Super Mario Bros. merupakan video game yang mulai hadir pada tahun 1983 dan 1985. Sampai pada awal tahun 90-an pun video game ini masih terbilang populer. Pada era tersebut, Super Mario Bros. lazim dimainkan pada console 8 bit Nintendo Entertainment System (NES). Status sebagai video game paling populernya Nintendo, Super Mario Bros. terus hadir pada berbagai judul-judul video game lain yang eksklusif hanya dapat dimainkan pada console-console keluaran Nintendo.
Kehadiran The Super Mario Bros. Movie seakan menjadi ajang nostalgia bagi teman-teman yang besar di era 80-an dan 90-an. Apalagi, film ini kurang lebih mengambil alur cerita permainan Super Mario Bros. yang hadir di tahun 1985. Beberapa karakter video game yang populer pada NES pun ikut hadir pada film ini. Tidak hanya itu, unsur video game Super Mario Bros. yang hadir belakangan pun ikut hadir. Penonton dapat menyaksikan aksi ala Mario Kart pada film ini.
Semua karakter-karakter tersebut dapat menyatu dengan baik di dalam sebuah kisah petualangan dari si tukang ledeng, Mario Mario (Chris Prat). Bersama dengan Luigi Mario (Charlie Day), Mario Mario membuka usaha pipa air di kota Broklyn. Pada suatu malam, Mario dan Luigi tidak sengaja masuk ke dalam sebuah pipa air yang membawa mereka menuju dunia lain. Keduanya kemudian terjebak di tengah-tengah konflik antara Kerajaan Koopa dengan kerajaan-kerajaan lainnya.
Kerajaan Koopa yang dipimpin oleh Raja Browser (Jack Black) terus menerus menginvasi kerajaan-kerajaan tetangganya. Raja yang satu ini pun berniat menikahi Putri Peach (Anya Taylor-Joy), pemimpin Kerajaan Jamur. Sangat mirip dengan versi video game tahun 1985, Mario pun berniat membantu Putri Peach mengalahkan Raja Browser.
Semua unsur-unsur game Super Mario Bros. benar-benar muncul dan menonjol di sini. Bagaimana dunia yang Mario kunjungi bekerja, benar-benar seperti dunia yang ada pada video game. Sesuatu yang menyenangkan bagi teman-teman yang sering bermain Super Mario Bros. sewaktu kecil. Saya pribadi belum pernah memiliki console Nintendo. Saya hanya memainkan permainan Super Mario Bros. di rumah saudara saja hehehehe. Jadi hampir tidak ada kesan nostalgia ketika menonton film ini.
Rasanya, nostalgia saja kurang cukup. Karena kisah pada film ini terbilang datar-datar saja. Beruntung terdapat beberapa adegan lucu sehingga film ini tidak membosankan :).
Bagi saya yang bukan fans atau pemain video game Super Mario Bros. merasa bahwa film ini hanya dapat memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yabg artinya “Lumayan”. Masih cocok untuk dijadikan tontonan bersama keluarga. Yaaahh paling tidak film ini 100% aman dari agenda cuci otak yang aneh-aneh :).
asih segar di dalam ingatan saya, bagaimana Strange World (2022) masuk ke dalam daftar tontonan keluarga saya. Bagaimana tidak? Trailer-nya saja membawa-bawa nama Big Hero 6 (2014) dan Encanto (2021). 2 film yang saya tonton bersama anak-anak saya. Jadi yaaaa, secara tersirat, otomatis Strange World (2022) memang dibuat untuk anak-anak dan keluarga. Oh apa saya salah menyimpulkan ya?
Film ini hadir dengan animasi yang cantik dan mengadirkan sebuah dunia yang berbeda. Sebuah dunia asing yang penuh misteri tapi jauh dari kata menyeramkan. Semua dibungkus oleh warna-warni yang cerah. Tidak ada adegan sadis di sana, lha wong monsternya saja tidak menakutkan. Masalah mulai ditemui ketika saya mengikuti jalan ceritanya. Yah paling tidak masalah bagi saya pribadi. Saya yakin banyak yang memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal ini.
Sepintas, Strange World (2022) seperti film petualangan bagi anak-anak dan keluarga. Kisahnya berkisar pada sebuah wilayah yang disebut Avalonia. Wilayah ini kelilingi oleh pegunungan yang tidak dapat dilewati oleh siapapun. Seberapa tinggi pun manusia terbang, tetap saja pegunungan tersebut tidak dapat dilewati. Seperti apa dunia di luar Avalonia? Jaeger Clade (Dennis Quaid) adalah penjelajah paling terkenal dari Avalonia. Perlahan tapi pasti, ia selalu selangkah di depan dalam menembus pegunungan yang mengelilingi Avalonia.
Berbeda dengan sang ayah, anak Jaeger yaitu Searcher Clade (Jack Gyllenhaal), justru tidak senang menjelalah. Clade justru berhasil mengembangkan tanaman ajaib yang dapat menghasilkan energi bagi Avalonia. Sebuah penemuan fenomenal yang membuat kehidupan rakyat Avalonia semakin nyaman. Jaeger dan Searcher memiliki patung besar di tengah kota, sebagai wujud penghormatan rakyat Avalonia bagi kedua anggota keluarga Clade tersebut. Keduanya dihormati atas 2 hal yang bertolakbelakang. Jaeger berusaha membantu rakyat Avalonia untuk keluar dan menemukan hal baru di luar Avalonia. Sementara itu Searcher justru memberikan penemuan yang membuat rakyat betah hidup damai di dalam Avalonia.
Berada di bawah nama besar ayah dan kakeknya, Ethan Clade (Jaboukie Young-White) seakan berada di tengah-tengah. Ethan adalah anak semata wayangnya Searcher Clade. Sebagai seorang ayah, Searcher sendiri berharap agar Ethan mengikuti jejaknya sebagai petani dan penemu yang sukses. Padahal diam-diam Ethan menginginkan sesuatu yang berbeda ….
Searcher seolah lupa bahwa ia pun melawan arus. Keluarga Clade terkenal akan kemampuannya untuk menjadi petualang dan penjelajah, bukan petani. Menjadi petani adalah keputusan yang agak berbeda bagi seorang Clade. Sekarang, Searcher berada di posisi Jaeger. Memiliki seorang anak yang mengambil jalan yang berbeda. Berbeda di sini adalah berbeda mengenai profesi dan hobi, bukan perbedaan preferensi seksual. Semua karakter pada Strange World (2022) tidak mempermasapahkan Ethan Clade yang menyukai sesama jenis. Semua karakter pada Strange World (2022) memiliki toleransi yang sangat baik terkait hal ini. Mengingat, karakter yang jelas-jelas seorang LGBTQ hanya Ethan, si karakter utama yang masih ABG.
Dari sudut pandang mengajarkan toleransi, hal ini merupakan hal yang positif. Namun sudah pantaskah memperkenalkan anak-anak kecil kepada konsep LGBTQ? Dari cerita, visual sampai iklannya saja, Strange World (2022) seolah-olah dibuat untuk ditonton oleh keluarga lengkap dengan anak-anaknya. Di agama saya sendiri, LGBTQ termasuk hal yang dilarang. Namun semua bergantung pada individu masing-masing. Setiap orang berhak menentukan apa yang ingin ia lakukan. Saya pun harus menghormati keputusan yang diambil. Namun, bagaimana dengan anak-anak kecil yang masih jauh dari kata dewasa?
Sebagai orang tua, saya ingin menanamkan nilai-nilai yang saya anggap baik kepada anak-anak saya. Merupakan hak dan kewajiban saya untuk memprogram anak-anak saya sedari dini. Sebagai seseorang yang beragama, saya ingin anak-anak saya untuk paham dulu mengenai ajaran agamanya. Termasuk pandangan agama yang dianut terkait LGBTQ. Di sana mereka belajar pula bagaimana caranya menghadapi perbedaan. Perbedaan tidak seharusnya membuat manusia saling benci. Kita masih dapat hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki pandangan atau keyakinan yang berbeda dengan kita. Namun semua itu ada batasannya masing-masing. Toleransi berbeda dengan mencampuradukan keyakinan.
Disney membungkus Strange World (2022) dalam bentuk animasi yang bagus sekali. Sesuatu yang menarik bagi anak-anak. Saya sadar film ini masuk ke dalam kategori PG (Parental Guide) yang artinya bukan untuk anak-anak dan harus didampingi orang tua. Tapi bukankah di Indonesia terkadang orang-orang agak abai dengan pengkategorian umur penonton seperti ini? Apalagi nama Disney sangat identik dengan film-film animasi yang ramah anak-anak. Padahal akhir-akhir ini, Disney agak sudah mulai melenceng…. Zaman sekarang, orang tua memang memiliki tantangan ekstra untuk menentukan film apa yang bisa anak-anaknya tonton. Sesuatu yang terlihat seolah-olah cocok bagi anak-anak, belum tentu benar-benar cocok bagi anak-anak. Apakah pesan moral yang dibawakan sudah cocok semua?
Saya sendiri tidak akan mengijinkan anak-anak saya untuk menonton Strange Worlds (2022). Karena anak-anak saya belum ada yang siap untuk disuntikkan pengetahuan LGBTQ oleh Disney. Silahkan sebut saya homophobic, tapi ini sudah melampaui batas. Ini kita berbicara mengenai anak-anak kecil yang masih polos looooh.
Disney nampaknya sibuk dengan agenda LGBTQ-nya hingga lupa bagaimana membuat film animasi dengan cerita yang menarik. Biasanya, pada film-film Disney sebelumnya, unsur LGBTQ dibuat tersirat atau muncul sekilas. Dengan demikian, hanya orang dewasa yang akan faham dan menyadarinya. Pada Strange World (2022), karakter utamanya saja sudah terang-terangan flirting dengan ABG laki-laki lain. Kemudian di tengah-tengah dialog basa-basi saja, topik LGBTQ tiba-tiba muncul sebagai bahan obrolan. Nampaknya hal ini sengaja ditonjolkan sampai-sampai tidak ada komedi yang lucu pada Strange World (2022). Biasanya ada selipan lelucon yaaa di film-film seperti ini. Lah ini yang ada hanya obrolan LGBTQ saja.
Terlepas dari ada LGBTQ atau tidak, dunia misteriusnya Strange World (2022) gagal membuat saya penasaran. Hal-hal unik yang ada di sana pun gagal menambah greget film ini. Petualangan ketiga generasi keluarga Clade pun terasa klise dan membosankan. Saya pun beberapa kali berhenti ketika menonton film ini. Setelah 15 menit saya malas dan berhenti. Kemudian melanjutkan menonton lagi besok-besok, itupun hanya 10 menit wkwkwkwk. Setelah melawan kebosanan, karena tanggung ya, siapa tahu ada hal yang keren pada film ini. Saya masih tidak percaya kok ya Disney bisa-bisanya membuat film animasi seperti ini :(.
Sebenarnya, film ini bisa jadi tetap menarik bagi penonton cilik. Namun agenda dan pesan LGBTQ saya rasa kurang cocok bagi anak-anak kecil. Pangsa pasar film ini terada agak membingungkan. Maka, cerita yang membosankan dan pesan moral yang kurang cocok bagi anak-anak, membuat saya hanya memberikan Strange World (2022) nilai 1 dari skala maksimum 5 yang artinya “Tidak Bagus”. Strange World (2022) gagal total di box office dan sukses membuat Disney rugi ratusan juta dolar. Bukan kerugian terparah Disney sih. Namun kepercayaan saya terhadap Disney, sebagai penghasil film animasi unggulan ramah anak, lenyap sudah. Tapi yaa apalah saya, hanya buih di Samudera Hindia hehehehe.
Puus in boots atau kucing bersepatu boot sebenarnya merupakan salah satu karakter dongeng sewaktu saya masih kecil. Karakter ini muncul pada film-film Shrek. Namun saya pribadi kurang suka dengan film-film Shrek. Meskipun patut diakui bahwa film-film tersebut memiliki pesan moral yang baik.
Puus in Boots (2011) hadir sebagai spin-off dari film-film Shrek. Sayang film tersebut agak kurang lucu dan membosankan bagi saya pribadi. Maka saya agak skeptis ketika Si Kucing hadir kembali pada pergantian tahun ini. Saya pun menonton Puus in Boots: The Last Wish (2022) karena ini adalah satu-satunya film yang masuk kategori Semua Umur. Saya sekeluarga bisa masuk bioskop menontonnya.
Antonio Banderas masih menjadi pengisi suara Puus. Sebagai pemeran Zorro pada The Mask of Zorro (1998) & The Legend of Zorro (2005), Antonio memang menjadi pilihan yang paling pas bagi Puus. Karakter Puus memang sangat mirip dengan Zorro. Mulai dari cara berkelahi sampai cara berkelakar, Puus merupakan versi animasi dari Zorro. Dengan penuh rasa percaya diri, Puus berani menentang penguasa dan mengalahkan segalanya.
Namun belakangan terdapat sebuah peristiwa yang membuat Puus kehilangan kepercayaan dirinya. Ia pun memutuskan untuk pensiun dan hidup sebagai kucing biasa. Hadirnya sebuah kabar mengenai bintang jatuh yang dapat mengabulkan permintaan, berhasil membuat Puus bangkit. Ia kembali untuk meramaikan arena perebutan bintang jatuh.
Agak klise, terjadi perebutan dimana-mana. Semua karakter berburu bintang jatuh untuk memperoleh keinginan masing-masing. Sudah dapat ditebak bahwa memperoleh keingingan dari bintang jatuh, bukanlah segala-galanya. Masing-masing karakter dalam perjalannya menyadari bahwa apa yang dicari sebenarnya sudah ada di depan mana … yah keculi satu karakter yang memang didesain untuk menjadi mahluk serakah. Sekali lagi, sebuah franchise dari Shrek mampu memberikan pesan moral yang sangat baik. Namun kalau dari segi hiburan, terkadang agak membosankan. Leluconnya pun tidak terlalu lucu, hanya mampu membuat saya tersenyum tipis.
Beruntung animasi yang ditampilkan merupakan sebuah keunggulan yang tidak dapat dipungkiri. Film ini memberikan visual yang memukau untuk film animasi keluaran tahun 2022 akhir. Adegan aksinya otomatis nampak seru dan enak ditonton oleh anak-anak dan orang dewasa.
Film kedua Puus ini memang lebih baik daripada film pertamanya. Secara keseluruhan, Puus in Boots: The Last Wish (2022) layak untuk meperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sementara ini, inilah nilai maksimum yang bisa saya berikan kepada film-film di semesta Shrek. Mungkin saya pribadi saja yang tidak terlalu cocok dengan Shrek dan kawan-kawan :).
Groot adalah anggota sekelompok superhero yang disebut Guardian of the Galaxy. Pada saat pertama kali diperkenalkan di layar lebar, Groot bertubuh tinggi besar. Ia merupakan ras alien flora colossi dari Planet X. Memiliki wujud fisik menyerupai tumbuhan raksasa yang hidup, Groot ternyata memiliki berbagai sifat mulia. Bahkan pada Guardians of the Galaxy (2014), Groot mengorbankan dirinya demi menyelamatkan teman-temannya.
Dari abu sisa-sisa tubuh Groot, lahirlah mahluk kecil yang dipanggil Baby Groot. Sebagai mahluk dari ras flora colossi, perkataan Baby Groot agak sulit dipahami. Satu-satunya kalimat Baby Groot yang mudah dipahami adalah I am Groot. Yaahhh, kalimat inilah yang menjadi judul serial mengenai Baby Groot. Sehari-harinya, Baby Groot tinggal di pesawat luar angkasa bersama Guardian of the Galaxy. Sesekali ia ikut mendarat di planet asing dan bertualang bersama mereka.
Bertarung dan bertualang bukanlah inti cerita dari I Am Groot. Kelucuan-kelucuan dari tingkah Baby Groot adalah topik utama daru serial ini. Groot kecil selalu menemukan mesalah baru yang harus ia selesaikan dengan caranya sendiri.
Penampilan Baby Groot yang polos dan imut sangat mendukung jalan cerita I Am Groot. Siapapun yang melihat Baby Groot, pastilah langsung jatuh hati. Ia adalah bintang utama pada serial ini. Semua yang ia lakukan berhasil membuat saya dan anak-anak saya tersenyum atau tertawa.
Serial ini terbilang komplit untuk dijadikan sebagai tontonan keluarga. Semua dapat menonton I Am Groot dengan aman. Tidak ada selipan isu-isu dewasa di sana. Saya ikhlas untuk memberukan I Am Groot nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.
Ada masanya dimana DCEU (DC Extended Universe) digadang-gadang akan menyaingi MCU (Marvel Cinematic Universe). Pata superhero DC Comics akan hadir pada berbagai filn yg berbeda namun saling berkesinambungan. Melihat dari beberapa pengantar yang diselipkan pada film-film tersebut, besar kemungkinan awal dari DCEU akan menggunakan material dari seri komik Injustice: God Among Us. Saya sendiri sering bermain versi video game dari Injustice. Saya pun antusias melihat perkembangan DCEU.
Sayangnya visi DCEU (DC Extended Universe) dari Zack Snyder sudah runtuh dengan pendapatan dan penilaian yang di bawah ekspektasi terhadap film-film DCEU. Otomatis sepertinya kita tidak akan menyaksikan alur cerita Injustice pada DCEU. Yah paling tidak pada 2021 lalu, DC Comics merilis versi animasi dari Injustice.
Injustice (2021) mengambil latar belakang pada salah satu dunia alternatif atau paralel yang di sebut Bumi 22. Di sini, Superman (Justin Hartley) kehilangan anak dan istrinya dengan cara yang tragis. Mereka menjadi salah satu korban Joker (Kevin Pollak). Selama ini Joker memang menjadi musuh utama Batman (Anson Mount) bukan karena kekuatannya. Namun karena taktiknya dalam melakukan kejahatan. Dengan melakukan hal kejam seperti ini, Joker berhasil mengubah Superman. Pada Bumi 22, Superman versi ini, memiliki cara tersendiri untuk berduka.
Superman ingin mewujudkan Bumi yang bebas dari kejahatan. Ia mulai bertindak lebih keras terhadap berbagai bentuk kejahatan. Perlahan Superman menolak untuk memberikan kesempatan kedua bagi pelaku kejahatan. Ia bahkan ikut campur dalam urusan politik berbagai negara. Batman sangat tidak suka dengan perilaku Superman. Batman dan Superman sangat bersahabat, namun kali ini mereka terpaksa berseteru. Para superhero pun terbelah dua, apakah ikut Batman atau ikut Superman. Perseteruan ini menyebabkan tewasnya beberapa karakter DC Comics ternama.
Film tak ragu untuk mematikan banyak tokoh superhero dan supervilain. Kita akan dengan mudahnya melihat berbagai tokoh DC Comics berguguran di sini. Sesuatu yang jarang terjadi. Sebab banyak dari mereka memiliki film solo atau komik solo sendiri. Yah jagoan dan penjahat utama kok tewas? Justru inilah yang menjadi kelebihan Injustice (2021). Kita tidak akan mengetahui siapa saja yang selamat.
Sayangnya, durasi film yang singkat, gagal memberikan latar belakang yang jelas bagi berbagai karakter yang hadir. Kenapa mereka memilih sisi Batman atau Superman. Semua mengandalkan pengetahuan penonton atas karakter-karakter tersebut. Saya pun tudak terlalu peduli atau terharu ketika melihat beberapa karakter gugur. Saya pribadi lebih suka cerita pada versi video game.
Kalau di komik dan video game, perseteruan ini memakan waktu sekitar 6 tahun. Batman pun sampai memiliki aliansi yang disebut Insurgent. Yaaah agak susah memang merangkum semuanya dalam 1 film animasi. Mungkin akan lebih baik kalau dibuat dalam bentuk mini seri.
Dengan demikian, Injustice (2021) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini banyak adegan sadisnya yaa, jadi jangan ajak anak-anak untuk menonton Injustice (2021).
DC Comics terus berusaha memanfaatkan semua materi superhero yang mereka miliki. Kali ini DC Comics hadir dengan nuansa yang lebih cerah. Diambil dari Legion of Super-Pets, DC Comics menghadirkan DC League of Super-Pets (2022) ke layar lebar.
Film ini bercerita mengenai Kripto (Dwayne Johnson), anjing putih peliharaan Superman (John Krasinski). Sama seperti Superman, Kripto berasal dari Planet Kripton. Maka, Kripto memiliki kekuatan dan kelemahan yang sangat mirip dengan Superman.
Sayangnya, Kripto mempunyai masalah dalam bersosialisasi. Ia kesulitan untuk bergaul dan berteman dengan hewan lain di Bumi. Superman adalah satu-satunya sahabat yang ia miliki. Masalah datang ketika Superman hendak menikah. Kripto yang tidak memiliki teman lain, merasa tersingkirkan. Bagaimana cara Kripto belajar dalam hal persahabatan dan sosialisasi?
Semua terjadi melalui hadirnya masalah lain yang lebih besar. Seekor binatang berhasil memanfaatkan kekuatan kripton kuning untuk melumpuhkan Superman beserta seluruh anggota Justice League. Kripto bahkan harus kehilangan kekuatan supernya. Sebagai anjing biasa, bagaimana Kripto dapat menyelamatkan majikannya. Dengan bantuan hewan lain tentunya. Mau tak mau Kripto harus berteman.
Kripto meminta bantuan sekelompok hewan yang terkena radiasi kripton kuning. Hewan-hewan ini memiliki kekuatan super sendiri-sendiri. Namun mereka masih belum dapat mengendalikan kekuatan baru mereka. Di sinilah Kripto hadir sebagai anjing yang sudah lama memiliki kekuatan super.
Bersama-sama, mereka bahu-membahu menyelamatkan Justice League dan Bumi dari ancaman. Dalam perjalannya, mereka belajar mengenai persahabatan dan kepercayaan diri.
Dari segi cerita, DC League of Super-Pets (2022) lumayan menarik dan mudah dicerna. Adegan pekelahiannya lumayan ok. Humor-humornya lebih banyak berbicara mengenai bagaimana Kripto gagal memposisikan dirinya. Yah, sekilas humor-humornya mirip Bolt (2008). Tapi sayangnya tidak selucu Bolt (2008).
Sementara ini animasinya mirip seperti gaya-gaya serial animasi DC Comics seperti Batman The Animated Series. Hanya saja tentunya DC League of Super-Pets (2022) lebih halus dan cantik. Kemudian film ini nuansanya sangat cerah dan sangat berbeda dengan film-film DCEU (DC Extended Universe) yang sangat gelap. Namun saya tidak terlalu yakin film ini cocok untuk ditonton anak-anak Indonesia dengan keadaan dan budaya Indonesia saat ini.
Apabila dilihat dengan sangat teliti, film ini menyisipkan sedit unsur LGBT. Sedikitnya sedikit sekali yah. Kalaupun ada anak kecil yang menonton, sepertinya ia tidak akan menyadarinya. Hanya sepersekian detik di awal-awak film kok. Kemudian film inipun memiliki beberapa adegan ciuman. Semua tergantung kepada orang tua yang mendampingi yah.
Saya rasa DC League of Super-Pets (2022) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan” Bolehlah untuk dijadikan hiburan ramai-ramai :).
The Bad Guys (2022) merupakan film animasi terbaru dari DreamWorks. Sesuai judulnya, film ini mengisahkan sekelompok penjahat profesional yang bernama The Bad Guys. Masing-masing anggota memiliki kelebihan dan peranan tertentu dalam melancarkan aksinya.
Semua terasa mudah sampai The Bad Guys berusaha mencuri piala Golden Dolphin Awards. Beberapa penjahat ternama sudah merasakan pahitnya kegagalan ketika berusaha mencuri piala ini. Satu diantaranya bahkan sampai menghilang dan tidak pernah terlihat lagi.
Rintangan The Bad Boys kali ini bukan hanya jeruji besi. Melainkan perubahan hati para anggotanya. Kawanan penjahat ini berpura-pura menjadi penjahat yang insyaf demi mencuri piala Golden Dolphin Awards. Lama kelamaan tanpa mereka sadari, berbuat baik itu ternyata menyenangkan.
Perubahan sosok jahat menjadi sosok baik memang sudah banyak sekali diangkat oleh film-film lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa pesan moral The Bad Guys (2022) memang berhubungan dengan itu. Seorang penjahat kelas dapat berubah menjadi menjadi seseorang yang baik dan berhenti melakukan kejahatan.
Hanya saja, The Bad Guys (2022) menyampaikan pesan moral tersebut dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Jalan ceritanya penuh lika-liku, namun tidak membingungkan. Akhir ceritanya yah memang jelas bisa ditebak. Tapi pertengahan ceritanya benar-benar penuh kejutan.
Ditambah dengan gaya animasi yang halus dan unik, The Bad Guys (2022) semakin nyaman untuk ditonton. Grafik 2D dengan gaya tulisan tangan di mana-mana memang menjadi trend baru bagi berbagai film animasi berbudget besar.
Saya suka dengan visual, pesan moral dan kisah dari The Bad Guys (2022). Film ini sudah sepantasnya memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Kisah yang diadaptasi dari buka anak-anak karangan Aaron Blabey ini, kemungkinan akan menelurkan sekuel. Kita tunggu sajaaa ;).
Pada awal tahun 2022, Walt Disney kembali menelurkan sebuah film animasi. Apakah akan ada putri baru kali ini? Jawabnya antara ya dan tidak. Turning Red (2022) mengambil latar belakang kota Toronto di Kanada pada tahun 2002. Bukan di zaman kerajaan yaaa.
Tokoh utamanya adalah Meilin “Mei” Lee (Rosalie Chiang), seorang remaja keturunan Tionghoa yang tinggal di Kanada. Mei memiliki banyak sahabat. Ia memiliki kepribadian yang supel dan mudah berteman. Yang Mei tidak sadari adalah ternyata ia adalah keturunan dari seorang bangsawan Tiongkok.
Hal ini memberikan Mei sebuah kekuatan sekaligus kutukan. Tergantung bagaimana kita memandangnya. Pada kondisi tertentu semua wanita yang berada di satu garis keturunan dengan Mei, dapat berubah menjadi seekor panda merah raksasa.
Perubahan wujud inilah yang menjadi topik utama Turning Red (2022). Mei harus belajar untuk beradaptasi dengan kondisinya. Tidak hanya Mei, ternyata ibu Mei pun ternyata masih menghadapi masalah kurang lebih sama. Dalam perjalanannya permasalahn terkait hubungan ibu dan anak pun ikut terpecahkan.
Terdapat bagian mengharukan pada bagian akhir film. Sayang alur ceritanya agak membosankan dan klise. Kelebihan dari Turning Red (2022) adalah pada karakter Mei yang energik. Tanpanya, film ini akan sangat hambar. Secara keseluruhan, Turning Red (2022) sudah sepantasnya memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.
The Invincible? Superhero dari universe mana lagi itu? Bukan DC Comics atau Marvel yang menjadi asal The Invincible. Superhero yang satu ini diterbitkan oleh Image Comics, penerbit komik terbesar ketiga di dunia setelah DC dan Marvel. The Walking Dead, Spawn, Kick-Ass dan Jupiter’s Legacy merupakan komik-komik Image Comics yang sudah dari di TV atau Bioskop.
Kali ini The Invincible hadir dalam bentuk serial animasi. Para superhero di sana menggunakan berbagai kostum yang warna-warni. Modelnya pun mengimpilkasikan seolah-olah The Invincible merupakan film anak-anak. Gara animasi yang klasik namun tetap modern, cukup bagus, namun tidak akan menarik bagi anak-anak kecil jaman sekarang. Serial ini memang 100% tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak. Dibalik warnaq2 warni kostum superhero-nya, terdapat banyak sekali adegan sadis pada serial ini. Beberapa diantaranya bahkan terlalu menjijikan untuk disaksikan andaikan serial ini bukan serial animasi. Tampil sebagai serial animasi merupakan kelebihan. Dengan demikian, The Invinsible dapat tetap tampil apa adanya tanpa membuat saya jijik.
Sebenarnya bercerita tentang apa The Invincible? Kok bisa sadis? Apa sama dengan Serial The Boys ya? Agak berbeda dengan Serial The Boys. The Invincible sebenarnya tidak sesuram dan segelap Serial The Boys. Masih banyak orang biasa dan superhero baik pada The Invincible. Penonton dibawa mengikuti perjalan sang Invincible atau Mark Grayson (Steven Yeun) dari awalnya belum memiliki kekuatan, sampai pada akhirnya menjadi tumpuan harapan planet Bumi. Kebaikan melawan kejahatan, keluarga dan kemanusiaan menjadi topik yang mendominasi serial ini.
Mark lahir dari rahim seorang manusia biasa. Ibu Mark memang penduduk asli Bumi. Namun ayah Mark berasal dari planet Viltrumite. Ayah Mark menggunakan identitas sebagai Omni-Man (J.K. Simmons) ketika sedang beraksi. Yaaah, Omni-Man ini seperti Superman atau Captain Marvel. Mahluk terkuat di Bumi.
Sebagai separuh keturunan Viltrumite, pada akhirnya Mark pun memiliki kekuatan yang mirip dengan kekuatan ayahnya. Seketika itulah Mark memutuskan untuk menggunakan semua kekuatannya demi kemanusiaan dan kebenaran. Ia menggunakan nama Invincible sebagai nama superhero-nya. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan berbagai superhero dan supervillain. Dunia pada serial ini memang dipenuhi oleh berbagai manusia super dan mahluk mistis, beserta organisasi super misterius. Semua hal yang sudah lazim ada pada komik superhero.
Walaupun agak sadis dan mengangkat topik yang sangat dewasa, saya suka dengan jalan cerita The Invincible. Masalah yang muncul sebenarnya bukan masalah khas superhero yang baru. Hanya saja cara penyampaiannya berhasil dibuat menarik. Gaya animasi yang cenderung lawas, tidak 3D atau modern, tetap mampu menampilkan adegan pertarungan yang seru …. dan tentunya … agak sadis tanpa membuat saya mual :’D. Dengan demikian, The Invincible sudah sepantasnya memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.
The Croods (2013) mengisahkan keluarga Crood yang hidup di jaman prasejarah. Keluarga ini hidup di dalam gua dengan menggunakan cara-cara lama. Cara ini dianggap ampuh mempertahankan kehidupan mereka di tengah-tengah berbagai bencana alam. Paling tidak, itulah keyakinan Grug Crood (Nicholas Cage) sebagai kepala keluarga.
Kemudian hadir seorang remaja pria bernama Guy (Ryan Reynolds). Guy tampil dengan wujud menyerupai manusia modern. Ia hadir dengan berbagai ide baru. Ia bahkan mengatakan bahwa ada sebuah tempat di luar sana yang seperti surga bagi manusia. Sebuah tempat yang lebih aman dan lebih baik daripada gua yang keluarga Croods tempati. Melalui serangkaian konflik dan bencana alam maha dahsyat. Keluarga Croods akhirnya keluar dari gua mereka dan hidup berpindah-pindah dengan hewan piaraan mereka.
Kisah The Croods (2013) pun berlanjut pada The Croods: A New Age (2020). Walaupun agak berbeda, Guy sudah menjadi bagian dari keluarga Croods. Ia bahkan menjalin percintaan dengan Eep Crood (Emma Stone), putri sulung Grug Crood. Timbul ketakuan di dalam diri Grug. Ia khawatir kehilangan putri kesayangannya bila Eep dan Guy pergi membangun keluarga baru. Sejak dulu, Grug memang kurang suka dengan perubahan. Padahal dengan pola hidup yang terus berpindah-pindah, Grug tentunya akan menemukan berbagai hal baru.
Sebuah hal baru yang kemungkinan besar akan mengubah kondisi keluarga Croods, adalah ketika pada suatu hari mereka menemukan sebuah tembok. Dibalik tembok tersebut, mereka menemukan sebuah wilayah seperti yang Guy ceritakan pada saat ia pertama kali datang.
Di sana, tinggal keluarga Betterman yang memiliki ciri fisik seperti Guy. Keluarga ini berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk menciptakan kehidupan yang lebih nyaman. Wilayah yang keluarga Betterman kelola memang nampak seperti surga bagi manusia prasejarah.
Sayangnya, dibalik semua itu, keluarga Betterman memiliki niat buruk untuk mengambil Guy dari Croods. Mereka ingin mengusir Grug dan keluarganya, namun mereka ingin Guy tetap tinggal dan menikahi anak perempuan mereka. Saya pikir ini akan menjadi kisah cinta segitiga. Walaupun potensi itu ada, aaahhh ternyata tidak. Syukurlah cerita film ini tidak dibawa ke arah sana. Kisah cinta-cintaan bukanlah fokus utama The Croods: A New Age (2020).
Film ini lebih banyak menceritakan mengenai persatuan dan kekompakan sebuah keluarga. Ditengah-tengah lingkungan yang baru, apakah keluarga Croods tetap bersatu. Begitu pula dengan keluarga Betterman yang ternyata memiliki kekurangan juga.
Praktis tidak ada tokoh antagonis pada film ini. Keluarga Betterman pun tidak nampak jahat. Mekipun memiliki niat kurang baik, mereka tidak tampil sebagai tokoh jahat. Semua hanya karena perbedaan cara hidup dan pola pikir saja.
Sekilas, kisah The Croods ini agak mirip dengan serial The Flintstones ya. Ah itulah yang membuat saya agak telat menonton film ini. Pada dasarnya saya kurang suka dengan The Flintstones. Ternyata The Croods: A New Age (2020) mengambil tema yang lebih serius, namun tetap dengan selingan humor di tengah cerita. Sayangnya ada beberapa bagian cerita yang klise dan membosankan.
Secara keseluruhan, film ini mampu memberikan hiburan ringan dengan pesan moral yag baik. The Croods: A New Age (2020) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sekuel ini tetap lebih menarik ketimbang pendahulunya, yaitu The Croods (2013).