Sebenarnya saya sudah cukup lama menantikan kehadiran Morbius (2022). Pandemi Covid memang membuat perilisan film ini diundur beberapa kali oleh Sony Pictures. Morbius memang dilahirkan oleh Marvel. Namun hak cipta Morbius, Venom beserta tokoh-tokoh yang ada di dunia Spider-Man, sudah Marvel jual ke Sony Pictures.
Di komiknya sendiri, Morbius merupakan vampir yang menjadi lawannya Spider-Man. Lama kelamaan terjadi pergeseran sehingga Morbius menjadi karakter anti-hero seperti Venom. Sejujurnya saya sendiri sama sekali tidak mengenal siapa itu Morbius sampai saya menonton trailer Morbius (2022).
Morbius (2022) sendiri mengisahkan kisah asal mula dari Dr. Michael Morbius (Jared Leto). Berawal dari seorang ilmuwan super jenius yang memiliki penyakit kelainan darah sejak kecil. Hingga berevolusi menjadi seorang mahluk berkekuatan super yang haus darah.
Mirip seperti apa yang Sony Pictures lakukan pada Venom, Morbius (2023) terasa agak gelap tapi tidak segelap film-film DCEU. Film ini pun tidak secerah film-film MCU. Yaahh di tengah-tengahlah. Nuansa boleh mirip. Hanya saja, saya suka dengan pejalanan Venom di layar lebar. Sedangkan untuk Morbius sayangnya …..
Pengembangan karakter sungguh mentah. Untuk sebuah origin story atau kisah asal mula, Morbius (2022) terlalu banyak melompat-lompat dan acak-acakan. Menonton film ini tidak membuat saya mengetahu dengan jelas asal mula Mas Morbius. Film ini seolah-olah seperti memiliki bagian yang dipotong-potong. Kalau teman-teman sudah menonton trailer Morbius (2022), maka … ya trailer tersebut sudah menjelaskan asal mula Mas Morbius. Di filmnya ya seperti itu saja. Otomatis saya pun seakan tidak peduli dengan nasib semua karakter-karakter yang ada pada Morbius (2023).
Belum lagi jalan ceritanya yang sangat datar dan mudah ditebak. Melihat adegan-adegan awalnya saja, akhir film ini sudah bisa ditebak. Konflik yang coba diangkat ya begitu-begitu saja, tidak ada yang baru di sana.
Adegan aksi adalah sesuatu yang masih dapat menyelamatkan Morbius (2022). Untuk yang satu ini, saya ancungkan jempol untuk Morbius (2022). Semua adegan perkelahian pada Morbius (2022) terbilang keren dan menyenangkan untuk ditonton.
Dengan demikian, mohon maaf, Morbius (2022) hanya dapat memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Saya tidak yakin film ini akan memiliki sekuel.
Alchemy of Souls atau 환혼 merupakan serial asal Korea Selatan yang memiliki kerajaan bercorak Korea sebagai latar belakangnya. Namun tempat dan kisahnya sendiri adalah 100% fantasi. Jadi pada Alchemy of Souls tidak akan ada Joseon, Goryeo, Goguryeo, Silla ataupun Baekje. Yang ada adalah Kerjaan Daeho yang terletak di sekitar Danau Gyeongcheondaeho.
Raja Daeho memerintah dengan didukung oleh para penyihir hebat. Keluarga Seo, Park, Jin dan Jang merupakan 4 keluarga penyihir yang sangat dominan dan ternama. Mereka berperan besar dalam pemerintahan. Beberapa jabatan penting bahkan dapat diwariskan kepada anggota keluarga dari keempat keluarga penyihir tersebut.
Sayangnya hal ini tidak berlaku bagi Jang Uk (Lee Jae-wook), anak satu-satunya dari Mahapatih Jang Gang (Joo Sang-wook). Ketika Jang Uk masih bayi, Jang Gang mengunci energi Jang Uk hingga Jang Uk tidak dapat menguasai ilmu sihir apapun. Jang Uk pun dianggap terlalu lemah untuk memegang jabatan penting. Sebagai penyihir terbaik di Daeho, Jang Gang khawatir dengan apa yang akan terjadi pada dunia ketika seluruh potensi Jang Uk dapat sepenuhnya keluar. Selain itu, besar kemungkinan Jang Uk merupakan hasil dari alchemy of soul.
Dari semua ilmu sihir yang ada, alchemy of soul merupakan ilmu yang terlarang. Dengan ilmu ini, seseorang dapat bertukar tubuh. Jiwa si penyihir dapat berpindah ke tubuh orang lain. Dalam beberapa kasus perpindahan ini memiliki efek samping yang buruk. Kekacauan tidak akan dapat dibendung apabila penggunaan alchemy of soul tidak terkendali.
Selama bertahun-tahun lamanya, Jang Uk berusaha mencari jalan untuk membuka kunci yang dipasang oleh Jang Gang. Harapan muncul ketika Jang Uk bertemu dengan Nak-su (Goo Yoon Sung) yang terperangkap di dalam tubuh Mu Deok-i (Jung So-min). Nak-su merupakan buronan yang menguasai ilmu sihir tingkat tinggi. Ketika terdesak, ia menggunakan alchemy of soul untuk bertukar tubuh. Namun entah mengapa ia justru masuk ke dalam tubuh Mu Deok-i yang lemah.
Melalui sebuah perjanjian rahasia, Nak-su bersedia membantu Jang Uk meraih potensinya. Di sini terdapat kisah from zero to hero. Nak-su dengan cerdiknya berhasil membantu mengelurkan potensi yang terpendam di dalam diri Jang Uk. Ia ternyata memang bukan orang biasa. Ketakutan Jang Gang memang sangat beralasan.
Perlahan tapi pasti, Jang Uk dan Nak-su saling jatuh cinta. Bagaimanapun juga semua pencapaian Jang Uk memang merupakan hasil jerih payah Nak-su. Di balik pria hebat, terdapat wanita hebat. Peribahasa itu sangat tepat sekali memggambangkan keadaan Jang Uk dan Nak-su.
Kisah cinta Jang Uk dengan Nak-su atau Mu Deok-i sangat menarik untuk diikuti. Begitu pula kisah cinta beberapa karakter lainnya. Di sana memang terdapat beberapa kisah cinta. Bahkan ada cinta segitiga sampai segiempat di sana. Biasanya saya paling malas menonton cinta segitiga, apalagi berlarut-larut datang dan pergi pada beberapa episode seperti ini. Hal seperti ini pernah membuat saya berhenti menonton Serial Dawson’s Creek. Tapi cinta segitiganya Alchemy of Soul berbeda dengan Dawson’s Creek. Walaupun sebenarnya lebih rumit, namun kisah cinta pada Alchemy of Soul nampak sederhana, ringan dan tidak membosankan. Terdapat kelucuan dan keharun pula di sana. Pengembangan karakternya terlihat sangat baik. Saya berhasil dibuat percaya bahwa beberapa pasangan cinta ini saling mencintai. Saya pun menjadi lebih peduli dengan nasib mereka.
Beruntung serial ini tidak berlama-lama membuat karakter protagonisnya menderita. Selalu ada konflik baru dan masalah baru yang diangkat. Serial ini tudak berlama-lama membakar satu konflik terlalu lama. Semua dikemas dengan sangat mudah dimengerti.
Padahal seingat saya, banyak sekali flashback pada serial ini. Suatu bagian cerita dihilangkan, untuk kemudin dimunculkan kembali sesaat kemudian. Semua dilakukan berulang-ulang pada beberapa bagian cerita yang pendek. Bagian yang pendek tapi dapat memberikan makna ketika dimunculkan pada saat yang tepat. Beberapa kejutan pada serial ini sering kali dimunculkan dengan cara flashback. Saya kurang suka ketika hal seperti ini dilakukan berulang-ulang pada Ocean Eleven (2001) dan sekuelnya. Namun, Alchemy of Soul nampaknya berhasil melakukan flashback yang sangat baik. Anehnya saya suka dengan teknik flashback yang Alchemy of Soul lakukan.
Planting pada serial inipun terbilang baik. Semua nampak terancana. Beberapa hal yang sudah ditanamkan, dapat memiliki makna yang penting walaupun terpisah dalam jeda yang cukup lama.
Bagaimana dengan adegan aksinya? Saya sadar betul Alchemy of Soul ini berbicara mengenai para penyihir di sebuah kerajaan. Tak jarang intrik-intrik perebutan kekuasaan berujung pada perkelahian. Kombinasi antara ilmu beladiri dan ilmu sihir terlihat jelas di sana. Sayangnya special effect yang digunakan, terkadang terlihat out of date untuk sebuh tontonan yang dirilis pada tahun 2022. Yaah memang tidak seburik serial silatnya Indosiar yaaa, tapi yaa terbilang kurang ok pada beberapa bagian. Namun serial ini memang tidak bertumpu pada adegan aksi saja. Terdapat beberapa unsur lain yang memiliki andil dalam menutup kelemahan ini. Porsi adegan aksinya memang tidak terlalu banyak. Tapi masih terasa seimbang dengan romansa, komedi dan unsur-unsur lain yang ada.
Serial Alchemy of Soul berhasil menyajikan kisah yang menawan. Karakter-karakter yang ada terbilang menarik. Selama menonton serial ini, saya ausaj sibuat beberapa kali tertawa, bukan hanya senyum yaaa, ini tertawa :D. Konflik yang disajikan pun sangat menarik dan penuh kejutan. Selalu ada misteri yang membuat saya terus terhipnotis untuk menonton dari satu episode ke episode berikutnya. Kekurangan dalam hal special effect hampir tidak terasa. Semua berhasil tertutup rapat oleh berbahai kelebihan lain yang dimiliki Alchemy of Soul. Untuknya semua dilakukan dengan menggunakan beberapa hal yang biasanya tidak saya sukai. Dengan demikian, saya ikhlas untuk memberikan Alchemy of Soul nilai 5 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus Sekali”.
Setelah superhero Shazam hadir pada Shazam! (2019), nama Black Adam semakin menggema. Pada dasarnya Shazam dan Black Adam memiliki sumber yang sama. Hanya saja, Black Adam agak berbeda dan lebih gelap. Pada buku komik DC, Black Adam adalah salah satu musuh utama Shazam. Namun pada perkembangannya, Black Adam menggunakan kekuatannya untuk tujuan yang baik dengan cara yang terkadang kejam. Yah Black Adam adalah karakter antihero, jadi dia memang berada di wilayah abu-abu antara malaikat dan iblis.
Hal ini pula yang nampak jelas pada Black Adam (2022). Karakter DC Comics yang satu ini tidak terlalu peduli terhadap nyawa lawan-lawannya. Siapapun yang menghalangi langsung dibunuh. Apalagi Black Adam atau Teth Adam (Dwayne Johnson) dibangkitkan di tengah-tengah sebuah konflik. Ia memang sudah terkubur selama ratusan tahun, sehingga agak sulit bagi Black Adam untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Kemarahan dan kebencian pun membuat Black Adam kesulitan untuk mengendalikan kekuatannya. Disinilah peranan beberapa karakter lain diperlukan. Perlahan, Black Adam perlu belajar mengenai kemanusiaan dan persahabatan. Karena sekuat apapun Black Adam, ia tetap memerlukan teman.
Black Adam hadir dengan kekuatan super yang bisa dibilang setara dengan Superman. Sumber kekuatan Black Adam memang sama dengan Shazam. Namun cara Black Adam memperoleh kekuatannya terbilang jauh lebih kelam dan gelap dibandingkan Shazam. Sesuatu yang membuatnya lebih menarik ketimbang Shazam. Tentunya, Black Adam (2022) otomatis memiliki beberapa adegan sadis yang tidak baik bagi anak-anak.
Bagi orang dewasa seperti saya, adegan perkelahiannya terbilang cukup megah dan seru. Apalagi ditambah dengan kehadiran Justice Society yang terdiri dari Doctor Fate (Pierce Brosnan), Hawkman (Aldis Hodge), Atom Smasher (Noah Centineo) dan Cyclone (Quintessa Swindell). Semua membuat adegan perkelahiannya semakin ramai. Tentunya semua adegan perkelahian ini tidak overdosis.
Tidak hanya saling serang saja, masing-masing karakter pada Black Adam (2022) masih memiliki cerita yang nyaman untuk diikuti. Terdapat sedikit kejutan pada kisah masa lalu Black Adam (2022). Namun plot utama film ini tetap mudah ditebak. Yaaah tipikal origin story superhero pada umumnyalah.
Secara keseluruhan, Black Adam (2022) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Setidaknya film ini mampu memberikan secercah harapan bagi DCEU yang seperti sedang sekarat.
Karakter superhero Black Panther atau Raja T’Challa (Chadwick Boseman) sudah beberapa kali hadir pada film-film MCU (Marvel Cinematic Universe) ia bahkan sudah memiliki film solonya yaitu Black Panther (2018). Di sana dikisahkan bagaimana terdapat negeri Wakanda yang kaya akan material Vibranium. Sebuah material yang menjadi rebutan berbagai pihak. Untuk melindungi negaranya, Wakanda memiliki Black Panther. Seorang superhero dengan kemampuan super dan kostum canggih berlapis Vibranium. Ketika seorang Black Panther menua atau meninggal atau pensiun, akan dilakukan pemilihan Black Panther baru. Hal inilah yang terpaksa dilakukan pada Black Panther: Wakanda Forever (2022).
Pihak produser tidak ada rencana untuk “mematikan” karakter Black Panther yang sudah ada. Naskah dari Black Panther: Wakanda Forever (2022) sudah siap ketika sang aktor, Chadwick Boseman, meninggal. Mau tak mau keseluruhan cerita Black Panther harus diubah. Salah satu katakter pendamping yang ada, harus menjadi Black Panther yang baru.
Setelah T’Challa wafat, Wakanda masih kokoh berdiri di bawah kepemimpinan Ratu Ramonda (Angela Bassett). Shuri (Letitia Wright) dan Jendral Okoye (Danai Gurira) pun masih aktif mendukung Wakanda dan menjaga Vibranium dari negara-negara lain. Gagal untuk mendapatkan Vibranium dari jalan kekerasan dan diplomasi, negara-negara lain berusahan melalukan eksplorasi di dasar laut. Dengan sebuah alat mutakhir besutan Riri Williams (Dominique Throne), pihak militer Amerika berhasil menemukan Vibranium di dasar laut.
Hal ini menimbulkan masalah baru sebab ternyata selama ini terdapat sebuah peradaban di bawah laut yang memiliki Vibranium seperti Wakanda. Selama ini peradaban Talokan hidup damai tersembunyi di dasar laut. Mereka hanya hadir melalui dongeng atau mitos. Mayoritas penduduknya adalah warga keturunan Indian yang telah terpengaruh oleh kekuatan Vibranium biru.
Sedikit berbeda dengan Wakanda, Talokan dipimpin oleh seorang raja merangkap dewa, yaitu K’uk’ulkan atau Namor (Tenoch Huerta). Bisa dikatakan, Namor ini seperti Aquaman di DC Comics. Hanya saja, sebenarnya Namor sudah hadir lebih dahulu daripada Aquaman. Posisi Namor yang lebih sering hadir sebagai antagonis, membuatnya kalah populer dibandingkan Aquaman. Pada perkembangannya, Namor justru menjadi seorang antihero. Ia bahkan menjadi karakter antihero pertama di buku komik. Sepertinya, Namor akan menjadi antihero di MCU. Kemunculan Namor dan warga Talokan pun memang bukan karena alasan yang jahat. Mereka hanya ingin melindungi diri dengan cara yang berbeda dengan cara yang Wakanda tempuh. Perseteruan dan pertumpahan darah antara Talokan dan Wakanda seharusnya tidak perlu terjadi. Sayangnya hal ini membuat saya tidak terlalu puas ketika melihat Talokan atau Wakanda kalah. Keduanya sama-sama baik, bangsa hebat yang berbeda pendapat saja.
Di sini, saya justru melihat bahwa pihak pemerintah negara-negara adikuasa seperti Amerika Serikat dan Eropa, sebagai pihak yang sebenarnya memiliki itikad kurang baik. Wakanda dan Talokan pada dasarnya khawatir akan penyalahgunaan Vibranium di tangan penguasa yang salah. Sejarah membuktikan apa yang telah penguasa lakukan dengan nuklir. Apa yang terjadi apabila mereka memiliki Vibranium?
Beruntung adegan aksinya terbilang seru. Sayang penampilan Black Panther yang baru tidak sespektakuler Black Panther yang lama. Paling tidak penampilan Ratu Ramona terbilang menonjol. Tanpa saya duga sebelumnya, Sang Ratu nampak tegas dan kuat meskipun ia tidak memiliki kekuatan Black Panther sekalipun.
Kesedihan akan kehilangan Raja T’Challa memang mendominasi film ini. Mencari pengganti sosok T’Challa bukanlah hal yang mudah. Kalau biasanya karakter-katakter lawas dari MCU seperti memperoleh pengganti yang lebih muda. Nah kalau Black Panther justru memperoleh pengganti sekaligus sebuah reset. Sesuatu yang akan membuat MCU semakin menarik kedepannya.
Black Panther: Wakanda Forever (2022) bukanlah film MCU favorit saya. Namun film ini seperti jembatan menuju sesuatu yang bagus kedepannya. Masa depan MCU masih terlihat cerah. Saya rasa Black Panther: Wakanda Forever (2022) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.
Groot adalah anggota sekelompok superhero yang disebut Guardian of the Galaxy. Pada saat pertama kali diperkenalkan di layar lebar, Groot bertubuh tinggi besar. Ia merupakan ras alien flora colossi dari Planet X. Memiliki wujud fisik menyerupai tumbuhan raksasa yang hidup, Groot ternyata memiliki berbagai sifat mulia. Bahkan pada Guardians of the Galaxy (2014), Groot mengorbankan dirinya demi menyelamatkan teman-temannya.
Dari abu sisa-sisa tubuh Groot, lahirlah mahluk kecil yang dipanggil Baby Groot. Sebagai mahluk dari ras flora colossi, perkataan Baby Groot agak sulit dipahami. Satu-satunya kalimat Baby Groot yang mudah dipahami adalah I am Groot. Yaahhh, kalimat inilah yang menjadi judul serial mengenai Baby Groot. Sehari-harinya, Baby Groot tinggal di pesawat luar angkasa bersama Guardian of the Galaxy. Sesekali ia ikut mendarat di planet asing dan bertualang bersama mereka.
Bertarung dan bertualang bukanlah inti cerita dari I Am Groot. Kelucuan-kelucuan dari tingkah Baby Groot adalah topik utama daru serial ini. Groot kecil selalu menemukan mesalah baru yang harus ia selesaikan dengan caranya sendiri.
Penampilan Baby Groot yang polos dan imut sangat mendukung jalan cerita I Am Groot. Siapapun yang melihat Baby Groot, pastilah langsung jatuh hati. Ia adalah bintang utama pada serial ini. Semua yang ia lakukan berhasil membuat saya dan anak-anak saya tersenyum atau tertawa.
Serial ini terbilang komplit untuk dijadikan sebagai tontonan keluarga. Semua dapat menonton I Am Groot dengan aman. Tidak ada selipan isu-isu dewasa di sana. Saya ikhlas untuk memberukan I Am Groot nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.
Ada masanya dimana DCEU (DC Extended Universe) digadang-gadang akan menyaingi MCU (Marvel Cinematic Universe). Pata superhero DC Comics akan hadir pada berbagai filn yg berbeda namun saling berkesinambungan. Melihat dari beberapa pengantar yang diselipkan pada film-film tersebut, besar kemungkinan awal dari DCEU akan menggunakan material dari seri komik Injustice: God Among Us. Saya sendiri sering bermain versi video game dari Injustice. Saya pun antusias melihat perkembangan DCEU.
Sayangnya visi DCEU (DC Extended Universe) dari Zack Snyder sudah runtuh dengan pendapatan dan penilaian yang di bawah ekspektasi terhadap film-film DCEU. Otomatis sepertinya kita tidak akan menyaksikan alur cerita Injustice pada DCEU. Yah paling tidak pada 2021 lalu, DC Comics merilis versi animasi dari Injustice.
Injustice (2021) mengambil latar belakang pada salah satu dunia alternatif atau paralel yang di sebut Bumi 22. Di sini, Superman (Justin Hartley) kehilangan anak dan istrinya dengan cara yang tragis. Mereka menjadi salah satu korban Joker (Kevin Pollak). Selama ini Joker memang menjadi musuh utama Batman (Anson Mount) bukan karena kekuatannya. Namun karena taktiknya dalam melakukan kejahatan. Dengan melakukan hal kejam seperti ini, Joker berhasil mengubah Superman. Pada Bumi 22, Superman versi ini, memiliki cara tersendiri untuk berduka.
Superman ingin mewujudkan Bumi yang bebas dari kejahatan. Ia mulai bertindak lebih keras terhadap berbagai bentuk kejahatan. Perlahan Superman menolak untuk memberikan kesempatan kedua bagi pelaku kejahatan. Ia bahkan ikut campur dalam urusan politik berbagai negara. Batman sangat tidak suka dengan perilaku Superman. Batman dan Superman sangat bersahabat, namun kali ini mereka terpaksa berseteru. Para superhero pun terbelah dua, apakah ikut Batman atau ikut Superman. Perseteruan ini menyebabkan tewasnya beberapa karakter DC Comics ternama.
Film tak ragu untuk mematikan banyak tokoh superhero dan supervilain. Kita akan dengan mudahnya melihat berbagai tokoh DC Comics berguguran di sini. Sesuatu yang jarang terjadi. Sebab banyak dari mereka memiliki film solo atau komik solo sendiri. Yah jagoan dan penjahat utama kok tewas? Justru inilah yang menjadi kelebihan Injustice (2021). Kita tidak akan mengetahui siapa saja yang selamat.
Sayangnya, durasi film yang singkat, gagal memberikan latar belakang yang jelas bagi berbagai karakter yang hadir. Kenapa mereka memilih sisi Batman atau Superman. Semua mengandalkan pengetahuan penonton atas karakter-karakter tersebut. Saya pun tudak terlalu peduli atau terharu ketika melihat beberapa karakter gugur. Saya pribadi lebih suka cerita pada versi video game.
Kalau di komik dan video game, perseteruan ini memakan waktu sekitar 6 tahun. Batman pun sampai memiliki aliansi yang disebut Insurgent. Yaaah agak susah memang merangkum semuanya dalam 1 film animasi. Mungkin akan lebih baik kalau dibuat dalam bentuk mini seri.
Dengan demikian, Injustice (2021) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini banyak adegan sadisnya yaa, jadi jangan ajak anak-anak untuk menonton Injustice (2021).
Thor: Love and Thunder (2022) adalah film solo ketiga dari Thor Odison (Chris Hemsworth), sang dewa petir. Tentunya film ini adalah bagian dari MCU (Marvel Cinematic Universe) sehingga ada sedikit kesinambungan dengan film-film MCU sebelumnya. Sebagai pengantar, Thor telah menjadi superhero yang memenangkan berbagai perang besar. Beberapa diantaranya membuat Thor harus kehilangan Mjolnir, palu kesayangan Thor. Setelah Mjolnir hancur, Thor memperoleh senjata baru yang disebut Stormbreaker. Sekilas memang mirip dengan Mjolnir, namun bedanya, Stormbreaker mampu memanggil bifrost. Bifrost merupakan kekuatan untuk berkelana ke berbagai tempat dan dimensi dalam waktu singkat. Bagaimana nasib pecahan Mjolnir? Menjadi salah satu objek wisata di Bumi.
Tanpa Thor sadari, sebuah permintaan tulus darinya telah membuahkan jembatan hubungan antara Mjolnir dengan Jane Foster (Natalie Portman). Ketika Jane datang untuk melihat pecahan Mjolnir, seketika itu pula Mjolnir menyatu dan mengubah Jane menjadi Thor. Seketika Jane dapat memiliki kostum dan semua kekuatan Thor. Hanya saja, dibalik semua itu, Jane sebenarnya sekarat.
Dimana Thor? Setelah memenangkan peperangan besar melawan Hela dan Thanos, ia berkelana bersama The Guardians of the Galaxy. Namun beberapa peristiwa genting membuat Thor untuk kembali ke Bumi dan pada akhirnya bertemu dengan Jane.
Mereka harus berhadapan dengan Gorr (Christian Bale), sang penjagal dewa. Satu per satu dewa-dewi yang ada di semesta, berhasil Gorr bunuh. Berawal dari sebuah kekecewaan dan kebencian terhadap dewa, Gorr berhasil mengangkat necrosword. Dengan senjata tersebut, Gorr memiliki kekuatan besar yang mempu membunuh para dewa.
Awalnya saya pikir, Thor: Love and Thunder (2022) merupakan peralihan karakter Thor menjadi Jane. Saat ini MCU sedang melakukan penyegaran dengan mengganti dan menambah deretan superhero-nya. Hampir semua superhero MCU lawas sudah memiliki film “peralihan”. Saya pikir, inilah saatnya Thor memiliki pengganti. Aahhh ternyata dugaan saya kurang tepat.
Agak ambigu apakah Jane menjadi karakter pangganti Thor pada film-film MCU berikutnya. Pada film ini, Jane memang memiliki porsi yang cukup besar. Namun ternyata terdapat karakter lain yang muncul dan mendampingi Thor pada bagian akhirnya. Kata-kata Love pada judul Thor: Love and Thunder (2022) ternyata memiliki arti tersendiri. Wah keren juga, ini adalah hal yang tidak saya duga.
Selain itu, adegan pertarungannya terbilang seru. Memainkan kombinasi dengan warna hitam putih membuat Thor: Love and Thunder (2022) terlihat semakin menarik. Warna-warni nuansa 80-an pun terlihat sangat dominan di mana-mana. Mirip seperti Thor: Ragnarok (2017), film ketiga Thor ini menggunakan atribut dan lagu yang berhubungan dengan budaya 80-an. Semua terlihat bagus, jadi saya pribadi tidak ada masalah dengan ini.
Gorr berhasil tampil sebagai tokoh antagonis yang ganas. Temanya agak horor tapi agak tanggung. Karakter yang satu ini memiliki potensi untuk tampil lebih ganas lagi. Namun yaaah mungkin pihak produser melarang ini. Kalau terlalu menyeramkan, nanti Thor: Love and Thunder (2022) gagal masuk ketegori film PG13. Kalau sampai masuk ke kategori R atau NC-17, otomatis jumlah penontonnya lebih dibatasi lagi. Sayang sekali kalau kualitas sebuah film dibatasi oleh faktor komersil seperti ini.
Selain unsur horor, kali ini unsur komedinya banyak sekali. Semuanya bertebaran dimana-mana. Komedinya bukan komedi yang membuat penonton terawa terpingkal-pingkal ya, cukup senyum-senyum saja. Sayangnya otomatis Thor: Love and Thunder (2022) terlihat menjadi film yang tidak terlalu serius.
Dengan demikian, Thor: Love and Thunder (2022) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Kabarnya Thor masih akan memiliki lagi setelah Thor: Love and Thunder (2022). Jadi dari beberapa deretan superhero lawas MCU, sementara ini hanya Thor masih akan terus hadir, entah sampai kapan. Semoga film keempatnya bisa lebih bagus lagi.
Ehem ehemmm …. Sedikit tambahan, Marvel dan Disney seperti biasa tak henti-hentinya berusaha untuk memasukkan unsur LGBT ke dalam film-filmnya. Tak terkecuali untuk Thor: Love and Thunder (2022). Film ini mengisahkan percintaan Thor dan Jane. Kemudian ada pula hubungan antara Thor dengan Mjolnir dan Stormbreaker yang sudah seperti mahluk hidup saja, bagian ini tergolong lucu yaaa. Di antara hubungan-hubungan tersebut, disisipikan hubungan LGBT yang dibawakan oleh 2 karakter lain. 2 karakter yang rasa sih kalaupun tidak ada, tidak akan terlalu berpengaruh terhadap jalan cerita utama. Saya jadi merasa, fungsi keberadaan mereka yah hanya sebagai bahan untuk menyisipkan pesan LGBT. Kali ini pesannya cukup terlihat jelas, bukan hanya sekilas hehehe. Yah walaupun film ini termasuk PG13 yang artinya anak umur 13 tahun ke atas boleh menonton. Saya pribadi tidak menyarankan untuk membawa anak-anak untuk menonton film ini. Biarlah orang yang sudah cukup umur dan matang untuk dapat mengambil sikap mengenai pesan LGBT yang muncul. Jangan anak-anak di bawah umur yang masih polos. Sekian terimakasih, hohohoho.
Sepertinya MCU (Marvel Cinematic Universe) terus menerus melakukan peremajaan terhadap berbagai superhero-nya. MCU mulai memperkenalkan berbagai karakter superhero baru yang digadang-gadang akan menggantikan peran superhero yang lama. Biasanya kemampuan keduanya agak mirip. Kali ini, tibalah giliran Captain Marvel. Umur Captain Marcel di MCU sepertinya masih panjang. Toh belum ada sekuelnya. Namun MCU sudah menghadirkan Serial Ms. Marvel. Di versi komik, Ms. Marvel memiliki hubungan yang erat dengan Captain Marvel.
Di dalam komik, terdapat berbagai karakter yang hadir sebagai Captain Marvel dan Ms. Marvel. MCU mengambil Carol Danvers (Brie Larson) sebagai Captain Marvel dengan cerita origin yang sangat berbeda dengan versi komiknya. Kalau di komik, karakter Carol Denvers adalah karakter pertama yang menggunakan nama Ms. Marvel. Kemudian Denvers mulai menggunakan Captain Marvel menggantikan Captain Marvel sebelumnya yang gugur. Wah wah wah, lalu bagaimana dengan MCU?
Captain Marvel mengambil jalur cerita yang berbeda melalui Captain Marvel (2019). Kemudian ia pun berperan dalam peperangan besar melawan Thanos pada Avengers: Endgame (2019). Setelah kemenangan Captain Marvel bersama superhero pembela Bumi lainnya, nama mereka semakin harum. Banyak sekali remaja-remaja yang mengidolakan mereka. Tak terkecuali Kamala Khan (Iman Velanni). Inilah awal dari film seri Ms. Marvel.
Kamala sangat mengidola Captain Marvel. Ia bahkan datang ke acara cosplay dengan menggunakan kostum Captain Marvel kreasinya sendiri. Tak disangka, salah satu asesoris yang ia gunakan ternyata membangkitkan sesuatu yang terkubur di dalam diri Kamala. Gelang warisan turun temurun keluarga Kamala ternyata mampu membangkitkan kekuatan super milik Kamala yang selama ini terpendam. Pada awalnya, kekuatan Kamala berkisar pada membuat proyeksi berbagai benda … yaaah jadinya mirip Green Lantern sih jatuhnya. Agak jauh di bawah Captain Marvel yang kekuatannya terlihat sangat superior. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu, Kamala berhasil mengembangkan kekuatan baru. Karena hadir dalam bentuk film seri, kemungkinan kekuatan Kamala diperlihatkan berkembang dengan pelan-pelan. Tidak secepat Captain Marvel yang dibatasi durasi film layar lebar :’D.
Kamala hadir menggunakan kostum Ms. Marvel yang menurut saya pribadi sih keren. Ditambah bumbu-bumbu visual di mana-mana, serial ini memang terlihat cantik sekali. Coretan-coretan yang muncul pada serial ini sedikit banyak mengingatkan saya kepada The Mitchells vs. the Machines (2021). Nuansa remaja mewarnai serial MCU yang satu ini.
Permasalahan yang dihadirkan tentunya berkaitan dengan dunia remaja. Plus ditambah bumbu lingkungan masyarakat Islam di Amerika. Kamala di sini adalah seorang muslim yang hidup di tengah-tengah komunitas muslim di Amerika. Ms. Marvel adalah superhero muslim pertamanya MCU.
Sayangnya plot yang dihadirkan kadang terbilang basi. Saya sudah menyaksikan yang seperti itu pada film-film lain. Ms. Marvel seolah ingin membuat penonton penasaran, namun penasarannya kepada hal yang mudah ditebak. Masalah yang muncul seringkali agak sepele dan kurang spesial.
Beruntung visual Ms. Marvel terbilang bagus dan mampu menutupi jalan cerita yang tidak terlalu spesial. Saya pribadi hanya dapat memberikan film seri ini nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.
Pada awal tahun ini, Marvel memperkenalkan satu karakter superhero lagi melalui serial Moon Knight. Dewa-dewi Mesir kuno menjadi bagian yang tak terpisahkan dari serial ini. Moon Knight sendiri pada dasarnya adalah avatar dari Khonsu, salah satu dewa Mesir kuno. Khonsu memiliki ambisi untuk menumpas segala kejahatan yang ada. Ia hanya dapat melakukan aksinya melalui seorang avatar. Pada serial ini, dewa-dewi Mesir kuno memiliki avatar. Melalui avatar inilah mereka dapat mengamati, terkadang bahkan dapat ikut campur dalam urusan duniawi. Melalui avatar ini pulalah, para dewa-dewi dapat saling baku hantam ketika terdapat perseteruan diantara mereka.
Yang paling menarik dari serial ini adalah tokoh utamanya mengalami Dissociative Identity Disorder (DID). Ini adalah penyakit mental yang menyebabkan seseorang memiliki kepribadian lebih dari 1. Dalam hal ini, kita memiliki Marc Spector (Óscar Isaac Hernández Estrada) sebagai avatar Khonsu. Pada dasarnya, tubuhnyalah yang menjadi avatar khonsu. Maka, tubuh tersebut dapat memperoleh seperangkat kostum lengkap dengan berbagai kekuatan super dari Khonsu.
Marc bukanlah satu-satunya kepribadian yang ada di dalam tubuh tersebut. Terdapat pula kepribadian-kepribadian lain di sana. Setiap kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangan yang mampu saling melengkapi. Kepribadian Marc-lah yang ketika menggunakan kekuatan Khonsu, ia akan berubah menjadi Moon Knight. Sementara itu kepribadian lainnya seperti Steven Grant akan berubah menjadi Mr. Knight. Belum lagi kepribadian lainnya yang akan muncul seiring dengan berjalannya waktu. Sebab di versi komiknya, karakter ini memiliki banyak sekali kepribadian.
Saya sangat terhibur ketika melihat Marc berkomunikasi dengan Khonsu dan kepribadian lainnya. Memang sih seperti melihat orang kurang waras berbicara sendiri. Namun serial ini berhasil membuatnya menjadi sesuatu yang menarik.
Pengambilalihan tubuh oleh kepribadian yang berbeda pun sangat seru untuk diikuti. Adegan aksi nampak keren dengan kostum-kostum superhero yang bukan kaleng-kaleng. Ada tuuuh serial superhero ternama yang tokoh-tokohnya menggunakan kostum dengan topeng-topengan yang …. kurang ok untuk serial keluaran 2021.
Saya rasa Moon Knight sudah pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Setahu saya, Moon Knight merupakan bagian dari MCU (Marvel Cinematic Universe) fase 4. Mungkin di masa depan, karakter ini akan bertemu dengan superhero-superhero Marvel lainnya.
He-Man adalah salah satu tokoh film yang saya ingat. Perawakannya yang seperti barbarian berotot masih ada di ingatan saya. Tapi semua hanya sebatas itu saja. Saya terlalu kecil ketika He-Man ditayangkan di TVRI. Paham ceritanya saja tidak, yah pokoknya nonton film kartun yang jagoannya pakai pedang hehehe.
Saya menonton He-Man di TVRI pada tahun 90-an. Padahal sebenarnya film seri animasi ini sudah populer sejak tahun 80-an. Kemudian judulnya bukan He-Man saja, melainkan He-Man and the Masters of Universe. Pada awalnya He-Man adalah action figure produksi Mattel. Desainnya diilhami oleh Conan the Barbarian karangan Robert E. Howard. Kemudian berbagai mahluk di sekitar He-Man diambil dari Trilogi Star Wars.
Penerbitan komik dan film seri animasi He-Man and the Masters of Universe pada dasarnya dipergunakan untuk menunjang penjualan mainannya. Yaaah mirip seperti Barbie. Kepopuleran film animasinya membuahkan sebuah film layar lebar yang dibintangi Dolph Lundgren, yaitu Masters of the Universe (1987). Wah saya ingat sekali, saya pernah menonton film ini di rumah saudara saya. Maklum saya tidak pernah memiliki mesin pemutar video di rumah.
Tak hanya film latar lebar, He-Man and the Masters of Universe bahkan berhasil menelurkan spinoff seperti She-Ra: Princess of Power pada era tahun 80-an. Bertahun-tahun kemudian, saya justru menonton reboot dari She-Ra: Princess of Power yang hadir pada 2018, yaitu She-Ra and the Princess of Power. Hadir dengan grafik kekinian yang penuh warna, serial ini terbilang menarik untuk ditonton.
Agak berbeda dengan She-Ra, kisah He-Man justru hadir kembali pada He-Man and the Masters of Universe pada 2002 dan 2021. Keduanya belum saya tonton karena sepertinya akan mengisahkan perseteruan He-Man dan Skeletor saja. Agak bosan ya, tidak ada hal yang baru.
Serial Masters of the Universe: Revelation menjanjikan sesuatu yang berbeda. Dari judulnya saja tidak ada kata-kata He-Man. Latar belakang film seri ini memang sama persis dengan film-film sebelumnya. Pangeran Adam dari negeri Etheria dapat berubah menjadi He-Man (Chris Wood) untuk melawan Skeletor (Mark Hamill). He-Man dan kawan-kawan berusaha mempertahankan Kastil Greyskull dari serangan Skeletor. Siapa yang menguasai Kastil tersebut, mampu menguasai alam semesta. Konon seluruh alam semesta berpusat di dalam Kastil Greyskull. Perseteruan abadi inilah yang menjadi plot utama mayoritas film-film He-Man. Nah Masters of the Universe: Revelation mengisahkan kematian He-Man dan Skeletor pada episode pertamanya. Beda sekali bukan? Hohohoho.
Beberapa fans fanatik He-Man akan membenci film seri ini. Bisa jadi alasannya karena konflik He-Man dan Skeletor tidak lagi menjadi menu utama. Jangan salah. He-Man dan Skeletor tetap menjadi bagian penting pada Masters of the Universe: Revelation. Hanya saja kali ini keduanya harus berbagi spotlight dengan karakter-karakter lainnya. Karakter wanita seperti Teela (Sarah Michelle Gellar) dan Evil-Lyn (Lena Headley), kali ini memiliki peranan yang relatif lebih banyak dibandingan ketika keduanya ada di He-Man and the Masters of Universe.
Rahasia-rahasia yang sebenarnya sudah disampaikan pada film seri versi tahun 80-an kembali disampaikan dengan dengan cara yang sedikit berbeda. Walaupun He-Man praktis tidak dominan pada film seri ini, saya tetap suka dengan jalan ceritanya. Semua diberbeda sehingga masih ada rasa penasaran ketika menonton Masters of the Universe: Revelation.
Dari segi gambar, Masters of the Universe: Revelation mengambil jalan yang jauh berbeda dibandingkan serial terbaru She-Ra. Masters of the Universe: Revelation justru tampil dengan gaya kartun klasik. Namun, serial ini tetap menampilkan kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan kartun-kartun lawas. Terutama adegan perkelahiannya. Didukung pula oleh lagu dan suara yang keren, adegan perkelahian serial ini terbilang seru.
Sejauh ini Masters of the Universe: Revelation berhasil membuat saya untuk terus mengikuti ceritanya. Semoga akhir dari serial ini tidak menggantung seperti film seri tahun 80-annya. Saya rasa Masters of the Universe: Revelation layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.