Scream (2022)

Pada tahun 2022 ini hadir film kelima Scream yaitu Scream (2022). Yah film ini resminya tidak menggunakan angka di judulnya. Bukan Scream 5, tapi cukup Scream saja. Sama dengan judul film pertamanya, Scream (1996). Film tersebut disutradarai oleh Wesley Earl Craven dengan anggaran yang tidak terlalu besar. Diluar dugaan, Scream (1996) sukses besar dan meraup keuntungan besar. Genre slasher remaja bangkit dan menjamurlah film-film lain yang mirip dengan Scream (1996).

Sejak itulah, Wesley Early Craven kembali menghadirkan Scream 2 (1997), Scream 3 (2000), Scream 4 (2011). Lama kelamaan Scream pun menjadi franchise dan sebenarnya ada perencanaan mengenai Scream 5 dan Scream 6. Sayang Wesley Early Craven meninggal pada 2016. Proyek Scream 5 dan Scream 6 tak ada kabarnya.

Barulah 11 tahun setelah Scream 4 (2011) muncul, Scream 5 (2022) lahir tanpa kehadirab Wesley Earl Craven tentunya. Ceritanya berlatar belakang tepat setelah peristiwa pada Scream 4 (2011) terjadi. Pada keempat film Scream sebelumnya, Sidney Prescott (Neve Campbell) mengalami teror dari sosok misterius bertopeng hantu. Banyak teman dan rekan terdekat Sidney berguguran di sana. Paling tidak, Gale Weathers (Courteney Cox) dan Dewey Riley (David Arquette) ada 2 rekan dekat Sidney yang hadir di keempat film Scream dan masih selamat. Dewey, Gale dan Sidney sudah beberapa kali berhasil membuka kedok pembunuhan berantai oleh si topeng hantu. Setiap film Scream, memiliki tokoh antagonis yang berbeda. Mulai dari anak selingkuhan ibunya Sidney, istri selingkuhan ibunya Sidney, sepupu Sidney, sampai saudara kandung Sidney sendiri. Sidney, Sidney, Sidney, yaa semua berawal dan berputar pada masalah keluarga Sidney. Bagaimana dengan Scream (2022)?

Sudah saatnya peremajaan pada franchise ini. Mirip seperti yang franchise MCU dan Star Wars lakukan. Apalagi Scream banyak berbicara mengenai remaja. Jadi tokoh-tokoh utama lawas seperti Sidney dan kawan-kawan, sudah bukan menjadi pusat perhatian utama pada Scream (2022). Kehadiran Sidney seakan berfungsi sebagai pengantar kepada tokoh-tokoh baru yang masih muda. Perlahan, pusat segala masalah beralih kepada Sam Carpenter (Melissa Barrera).

Pada awalnya, Sam dan adiknya seolah menjadi target teror dari sang pembunuh bertopeng. Teman-teman dekat Sam pun menjadi target dan teror. Tak lupa karakter-karakter Scream lawas pun ada yang berguguran. Hanya saja, si tokoh antagonis pada Scream (2022) nampak lebih realistis ketika sedang beraksi. Tidak semua korban mereka langsung tewas. Beberapa diantaranya bahkan berhasil selamat walaupun dengan luka parah. Ini adalah hal yang bagus. Mengenakan pakaian yang menyeramkan, tidak serta merta membuat seseorang menjadi sakti bukan?

Sayangnya, Scream (2022) melakukan banyak kebodohan dasar ala Hollywood. Karakter antagonis jelas saja kalah. Ketika si karakter antagonis memiliki kesempatan untuk membunuh. Ia justru berbicara panjang lebar mengenai motif pembunuhan dan sebagainya. Ini berlangsung berkali-kali, ya jelas saja kalah. Otomatis motif pembunuhannya pun tidak didapatkan melalui penyelidikan. Yang patut disayangkan lagi adalah motif si karakter antagonis yang kurang wow. Sebenarnya Scream 4 (2011) pun yaaa seperti ini. Sangat berbeda dengan Scream (1996), Scream 2 (1997), Scream 3 (2000). Motif pembunuhan pada ketiga film tersebut benar-benar wah dan wow ;).

Beruntung kekalahan si pembunuh berantai terbilang sangat memuaskan untuk ditonton. Kekalahan yang sangat memuaskan dibandingkan kekalahan pada film-film Scream sebelumnya. Saya sangat suka dengan yang satu ini.

Kemudian selain itu, Scream (2022) memiliki keunggulan lain ketika penonton diajak menduga-duga, siapa pembunuhnya. Mirip seperti film-film Scream sebelumnya, si pembunuh adalah satu atau dua dari tokoh-tokoh utama yang dihadirkan. Mereka saling menggoda dan bergurau mengenai identitas sang pembunuh.

Dengan demikian, tanpa Wesley Early Craven, Scream (2022) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sudah pasti saya akan menonton film Scream berikutnya, yaitu film Scream yang keenam.

Sumber: http://www.screammovie.com

Spider-Man: No Way Home (2021)

Sejak awal abad 21 sampai sekarang, sudah ada 3 versi Spider-Man live action di layar lebar. Spider-Man versi Tobey Maguire, Spider-Man versi Andrew Garfield dan terakhir Spider-Man versi Tom Holland. Terus terang saya kurang suka dengan Spider-Man versi Tobey Maguire sebab di sana terdapat karakter Marry Jane yang menyebalkan. Selain itu kriminalisasi Spider-Man sangat dominan di sana. Sang superhero harus menyelamatkan publik yang membencinya. Yah lebih dramatis sih. Yah memang lebih menggemaskan sih. Tapi lama-lama lelah juga melihatnya. Beruntung kemudian hadir Spider-Man versi Andrew Garfield yang memiliki tokoh kekasih yang lebih baik, serta topik kriminalisasi Spider-Man yang tidak terlalu disorot.

Kemudian, hadir Spider-Man versi Tom Holland yang pada kedua film pertamanya sama sekali tidak membahas kriminalisasi Spider-Man dan memiliki tokoh Marry Jane yang jauh lebih ok. Pada film ketiga Spider-Man versi Tom Holland ini, unsur kriminalisasi Spider-Man mulai dihadirkan kembali.

Ya, Spider-Man: No Way Home (2021) diawali dengan terkuaknya identitas Spider-Man atau Peter Parker (Tom Holland), beserta berbagai fitnah yang tiba-tiba dihembuskan oleh J. Jonah Jameson (J.K. Simmons). Wah dia lagi dia lagi. Ini dia biang keladi kriminalisasi di Spider-Man versi Tobey Maguire. Sekarang tokoh yang sama, diperankan orang yang sama, hadir di Spider-Man versi Tom Holland @_@. Si J. Jonah Jameson ini sering kali berkata, dimana Spider-Man muncul, pasti ada bencana. Well, kalau bagi saya pribadi. Dimana J. Jonah Jameson muncul, pasti saya mulai ragu untuk lanjut menonton atau tidak hehehehe. Pasti akan ada fitnah yang menggemaskan di sana. Saya sebenarnya tidak ada masalah dengan itu. Pada berbagai film, sudah biasa si tokoh utama terkena fitnah. Hanya saya, saya belum pernah melihat karakter J. Jonah Jameson terkena akibat dari perilakunya. Yah, seperti tidak adil saja. Inipun agaknya sedikit terbukti pada Spider-Man: No Way Home (2021). Yang benar dan yang berhati mulia, belum tentu dihargai.

Akibat berbagai tekanan, Peter Parker atau Spider-Man (Tom Holland) meminta pertolongan Doctor Strange (Benedict Cumberbatch). Dengan kemampuan sihir tingkat tinggi, Strange berusaha menolong Peter. Namun kegugupan dan keraguan Peter, sukses besar mengacaukan mantra Strange hingga terbukalah pintu menuju dimensi lain. Disinilah semua kekacauan yabg sudah ada, justru semakin kacau.

Film-film MCU seperti Spider-Man: No Way Home (2021) menganut paham multi dimensi. Jadi dunia terbagi ke dalam banyak dimensi dimana pada setiap dimensi bisa saja terdapat Peter Parker lain. Sebagaimana kita ketahui, ada 3 versi film Spider-Man. Nah sekarang ini, Spider-Man (Tobey Maguire) dan Spider-Man (Andrew Garfield) tersedot masuk ke dalam dimensi Spider-Man (Tom Holland). Beberapa lawan utama pada Spider-Man (Tobey Maguire) dan Spider-Man (Andrew Garfield), ikut masuk juga ke dalam dimensinya Spider-Man (Tom Holland). Ini adalah kejutan yang sangat keren. Ada 3 versi Spider-Man yang pada awalnya memiliki film masing-masing. Reboot sudah sering dilakukan oleh film-film Hollywood. Namun baru kali inilah reboot memiliki makna yang sangat besar. Bukan tidak mungkin Marvel Comic akan melakukan ini lagi pada film-film superhero yang pernah mereka reboot.

Kehadiran tokoh-tokoh dari film Spider-Man lain, benar-benar sesuatu hal yang menakjubkan. Ini adalah nilai plus terbesar dari Spider-Man: No Way Home (2021). Saya rasa film ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skalam maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.spidermannowayhome.movie

Serial The Invincible

The Invincible? Superhero dari universe mana lagi itu? Bukan DC Comics atau Marvel yang menjadi asal The Invincible. Superhero yang satu ini diterbitkan oleh Image Comics, penerbit komik terbesar ketiga di dunia setelah DC dan Marvel. The Walking Dead, Spawn, Kick-Ass dan Jupiter’s Legacy merupakan komik-komik Image Comics yang sudah dari di TV atau Bioskop.

Kali ini The Invincible hadir dalam bentuk serial animasi. Para superhero di sana menggunakan berbagai kostum yang warna-warni. Modelnya pun mengimpilkasikan seolah-olah The Invincible merupakan film anak-anak. Gara animasi yang klasik namun tetap modern, cukup bagus, namun tidak akan menarik bagi anak-anak kecil jaman sekarang. Serial ini memang 100% tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak. Dibalik warnaq2 warni kostum superhero-nya, terdapat banyak sekali adegan sadis pada serial ini. Beberapa diantaranya bahkan terlalu menjijikan untuk disaksikan andaikan serial ini bukan serial animasi. Tampil sebagai serial animasi merupakan kelebihan. Dengan demikian, The Invinsible dapat tetap tampil apa adanya tanpa membuat saya jijik.

Sebenarnya bercerita tentang apa The Invincible? Kok bisa sadis? Apa sama dengan Serial The Boys ya? Agak berbeda dengan Serial The Boys. The Invincible sebenarnya tidak sesuram dan segelap Serial The Boys. Masih banyak orang biasa dan superhero baik pada The Invincible. Penonton dibawa mengikuti perjalan sang Invincible atau Mark Grayson (Steven Yeun) dari awalnya belum memiliki kekuatan, sampai pada akhirnya menjadi tumpuan harapan planet Bumi. Kebaikan melawan kejahatan, keluarga dan kemanusiaan menjadi topik yang mendominasi serial ini.

Mark lahir dari rahim seorang manusia biasa. Ibu Mark memang penduduk asli Bumi. Namun ayah Mark berasal dari planet Viltrumite. Ayah Mark menggunakan identitas sebagai Omni-Man (J.K. Simmons) ketika sedang beraksi. Yaaah, Omni-Man ini seperti Superman atau Captain Marvel. Mahluk terkuat di Bumi.

Sebagai separuh keturunan Viltrumite, pada akhirnya Mark pun memiliki kekuatan yang mirip dengan kekuatan ayahnya. Seketika itulah Mark memutuskan untuk menggunakan semua kekuatannya demi kemanusiaan dan kebenaran. Ia menggunakan nama Invincible sebagai nama superhero-nya. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan berbagai superhero dan supervillain. Dunia pada serial ini memang dipenuhi oleh berbagai manusia super dan mahluk mistis, beserta organisasi super misterius. Semua hal yang sudah lazim ada pada komik superhero.

Walaupun agak sadis dan mengangkat topik yang sangat dewasa, saya suka dengan jalan cerita The Invincible. Masalah yang muncul sebenarnya bukan masalah khas superhero yang baru. Hanya saja cara penyampaiannya berhasil dibuat menarik. Gaya animasi yang cenderung lawas, tidak 3D atau modern, tetap mampu menampilkan adegan pertarungan yang seru …. dan tentunya … agak sadis tanpa membuat saya mual :’D. Dengan demikian, The Invincible sudah sepantasnya memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: imagecomics.com

Nasi Kulit Malam Minggu, Nasi yang Menghadirkan Malam Minggu di Setiap Saat

Nasi kulit sempat populer beberapa tahun yang lalu. Walau sekarang sudah tidak terlalu hits lagi, beberapa pedagang nasi kulit masih ada. Paling tidak ini menunjukkan bahwa nasi kulit bukan hanya trend sekali coba saja.

Dari beberapa merk nasi kulit yang ada, saya sempat mencicipi Nasi Kulit Malam Minggu. Kebetulan lokasi cabang-cabangnya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya sendiri beberapa kali memesan Nasi Kulit Malam Minggu melalui layanan ojeg online. Bentuk ouletnya memang mungil-mungil siy. Sementara ini, Nasi Kulit Malam Minggu sudah tersebar di kota Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang, Subang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Denpasar, Dalung, Medan, Lampung, Riau, Jambi, Batam, dan Palu. Mayoritasnya ada di Jakarta.

Untuk menu, seingat saya, Nasi Kulit Malam Minggu sering berubah-ubah dan berbeda di setiap kota. Di sana saya baru mencicipi nasi kulit ayam fillet (mozzarella), nasi kulit paru, dan nasi paru ayam crispy.

Nasi kulit ayam fillet (mozzarella) terdiri dari nasi putih dengan taburan serundeng, kulit ayam crispy, kol goreng, sambal, ayam fillet dengan keju mozzarella dan sambal. Keberadaan keju mozzarella memang membuat penasaran. Namun rasa gurih kejunya dan kulit crispy-nya saling mengubur. Ada sedikit rasa dan aroma keju di sana. Kerenyahan kulit crispy-nya juga masih terasa. Rasanya lumayanlaaa, hanya saja tidak seenak ekspektasi saya.

Nasi paru ayam crispy terdiri dari nasi putih dengan taburan serundeng, sambal, kol goreng, paru dan ayam crispy. Oooh tunggu dulu, dimana kulitnya?? Hehehehe. Saya pun agak kaget begitu menyadari bahwa saya memesan menu tanpa kulit di restoran nasi kulit @_@. Tepung pada ayamnya terasa berbeda dengan tepung pada kulit. Keberadaan daging ayam pun memberikan tektur yang berbeda. Tanpa kulit, memang seperti ada yang kurang. Namun menu ini tetap terasa lumayan ok kok. Kelembutan paru bertemu dengan kerenyahan ayam cruspy beserta bahan-bahan lainnya. Not bad!

Nasi kulit paru terdiri dari nasi putih dengan taburan serundeng, kol goreng, paru, sambal dan …. eng ing eng … kulit ayam crispy tentunya ;). Kulit ayamnya memiliki bentuk yang besar-besar dengan rasa gurih dan aroma yang unik. Kulitnya sendiri tidak terlalu garing sehingga masih terasa juicy dan sedikit kenyal ketika saya gigit. Rasa dan aroma kulit ayam crispy dapat tampil menonjol ketika bertemu dengan paru yang lembut. Tak lupa sambal yang tak terlalu pedas pun berhasil tampil lebih menonjol pada kombinasi menu yang satu ini. Wah akhirnya saya menemukan menu favorit saya di Nasi Kulit Malam Minggu. Mungkin nasi kulit paru tidak segemerlap nasi kulit plus mozzarella atau sate taichan. Namun, bagi saya, kulit crispy ini paling cocok kalau disandingkan dengan paru. Yummmm ;).

Secara keseluruhan, Nasi Kulit Malam Minggu layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Pada dasarnya Nasi Kulit Malam Minggu memiliki bahan kulit, ayam fillet, ayam crispy, paru, keju mozzarella, keju chedar, bakso, sate taichan dan empal. Sepertinya setiap kota dapat memilih kombinasi yang dirasa paling cocok dengan selera. Beda kota, bisa saja beda selera bukan? Itulah mengapa kok menu Nasi Kulit Malam Minggu agak aneh, ketika saya memesannya di Solo, bukan Jakarta. Sementara ini, kombinasi favorit saya tetap jatuh ke nasi kulit paru ;).

Serial Reacher

Jack Reacher adalah karakter paling terkenal dari novel-novel karya Lee Child. Karakter ini sudah 2 kali hadir di layar lebar melalui Jack Reacher (2012) dan Jack Reacher: Never Go Back (2016). Pada kedua film tersebut, Reacher diperankan oleh Tom Cruise. Reacher selalu dihadapkan oleh kasus yang pada awalnya terlihat menarik. Namun agak hambar dipertengahan. Saya mulai berfikir, apa istimewanya karakter Reacher ini?

Saya tidak mengatakan bahwa Tom Cruise adalah aktor yang buruk. Hanya saja, karakter Reacher versi Tom Cruise jadi agak mirip dengan karakter protagonis di film lain, yang diperankan oleh Tom Cuise. Sebut saja Ethan Hunt pada film-film Mission Imposible. Konon, Reacher di novel agak berbeda dengan Reacher versi Tom Cruise. Ternyata, Reacher di novel, memiliki badan yang tinggi besar. Hal itu pun sangat memungkinkan bagi Reacher untuk melalukan intimidasi terhadap lawan bicaranya. Wah jauh sekali ya dengan Tom Cruise.

Saya rasa, itulah alasan utama mengapa, serial Reacher yang baru tayang, agak berbeda dengan Jack Reacher versi Tom Cruise. Reacher kali ini diperankan oleh Alan Ritchson yang memiliki badan tinggi besar seperti raksasa. Ia pun berhasil membuat karakter Jack Reacher menjadi spesial. Reacher di sini mampu melaluka intimidasi tanpa banyak berbicara. Yah, Reacher di sini memang agak pendiam dan cuek. Namun dibalik semua itu ia memiliki hati yang baik. Serta kepintaran seperti seorang detektif handal.

Kasus yang ditampilkan pada serial Reacher memang nampak klise. Tetap diambil dari novel Lee Child, tapi bukan kisah yang awal ceritanya nampak unik. Yaah seperti cerita pada film-film lain yang pernah saya tonton. Namun, kisah klise ini berhasil menjadi magnet bagi saya. Semakin lama, kisah Reacher semakin menarik dan tidak dapat terlalu ditebak ke mana arahnya. Penampilan Alan Ritchson sebagai Reacher benar-benar menakjubkan. Paling tidak sekarang saya faham, mengapa novel-novel Jack Reacher menjadi andalan sang pengarang.

Selain itu, serial ini memiliki antagonis yang cukup menyebalkan. Jadi, akan sangat memuaskan melihat Reacher mengalahkannya. Penonton dibuat gemas akan sesuatu, dan kegemasan itu terbayarkan pada akhirnya.

Dibandingkan versi layar lebarnya, saya jauh lebih suka dengan Jack Reacher pada serial Reacher. Tentu saja saya ikhlas untuk memberikan Reacher nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.jackreacher.com

Serial Hawkeye

Tahun 2012 ada tahun yang cukup menyenangkan karena pada tahun itulah hadir The Avenger (2012). Beberapa superhero komik Marvel yang terkenal, hadir dalam 1 film. Black Widow (Scarlett Johansson), Hawkeye (Jeremy Renner), Thor (Chris Hemsworth), Iron Man (Robert Downey Jr), Captain America (Chris Evans) & Hulk (Mark Ruffalo) bergabung dan menamakan mereka sebagai Avengers. Mereka bertarung menyelamatkan New York dari serangan mahluk asing.

Bertahun-tahun kemudian, dilakukan peremajaan terhadap superhero-superhero Marvel. Beberapa superhero dikisahkan sudah memiliki semacam pengganti. Sebut saja Captain America melalui The Falcon and the Winter Soldier & Black Widow melalui Black Widow (2021). Kali ini tibalah giliran Hawkeye, anggota Avengers terlemah, menurut saya. Hehehe.

Serial Hawkeye mengambil latar belakang setelah Avengers: Endgame (2019). Semua anggota Avengers awal yang dulu menyelamatkan New York pada 2012 lalu, sudah terpecah. Iron Man dikabarkan gugur mengorbankan dirinya. Captain America memilih untuk pergi ke masa lalu atau dimensi lain untuk hidup damai bersama pujaan hatinya. Hulk mengalami luka yang parah setelah pertarungan sengit melawan Thanos. Thor sibuk berkelana ke galaksi lain bersama Guardians of the Galaxy. Black Widow gugur berkorban demi keselamatan umat manusia.

Natasha atau Black Widow adalah sahabat Hawkeye. Jadi, Hawkeye praktis mengalami trauma setelah Black Widow gugur di depan matanya. Pada saat itu terdapat pilihan antara apakah Black Widow atau Hawkeye yang harus berkorban. Black Widow berkeras agar ia yang berkorban agar Hawkeye dapat kembali berkumpul dengan anak dan istrinya kembali.

Akibat ulah Thanos, Hawkeye memang sempat kehilangan beberapa anggota keluarganya. Hawkeye yang pada saat itu sudah mulai menepi dari kehidupan superhero, kembali lagi namun dalam bentuk yang berbeda. Hawkeye menggunakan kostum lain yang lebih tertutup dan berubah menjadi Ronin. Ronin adalah sisi gelap Hawkeye yang langsung membasmi para penjahat di luar hukum. Yaah, Ronin ini semacam Arrow kalau di DC Comics. Namun saya lebih suka dengan Ronin. Karakter ini nampak lebih keren, gelap dan kuat. Tapi serial Hawkeye tidak akan mengisahkan aksi Hawkeye sebagai Ronin. Melainkan diantaranya mengisahkan konsekuensi dari tindakan ia ketika dulu menjadi Ronin.

Clint atau Hawkeye berusaha menutup semua hal yang dapat mengaitkan dirinya dan keluarganya kepada Ronin. Ia sekarang sudah hidup damai bersama keluarganya. Publik masih mengenali Clint sebagai Hawkeye, anggota Avengers yang sudah berkali-kali menyelamatkan Bumi. Sementara itu Publik termasuk beberapa bos mafia masih bertanya-tanya, siapa dan kemana Ronin menghilang.

Lawan Hawkeye memang bukanlah superhero maha dahsyat seperti Thanos, Loki, atau Ultron. Kelompok kriminal bersenjata menjadi menjadi penghalang Hawkeye pada serial ini. Semua disesuaikan dengan porsinya :’D. Untuk menghasilkan sebuah cerita yang seru, tidak harus menampilkan tokoh antagonis yang super kuat bukan?

Sepanjang film, Hawkeye memang nampak superior dari lawan-lawannya. Sesekali ia kerepotan tapi ini adalah film dimana sangat terlihat bahwa tokoh utamanya akan menang. Hal ini bukan masalah besar sebab, unsur misteri pada serial ini cukup menyenangkan untuk disimak. Jalan ceritanya pun tidak terlalu sederhana dan tidak terlalu kompleks. Tema dan topiknya yang diangkat memang tidak terlalu banyak tapi masih berkaitan dengan petualangan Hawkeye sebagai Avengers di masa lalu.

Praktis, pengorbanan Black Widow dan penghilangan bukti masa lalu Hawkeye sebagai Ronin, adalah bagian penting dari serial ini. Tidak hanya itu, dalam perjalannya, terdapat 2 karakter calon Avengers baru terlibat. Di sana akan hadir Kate Bishop (Hailee Steinfield) dan Yelena Belova (Florence Pugh). Kate adalah Hawkeye baru dan Yelena adalah Black Widow baru. Hawkeye dan Black Widow memang diplot sebagai sahabat, jadi tak heran kalau kisah keduanya akan berkaitan. Namun karena serial Hawkeye memang adalah bagian dari cara Marvel Comics untuk memperkenalkan Hawkeye baru, maka karakter Kate akan hadir sejak awal. Yelena akan muncul dipertengahan serial ini berjalan.

Serial ini adalah cara perkenalan yang sangat baik. Sepanjang serial, penonton semakin diperlihatkan bagaimana, secara tak langsung, Kate mempelajari semua kemampuan Clint. Awal pertemanan antara Hawkeye baru dan Black Widow baru-pun ditunjukkan pada serial ini. Setelah menonton serial Hawkeye, saya tidak lagi menganggap enteng, karakter Avengers yang hanya bersenjatakan panah saja hohoho. Serial Hawkeye sudah selayaknya memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.marvel.com

Nasi Bebek Sinjay, Nasi Bebek Legendaris dari Bangkalan

Sekitar 2010 lalu, tak lama setelah Jembatan Suramadu beroperasi, saya berkunjung ke Surabaya. Dari sana, untuk pertama kalinya saya menyeberang ke Pulau Madura menggunakan Jembatan Suramadu. Tentunya ditemani keluarga saya yang tinggal di Surabaya. Tak jauh dari Jembatan Suramadu, tepatnya di Jl. Raya Ketengan No. 45 Bangkalan, kami mampir di sebuah warung sederhana yang sangat ramai, Nasi Bebek Sinjay namanya.

Sinjay bukanlah restoran India. Namanya memang seperti nama India. Namun Sinjay sendiri para awalnya merupakan singkatan dari Sinar Jaya. Bengkel Sinar Jaya adalah usaha yang pada awalnya digeluti oleh keluarga pendiri Nasi Bebek Sinjay. Kemudian sejak sekitar tahun 2003, Nasi Bebek Sinjay mulai berjualan di emperan. Lama kelamaan Nasi Bebek Sinjay mampu berjualan di lokasi yang lebih baik, yaitu di Jalan Raya Ketengan. Lama tak menyantap bebek Sinjay lagi. Sekarang Nasi Bebek Sinjay ternyata sudah memiliki banyak cabang yaitu di:

  • Jl. Raya Ketengan No. 45 dan Km 21, Bangkalan, Madura.
  • Jl. MayJend Sungkono Gg. I, No. 5, Bangkalan, Madura.
  • Food Court Mall Kaza City, Jl. Kapas Krampung No. 45, Tambakrejo, Simokerto, Surabaya.
  • Jl. Raya Tidar No.1, Sawahan, Surabaya.
  • Ruko Frontage, Jl. Ahmad Yani, Wonocolo, Surabaya.
  • Jl. MayJend HR. Muhammad No. 71, Dukuh Pakis, Surabaya.
  • Jl. Dharmahusada Utara No. 160/B, Gubeg, Surabaya.
  • Jl. Perusahaan No. 16, Karanglo, Malang.
  • Jl. Gajah Mada No. 9-11, Jember.

Biasanya lokasi Nasi Bebek ini hadir dengan dekorasi anyaman bambu. Tulisannya terkadang kecil atau terhalang mobil. Jadi saya pribadi memilih melihat lokasi yang gayanya terlihat cokelat muda dari kejauhan.

Nasi Bebek Sinjay memiliki Nasi Bebek sebagai menu andalannya. Nasi putih yang hangat dan pulen, di lengkapi oleh sepotong bebek goreng, sedikit kremesan, sambal picuk atau mangga muda, dan timun. Bebeknya jauh dari kata amis, relatif besar dan memiliki tingkat kegaringan yang pas. Jadi kering di luar tapi tetap lembut dan juicy di dalam. Kremesannya memberikan kerenyahan yang gurih. Sambal picuknya terasa sedikit pedas, dengan keasaman yang menyegarkan. Bila digabungkan, masi bebek Sinjay memberikan rasa yang unik dan enak looh. Ada asam, pedas, gurih dan renyah di sana. Ini adalah hal yang berbeda dengan mayoritas nasi bebek yang ada di Jakarta. Nasi bebek Sinjay tidak pedas sama sekali, rasa pedasnya hanya sedikit saja. Sebuah hidangan tidak harus super pedas untuk dibilang enak.

Secara keseluruhan, Nasi Bebek Sinjay mampu memberikan sebuah rasa yang membuat saya mampir ke Surabaya. Yah cabang Sinjay terdekat dari rumah saya ya memang yang ada di Surabaya hehehe. Warung asal Bangkalan ini sudah selayaknya untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Enak”.