut tidak menunjukkan keanehan sampai Superman .. hilang. Hilangnya Superman dari Bumi memicu ketiga kotak ibu untuk aktif. Hal ini dapat dideteksi oleh Steppenwolf yang langsung datang ke Bumi untuk mengambil ketiga kotak ibu dan kembali menggunakannya untuk menguasai Bumi. Kali ini penghalang ambisi Steppenwolf adalah Batman, Wonder Woman, Cyborg, The Flash dan Aquaman yang bergabung dalam Justice League. Ahhhh, apakah ini cukup? Sayangnya tidak, Justice League membutuhkan anggota lagi untuk meredam Steppenwolf.

Yang agak saya sayangkan dari Justice League (2017) adalah kok ya kenapa keempat anggota awal Justice League nampak kewalahan sekali menghadapi Steppenwolf dan pasukannya. Mereka terkesan hanya dihadirkan sebagai bantalan atau samsak saja :’D. Padahal rasanya Steppenwolf bukanlah tokoh antagonis yang populer di dunia DC Comics. Ia hanyalah paman dari Darkseid yang beberapa kali muncul di komik dalam cerita flashback. Darkseid tetaplah lawan Justice League yang paling populer. Bisa jadi ini merupakan pembuka bagi kehadiran Darkseid di layar lebar.

Seperti film superhero pada umumnya, Justice League (2017) dipenuhi oleh banyak adegan aksi yang didukung oleh efek dan kostum terbaik di eranya. Tapi untuk Justice League (2017), special effect terasa amat banyak dan ada sedikit bagian cukup janggal penempatannya. Beruntung adegan aksinya cukup keren dan film ini lebih memiliki “cerita” dibandingkan Man of Steel (2013) yang isinya hanya pukul-pukulan saja.

Saya lihat Justice League (2017) memiliki suatu momen “wow” yang tidak dapat saya sebutkan di sini karena akan menjadi spoiler. Sayang akhir dari film ini yaaa hanya begitu saja, penyelesaian yang terlalu sederhana dan kurang cerdas. Peperangan melawan Steppenwolf yaaa hanya begitu saja, rasanya peperangan tersebut hanya seperti kisah pelengkap saja.

Terlepas dari beberapa kelemahan yang saya lihat di Justice League (2017), film ini tetap mampu menyuguhkan cerita dan adegan aksi yang bagus. Ditambah dengan beberapa adegan lucu dari The Flash, praktis film ini gagal membuat saya tertidur sepanjang film :). Bagi saya, meskipun kostumnya jelek, The Flash adalah bintang dari film ini :D. Akhir kata, rasanya Justice League (2017) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.
Sumber: http://www.unitetheleague.com

Sicario (2015)

 

Sicario

Sicario (2016) mengangkat tema kejahatan narkoba oleh kartel asal Mexico. Sicario sendiri dalam bahasa Spanyol berarti pembunuh bayaran. Julukan sicario biasa diberikan kepada para pembunuh bayaran profesional dari kartel-kartel narkoba asal Amerika Latin. Sudah pasti film ini akan dipenuhi oleh berbagai adegan aksi di sana dan di sini. Sicario (2016) diawali dengan adegan penyerbuan terhadap sebuah markas kartel narkoba yang dipimpin oleh Kate Macer (Emily Blunt). Kesuksesan Kate dalam membasmi peredaran narkoba di dalam wilayah Amerika Serikat, telah menarik perhatian Matt Graver (Josh Brolin), seorang agen rahasia pemerintah yang misterius. Graver mengajak Kate untuk masuk ke dalam tim gabungan yang Graver pimpin. Di sana Kate bertemu dengan rekan Graver yang tak kalah misteriusnya, Alejandro (Benicio Del Toro).

Sicario

Sicario

Sicario

Kate bersedia bergabung dengan tim tersebut tanpa mengetahui apa rencana, teknik dan cara yang akan ditempuh. Siapa sebenarnya Graver dan Alejandro pun masih tanda tanya ketika Kate bergabung. Yang Kate ketahui adalah bahwa tim tersebut bertujuan untuk membasmi kartel narkoba sampai ke pangkalnya.

Sicario

Dalam perjalannya, Kate menemukan banyak hal yang bertentangan dengan integritasnya sebagai penegak hukum. Cara dan metode yang Graver dan Alejandro gunakan, kurang cocok dengan Kate yang taat aturan. Perlahan-lahan, identitas Graver dan Alejandro terkuak. Maksud utama tim misterius tersebut pun, perlahan dapat Kate ketahui. Memang sih, pada intinya tim tersebut hendak memerangi narkoba dan memutus mata rantai peredaran narkoba, tapi yang mau diputus itu rantai yang mana? Rantai peredaran narkoba ada banyak lho.

Sicario

Sicario

Sicario

Sicario

Sicario

Kate memang menjadi sudut pandang penonton dalam menonton film ini, tapi karakter Alejandro nampak lebih kuat dan seolah dialah sang protagonis utama. Alejandro yang nampak misterius memang memiliki agenda pribadi yang masih sejalan dengan arah tujuan utama tim kecil milik Graver tersebut.

Sicario

SicarioMisteri akan tujuan tim Graver beserta siapa Graver dan Alejandro sebenarnya memang menarik dan dapat memberikan nilai plus bagi Sicario (2016). Tapi, nilai plus utama dari Sicario (2016) justru ada pada bagimana film ini berhasil membangun atmosfer yang baik pada berbagai adegan aksinya. Wilayah Amerika Latin seolah benar-benar menjadi tempat yang sangat berbahaya untuk dikunjungi, terlepas bagaimana keadaan sesungguhnya. Dengan demikian, saya rasa Sicario (2016) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.sicariofilm.com

Happy Death Day (2017)

 

Happy Death Day (2017) secara mengejutkan sempat merajai tangga box office beberapa minggu yang lalu, mengalahkan beberapa film dengan pemain ternama dan anggaran yang besar.  Film yang diproduksi oleh Universal Studio ini merupakan gabungan antara Scream (1996) dan Groundhog Day (1993). Di sana terdapat nuansa film slasher remaja yang sempat populer di era 90-an yang dipadukan dengan terjebaknya Tree Gelbman (Jessica Rothe) di dalam sebuah putaran waktu.

Pada suatu pagi, Tree terbangun di dalam kamar asrama milik Carter Davis (Carter Broussard). Tree menjalani hari tersebut sampai akhirnya ia tewas dibunuh sosok misterius yang menggunakan topeng bayi, maskot kampus tempat Tree kuliah. Setelah tewas, Tree kembali terbangun di pagi hari, di dalam kamar asrama milik Carter, di hari ulang tahunnya. Kejadian ini sepertinya akan terus Tree alami berulang-ulang sampai ia menemukan sosok misterius yang berulang kali berhasil membunuhnya.

Aksi kejar-kejaran antara Tree dan si pembunuh, menggunakan bantuan lagu dan suara agar nampak mengejutkan. Andaikata kita menonton Happy Death Day (2017) tanpa suara, praktis film ini tidak terlalu mengejutkan. Yaaa tak apalah, paling tidak film ini bukan termasuk film horor yang menjijikan.

Slasher merupakan subkategori dari jenis film horor, tapi terus terang tipe film horor seperti ini relatif lebih saya suka ketimbang tipe film horor lainnya. Aroma film slasher memang relatif kental terasa pada Happy Death Day (2017). Seperti film slasher di era 90-an, misteri akan siapa si pembunuh, tetap mampu membuat penonton penasaran. Latar belakang ala film slasher remaja pun nampak jelas pada film ini, mulai dari lorong gelap, rumah sakit sampai parkiran kosong. Akhir filmnya pun cukup memuaskan dengan sebuah kejutan di belakang. Tapi saya lihat ada hal yang membedakan Happy Death Day (2017) dengan berbagai film slasher yang pernah saya lihat yaitu penggunaan looping waktu dan terlihatnya unsur komedi romantis di sana.

Dengan adanya perulangan waktu, semakin lama, penonton dapat melihat siapa Tree yang sebenarnya. Karakter Tree yang pada awalnya nampak “brengsek”, perlahan mulai “insaf” dan memiliki ketertarikan dengan Carter. Alasan mengapa Tree menjadi “brengsek” pun dimunculkan di saat yang tepat sehingga Happy Death Day (2017) nampak semakin menarik untuk ditonton. Sayang, sampai akhir film, terdapat beberapa hal yang belum terjawab. Apa sih yang tidak terjawab? Saya tidak akan membeberkan spoiler di sini hehehe.

Setelah menonton Happy Death Day (2017), saya tak heran film ini berhasil merajai tangga box office beberapa minggu yang lalu. Happy Death Day (2017) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.happydeathdaymovie.com

Thor: Ragnarok (2017)

Thor, sang dewa petir, adalah salah satu superhero Marvel Comics yang diambil dari mitologi nordik. Karakter-karakter dan lingkungan di sekitar Thor pun diambil dari mitologi nordik. Nah dalam mitologi nordik, terdapat peristiwa yang disebut Rangnarok. Konon Ragnarok adalah peristiwa hancur dan terbakarnya Asgard, kerajaan tempat Thor berasal. Kejatuhan Asgard disertai dengan gugurnya beberapa dewa pada mitologi nordik. Peristiwa legendaris inilah yang menjadi inti cerita film solo ketiga Thor, Thor: Ragnarok (2017).

Ramalan akan datangnya Ragnarok memang sudah lama diramalkan dan Thor (Chris Hemsworth) berusaha sekuat tenaga agar ramalan tersebut tidak terjadi. Setelah kematian Loki (Tom Hiddleston) peristiwa pada Thor: The Dark Wolrd (2013), sepertinya Thor tidak memiliki ambisi lain selain mencegah datangnya Ragnarok. Dalam usahanya mencegah Ragnarok, Thor memperoleh informasi bahwa Odin (Anthony Hopkins), ayah Thor, tidak ada di Kerajaan Asgard. Nah kalau begitu, siapakah sebenarnya yang saat ini sedang duduk di singgasana kerajaan Asgard?

Ternyata biang keladinya adalah Loki, saudara tiri Thor yang licik dan sudah menjadi tokoh antagonis utama pada Thor (2011) dan The Avengers (2012). Loki memang sudah menimbulkan berbagai kekacauan, namun semakin hari tokoh ini semakin menjadi antihero. Kriminal jahat yang masih memiliki kebaikan jauh di lubuk hatinya. Hal itu terlihat pada Thor: The Dark World (2013) dimana Thor dan Loki saling tolong menolong meskipun Loki tetap berlaku curang dan memiliki agenda sendiri. Hubungan benci tapi sayang antara Thor dan Loki akan kembali terlihat pada Thor: Ragnarok (2017). Berarti Loki bukanlah tokoh antagonis pada Thor: Ragnarok (2017)?

Loki bukanlah tokoh antagonis pada film layar lebar ketiga Thor ini. Ternyata anak Odin bukan hanya Thor dan Loki saja. Ada 1 anak lagi yang terbuang dan dipenjara oleh Odin. Hela (Cate Blanchett), sang dewi kematian, adalah anak tertua Odin yang hanya akan bebas dari penjara ketika Odin tewas. Odin menjadikan dirinya sebagai kunci penjara bagi putrinya sendiri. Kenapa Odin begitu tega? Di sinilah sejarah kelam Asgard mulai terkuak, mengenai bagaimana Asgard mampu menjadi kerajaan kaya raya yang sangat kuat dan berkuasa.

Pada pertemuan pertamanya dengan Hela, Thor dan Loki kalah telak sampai-sampai Mjolnir milik Thor, Hela hancurkan tak tersisa. Padahal Mjolnir adalah senjata andalan Thor yang sangat kuat. Tak hanya itu, pada pertemuan pertama tersebut, Thor dan Loki terlempar jauh ke Planet Sakaar. Hhhmmmmm, bagi yang gemar membaca komik Hulk atau menonton Planet Hulk (2010), tentunya sudah mengenal apa itu Planet Sakaar.

Di Planet Sakaar, Thor yang sudah kehilangan Mjolnir, dipaksa untuk bertarung hidup-mati di sebuah area gladiator oleh penguasa Sakaar, Grandmaster (Jeff Goldblum). Thor harus berhadapan dengan juara milik Grandmaster yaitu Hulk (Mark Ruffalo). Seperti pada Planet Hulk (2010), kondisi Planet Sakaar memungkinkan Hulk untuk mengambil alih kendali atas tubuh Bruce Banner dalam waktu yang sangat lama. Sejak peristiwa pada Avengers: Age of Ultron (2015) berakhir, Hulk sudah bertahun-tahun tinggal dan menjadi juara arena gladiator di Planet Sakaar. Berbeda dengan perlakuan penduduk Bumi, Hulk merasa ia lebih diterima dan dipuja oleh penduduk Planet Sakaar. Pada Thor: Ragnarok (2017) ini kita tidak hanya akan melihat Hulk ketika akan berkelahi saja. Hulk memiliki dialog dan porsi tampil yang lebih banyak dibandingkan film-film layar lebar Marvel sebelumnya.

Tidak hanya Hulk, di Planet Sakaar, Thor bertemu pula dengan Loki dan Scrapper 142 (Tessa Thompson). Siapa itu Scrapper 142? Ia adalah mantan pasukan elit Asgard yang gemar mabuk-mabukan. Kekalahannya ketika melawan Hela dahulu kala, membuatnya “lari dari kenyataan”.

Terdamparnya Thor di Planet Sakaar tidaklah percuma. Sebab, di sana ia menemukan teman lama dan baru yang bersedia membantu Thor menyelamatkan Asgard dari Hela yang telah memperoleh dukungan dari Skurge (Karl Urban) dan ratusan mayat hidup tentara Asgard. Hela memang memiliki ambisi jahat, tapi apakah kemunculan Hela memang akan menimbulkan Ragnarok?

Melihat konsep Asgard dan Ragnarok yang berbelok di akhir cerita, mampu menjadi nilai plus film ini. Jalan ceritanya menarik dan tidak membingungkan, bahkan bagi penonton yang belum pernah menonton film superhero Marvel sebelumnya. Selain itu, film ini sudah seperti film action comedy, adegan komedinya cukup banyak dan memang dapat membuat saya tertawa. Bisa jadi Thor: Ragnarok (2017) adalah salah satu film terlucu dari Marvel. Walaupun banyak adegan komedinya, adegan pertarungan pada film ini tetap seru kok, terutama ketika tubuh Thor diisi oleh petir dan adegan perkelahian yang diiringi lagu Immigrant Song milik Led Zeppelin :).

Cerita yang lucu dan menarik, plus adegan perkelahian yang seru, dibalut dengan nuansa 80-an, semuanya ditampilkan dari lagu dan visual dari film ini. Thor: Ragnarok (2017) memang jadi mirip sekali dengan Guardians of the Galaxy (2014) & Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017). Apalagi mayoritas latar belakang Thor: Ragnarok (2017) adalah Sakaar, Asgard dan luar angkasa, bukan Bumi seperti 2 film Thor sebelumnya. Namun hal ini bukanlah masalah besar, sebab Thor: Ragnarok (2017) tetap mampu memberikan hiburan yang menyenangkan bagi saya. Film ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: marvel.com/thor