Trilogi Rurouni Kenshin (2012, 2014, 2014)

Bagi generasi milenial yang mengalami masa kecil di penghujung abad ke-20, tentunya mengenal sebuah manga atau komik Jepang karya Nobuhiro Matsuki yang berjudul Ruroini Kenshin. Karena Kepopulerannya, manga yang satu ini diadaptasi menjadi serial kartun berjudul Samurai X.

Saya pikir, kisah Kenshin berakhir pada manga terbitan tahun 1998. Ternyata, setelah itu sang penulis melanjutkan kembali kisah petualangan Kenshin pada tahun 2012 sampai … terdapat sebuah skandal. Sang penulis, Nobuhiro Matsuki, terlibat kasus pornorgrafi anak pada sekitar tahun 2017. Saya sendiri sudah lama tidak membaca manga terbaru dari Rurouni Kenshin.

Apapun yang terjadi pada versi manga-nya, sampai saat ini Rurouni Kenshin sudah 3 kali diangkat ke layar lebar dalam wujud live action, bukan animasi atau kartun. Ketiga film live action tersebut mengambil kisah dari manga Rurouni Kensin original yang terbit di Indonesia sekitar tahun 1996 sampai 1998. Bagaikan nostalgia, kisah petualangan Kenshin inilah yang saya baca dan tonton ketika saya masih kecil.

Beberapa karakter utama dari manga versi original tersebut, ternyata dibuat berdasarkan  karakter asli di dunia nyata. Kenshin Himura sendiri dibuat berdasarkan seorang samurai yang bernama Genzai Kawakami. Begitupula dengan karakter lain seperti Saito Hajime, Sagara Sanosuke, Shinomori Aoishi dan Sojiro Seta. Namun Rorouni Kenshin tetap bukanlah kisah sejarah. Semuanya dimodifikasi sehingga menghasilkan kisah yang menarik.

Kisah Rurouni Kenshin tidak diawali dari awal kehidupan Kenshin Himura. Melainkan pada era damai ketika Restorasi Meiji sedang berjalan di Jepang. Sebelum era perdamaian ini hadir di Jepang, terjadi perang berkepanjangan antara berbagai pihak. Kenshin Himura (Takeru Satoh) terkenal sebagai pembunuh yang handal pada saat itu. Julukan Battosai atau sang pembantai pun menjadi julukan bagi Kenshin.

Setelah peperangan berakhir, Jepang melakukan modernisasi dan seolah menyingkirkan kelas sosial shogun, samurai, daimyo dan ronin. Padahal, kelas sosial tersebut sudah lama sekali berada di puncak kekuasaan. Hal inilah yang menjadi topik dari ketiga film live action Kenshin.

Trilogi Rurouni Kenshin terdiri dari Rurouni Kenshin (2012), Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno (2014), dan Rurouni Kenshin: The Legend Ends (2014). Ketiganya mengisahkan bagaimana kehidupan Kenshin di era Restorasi Meiji, sebuah era yang sebenarnya menyingkirkan orang-orang seperti Kenshin. Di sana, Kenshin tidak memberontak. Ia justru berusaha menjaga perdamaian dan pendukung pembaharuan dari pemerintah.

Kenshin sudah insaf dan memutuskan untuk tidak membunuh lagi. Ia pergi kemana-mana dengan membawa pedang bermuka terbalik. Sebuah pedang dengan sisi tumpul pada bagian yang seharusnya tajam. Dengan demikian, kecil kemungkinan Kenshin untuk dapat membunuh. Dalam perjalanannya, ia terpaksa harus menggunakan keahlian pedangnya demi menjaga perdamaian. Akibat prinsip barunya untuk tidak membunuh lagi, Kenshin berkali-kali terlihat kerepotan ketika sedang menghadapi lawan yang cukup kuat. Inilah godaan bagi Kenshin. Apakah ia rela untuk kembali membunuh demi menyelamatkan teman-temannya?

Pertarungan yang Trilogi ini hadirkan, berhasil memperoleh decak kagum dari saya pribadi. Jurus pamungkan Kenshin yang bernama hitten mitsurugi ryu pun sukses muncul sebagai sesuatu yang keren untuk dilihat. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa adegan aksi ala samuai pada ketiga film ini merupakan salah satu adegan aksi terbaik yang pernah saya tonton. Terutama ketika Kenshin harus berhadapan dengan Sojiro Seta (Ryunosuke Kamiki). Yah mungkin karena karakter Sojiro yang cukup menyebalkan :’D.

Topik insyafnya Kenshin dan pemberontakan oleh beberapa kelas sosial Jepang, berhasil diramu menjadi sesuatu yang enak untuk ditonton. Jadi, Trilogi Rurouni Kenshin ini bukan hanya berisikan baku hantam saja. Meski adegan aksi tetap menjadi salah satu keunggulan Trilogi Rurouni Kenshin. Saya rasa ketiga film tersebut layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Ini adalah salah film samurai terbaik yang pernah saya lihat. Sopasti saya akan menonon kelanjutan petualangan Kenshin apabila film live action keempatnya benar-benar tayang.

Sumber: warnerbros.co.jp

The Cabin in the Woods (2012)

Cabin in the Woods

Sebuah rumah kayu atau kabin di tengah hutan terpencil dengan pemandangan yang indah, plus sebuah danau yang bersih. Itulah tempat liburan Curt Vaughan (Chris Hemsworth), Dana Polk (Kristen Connolly), Marty Mikalski (Fran Kranz) dan Holden McCrea (Jesse Williams) pada The Cabin in the Woods (2012). Kelima remaja ini tidak sadar bahwa terdapat maut mengintip mereka di balik keindahan alam yang mereka saksikan.

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Secara tidak sengaja, mereka menemukan berbagai benda-benda kramat di bawah kabin tempat mereka menginap. Secara tidak sengaja pulalah mereka membangkitkan sesuatu yang jahat dari alam kubur. Selanjutnya sudah dapat ditebak, mereka diburu oleh mahluk-mahluk misterius yang mereka bangkitkan. Terdengar klise bukan? Hehehehehe.

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Sekilas, The Cabin in the Woods (2012) memang nampak seperti film horor remaja pada umumnya. Tapi ternyata film ini berhasil membawa sesuatu yang berbeda sebab maksud dan tujuan dari semua yang menimpa kelima remaja tersebut tidaklah sedangkal film-film horor remaja lainnya.

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Cabin in the Woods

Film ini secara kreatif memiliki alur yang berbelok tanpa membuat penontonnya kebosanan. Saya sendiri tidak menganggap The Cabin in the Woods (2012) sebagai film horor yang menakutkan, tapi misteri yang meyelimutinya mampu membuat saya penasaran. Saya ikhlas untuk memberikan The Cabin in the Woods (2012) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: www.discoverthecabininthewoods.com

Dredd (2012)

Ketika masih SD dulu saya pernah menonton film dengan tema futuristik yang berjudul Judge Dredd (1995) yang diperankan oleh Sylvester Stallone. Film tersebut menampilkan aksi yang terbilang bagus untuk film keluaran tahun 1995, meskipun konon Judge Dredd (1995) dianggap sebagai salah satu film terburuk Sylvester Stallone, aktor laga yang sangat populet diera 90-an. Jauh 7 tahun kemudian, film mengenai Judge Dredd dihadirkan kembali melalui Dredd (2012).

Mirip seperti versi komik dan versi film tahun 1995, latar belakang Dredd (2012) adalah Bumi di masa depan yang penuh kehancuran. Di tengah-tengah wilayah yang tandus, terdapat Mega City 01, salah satu kota besar yang dapat dihuni manusia. Keterbatasan sumber daya dan kemiskinan menyebabkan kejahatan merajalela di dalam kota tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, pihak pemerintah mengerahkan hakim jalanan yang berfungsi sebagai polisi, hakim, juri dan eksekutor.

Judge Joseph Dredd (Karl Urban) adalah salah satu hakim jalanan yang datang ke Peach Trees Tower untuk menyelidiki sebuah pembunuhan sadis. Di sana, Dredd berhasil menangkap seorang tersangka yang akan Dredd jebloskan ke penjara. Tapi sayang, sebelum Dredd beserta tawanannya dapat keluar dari Peach Trees, tiba-tiba gedung tersebut masuk ke mode darurat dan terkunci. Tidak ada yang dapat masuk atau keluar dari Peach Trees.

Gedung apa sebenarnya Peach Trees itu? Peach Trees adalah gedung kumuh yang dihuni oleh ratusan penduduk. Gedung yang dulunya dikuasai oleh beberapa geng ini, sekarang dikuasai oleh 1 geng yang dipimpin oleh Madeline “Ma-Ma” Madrigal (Lena Headey). Sekarang, Ma-Ma mengunci Dredd di dalam Peach Trees agar orang-orang suruhan Ma-Ma dapat membunuh Dredd.

Beruntung Dredd tidak sendirian, ia ditemani seorang mutant, Judge Cassandra Anderson (Olivia Thirlby). Cassandra dapat membaca pikiran dan memanipulasi pikiran orang lain. Tapi tetap saja, Dredd dan Cassandra hanya 2 hakim jalanan yang terjebak di dalam sarang geng sadisnya Ma-Ma. Gedung Peach Trees dihuni oleh banyak sekali anggota geng Ma-Ma, sementara itu sisanya hanyalah penduduk sipil biasa yang terlalu takut untuk menolong Dredd.

Aaahhh, Dredd (2012) sebenarnya mengingatkan saya kepada The Raid (2011). Jalan ceritanya mirip sekali, hanya saja penyampain Dredd (2012)  lebih bagus dan tidak terkesan hanya dar der dor saja. Saya rasa Dredd (2012) mampu memberikan cerita yang jelas dan tidak membosankan walaupun latar belakang lokasinya hanya di Prach Trees saja.

Untuk urusan action Dredd (2012) banyak menampilkan adegan yang keren tapi agak sadis sehingga tak layak ditonton anak-anak. Kostum pada film ini relatif lebih baik ketimbang kostum pada Judge Dredd (1995) tapi ya rasanya agak mengganjal terutama bagian helm Dredd yang secara logika harusnya menghalangi pandangan Dredd, helm begitu kok ya dipakai :’P.

Secara keseluruhan, Dredd (2012) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.  Tapi jangan ajak ana kecil tuk menonton film ini yaaa ;).

Sumber: http://www.dreddthemovie.com

Fetih 1453 (2012)

Fetih 1

Sejarah mencatat bahwa bangsa Turki pernah mencapai masa kejayaan ketika masih dipimpin oleh Kesultanan Utsmaniyah. Sultan Mehmed II Muhammad Al-Fatih adalah salah satu sultan dari Kesultanan Utsmaniyah yang terkenal karena kesuksesannya dalam menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Kisah penaklukan inilah yang diangkat oleh Faruk Aksoy dalam film produksi Turki yang berjudul Fetih 1453.

Fetih 15

Pada Fetih 1453, dikisahkan awal mula kehidupan Mehmed II mulai dari kecil hingga dewasa. Sebagian besar film ini tentunya lebih banyak mengisahkan masa-masa invasi Kesultanan Utsmaniyah yang dipimpin Sultan Mehmed II (Devrim Evim), ke wilayah Konstantinopel yang dipimpin oleh Kaisar Constantine XI (Recep Aktuğ).

Fetih 4

Fetih 5

Fetih 6

Sayang sekali walaupun judul film ini menggunakan kata-kata Fetih atau Al-Fatih, tapi kok porsi tokoh Al-Fatih atau Mehmed II sendiri kurang dominan di sini. Beliau harus berbagi porsi dengan Ulubatli Hasan (Ibrahim Çelikkol), sahabat Mehmed II yang bertempur di garis terdepan pada pertempuran di Konstantinopel. Kisah cinta segitiga antara Hasan, Era (Dilek Serbest) dan Giustiniani (Cengiz Coşkun) pun sampai ikut-ikutan ditampilkan. Yang lebih menyedihkan lagi, Fetih 1453 (2012) pun menampilkan percintaan ala Hollywood, peluk-pelukan, cium-ciuman dan hubungan badam di luar nikah yang dilakulan oleh Hasan dan Era x__x. Siapa sih Hasan itu? Apakah ada di sejarah? Mungkin judul film ini harus direvisi judulnya menjadi Mehmed II & Hasan. Kisah sampingan seperti ini seharusnya dikurangi porsinya dan disesuaikan dengan adat dan perilaku saat itu. Sebagai kesultanan Islam, pastilah zina merupakan hal yang tabu untuk dilakukan, apalagi bagi salah satu panglima perang sultan.

Fetih 19

Fetih 14

Fetih 13

Fetih 8

Tokoh Sultan Mehmed II pun nampak seperti raja biasa yang berambisi untuk memperluas wilayah kerajaannya. Memang taktik diplomatis Sultan Mehmed II dikisahkan dengan lumayan lengkap, tapi saya rasa kurang ada penjelasan di sana. Bagi penonton yang sama sekali tidak tahu akan sejarah atau posisi Kesultanan Utsmaniyah dan Konstantinopel, akan kebingungan mengikutinya, apalagi kalau teks terjemahannya agak error, film ini kan menggunakan bahasa Turki :’P.

Kalau dilihat dari aksi peperangannya, Fetih 1453 (2012) masih menggunakan special effect yang kurang cantik, masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan Red Cliff (2008). Kalaupun tidak mampu menampilka  special effect yang halus, mbok ya taktik perang Sultan Mehmed II didramatisir dan diekspos lebih, jangan hanya perjuangan Hasan saja yang didramatisir. Para sejarawan mencatat bahwa keputusan Sultan Mehmed II ketika menyerang Teluk Golden Horn dianggap sebagai salah satu taktik perang yang menakjubkan di masanya lho, tapi kenapa pada Fetih 1453 (2012) hal tersebut terlihat seperti hal yang biasa?

Fetih 18

Fetih 17

Fetih 20

Fetih 12

Fetih 11

Fetih 21

Fetih 7

Fetih 9

Kemudian kenapa akhir dari Kaisar Constantine hanya begitu saja? Kalau melihat pada sejarah, Constantine ikut berperang di garis depan dan tewas pada pertempuran tersebut. Namun ada beberapa versi sejarah yang menyatakan bahwa Constantine tidak tewas pada pertempuran tersebut karena sampai saat ini, bagian kepala dari mayat Constantine tidak pernah dapat diketemukan.

Fetih 16

Penampakan Constantine yang bergelimang kemewahan pada Fetih 1453 (2012) pun tidak sesuai dengan fakta karena keadaan Konstantinopel pada 1453 memang sudah melemah dan tidak terlalu kaya raya. Terdapat perseteruan internal di antara kaum Kriatinani, beberapa kerajaan di Eropa Barat pun sedang mengalami perang saudara atau perang dengan kerajaan tetangganya. Sultan Mehmed II memang cerdas karena menyerang di saat yang tepat.

Fetih 2

Untunglah, toleransi yang Sultan Mehmed II terapkan tetap ditampilkan pada Fetih 1453 (2012). Rakyat Konstantinopel non muslin diperbolehkan untuk hidup normal seperti biasa, beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Hal yang jauh berbeda ketika Ratu Isabella menguasai Granada :(.

Fetih 3

Berbeda dengan pendapat saya yang menyatakan bahwa Fetih 1453 (2012) kurang mengekspos Sultan Mehmed II, film ini justru sempat menyulut protes dari orang-orang Yunani, mereka merasa bahwa Fetih 1453 (2012) itu “lebay”, wah bagaimana dengan film 300 (2006), 300: Rise of An Empire (2014) dan lain-lain kalau begitu? Sepertinya film-film berlatar belakang Yunani tampil dengan lebih didramatisir deh, tapi bukan berarti lebih baik atau lebih buruk lho. Kalau Fetih 1453 (2012) dibandingkan dengan 300: Rise of An Empire (2014), terus terang saya lebih suka 300: Rise of An Empire (2014).

Secara keseluruhan, saya kurang puas dengan Fetih 1453 (2012). Saya berharap untuk melihat kepahlawanan dari Sultan Mehmed II, tapi yang saya peroleh justru hal lain yang agak menyimpang baik dari sisi sejarah maupun sisi religi. Maka dengan demikian, Fetih 1453 (2012) hanya mampu memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”.

Cupid (2012)

Cupid 1

Sebenarnya sudah banyak film-film yang mengambil kata Cupid atau dewa cinta sebagai judul, mulai dari film romantis sampai film horor. Nah Cupid (2012) yang saya bahas kali ini adalah Cupid (2012) yang merupakan film TV produksi Hallmark & sekitar minggu-minggu ini sedang diputar juga di channel TV Diva Universal. Awalnya saya & keluarga tidak sengaja menonton Cupid (2012), awalnya kami tidak tahu mau menonton apa sampai akhirnya kami ngetem di channel Diva menonton Cupid (2012) :).

Film komedi romantis ini berkisah mengenai kisah cinta seorang pembawa acara TV terkenal, Eve Lovett (Joely Fisher). Di usianya yang sudah tidak terlalu muda lagi, Eve masih sendiri, acara makan malam ia lewatkan sendiri, tidak ada pacar ataupun suami. Karir Eve sebagai pembawa acara pun mulai meredup. Tekanan-tekanan kehidupan membuat Eve sedih dan mulai putus asa, akankah Eve memperoleh kebahagian?

Keadaan mulai berubah ketika produser Eve, Rick (Roark Critchlow) mengundang seorang pakar cinta, Vernon Gart (Jamie Kennedy), untuk menjadi bintang tamu di acara Eve. Kehadiran Vernon diharapkan dapat mendongkrak rating acara Eve yang mulai turun.

Cupid still

Tidak disangka, Vernon ternyata adalah seorang cupid atau dewa cinta, yang datang untuk mengajari Eve apa arti cinta & kebahagiaan. Cara Vernon mengajari Eve mengasilkan situasi yang unik dan lumayan lucu. Karakter Eve yang workaholic & takut akan komitmen membuat tugas Vernon agak sulit namun tidak mustahil sebab Eve memiliki kemauan yang besar untuk belajar dan berusaha mendapatkan kebahagiaan yang ia dambakan.

Cupid 2 Cupid still

Cupid still Cupid still

Komedi yang disuguhkan Cupid (2012) adalah komedi situasi yang ringan dengan nuansa percintaan sebagai latarnya. Bagusnya lagi, komedi yang dihadirkan Cupid (2012) tidak mengeksploitisir fisik dan tidak menggunakan banyolan-banyolan berbau fisik seperti yang disuguhkan beberapa acara komedi di TV nasional. Oleh karena itulah Cupid (2012) pantas untuk mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Cocok untuk dijadikan hiburan bersama keluarga setelah seharian berkutat dengan pekerjaan :mrgreen:.