
Kali ini saya akan membahas salah satu film India dengan biaya termahal sepanjang sejarah India yaitu Baahubali: The Beginning (2015) & Baahubali 2: The Conclusion (2017). Konon kedua film ini menggunakan special effect dan kostum yang terbaik pada masanya.
Kedua film Baahubali karya sutradara S. S. Rajamouli ini mengisahkan bagaimana 2 Baahubali menghadapi persaingan dan perebutan tahta Kerajaan Mahespati. Di dunia nyata, Kerajaan Mahespati memang benar-benara ada, namun lokasi dan sejarah konkretnya masih agak kabur. Nah kedua film ini mengisahkan versi imajinatif dari Mahespati. Maka otomatis semua kisah di dalamnya merupakan fantasi belaka. Di sana terdapat Mahendra Baahubali dan Amarendra Baahubali yang sama-sama diperankan oleh Prabhas. Inilah tokoh utama dari film garapan S. S. Rajamouli tersebut.



Sebagai salah satu calon pewaris tahta Kerajaan Mahespati, Amarendra Baahubali harus menghadapi berbagai taktik licik yang dilancarkan oleh sepupunya sendiri, Bhallaladeva (Rana Daggubati). Tahta sebuah kerajaan bukan hanya singgasana dan gelar saja. Baahubali berhasil menjadi raja di hati sebagian besar rakyat Mahespati, walaupun ia belum diangkat menjadi raja.

Amarendra tewas melalui sebuah penghianatan dari orang terdekatnya. Hal inilah yang seolah dijadikan sebuah misteri. Siapa dan kenapa? Bukankah Amarendra Baahubali sudah berbuat baik kepada semua orang?

Anak dari Amarendra Baahubali, yaitu Mahendra Baahubali berhasil lolos dari rencana pembunuhan. Ia kemudian dibesarkan di sebuah desa kecil tak jauh dari ibukota Mahespati. Ketika sudah beranjak dewasa, takdir membawa Mahendra Baahubali menuju ibukota Mahespati untuk membalas dendam dan merebut tahta dari keluarga Bhallaladeva yang sudah puluhan tahun menawan ibu dari Mahendra Baahubali di istana.

Aaahhh, sebuah kisah zero to hero yang sudah berkali-kali dikisahkan di film lain. Hanya saja yaaa film ini menggunakan latar belakang keraajan India dan kisahnya dilakukan secara flashback. Apakah cara penceritaan flashback ini merupakan sebuah masalah? Tidak. Tapi hal ini bukan pula merupakan kelebihan.
Terlalu banyak titik lemah pada cerita di kedua film ini. Sejak awal cerita, penonton tentunya sudah mengetahui bahwa Amarendra Baahubali telah gugur. Bagaimana ia gugur digunakan sebagai cara untuk memikat penonton agar terus menonton cerita Baahubalu yang sangat panjang sampai-sampai dipecah menjadi 2 film. Sayang alasan dan bagaimana Amarendar gugur, terasa kurang kuat dan yaaah hanya begitu saja, tidak spesial atau fenomenal.
Kemudian alasan kenapa kok ibunda Mahendra Baahubali sampai dirantai puluhan tahun di pelataran istana, terlalu dibuat-buat. Saya tidak melihat alasan yang kuat bagi Bhallaladeva sampai menyiksa seorang wanita seperti itu. Toh wanita tersebut pernah Bhallaladeva jadikan sebagai alat untuk mencurangi Amarendra Baahubali.

Taktik licik yang Bhallaladeva dan keluarganya lancarkan kok ya mengingatkan saya akan taktik licik ala opera sabun yah. Saya teringat akan kelicikan-kelicikan tokoh antagonis pada beberapa sinetron dan telenovela yang pernah saya tonton ketika saya masih kecil :’D.
Kemudian cara Mahendra membalas dendam pun sangat dapat ditebak. Taktik perang yang dijalankan terbilang absurd dan jauh dari akal sehat. Kalaupun saya menganggap bahwa Baahubali di sini adalah manusia super sakti, yaah taktik pada bagian akhir tersebut tetap saja terasa aneh.


Syukur adegan perang besar antara Kerajaan Mahesapati melawan Kerajaan Kalakeya terbilang sangat menghibur. Adegan tersebut menampilkan sebuah perang kolosal dengan special effect yang baik. Sayang penggunaan special effect pada beberapa bagian perkelahian lainnya, terasa kurang pas dan terlalu mengada-ada. Sementara penggunaan special effect untuk memvisualisasikan Mahespati, sudah nampak halus dan bagus.



Kedua film inipun memiliki lagu dan adegan joget-joget ala India. Bagian inilah yang selalu saya lewatkan ketika sedang menonton film India hehehehe, bukan hanya ketika menonton film ini. Yaaah, adegan musikalnya terbilang biasa saja, jadi yaaa saya skip :’D. Kalau joget dan nyanyiannya seperti The Greatest Showman (2017) sih sopasti saya tonton dan tidak akan saya skip atau lewati.
Baahubali: The Beginning (2015) & Baahubali 2: The Conclusion (2017) berada di bawah ekspektasi saya. Saya yang sebenarnya suka dengan film-film kerajaan dengan tema zero to hero, kali ini hanya dapat memberikan kedua film Baahubali tesebut 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”.
Sumber: baahubali.com
Menyukai ini:
Suka Memuat...