Pada tahun 2019 lalu, Joko Anwar kembali hadir dengan sebuah film yang beraroma thriller, horor dan misteri yaitu Perempuan Tanah Jahanam (2019). Hhhmmm, judul yang aneh, kalau dibaca, ritme judul tersebut memang pas, tapi bagaimana dengan maknanya? Setelah saya menonton filmnya, yahhh memang sih perempuan dan tanah menjadi bagian dari film tersebut. Kejahanaman pun memang ada pula pada Perempuan Tanah Jahanam (2019).
Judul internasional dari film inipun tidak kalah uniknya, Impetigore. Jangan coba-coba mencari arti kata Impetigore di kamus bahasa manapun. Karena kata-kata ini adalah buatan Joko Anwar yang menggabungkan 2 kata yaitu impetigo dan gore. Impetigo merupakan penyakit kulit berupa nanah dan bercak merah yang diderita oleh anak-anak. Sedangkan gore merupakan sebuah kata yang identik dengan kesadisan yang luar binasaaa. Perempuan Tanah Jahanam (2019) memang memiliki adegan sadis di dalamnya, tapi masih di dalam batas yang wajar ya. Yaaah tingkat kesadisannya jauh di bawah Saw (2004), A Serbian Film (2010) dan kawan-kawan.
Kalau saya rangkum, kata perempuan, tanah, impetigo, gore dan jahanam memang menjadi bagian penting dari film ini. Tapi ada 1 lagi kata yang penting tapi tidak ada dalam judul. Kata tersebut adalah keluarga. Keluarga? Yaaaa, betul sekali. Film yang proses pembuatannya memakan waktu sampai 10 tahun ini, sebenarnya merupakan film mengenai intrik keluarga yang dibalut dengan ilmu hitam.
Maya (Tara Basro) tidak pernah ingat siapa keluarga dia sebenarnya. Ia hanya mengetahui bahwa ia diasuh oleh seseorang yang mengaku sebagai bibinya. Siapa ayah dan ibu Maya? Maya pun tidak ingat. Ia hanya mengetahui bahwa keluarganya memiliki rumah besar di Desa Harjosari. Rumah besar itulah yang menjadi harapan Maya untuk keluar dari krisis keuangan yang ia hadapi. Siapa tahu ada harta yang masih bisa dijual untuk modal usaha.
Maka Maya pun berangkat ke desa tersebut. Ia pun ditemani oleh sahabat sekaligus rekan bisnisnya, Dini (Marissa Anita). Harjosari ternyata merupakan desa yang sangat terpencil, tidak semua orang mengetahui keberadaan desa tersebut. Dini dan Maya pun menyaksikan berbagai peristiwa aneh di desa tersebut.
Terdapat sebuah kutukan yang ternyata berhubungan erat dengan keluarga tokoh utama kita. Di sana, saya melihat beberapa twist atau kejutan, yang bagus dan jauh dari kesan murahan. Banyak loh, film-film horor Indonesia yang asal membuat twist-twist, tanpa peduli alur logika dari filmnya sendiri. Well, Perempuan Tanah Jahanam (2019) berhasil memberikan sesuatu yang berbeda di sana.
Misteri dan horor psikologis memang menjadi daya tarik film ini. Jangan harap untuk melihat banyak perwujudan setan-setanan dan jump scare di film ini. Kengerian dari Perempuan Tanah Jahanam (2019) dibangun dengan halus dan rapi dari alur ceritanya. Yah walaupun pada akhirnya ternyata sedikit klise & tidak terlalu horor. Saya rasa kadar misteri pada film ini, relatif lebih dominan. Nuansa horornya tidak terlalu kental.
Mayoritas nuansa horornya, disumbangkan oleh latar belakang pedesaan yang terpencil dan suram. Pada bagian itulah, film ini memang berhasil memberikan kengerian tersendiri. Saya kagum dengan bagaimana Harjosari digambarkan. Semua terasa nyata apa adanya, saya berhasil diyakinkan bahwa Harjosari itu memang benar-benar ada. Tapi ada di mana?
Hhhhmm. Ini menimbulkan masalah baru sebab kalau dilihat, Harjosari sepertinya terletak di daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur. Tapi karakter-karakter penduduk desa tersebut tidak seperti orang Jawa. Padahal latar belakang dan kostumnya sudah Jawa banget loh.
Saya rasa Perempuan Tanah Jahanam (2019) pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Saya rasa, untuk saat ini, Perempuan Tanah Jahanam (2019) adalah salah satu film horor Indonesia terbaik yang layak untuk ditonton.
Sumber: base-ent.com/portfolio/perempuan-tanah-jahanam-impetigore/