The Hunt (2020)

The Hunt (2020) mengisahkan perburuan manusia oleh sekelompok orang kaya. Entah apa alasannya, terjadu penculikan terhadap sekelompok orang yang tidak saling kenal. Mereka kemudian dilepaskan di sebuah area misterius untuk diburu.

Para memburu menggunakan berbagai taktik. Mulai dari yang langsung tembak menggunakan senjata api, granat dan panah. Sampai ada yang melakukan penyamaran sebelum membunuh demi kesenangan semata.

Perlahan, siapa dan kenapa semua ini terjadi dapat terkuak. Para pemburu yang pada awalnya seolah mengetahui segalanya, ternyata melakukan kesalahan fatal. Kesalahan fatal yang tidak disadari sejak awal. Sesuatu yang membuat acara perburuan mereka kacau balau.

Bagaimana para pemburu melakukan perburuan ada yang menarik, tapi ada pula yang klise dan membosankan. Tapi saya suka bagaimana para karakter antagonis termakan permainan mereka sendiri. Pada akhirnya, The Hunt (2020) memang berhasil memberikan akhir yang memuaskan.

Sayang unsur misteri pada film ini seilah menguap dan kurang menarik pada pertengahan film. Saya sendiri menjadi kurang peduli mengenai alasan di balik perburuan tersebut.

Maka, saya rasa The Hunt (2020) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Not bad laaaah, dapat dijadikan selingan setelah WFH ;).

Sumber: http://www.uphe.com

The New Mutant (2020)

Berbicara mengenai The New Mutant (2020), maka kita berbicara mengenai karakter komik Marvel yang sudah ada sejak 1982. Wow, sudah ada dari dulu toh? Tokoh The New Mutant memang pertama hadir pada buku komik terbitan Marvel sebagai spin-off dari X-Men. Otomatis The New Mutant tentunya hidup di dunia yang sama dengan X-Men.

Hanya saja, kisah-kisah The New Mutant sering kali terkait dengan unsur horor. Sebuah pendekatan yang berbeda bila kita dibandingkan dengan X-Men. Tidak mengherankan kalau The New Mutant (2020) memiliki nuansa horor yang cukup kental. Sebuah film superhero dengan nuansa horor, seperti apa ya jadinya?

Dikisahkan, terdapat 5 remaja yang dirawat di sebuah rumah sakit. Tempat tersebut bukanlah rumah sakit biasa karena mereka selalu diawasi dengan sangat ketat dan tidak dapat pergi keluar sesuka hati.

Semua terkait dengan kekuatan super yang kelima remaja tersebut miliki. Mereka dianggap masih kurang matang  dalam mengendalikan kekuatannya. Kekuatan super yang tidak terkendali dapat mendatangkan bencana bagi umat manusia.

Ok, isu ketidakpercayaan kepada mutant terlihat ada di sana. Sah sudah, The New Mutant (2020) memang berada di dunia yang sama dengan X-Men. Namun jauh berbeda dengan X-Men, jalan cerita The New Mutant (2020) lebih fokus kepada teror yang menimpa kelima tokoh utama.

Mereka memperoleh bayangan dan ilusi terkait masa lalu mereka masing-masing. Sebenarnya ini merupakan sebuah perkenalan yang bagus supaya penonton mengetahui latar belakang masing-masing tokoh. Pada awalnya saya dibuat penasaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Sayang, lama kelamaan saya dibuat tertidur melihat misteri yang mudah ditebak dan horor yang terkesan “nanggung”. Belum lagi bagian akhirnya yang sangat antiklimaks. Selain itu, tokoh yang digadang-gadang sebagai protagonis utama justru tampil “melempem”.

Beruntung The New Mutant (2020) menghadirkan tokoh Illyana Rasputin (Anya Taylor-Joy) sebagai salah satu dari kelima remaja tersebut. Hanya tokoh inilah yang tempil menonjol dan berhasil menunjukkan kepada saya bahwa The New Mutant (2020) merupakan film superhero. Pertarungan yang Illyana tampilkan nampak memukau dan sangat menghibur.

Saya rasa The New Mutant (2020) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Informasi tambahan, film ini hadir di tengah-tengah akuisisi 20th Century Fox oleh Disney. Jadwal perilisan yang seharusnya di tahun 2018, menjadi mudur jauh ke tahun 2020. Disney pun sepertinya tak habis-habisnya berusaha menampilkan keberagaman dan ini sangat terlihat pada The New Mutant (2020). Film ini merupakan film layar lebar adaptasi komik Marvel pertama, yang menampilkan pasangan lesbian sebagai tokoh utamanya. Porsinya memang tidak banyak, tapi terlihat jelas. Just info saja bagi teman-teman yang kurang berkenan dengan isu LGBT.

Sumber: http://www.20thcenturystudios.com/movies/the-new-mutants

Run (2020)

Melihat Run (2020) membuat saya teringat akan kasus Keluarga Blanchard yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Sebuah kasus yang sempat heboh di Amerika pada 2015 lalu. Sutradara dan penulis Run (2020) menyatakan bahwa film ini dibuat dari berbagai kisah dan pengalaman hidup. Tapi, sumpah Run (2020) ini sangat mirip dengan kasus Keluarga Blanchard. Hanya saja, karena Run (2020) bukanlah film dokumenter, maka wajar kalau ada sedikit bumbu yang membuatnya berbeda dengan kasus Keluarga Blanchard.

Sepanjang film, saya disuguhkan bagaimana hubungan antara ibu dan anak yang berubah-ubah. Sejak kecil, Chloe Sherman (Kiera Allen) menderita berbagai penyakit yang membuatnya lumpuh, dan harus memperoleh berbagai pengobatan di rumah. Beruntung Chloe memiliki Diane Sherman (Sarah Paulson) sebagai ibu. Dengan sabar dan penuh kasih sayang, Diane nampak tabah dan ikhlas merawat anak semata wayangnya.

Semua berubah ketika Chloe menemukan beberapa kejanggalan dari perilaku Diane. Chloe merupakan anak cerdas yang memiliki keinginan kuat untuk maju. Maka tak heran, kalau Chloe melakukan segala cara untuk memperoleh jawaban sedetail mungkin. Kenyataan apakah yang pada akhirnya harus Chroe terima?

Bagi teman-teman yang sudah pernah mengikuti kasus Blancheard, Run (2020) bukanlah kisah misteri. Sejak awal film, tidak ada yang perlu dibuktikan, sama persis kok dasar ceritanya hehehehe. Memasuki pertengahan film, semua sudah dapat ditebak bagi mayoritas penonton. Ceritanya sederhana dan mudah dipahami. Terkadang ada beberapa bagian film yang sedikit membosankan.

Beruntung unsur thriller Run (2020) terbilang cukup kencang. Adegan thriller hampir terus menerus hadir pada setiap bagian film tersebut. Paling tidak hal itu dapat sedikit mengobati kebosanan saya ketika saya sudah dapat menebak jalan ceritanya.

Dasar ceritanya memang sama dengan kasus Keluarga Blanchard, namun akhir dari Run (2020) sangat berbeda dengan kasus Keluarga Blanchard. Akhir dari Run (2020) terbilang cukup mengejutkan sekaligus memuaskan bagi saya pribadi, Savage! 🙂

Jalan cerita yang terkadang sedikit membosankan, masih dapat terselamatkan dengan ketengangan yang terus menerus muncul. Ditambah lagi, bagian akhir yang “meyenangkan”, sedikit banyak memberikan nilai positif bagi Run (2020). Saya rasa, film yang tayang perdana di Hulu Streaming On-Demand ini, masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: run.movie

Tenet (2020)

Christopher Edward Nolan merupakan salah satu sutradara favorit saya. Mayoritas film besutannya masuk ke dalam daftar wajib tonton saya. Mulai dari Memento (2000), Inception (2010), Trilogi Batman, Interstellar (2014), sampai Dunkirk (2017). Beberapa diantaranya penuh intrik dan sangat membingungkan. Karya terbaru Nolan, Tenet (2020), sepertinya akan menjadi salah satu film Nolan yang paling membingungkan.

Nolan memang gemar bermain dengan ruang dan waktu. Semua itu mencapai puncaknya pada Tenet (2020). Untuk sepenuhnya memahami Tenet (2020), Saya sendiri perlu 2 kali menontonnya dan sedikit membaca literatur mengenai Time Inversion. Konsep Time Inversion merupakan konsep perjalanan menembus waktu yang tidak biasa. Suatu hal yang belum pernah saya temukan pada film-film lain.

Pada Time Inversion, ketika seseorang melakukan perjalanan waktu ke masa lalu, ia akan mengalami berbagai kejadian dalam keadaan terbalik. Tenaga yang ia gunakan merupakan arus waktu berbalik. Namun, kekuatan dari arus waktu berbalik bertumbukan dengan arus waktu lurus yang normal. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang terlihat berjalan terbaik, dan ada beberapa hal pula yang terlihat berjalan normal. Bingung? Tak usah malu, pemeran utama film ini saja tidak sepenuhnya faham dengan konsep Time Inversion :’D.

Anak dari Denzel Washington, yaitu John Davis Washington, menjadi pemeran utama Tenet (2020). Siapa yang John perankan? Seseorang yang sepanjang film hanya disebut dengan panggilan Sang Protagonis wkwkwkwk. Ajaib, Tenet (2020) memang benar-benar ajaib. Sepanjang film, Sang Protagonis memiliki misi untuk mencegah kehancuran Bumi akibat Time Inversion. Terdapat beberapa individu yang menyalahgunakan teknologi Time Inversion untuk kepentingannya sendiri.

Mirip seperti beberapa film Nolan sebelumnya. Kebingungan yang disajikan berhasil menjadi sesuatu yang menarik untuk diselidiki, dipikirkan dan dibahas. Dalam fisika, Time Inversion sendiri memang benar-benar ada. Secara tidak langsung, Tenet (2020) memang mengajak penontonnya untuk belajar Fisika @_@.

Tingkat kekompleksan Tenet (2020) melebihi Memento (2000), Inception (2020), Serial Dark, dan Interstellar (2014). Bagi saya pribadi, kekompleksan tersebut agak overdosis ya. Sepanjang film, saya dibuat berfikir dan terus kebingungan. Tenet (2020) gagal memberikan penjelasan yang agak jelas gamblang mengenai beberapa hal. Hal ini membuat saya terus berfikir tanpa bisa terlalu menikmati alur cerita yang ada. Padahal, kalau ditelaah lagi, cerita dari Tenet (2020) sendiri sebenarnya terbilang keren lohh.

Alur cerita yang bagus, menjadikan Tenet (2020) sebagai sebuah film yang memikat. Namun kekompleksan ceritanya, dapat menjadi daya tarik sekaligus sumber ketidakjelasan yang berlebih dari karya terbaru Opa Nolan tersebut. Dengan demikian, Tenet (2020) sudah sepantasnya memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Selamat belajar fisika teman-teman, hehehehehe.

Sumber: http://www.tenetfilm.com

Wonder Woman 1984 (2020)

Seumur-umur saya belum pernah membaca buku komik Wonder Woman.  Saya hanya sempat menonton Serial Wonder Woman yang pernah hadir di TV nasional kita pada era tahun 90-an. Yah, tokoh ini memang bukanlah tokoh favorit saya. Pamornya masih kalah jika dibandingkan dengan Batman atau Superman.

Namun, saat ini sepertinya franchise film Wonder Woman sajalah yang masih dapat bersaing. Film standalone Wonder Woman pertama, Wonder Woman (2017), dapat dikatakan relatif lebih baik ketimbang film-film pahlawan super lainnya dari DC Comics. Tak heran kalau sekuel Wonder Woman (2017) kembali hadir pada tahun 2020 ini melalui Wonder Women 1984 (2020).

Dari judulnya saja sudah terlihat bahwa latar belakang petualangan Wonder Woman kali ini adalah tahun 1984. Otomatis kejadian yang diangkat terjadi antara Wonder Woman (2017) dan Man of Steel (2013). Pada tahun 1984, Superman dan Batman belum hadir, yang ada hanya Wonder Woman (Gal Gadot) saja. Karena keturunan separuh dewa, Wonder Woman atau Diana Prince dikisahkan tidak dapat menua. Maka, selama ini ia sudah berkali-kali kehilangan orang-orang disekitarnya. Semua dapat ia jalani dengan tabah. Hanya saja, ada 1 orang tetap selalu ada di hati Wonder Woman, Steve Trevor (Chris Pine).

Steve sudah tewas pada Wonder Woman (2017). Bagaimana cara Wonder Woman menghidupkan Steve kembali? Semua itu mungkin dengan adanya artefak kuno yang dapat mengaburkan berbagai keinginan. Wonder Woman 1984 (2020) mengambil jalan cerita mengenai bagaimana keinginan dan keserakahan manusia dapat menimbulkan malapetaka. Sebuah tema yang sudah beberapa kali saya lihat pada film-film lainnya. Hanya saja, di sini ada superhero seperti Wonder Woman. Kemudian hadir Cheetah (Kristen Wiig) dan Maxwell Lord (Pedro Pascal) sebagai tokoh antagonisnya. Ternyata, tema ini berhasil diramu dengan baik. Wonder Woman 1984 (2020) pun mampu memberikan pelajaran mengenai keinginan dan keserakahan.

Mulai dari seorang ayah baik yang putus asa sepert Lord, seorang ilmuwan pintar yang sulit bergaul seperti Cheetah, sampai superhero keturunan Dewa Zeus seperti Wonder Woman. Setiap mahluk pastilah memiliki keinginan, beberapa diantaranya sulit dan bahkan hampir mustahil untuk diwujudkan. Tidak hanya menggoda Wonder Woman. Keinginan jugalah yang berhasil membuat Cheetah dan Lord ikut hadir. Cheetah memang sudah lama menjadi lawan utama Wonder Woman. Kalau Batman memiliki Joker, dan Superman memiliki Luthor, maka Wonder Woman memiliki Cheetah. Sayangnya, Cheetah seolah-olah hadir hanya dimaksudkan agar film ini memiliki adegan aksi. Sebuah adegan aksi yang mengecewakan karena gelap dan diiringi lagu yang tidak sekeren lagu pada Wonder Woman (2017). Lagu yang mendampingi adegan aksi pada Wonder Woman (2017) memang terbilang keren. Sayangnya, bagian dari lagu tersebut didaurulang dan muncul lagi pada Wonder Woman 1984 (2020), namun dengan cara yang kurang greget. Yah sebenarnya adegan aksi pada Wonder Woman 1984 (2020) tetap dapat dibilang lumayan baguslah. Tapi, hal ini merupakan sebuah penurunan kalau dibandingkan dengan Wonder Woman (2017).

Kemudian, entah kenapa kostum emas yang Wonder Woman gunakan pada akhir film, tidak nampak terlalu bermakna. Kemampuan dan efek dari kostum tersebut tidak terlalu terlihat. Kilas balik masa kecil Wonder Woman pun tidak terlalu bermakna bagi plot utama Wonder Woman 1984 (2020). Kilas balik tersebut hanya pembukaan bagi kisah dibalik kostum keemasan milik pahlawan Amazon. Kesimpulannya, apakah kostum emas Wonder Woman keren? Bagi saya pribadi, biasa saja, tidak ada kesan “Wah” ketika melihatnya.

Dengan demikian, rasanya Wonder Woman 1984 (2020) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini cocok untuk dijadikan tontonan di rumah, sambil menunggu pandemi Covid-19 berakhir. Semua dapat ditonton di layanan streaming berbayar seperti HBO+.

Sumber: http://www.wonderwomanfilm.net

Scoob! (2020)

Entah sudah berapa banyak episode film kartun Scooby-Doo yang sejak kecil saya tonton. Film-film tersebut memang nampak seperti film jadul, tapi tetap berhasil menjadi hiburan bagi saya, di era tahun 90-an dulu. Melihat jauh ke belakang, film-film Scooby-Doo ternyata sudah diproduksi oleh Hanna-Barbera sejak tahun 1969. Bahkan sampai sekarang pun Hanna-Barbera terus memproduksi serial dan film layar lebar Scooby-Doo.

Baik versi serial klasiknya, maupun versi-versi terbarunya, film-film Scooby-Doo selalu menampilkan penyelidikan kasus-kasus misteri oleh sekelompok detektif muda bernama Mystery Inc. Scooby-Doo adalah bagian dari adalah satu-satunya anjing di Mystery Inc. Ia dapat berbicara dan sering melakukan kekonyolan bersama dengan sahabatnya, Shaggy. Scooby & Shaggy adalah anggota Mystery Inc yang paling penakut dan sering dijadikan umpan bagi para lawan Mysteri Inc. Biasanya, lawan Mystery Inc adalah manusia yang melakukan tindak kejahatan dengan menggunakan kostum hantu atau monster. Apakah Scoob! (2020) akan melakukan hal yang sama?

Film animasi terbaru Scooby-Doo tersebut mengisahkan awal pertemuan Shaggy Rogers (Will Forte) dengan Scooby-Doo (Frank Welker). Kemudian dikisahkan pula bagaimana keduanya bergabung dengan Mystery Inc. Cerita kemudian bergerak jauh ke depan dimana Mystery Inc harus menghadapi sebuah kasus yang menguji tali persahabatan Scooby dan Shaggy.

Kasus yang diselidiki pula oleh Blue Falcon Junior (Mark Wahlberg) dan rekan-rekannya ini, menempatkan Scooby-Doo dalam sebuah posisi yang sangat penting. Semua mata tertuju kepada Scooby. Hal ini menjadi masalah ketika Shaggy merasa seperti dibuang.

Persahabatan antara anjing dan manusia menjadi tema utama Scoob! (2020). Tidak hanya persahabatan antara Shaggy dengan Scooby-Doo saja, melainkan persahabatan antara Blue Falcon dengan anjing robotnya, serta persahabatan antara tokoh antagonis dengan anjing kesayangannya. Jalan ceritanya berjalan seperti film animasi yang mengajarkan mengenai persahabatan, Sebuah topik yang baik untuk ditonton bersama dengan keluarga.

 

Loh bagaimana dengan unsur misterinya? Lupakan itu, semuanya seolah tenggelam dan tidak terlihat. Peranan anggota Mystry Inc lainnya jauh menciut dibandingkan biasanya. Tokoh antagonis pada film Scooby-Doo yang satu ini pun agak berbeda. Kemudian teknologi terkini dan hal-hal yang bersifat kekinian, nampak dipaksakan masuk ke dalam cerita.

 

Perubahan mengenai tokoh antagonis dan bagaimana film ini berakhir merupakan membaharuan yang bagus. Tapi bagaimana dengan yang lainnya? Saya melihat bahwa Scoob! (2020) mencoba hal-hal baru agar tidak ketinggalan zaman. Tapi sayang sekali sebagian dilakukan dengan kurang halus. Kekhasan film-film Scooby-Doo seakan sengajar dipudarkan melalui Scoob! (2020). 

Saya rasa Scoob! (2020) hanya dapat memberikan Scoob! (2020) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Perlu diingat, dari segi animasi, film ini memang bagus sekali. inti ceritanya pun memberikan nilai postif bagi penontonnya. Tapi, menonton Scoob! (2020) rasanya seperti bukan menonton film Scooby-Doo hohohohoho.

Sumber: http://www.scoob.movie

Ad Astra (2020)

Dari beberapa film luar angkasa yang saya tonton, Ad Astra (2020) merupakan salah satu yang beda dan unik. Film ini mengambil latar belakang dimana teknologi luar angkasa kurang lebih masih seperti teknologi luar angkasa pada tahun 2020. Hanya saja, semuanya sudah diproduksi secara masal dan tersebar di banyak tempat. Bahkan perjalanan Bumi ke planet lain pun sudah dilakukan secara komersial tapi tetap dengan menggunakan teknologi yang masih saya jumpai pada tahun 2020. Bukan menggunakan teknologi super canggih yang belum ada saat ini.

Kemudian adegan pertempurannya terbilang unik. Semua dilakukan di daerah nol gravitasi dengan baju astronot yang tebal dan tidak tahan peluru. Sayang adegan yang keren ini hanya sedikit sekali karena Ad Astra (2020) pada dasarnya merupakan film drama hehehehehe.

Wew, drama? Yaaa! Ad Astra (2020) adalah film drama. Latar belakangnya saja yang agak-agak fiksi ilmiah. Dikisahkan Mayor McBride (Brad Pitt) ditugaskan untuk menyelidiki sumber dari badai elektomagnetik yang mengancam kehidupan di Bumi dan sekitarnya. Tersangka utama dari masalah ini adalah Proyek Lima yang dipimpin oleh Clifford McBride (Tommy Lee Jones). Bertahun-tahun yang lalu, Clifford beserta awaknya dikabarkan hilang bersama dengan Proyek Lima yang mereka kerjakan.

Clifford meninggalkan putra semata wayangnya, Roy McBride. Jadi Roy di sini dikirim untuk menyelidiki proyek yang ayahnya kerjakan. Sayang tidak ada misteri di sana karena pihak pemerintah dikabarkan sudah mengetahui dimana Proyek Lima berada. Status Clifford sesungguhnya pun dijelaskan dengan sangat gamblang tanpa menyisakan sedikitpun misteri di sana. Sangat terlihat sekali bahwa Ad Astra (2020) memang lebih fokus menggali masalah keluarga dan kehidupan. Terkadang, sejauh apapun kita melangkah, masalah kehidupan tetap akan ikut menyertai.

27

Pesan moral dari Ad Astra (2020) memang sangat tegas dan bagus sekali. Special effect yang disajikan pun sukses membangun sebuat atmosfer yang unik. Sayang jalan ceritanya amat sangat membosankan. Saya saja harus minum kopi di tengah-tengah film ini. Tempo yang lambat dan penjelasan yang diumbar sejak awal, terkadang membuat saya kehilangan alasan untuk menonton film ini. Apalagi bagian akhirnya yaaa hanya begitu saja x__x.

Di tengah-tengah kebosanan yang diberikan, Ad Astra (2020) masih mampu memberikan sebuat atmosfer film luar angkasa yang unik denga pesan yang baik. Saya rasa Ad Astra (2020) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.adastramovie.com

Vivarium (2020)

Misteri adalah sesuatu yang saya sukai dari sebuah film. Hal itulah yang membuat saya tertarik untuk menonton Vivarium (2020). Singkat kata, dikisahkan Tom (Jesse Eisenberg) dan Emma (Imogen Poots) adalah pasangan muda yang sedang mencari rumah. Pencarian rumah, membawa keduanya ke dalam sebuah kompleks perumahan. Anehnya, setelah memasuki kompleks perumahan tersebut, mereka tidak dapat menemukan jalan pulang atau keluar dari sana.

Mereka adalah satu-satunya penguhuni di sana, sampai pada suatu hari, mereka menerima sebuah kotak berisi bayi. Secara misterius segala kebutuhan hidup mereka pun disedikan di dalam kotak kardus yang entah kapan diisinya, dan oleh siapa diisinya. Mereka seolah dipaksa untuk membangun sebuah keluarga baru di tempat tersebut. Apa yang terjadi pada Tom dan Emma?

Yang terjadi adalah …. sumpah tidak akan terjawab sampai bagian paling paling paling paling akhir dari Vivarium (2020). Saya sadar bahwa terkadang memang ada film yang sampai pada bagian akhir masih menyisakan sebuah misteri yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk dipikirkan oleh penikmat film. Tapi Vivarium (2020) menahan segala misterinya sampai akhir. Film ini hanya mengisahkan pengalaman misterius Tom dan Emma saja, tanpa mau membuka sedikitpun tabir misteri dibalik itu.

Jalan ceritanya pun terbilang membosankan. Misteri dan unsur fiksi ilmiah yang disajikan gagal membuat saya terpaku penasaran di depan layar. Dengan latar belakang tempat kejadian yang itu-itu saja, seharusnya ada gebrakan yang mampu memecahkan rasa kantuk saya.

Kalau teman-teman menginginkan hiburan, jauhi film ini. Jangan buang-buang waktu menontonnya. Tapi teman-teman menginginkan sebuah film fiksi ilmiah yang sangat misterius, bisa coba tonton Vivarium (2020). Bagi saya pribadi sih, unsur hiburan film ini sangat minus. Sepertinya Vivarum (2020) adalah film fiksi ilmiah penuh misteri, tanpa arah dan tujuan yang sangat absurd. Maaf saya hanya dapat memberikan Vivarium nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”.

Sumber: vertigofilms.com

Sonic the Hedgehog (2020)

Mayoritas anak tahun 90-an tentunya pernah menyaksikan masa-masa persaingan antara video game Nintendo dan Sega. Kalau Nintendo memiliki Mario Bros sebagai maskotnya, maka Sega memiliki Sonic sebagai maskotnya. Sebagai salah satu pemiliki Sega Mega Drive 2, tentunya saya sudah pernah berkali-kali bermain Sonic The Hedgehog. Permainan tersebut memang bukan permainan favorit saya, tapi banyak kenangan manis tercipta ketika mengingat permainan tersebut di masa lalu :).

Nostalgia yang membuat beberapa milenial yang mungkin sekarang sudah berusia 30-an, ingin melihat versi layar lebar dari sebuah permainan yang pernah dimainkan ketika masih kecil dulu, Sonic the Hedgehog (2020). Film yang seharusnya dirilis pada 2019, terpaksa dirilis pada 2020 karena besarnya komplain fans Sonic. Pada awalnya, penampakan Sonic di filmnya, mendapatkan kritikan pedas dari para fans. Hebatnya, pihak produser dan sutradara memilih untuk mengubah wujud Sonic dan mengundur jadwal rilisnya hinggal awal 2020 lalu. Bagaimana hasilnya?

Penampilan Sonic pada Sonic the Hedgehog (2020) sudah mewakili Sonic versi video game. Sonic seolah hidup dan keluar dari layar TV tabung tempat saya dulu bermain. Ia berhasil ditampilkan sebagai fokus utama pada film tersebut. Pemasalahan dari beberapa film lain yang menggabungkan antara manusia sungguhan dan CGI (Computer Generated Imagery) adalah, dibuat terlalu besarnya peranan karakter manusia hingga perlahan menggeser si tokoh utama yang digambarkan melalui CGI. Untunglah Sonic tidak mengalami nasib yang sama. Peranan Thomas Michael “Tom” Wachowski (James Marsden) disini terlihat sebagai sahabat sekaligus pendamping Sonic. Film ini benar-benar bercerita mengenai Sonic.

Beberapa lokasi pada Sonic the Hedgehog (2020) menggunakan nama lokasi yang dipergunakan pada versi video game nya, tapi tempat kejadian film ini tetap bukanlah dunia ajaibnya Sonic. Sonic (Ben Schwartz) merupakan landak biru berkuatan super. Ia dapat bergerak super cepat dan menggunakan putaran durinya sebagai senjata. Kekuatannya membuat Sunic diburu sejak ia masih kecil. Dengan menggunakan cincin ajaib, Sonic melarikan diri ke dunia lain dan bersembunyi.

Selama bertahun-tahun Sonic berdampar di sebuah desa kecil di daerah Montana. Ia mengamati kehidupan penduduk desa tersebut dari kejauhan hingga Dr. Robotnik (Jim Carrey) datang. Peneliti jenius tersebut menggunakan seluruh peralatan canggih yang ia miliki untuk menangkap Sonic. Jim Carrey berhasil memerankan Dr Robotnik yang egomaniak dan super narsis tanpa akting yang berlebihan. Selama ini Jim Carrey sering tampil dengan akting yang gilanya berlebihan, overacting, sorry para penggemar Carrey di luar sana. Kali ini Carrey berhasil tampil gila tapi tidak overacting, bravo!

Sayang kisah pada Sonic the Hedgehog (2020) terlalu datar dan biasa saja. Sepanjang film, Dr Robotnik mengejar Sonic dan Tom untuk menangkap, meneliti dan mereplikasi kekuatan Sonic. Film ini terlihat sudah berusaha untuk menambahkan warna di dalam ceritanya melalui persahabatan Tom dan Sonic yang semakin tumbuh subur seiring berjalannya waktu. Kemudian ada pula keharuan Sonic akan kehidupan dipersembunyian yang membuatnya tidak memiliki teman. Yaah, sayang itu semua tersemasuk isu yang biasa dan kurang “Wah”.

Saya lebih senang memandang Sonic the Hedgehog (2020) sebagai film penuh nostalgia yang bertujuan untuk menghiburan. Jangan terlalu memperhatikan lubang di dalam jalan ceritanya, sebab akan lumayan banyak hehehehe. Saya rasa Sonic the Hedgehog (2020) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.sonicthehedgehog.com

Bloodshot (2020)

Bloodshot adalah tokoh superhero pada buku komik keluaran Valiant Comics yang sudah hadir sejak 1992. Saya sendiri belum pernah membaca Valiant Comics, popularitas penerbit yang satu ini tentunya berada di bawah Marvel Comics dan DC Comics. Tapi Valiant Comics bersama dengan Bloodshoot memiliki komunitas penggemarnya sendiri yang agak kaget ketika mengetahui bahwa Bloodshot akan diangkat ke layar lebar.

Pada versi komiknya, Bloodshot dikisahkan sebagai tentara super dengan darah yang mengandung robot super kecil berukuran nano. Robot-robot tersebut membuat Bloodshot menjadi super kuat, mampu menyembuhkan diri sendiri, mampu berinteraksi langsung dengan berbagai super komputer dan lain sebagainya. Metode yang Bloodshot lakukan terbilang sadis dan penuh darah. Bagaimana mungkin karakter seperti ini masuk ke layar lebar?

Penyesuaian tentunya dilakukan di mana-mana sehingga Bloodshot (2020) tidak menampilkan adegan yang sangat sadis apalagi gory. Kemampuan Bloodshot atau Ray Garrison (Vin Diesel) pada Bloodshot (2020) sebenarnya tak jauh berbeda dengan versi komiknya. Setelah disergap, disekap dan dibunuh oleh beberapa orang misterius, Ray kembali hidup dengan robot-robot nano di dalam darahnya. Seketika pula Ray dapat menyembuhkan dirinya sendiri, menjadi super kuat dan dapat langsung berinteraksi dengan satelit dan berbagai teknologi canggih lainnya. Nah, mirip sekali dengan komiknya bukan? Hanya sadisnya saja kok yang dikurangi :). Yah tapi para penggemar komik Bloodshot tetap kecewa karena perbedaan ini. Selain itu motivasi hidup Bloodshot pun dinilai agak melenceng.

Baik, kita masuk ke dalam tujuan hidup Bloodshot. Pada Bloodshot (2020) tujuan hidup Bloodshot nampaknya dipacu oleh tragedi yang dialami oleh istrinya. Padahal pada versi komiknya, ikatan atara Bloodshot dan anaknya nampak lebih penting ketimbang apapun. Yah memang sih, motivasi terkait anak tentunya akan lebih mengharukan dan memberikan warna di tengah-tengah ingatan Bloodshot yang agak kabur.

Bloodshot sendiri tidak tahu ingatan mana yang benar dan mana yang salah. Kekuatan Bloodshot memang besar, tapi ia mengalami lupa ingatan sehingga semuanya bisa saja salah atau benar. Saya melihat hal ini sebagai sesuatu yang cukup menghibur karena saya belum menonton trailer Bloodshot (2020) sebelum menonton filmnya :’D. Wow, kenapa trailernya? Trailer dari Bloodshot (2020) merupaka blunder karena trailer tersebut membocorkan inti cerita Bloodshot (2020) beserta semua adegan aksi terbaik pada Bloodshot (2020).

Memang apa sih adegan terbaik Bloodshot (2020)? Tentunya adegan dimana Bloodshot menunjukkan kemampuan robot nano di darahnya. Itu saja sudah dtampilkan pada trailernya. Sisanya hanya adegan aksi superhero yang terlihat standard untuk film keluaran 2020, agak mengecewakan. Apalagi Vin Diesel sepertinya gagal memberikan keunikan bagi karakter Bloodshot. Vin Diesel memerankan Bloodshot seperti ketika ia memerankan karakter Dominic Toretto pada franchise Fast & Furious.Bloodshot (2020) sudah seperti kisah ketika Dominic Toretto berhenti balapan liar dan berubah menjadi superhero :’D.

Ahhh, saya pribadi tidak terlalu masalah dengan perbedaan antara versi komik denga versi filmnya. Jalan cerita terkait ingatan Bloodshot, cukup menghibur bagi saya yang tidak menonton trailer Bloodshot (2020). Adegan aksi Bloodshot lumayan baguslah meski sebagian besar terlihat agak basi ya. Dengan demikian, Bloodshot (2020) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya” Lumayan”. Jangan tonton spoiler Bloodshot (2020), spoiler alert. Nah kalau terlanjur menonton spoilernya bagaimana? Tontonlah film yang lain, dari trailerny saja sudah terlihat jalan ceritanya akan dibawa ke arah mana :(.

Sumber: http://www.sonypictures.com/movies/bloodshot