Hari Ketujuh Wisata Korea – Gwangjang & Cheonggyecheon

Setelah kemarin pergi ke era kekuasaan dinasti Joseon pada Hari Keenam Wisata Korea – Gyeongbokgung, Bukchon & Changdeokgung, di hari ketujuh ini objek wisata tujuan kami agak longgar dan bebas. Tujuan utama kami hanya 2 yaitu Pasar Tradisional Gwangjang dan Cheonggyecheon Stream. Kami pun dapat bangun agak siang. Istri saya menyetrika beberapa baju dan membuat sarapan plus bekal. Kemudian kami berangkat menuju Stasiun Dongdaemun History & Culture Park. Dari sana kami naik Kereta Seoul Metro jalur 5 (ungu) arah Stasiun Euljiro 4(sa)ga untuk turun di Stasiun Euljiro 4(sa)ga. Kami kemudian keluar melalui Exit 4 dan berjalan sedikit menuju Pasar Gwangjang.

Pasar Gwangjang (광장시장) merupakan salah satu pasar tradisional terbesar dan tertua di Korea. Pasar ini dibangun sebagai reaksi warga lokal atas dikuasainya Pasar Namdaemun oleh Jepang pada masa penjajahan. Pasar Namdaemun sendiri merupakan pasar tradisional tertua di Korea yang didirikan di era Raja Gojong dari dinasti Joseon. Tapi lokasinya di sekitar Sungnyemun, dekat Seoul Station. Karena kami menginap di daerah Dongdaemun, tentunya Pasar Gwangjang akan sangat dekat bagi kami. Pasar Gwangjang ini dahulu kala sempat diberinama Pasar Dongdaemun dan merupakan pasar pertama di Korea yang memikiki bangunan permanen.

Berbeda dengan mall atau pertokoan modern Korea, Pasar Gwangjang memiliki bentuk yang lebih tradisional, namun tetap bersih dan tidak bau. Pasar tersebut menjual aneka ragam makanan ringan khas Korea, bahan makanan segar, obat tradisional Korea, souvenir, tekstil dan lain-lain. Selain bentuk pasarnya, yang nampak beda di sana adalah keberadaan kaki lima yang menjual bindaetteok dan mayak gimbap. Saya kurang tahu kehalalan makanan tersebut, yang pasti sekilas bahan-bahan yang dipergunakan adalah sayuran.

Kami sendiri tidak makan apa-apa di sana. Kami membeli aneka makanan ringan khas Korea dan hampir membeli hanbok anak-anak di sana. Di Pasar Gwangjang terdapat aneka hanbok yang bagus. Barang-barang yang sifatnya tradisional memang bagus-bagus di sana. Tapi harganya belum tentu bagus juga yaaa hehehehe. Berbeda dengan Cina dan Indonesia, tawar menawar tidak terlalu disukai oleh pedagang lokal. Pedagang lokal Korea memang tidak seketat Jepang yang menganut fixed price, kami biasanya hanya dapat menawar sedikit di sana. Hal ini berlaku kecuali di Itaewon. Harga bukaan di sana saja sudah miring, bisa ditawar lagi pula hehehe. Itulah mengapa, kami memutuskan untuk kembali berkunjung ke Itaewon setelah kami selesai berwisata di Gwangjang. Toh kami hanya kurang membeli souvenir saja kok, hal itu banyaknya memang di Itaewon. Kami batal ke Pertokoan Insadong siang itu. Perjalanan kami kali ini agak melenceng dari itenari yang saya susun pada Persiapan Wisata Korea 2017.

Dari Pasar Gwangjang, kami kembali berjalan menuju Stasiun Euljiro 3(sam)ga untuk naik Kereta Seoul Metro jalur 3 (oranye) arah Stasiun Chungmoro untuk turun di Stasiun Yaksu. Dari Stasiun Yaksu, kami naik Kereta Seoul Metro jalur 6 (coklat) arah Stasiun Samgaki untuk turun di Stasiun Itaewon.

Kami keluar dari Stasiun dan langsung bertemu dengan pertokoan Itaewon yang dipadati turis-turis asing. Di sana, kami membeli souvenir yang bagus-bagus dengan harga yang relatif miring ;D. Di sana pulalah kami dapat dengan lebih leluasa makan siang dan jajan karena mayoritas makanan di Itaewon, halal. Perjalanan jajan dan belanja kami di Itaewon berlangsung cepat karena kami sudah pernah ke sana pula pada Hari Ketiga Wisata Korea – Ihwa, Ewha, Itaewon & Banpo. Waktu masih banyak nih, matahari masih bersinar dengan terangnya. Masa langsung ke Cheonggyecheon Stream sih? Cheonggyecheon Stream nampak bagus di sore atau malam hari.

Dari Itaewon, kami akhirnya memutuskan ke Myeong-dong untuk kembali membeli oleh-oleh pernak-pernik K-Pop. Barang-barang di pertokoam Itaewon memang relatif murah, tapi tidak semuamuanya ada di Itaewon. Ada hal-hal tertentu yang dapat lebih mudah diperoleh di Myeong-dong atau Dongdaemun atau Gwangjang. Kami kemudian kembali berjalan menuju Stasiun Itaewon untuk naik Kereta Seoul Metro jalur 6 (coklat) arah Stasiun Samgaki untuk turun di Stasiun Samgaki. Dari Stasiun Samgaki, kami naik Kereta Seoul Metro jalur 4 (biru muda) arah Seoul Station untuk turun di Stasiun Myeong-dong.

Kami berputar-putar sejenak melihat dan membeli hal-hal yang kurang saya pahami hehehehe :’D. Kebanyakan barang-barang keperluan perempuan dan pernak-pernik K-Pop. Kami tidak terlalu lama di Myeong-dong karena istri saya sepeetinya sudah memiliki target mau belanja di mana saja.

Keluar dari pertokoan Myeong-dong, hari sudah mulai sore. Inilah waktu yang tepat untuk pergi menuju Cheonggyecheon Stream. Kami berjalan menuju Stasiun Myeong-dong untuk naik Kereta Seoul Metro jalur 2 (hijau) ke arah Stasiun Chungmoro untuk turun di Stasiun Chungmoro. Dari Stasiun Chungmoro, kami naik Kereta Seoul Metro jalur 3 arah Stasiun Euljiro 3(sam)ga (biru muda) untuk turun di Stasiun Euljiro 3(sam)ga. Perjalanannya terkesan pendek-pendek, tapi kalau dilakikan dengan jalan kaki ya pasti kami tidak kuat. Naik taksi? Aaahhh sayang uangnya, lebih baik uangnya untuk yang lain hehehe.

Dari Exit 4 Stasiun Euljiro 3(sam)ga, kami kemudian berjalan sedikit ke utara sampai bertemu dengan bagian tengah dari Cheonggyecheon Stream.
Awalnya, Cheonggyecheon Stream (청계천) merupakan drainase yang dibangun di era dinasti Joseon. Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu, drainase ini terlupakan sampai tertutup oleh jalan raya bertingkat. Pada tahun 2005, Pemerintah Kota Seoul melakukan restorasi dengan membongkar jalan raya bertingkat yang menutup drainase tersebut. Gile bener, jalan raya bisa-bisanya dibongkar demi sebuah sungai, jalan raya tingkat 2 pula O_O. Pemerintah tidak hanya merestorasi, mereka pun mempercantik drainase tersebut dengan bentuk bersusun yang unik. Sebuah bentuk aliran air yang sekarang sudah ditiru di dekat Balai Kota Jakarta.

Aliran air sepanjang 8,4 km ini tak mungkin kami jelajahi semua pada sore itu. Karena bagian ujung barat sungai tersebut lebih populer dan memiliki pemandangan yang khas, maka kami memilih untuk menyusuri Cheonggyecheon Stream ke arah barat. Sepanjang sungai kami melihat artis jalanan yang kreatif dan menghibur. Jalanan nampak sedikit remang-remang dan aman karena banyak juga orang lalu-lalang di sana. Suasananya cukup romantis dan tak heran kalau lokasi ini digunakan oleh muda-mudi Korea untuk berjalan-jalan santai.

Semakin dekat ke bagian ujungnya, semakin banyak lampu hias dan dekorasi di bagian atas sungai. Dekorasi-dekorasi ini berubah-rubah seiring dengan berjalannya waktu. Ketika rekan kami ke sana, dekorasinya berupa kertas-kertas beetuliskan sesuatu dalam tulisan hangul. Ketika kami ke sana, dekorasinya sudah berubah menjadi deretan payung-payung cantik. Pada bagian paling ujung, terdapat air terjun dan wishing well yang unik. Di sana, kami iseng-iseng melempar koin agar masuk ke dalam wiahing well :D. Setelah beberapa percobaan yang berhasil, kami naik ke atas, ke jalan raya dan berjalan menuju Exit 5 Stasiun Gwanghwamun.

Dari Stasiun Gwanghwamun, kami naik Kereta Seoul Metro jalur 5 (warna ungu) arah Stasiun Jongno 3(sam)ga untuk turun di Stasiun Dongdemun History & Culture Park. Kami langsung berjalan pulang menuju penginapan kami yang terletak tak jauh dari Stasiun. Esok hari akan menjadi hari yang panjang. Kami akan berkelana sedikit keluar kota pada Hari Kedelapan & Kesembilan Wisata Korea – Everland & Incheon, sebuah tujuan yang tentunya akan membuat putri kami senang :).

Baca juga:
Persiapan Wisata Korea 2017
Ringkasan Objek Wisata Korea Selatan
Hari Pertama Wisata Korea – Incheon, Namsan Tower & K Star Road
Hari Kedua Wisata Korea – Naminara Republic, Petite France & The Garden of Morning Calm
Hari Ketiga Wisata Korea – Ihwa, Ewha, Itaewon & Banpo
Hari Keempat Wisata Korea – Gunung Seorak & Naksansa
Hari Kelima Wisata Korea – One Mount Snow Park, The War Memorial of Korea & Myeong-dong
Hari Keenam Wisata Korea – Gyeongbokgung, Bukchon & Changdeokgung
Hari Kedelapan & Kesembilan Wisata Korea – Everland & Incheon