Hari Ketiga Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya Saat Songkran – Grand Palace, Wat Phra Kaew, Wat Pho, Wat Arun & Pratunam

Bangkok

Setelah kemarin berkelana keluar kota pada Hari Kedua Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya pada hari ketiga ini ini kami akan mengunjungi objek wisata di tengah kota Bangkok yaitu Grand Palace, Wat Phra Kaew, Wat Pho dan Wat Arun. Seperti pernah saya jelaskan pada Persiapan Wisata Thailand 2017, hari inilah yang perencanaan agak tricky karena objek wisata ada yang sedang direnovasi, ada yang sedang merayakan Songkran, ada yang sedang berkabung atas meninggalnya raja Thailand.

Selain masalah waktu kedatangan, busana juga harus diperhatikan untuk dapat masuk ke dalam objek-objek wisata tersebut. Objek-objek yang kami kunjungi memang mengharuskan kami untuk berpakaian sopan dan tidak terbuka. Hari itu, kami menggunakan pakaian yang sopan sesuai dengan aturan, agar tidak harus membeli kain di tengah jalan. Di luar objek-objek wisata tersebut, banyak penjual kain bagi turis yang menggunakan celana pendek atau rok mini atau pakaian terbuka lainnya. Saat itu, saya sendiri menggunakan celana panjang dan sepatu. Istri saya sudah setiap hari berjilbab sehingga pakaiannya otomatis aman untuk masuk ke dalam beberapa objek wisata yang akan kami kunjungi.

Setelah selesai sarapan di penginapan dan membeli bekal di 7-Eleven, kami berjalan menyusuri Jalan Ratchaprarop 9 ke arah Stasiun Ratchaprarop. Jalanan pagi itu sepi sekali, bertolakbelakang dengan keadaan di malam hari. Kami tiba di Stasiun Ratchaprarop dalam keadaan kering. Cuaca Bangkok pagi itu terasa panas sekali. Songkran memang benar-benar berlangsung di saat Thailand sedang panas-panasnya.

Setibanya di Stasiun Rachaprarop, kami membeli tiket dan naik kereta jalur merah jambu dan turun di Stasiun Phaya Thai. Sama seperti pada …. kemarin, setelah berpindah ke Stasiun Phaya Thai milik BTS, kami naik kereta jalur hijau tua dan berhenti di Stasiun Saphan Taksin. Kemudian kami turun dari Stasiun dan berjalan kaki menuju Dermaga Sathorn dengan mengikuti petunjuk Google Maps.

Kali ini kami ke arah tempat orang-orang menunggu perahu lewat, janga pergi ke loket Asiatique. Perahu yang berhenti di dermaga ini adalah perahu Chao Praya Express. Karena tujuan pertama kami pagi itu adalah Grand Palace dan Wat Phra Kaew, maka kami menunggu perahu Chao Praya Express yang berlayar ke arah utara/north dan turun di Dermaga Tha Chang. Sesuai keterangan yang pernah saya jelaskan pada …., perahu Chao Praya Express yang dapat mengantarkan kami dari Dermaga Saphan Taksin sampai ke Dermaga Tha Chang [N9] adalah perahu dengan bendera warna oranye, hijau dan tanpa warna. Bagaimana dengan pembayarannya? Macam naik Metromini atau Patas, nanti ditagih di atas perahu, sebuah pengalaman yang unik ;).

Sedikit meleset dari itenari, kami tiba di Dermaga Tha Chang pada pukul 9 lewat. Dari sana kami berjalan menuju pintu masuk Grand Palace dan Wat Phra Kaew khusus turis asing dengan melihat penunjuk jalan resmi dan bertanya kepada petugas resmi. Di sini, pintu masuk orang lokal dipisah dengan pintu turis asing. Disinilah konon banyak terjadi penipuan. Pokoknya, kalau di Bangkok itu, sebisa mungkin jangan bertanya kepada sembarang orang yang bukan petugas atau polisi atau tentara. Terkadang ada yang sengaja membuat turis asing tersesat berjalan ke arah kuil lain atau pangkalan tuk-tuk. Di sanalah mereka melanjutkan aksi penipuan mereka dengan mengajak si turis untuk berjalan keliling kota dengan tarif yang tidak wajar. Buang-buang waktu dan uang saja. Bangkok itu sebenarnya aman, kitanya yang tetap harus waspada.

Setibanya di pintu masuk, kami membeli tiket dan mengantri masuk ke Grand Palace dan Wat Phra Kaew yang terletak di dalam area yang sama. Tempat ini ramai sekali, untuk masuk saja kami harus mengantri. Di dalam sana, banyak penduduk lokal yang datang dengan pakaian serba hitam dan duduk bersila di pinggir area Wat Phra Kaew. Hal ini terkait dengan berkabungnya mereka atas kematian Raja Bhumibol Adulyadej.

Di dalam, kondisinya ramai tapi tidak sampai penuh sesak, lebih lenggang dibandingkan keadaan di pintu masuk. Tempat ini luaaass dan memiliki banyak bangunan dengan gaya yang unik khas Thailand. Warna emas yang berkilau banyak sekali digunakan pada kompleks ini. Ini memang lokasi yang wajib dikunjungi ketika berwisata ke Bangkok, pokoknya bedalah suasananya. Awalnya, saya menggunakan peta untuk berkeliling di dalam area Wat Phra Kaew, lama kelamaan kami berkeliling saja tanpa peduli itu dimana. Kondisinya semakin ramai, panas terik dan semua bangunan lama kelamaan nampak mirip, hehehehe. Kami beberapa kali berfoto dan duduk sejenak menyantap bekal yang kami bawa. Bangunan yang paling penting dan unik pada dasarnya adalah bangunan utama Wat Phra Kaew atau Kuil Buddha Emerald, dan Chakri Maha Prasat. Di sekitar kedua bangunan tersebut memang banyak sekali paviliun dan kantor pemerintahan yang memiliki corak ala Thailand dan warna emas juga.

Bangkok

Bangkok

Bangkok

Wat Phra Kaew adalah bangunan dengan nomor urut 1 pada peta yang diberikan ketika membeli tiket. Kuil ini merupakan kuil Buddha paling sakral di Thailand. Kompleks kuil ini banyak menggunakan ornamen dan ukiran khas Thailand. Di dalam kuil tersebut, terdapat patung Budda Emerald yang warnanya hijau gelap seperti batu giok. Ini memang agak berbeda ya, mayoritas patung-patung di kuil tersebut berwarna emas.

Bangkok

Bangkok

Bangkok

Bangkok

Agak berbeda dengan Wat Phra Kaew, Chakri Maha Prasat Throne Hall nampak megah dengan gaya bangunan tua Eropa berwarna putih dan atap khas Thailand di atasnya. Bangunan ini dikelilingi dengan taman yang cantik, namun sayang kami tidak dapat melihat terlalu dekat atau masuk ke dalam karena Throne Hall sedang ditutup untuk upacara resmi Kerajaaan Thailand.

Bangkok

Jadi ketika saya ke sana, ada sekitar 2 bangunan yang tidak boleh dimasuki oleh pengunjung. Bangunan-bangunan tersebut nampak lebih western dibandingkan bangunan lainnya. Kalau dilihat jauh ke belakang, setelah ibukota kerajaan di Ayutthaya hancur akibat perang dengan Birma pada 1767, ibukota dipindah ke Bangkok. Kompleks Grand Palace mulai dibangun di pinggir Sungai Chao Praya dengan pagar-pagar yabg tinggi mengelilinginya. Di dalam kompleks tersebut, terdapat beberapa kantor pemerintahan dan Kompleks Wat Phra Kaew. Kompleks Grand Palace bisa dibilang memang dibangun di era yang sedikit modern. Istana lama mereka sendiri sekarang sudah dalam bentuk reruntuhan di wilayah Ayuttha dan sudah menjadi objek wisata.

Setelah keluar dari Kompleks Grand Palace, kami berjalan menyusuri tembok Grand Palace menuju Wat Pho jaraknya sekitar 500 meter ke arah selatan. Di sepanjang jalan inilah biasa terjadi penipuan dimana kadang ada orang lokal dan supir tuktuk yang menginformasikan bahwa Wat Pho tutup di siang hari. Selanjutnya mereka akan mengajak si korban untuk jalan-jalan keliling Bangkok sampai sore di saat Wat Pho sudah buka. Itu semua bohong, jangan percaya Wat Pho tutup sampai melihat sendiri di depan gerbangnya hohohohoho. Ketika kami menyusuri jalan antara Grand Palace dan Wat Pho, memang ada banyak supir tuktuk dan warga yang duduk tapi mereka tidak menawarkan apa-apa. Mereka seolah membuang muka ketika melihat saya berjalan sambil melihat Googlemaps di Smartphone saya ;). Walau rawan penipuan, jalan tersebut dijaga oleh beberapa polisi, jadi kami tetap merasa aman :).

Sesampainya di Wat Pho, keadaan cukup ramai karena ada perayaan Songkran di sana. Tapi syukurlah, perayaannya bukan dalam bentuk perang air, tapi seperti penyiraman air oleh beberapa biksu. Kami sendiri lebig memilih menontonnya sejenak, lalu masuk ke dalam bangunan utama War Pho untuk mengantri melihat Reclining Buddha. Kalau biasanya patung Buddha itu sedang dalam posisi duduk bersila, nah pada Reclining Buddha, Buddha nampak sedang dalam posisi separuh tidur. Patung dengan panjang 46 meter ini nampak panjang sekali. Untuk melihatnya, kami harus mengikuti jalur antrian menuju sebuah lorong yang terletak di depan patung tersebut. Patungnya memang bagus dan unik, tapi di sana terdapat sedikit kekurangan, bagian kaki yang paling ujung sedang diresrorasi sehingga sedikit tertutup oleh steger-steger kecil.

Bangkok

Setelah keluar dari bangunan utama, kami berkeliling kompleks kuil sebentar sebelum melanjutkan penjalanan kembali ke Dermaga Tha Tian. Dalam perjalanan menuju Dermaga Tha Tian, kami mampir di Tha Tian Market yang terletak menempel dengan Dermaga. Di sana kami menyantap berbagai makanan khas Thailand yang tidak menggunakan daging. Di sini memang relatif sulit memperoleh makanan halal :(.

Setelah kenyang, Dari Dermaga Tha Tian, kami menyebrang dengan kapal Ferry ke Wat Arun (Temple of Dawn). Wat Arun merupakan kuil yang sudah ada sejak ibukota kerajaan masih di Ayuttha. Tapi penambahan tinggi dan penambahan Prang yang kini membuat Wat Arun nampak unik, dilakukan setelah ibukota pindah ke Bangkok, pada masa pemerintahan Raja Rama II. Sebenarnya, gaya kuil ini mirip dengan kuil-kuil ikonik lain di Birma dan Myanmar. Bagi kami yang belum pernah ke Birma dan Myanmar, Wat Arun tentunya nampak unik dan megah, walaupun banyak steger pada Prang yang terbesarnya. Pada saat kami datang ke sana, Wat Arun tetap buka, tapi Prang utama akan direstorasi sehingga dalam waktu dekat Wat Arun akan tutup cukup lama. Dan ternyata, saat ini, setelah restorasi selesai, wajah Wat Arun agak berubah. Ketika kami ke sana, Wat Arun hadir natural sebagai bangunan tua dengan warna beton dan sedikit kehitaman. Sekarang, Wat Arun seperti dicet putih di beberapa bagian sehingga kuil ini nampak lebih putih dari kejauhan. Terjadi pro kontra dalam hal ini karena ada beberapa orang yang tidak suka dengan perubahan ini. Tapi saya rasa, pemandangan di Wat Arun tidak akan banyak berubah di saat senja datang. Sesuai julukannya, Temple of Dawn, kuil ini memang nampak cantik menjelang matahari terbenam.

Bangkok

Bangkok

Bangkok

Kami sendiri tidak menunggu sampai sunset di tempat ini. Kami memilih untuk berbelanja di pertokoan yang terletak di area Wat Arun. Di sana kami menyewa baju adat khas Thailand dan berfoto dengan latar belakang Wat Arun. Saya rasa ini lebih keren ketimbang foto studio yang kami lakukan pada ….. di Noong Noch. Selain itu, tarifnya sangat murah dan si pemilik bajunya mau membantu kami foto juga. Di area inipulalah terdapat pakaian-pakaian dengan harga yang sudah termasuk murah. Kami sendiri agak menyesal kenapa tidak membeli lebih banyak di sana. Jarang-jarang nih toko di area wisata menjual dengan harga murah.

Tak terasa hari sudah mulai gelap, dan kamipun mulai berjalan menuju Dermaga Wat Arun Ratchawararam [N8] untuk pulang ke penginapan. Dari saja, kami dapat memilih untuk naik perahu Chao Praya Express dengan bendera warna biru atau oranye atau tanpa warna sebagaimana pernah dibahas pada …. Kami naik perahu tersebut ke arah selatan dan turun di Dermaga Sathorn untuk selanjutnya berjalan ke Stasiun Saphan Taksin. Dari Stasiun Saphan Taksin kami kembali naik kereta jalur hijau tua dan berhenti di Stasiun Phaya Thai. Sama seperti ketika berangkat, kami kemudian naik kereta jalur merah jambu dan berhenti di Stasiun Rachaprarop.

Sepanjang hari itu, kami tidak terkena siraman air sama sekali. Semua objek wisata yang kami kunjungi hari itu, tidak ada perang airnya sama sekali. Nah perjalanan dari Stasiun Rachaprarop menuju penginapan di malam hari inilah yang penuh tantangan karena jalur yang kami lewati adalah jalur perang air yang sebenarnya seru dan heboh. Kami beberapa kali harus menenangkan anak kami yang kaget dan ketakutan melihat semprotan air dimana-mana. Saya sendiri sampai di penginapan dalam keadaan basah kuyup.

Sesuai dengan itenari yang sudah saya susun, sebenarnya tujuan selanjutnya adalah Pasar Pratunam dan Yok Yor Cruise. Tapi karena hari telah malam, kami memutuskan untuk hanya ke Pasar Pratunam saja. Yok Yor merupakan nama salah satu kapal yang menyajikan acara makan malam sambil menyusuri Sungai Chao Praya di malam hari. Biasanya terdapat hiburan musik pula di atas kapal seperti yang pernah kami lihat dari Asiatique The Riverfront pada Hari Pertama Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya. Ketika menaiki Chao Praya Express, kurang lebih kami sudah merasakan Sungai Chao Praya di sore hari. Makanan yang disajikan pun belum tentu enak. Selain itu, kami khawatir kalau angin malam dapat membuat anak kami sakit. Hari ini sudah terlalu melelahkan, sebaiknya kami menyimpan stamina untuk esok hari.

Setelah mandi dan ganti baju, kami keluar dari penginapan lewat pintu belakang. Ternyata ada jalan tikus yang aman dari perang air Songkran. Kami diberitahu turis Eropa yang melihat kami membawa bayi. Kebetulan kami memang menginap di wilayah Pratunam, jadi kami hanya berjalan sedikit untuk mencapai wilayah pertokoan. Sayang, pertokoan di Pratunam dan sekitarnya banyak yang tutup selama Songkran. Toko yang buka pun, tutup lebih cepat malam itu. Souvenir dan pakaian menjadi produk yang banyak dijual di wilayah pertokoan yang saya lewati. Harganya relatif murah untuk kualitas yang nampak bagus.

Setelah selesai belanja, kami makan malam di restoran India yang menyajikan hidangan India dan Thailand halal. Berbeda dengan di Singapura, McDonalds dan fastfood asing lainnya di Thailand ini, ternyata tidak halal. Sebenarnya di daerah Pratunam terdapat daerah yang penuh dengan restoran halal. Konon makanan halal sangat mudah dijumpai di dekat Masjid Darul Aman yang terletak di sekitar Stasiun Ratchatdewi. Tapi sayang lokasinya sangat jauh dari daerah pertokoan dan penginapan saya kalau dijangkau dengan berjalan kaki. Posisi kami saat itu pub tidak menguntungkan pula untuk berjalan menuju Stasiun terdekat, posisinya jauh. Ternyata hidangan di restoran India yang kami singgahi, terasa lumayan enak, entah karena kelapan atau kenapa ya, pokoknya lumayan enak, yummmm hehehehe.

Setelah kenyang, kami kembali mampir ke beberapa toko sebelum akhirnya pulang ke penginapan melewati jalur tikus yang aman dari perang air ;). Sampai penginapan, kami langsung tidur untuk melakukan perjalanan sedikit keluar kota pada Hari Keempat Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya. Sebuah perjalan yang cukup menantang karena kali ini kami akan menggunakan kereta dan taksi, objeknya agak jauh.

Baca juga:
Hari Keempat Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya
Hari Kedua Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya
Ringkasan Objek Wisata Bangkok & Pattaya
Bagaimana Cara Naik Kereta di Bangkok?
Bagaimana Cara Naik Chao Praya Express di Bangkok?

3 thoughts on “Hari Ketiga Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya Saat Songkran – Grand Palace, Wat Phra Kaew, Wat Pho, Wat Arun & Pratunam

  1. Ping balik: Hari Keenam Wisata Korea – Gyeongbokgung, Bukchon & Changdeokgung | Alief Workshop

  2. Ping balik: Hari Kelima Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya Saat Songkran – Ananta Samakhom, MBK & Suvarnabhumi | Alief Workshop

  3. Ping balik: Hari Keempat Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya Saat Songkran – Ancient City, Chatuchak & Pratunam | Alief Workshop

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s