Terminator: Dark Fate (2019)

The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgment Day (1991) bisa dikatan sebagai karya James Cameron terbaik yang pernah saya tonton. Sayang, sepeninggal James Cameron, kualitas film-film terminator selanjutnya semakin menurun seperti pernah saya bahas pada Terminator Genisys (2015). Terminator 3: Rise of Machine (2003) dan Terminator Salvation (2009) seakan berusaha meneruskan cerita yang sudah dirangkai pada The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgment Day (1991).

Semuanya mengikuti alur dimana pada suatu masa di masa depan, terdapat sebuh sistem kumputer super cerdas bernama Skynet. Skynet kemudian meciptakan berbagai robot dan mengambil kekuasaan dari manusia. Manusia yang dipimpin oleh John Connor melakukan pemberontakan dan berhasil mengalahkan Skynet. Sebelum benar-benar hancur, Skynet mengirim robot Terminator ke masa lalu untuk untuk membunuh John Connor dan ibunda dari John Connor, Sarah ConnorĀ  (Linda Hamilton). Apa saja yang mungkin untuk mengubah masa depan, akan Skynet lakukan. Keempat film pertama Terminator mengajarkan kepada kita bahwa masa depan tidak akan dapat diubah. Kebangkitan Skynet dan kebangkitan kaum pemberontakan pun merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah.

Terminator Genisys (2015) benar-benar mengacak-acak segalanya. Film yang satu ini menyampaikan bahwa terdapat masa depan ternyata dapat berubah dan memiliki banyak sekali kemungkinan. Yaaaah, pada intinya sih, film ini dibuat untuk membuka jalan bagi film-film Terminator baru. Bagian akhirnyapun penuh tanda tanya dan seolah ingin membuat para penonton penasaran.

4 tahun berselang dan dirilislah Terminator: Dark Fate (2019). Saya rasa film ini berusaha melakukan hal sama seperti apa yang Terminator Genisys (2015), tapi dengan tidak melanjutkan segala hal yang pernah terjadi pada Terminator Genisys (2015). Hal ini dilakukan kemungkianan karena Terminator Genisys (2015) dianggap terlalu membingungkan. Yaaah, pada Terminator Genisys (2015) masa depan memang seperti dengan mudahnya berubah-ubah dalam hitungan menit, sangat tidak stabil.

Terminator: Dark Fate (2019) mengambil latar belakang setelah kisah pada The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgment Day (1991) terjadi. Sarah Connor (Linda Hamilton) dikisahkan berhasil mengubah masa depan dengan menghancurkan Skynet sebelum mesin super canggih tersebut mampu beroperasi dengan maksimum. Namun anehnya, sebelum benar-benar terhapus oleh sejarah, Skynet di masa depan masih berhasil mengirimkan Terminator ke masa lalu. Terminator T-800 (Arnold Schwarzenegger) akhirnya berhasil membunuh John Connor kecil (Edward Furlong) dan …. berubah totalah masa depan. Tak ada Skynet, tak ada pula John Connor.

Masa depan memang berubah, namun hanya individu atau namanya saja yang berubah. Sebab bencana yang sama ternyata tetap terjadi di masa depan. Pada suatu saat di masa depan, sebuah super komputer bernama Legion berhasil menguasai Bumi dan berusaha memusnahkan umat manusia. Mirip seperti Skynet, Legion pun mengirimkan Terminator ke masa lalu untuk membunuh seseorang yang akan menjadi sangat berbahaya bagi Legion di masa depan.

Legion mengirim Terminator Rev-9 (Gabriel Luna) ke tahun 2020 untuk membunuh Daniella “Dani” Ramos (Natalia Reyes). Entah apa yang akan Dani lakukan di masa depan, lawan Legion pun mengirimkan Grace (Mackenzie Davis) untuk melindungi Dani. Grace adalah tentara yang sebagian tubuhnya sudah diganti dengan mesin.

Rev-9 yang sangat superior, sudah pasti bukan tandingan Grace yang hanya manusia separuh mesin. Tanpa diduga, Sarah Connor (Linda Hamilton) hadir menolong Dani. Sarah yang sudah tidak muda lagi, tampil dengan aneka persenjataan berat. Uniknya, merekapun pada akhirnya membutuhkan bantuan dari 1 lagi karakter ikonik dari franchise Terminator. Yaaaa, sudah pasti Terminator T-800 (Arnold Schwarzenegger) kembali hadir menolong Dani.

Uniknya, T-800 yang hadir kali ini adalah T-800 yang dulu membunuh John Connor. Wow, potensi dari sebuah drama sangat terlihat di sana. Namun entah mengapa, semua terasa hambar dan biasa-biasa saja. Terminator: Dark Fate (2019) memang mengambil segala unsur yang mengkaitkan film tersebut dengan The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgment Day (1991). Namun saya tidak melihat suatu hal yang baru pada Terminator: Dark Fate (2019).

Saya hanya melihat sebuah film aksi yang penuh dengan ledakan dan pukulan dimana-mana. Pengorbanan-pengorbanan yang dimunculkan oleh beberapa tokoh utama pada Terminator: Dark Fate (2019) pun, tidak se-memorable pengorbanan yang terjadi pada The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgment Day (1991).

Saya rasa Terminator: Dark Fate (2019) merupakan film aksi yang cukup menghibur. Namun film tersebut tetap saja masih memiliki kualitas di bawah The Terminator (1984) dan Terminator 2: Judgment Day (1991). Mungkin Opa James Cameron perlu diundang lagi ya. Dengan demikian Terminator: Dark Fate (2019) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Terminator: Dark Fate (2019) dan Terminator Genisys (2015) dikabarkan tidak terlalu sukses di tangga Box Office. Saya agak ragu apakah akan ada film Terminator berikutnya…

Sumber: http://www.paramountmovies.com/movies/terminator-dark-fate

Wonder Woman (2017)

Kehadiran “dadakan” Wonder Woman (Gal Gadot) padaĀ Batman V Superman: Dawn of Justice (2016)Ā dengan diiringi musik karya Hans Zimmer, cukup menyita perhatian karena pertarungan dengan iringan musik tersebut terasa keren. Andaikata saya belum menontonĀ Batman V Superman: Dawn of Justice (2016), sudah pasti saya malas menonton Wonder Woman (2017). Terus terang saya tidak suka dengan Wonder Woman setelah bermain Injustice dan menontonĀ Justice League: The Flashpoint Paradox (2013). Di sana, Wonder Woman nampak terlalu emosional dan menyebalkan :(. Apakah Wonder Woman pada Wonder Woman (2017) akan nampak seperti itu? Semoga saja tidak hehehe.

Kisah pada Wonder Woman (2017) diawali dengan sebuah foto masa lalu Wonder Woman atau Diana (Gal Gadot). PadaĀ Batman V Superman: Dawn of Justice (2016), kita memang diperlihatkan foto-foto Wonder Woman di masa lampau. Nah setelah peristiwa padaĀ Batman V Superman: Dawn of Justice (2016), cetakan asli foto tersebut dikirim kepada Wonder Woman. Wonder Woman kemudian mulai bercerita akan masa lalunya, bagaimana ia pertama mengenal dunia manusia. Aaaahhh film Wonder Woman (2017) ternyata mengisahkan asal mula Wonder Woman, bukan kisah setelah pertarungan besar padaĀ Batman V Superman: Dawn of Justice (2016).

Berbeda dengan Superman dan Batman, ternyata tokoh Wonder Woman erat sekali dengan mitologi Yunani. Sejak kecil, Diana atau Wonder Woman, tinggal di pulau Themyscira bersama dengan ibunya, ratu suku Amazon. Pulau Themyscira hanya dihuni wanita dan pulau tersebut selalu diselimuti kabut dan perisai kasat mata sehingga tidak dapat dilihat oleh manusia biasa. Itu adalah anugrah Zeus, raja para dewa Olimpus, kepada suku Amazon yang menghuni pulau Themyscira. Zeus melakukan ini agar suku Amazon dapat tersembunyi dari Ares, dewa perang. Alasan utama kenapa Zeus melakukan ini akan terjawab pada bagian akhir film lho hohohoho.

Tumbuh di tengah-tengah suku Amazon yang perkasa membuat Diana ikut tumbuh menjadi pejuang Amazon yang handal. Namun Diana selalu saja berbeda, seolah ada sesuatu yang lain di dalam diri Diana. Aaahhhh ini juga akan dijelaskan pada bagian akhir film. Saya tidak akan membeberkan spoiler di sini.

Kehidupan Diana dan suku Amazon berlangsung penuh kedamaian sampai Steve Trevor (Chris Pine) terdampar di pesisir pantai Themyscira. Dari mulut Steve, diperoleh informasi bahwa dunia sedang mengadapi perang, terjadi perang di mana-mana. Setting Wonder Woman (2017) memang di era perang dunia pertama di mana terjadi perang antara blok sekutu dan blok sentral. Pada saat itu Steve yang berasal dari Inggris (bagian dari blok sekutu) menemukan informasi bahwa Jerman (bagian dari blok sentral) mengembangkan senjata pemusnah masal padahal sebentar lagi pemimpin Jerman akan menyatakan pernyataan menyerah. Apabila Jerman menyerah, maka dapat dikatakan bahwa perang dunia berakhir dan dunia kembali damai.

Pengembangan senjata pemusnah masal terus dilakukan oleh Jendral Erich Ludendorff (Danny Huston) dan Doctor Poison (Elena Ayala), untuk menggagalkan acara deklarasi pernyataan menyerah Jerman kepada Sekutu. Usaha keduanya membuahkan hasil ketika senjata pemusnah masal yang dikembangkan, telah berhasil dan siap untuk diujicobakan.

Steve dan Diana beserta beberapa rekan Steve, pergi menuju garis depan peperangan untuk menghentikan perang. Steve dan Diana pergi bersama-sama tapi dengan target yang sedikit berbeda. Steve pergi untuk menghentikan rencana Doctor Poison dan Jendral Lodendorff. Sementara itu Diana pergi untuk menemukan dan membunuh Ares. Diana yakin bahwa perang yang terjadi merupakan ulah Ares, Ares mempengaruhi manusia untuk saling bunuh. Apabila Ares mati, maka dunia akan damai tanpa ada bunuh membunuh. Tapi, bukankah setiap manusia sebenarnya memiliki hawa nafsu dan sisi kelam? Konsep kehidupan tersebut nampaknya tidak Diana ketahui sebab sejak kecil Diana memang tidak pernah pergi dari pulau Themyscira. Perjalanan bersama Steve adalah perjalan pertama Diana di luar pulau.

Ketidaktahuan Diana mengenai kondisi dan kenyataan dunia luar berhasil dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu membuat saya tertawa. Sangat berbeda dengan film layar lebar superhero DC Comics sebelumnya, Wonder Woman (2017) tidak terlalu kelam dan diselingi oleh beberapa adegan komedi yang lucu. Hal ini didukung dengan baik sekali oleh Christ Pine sebagai pemeran Steve Trevor. Romansa antara Wonder Woman dan Steve pun nampak apik di sana. Jadi di Wonder Woman (2017) tidak hanya aksi bak bik buk saja, ada komedi dan romansa di sana.

Dengan didukung oleh special effect dan kostum yang bagus, adegan aksi pada Wonder Woman (2017) terbilang bagus dan enak dilihat :). Tapi menurut saya adegan aksinya terlihat bagus sekali ketika diiringi oleh lagu tema Wonder Woman karya Hans Zimmer. Ketika lagu pengiringnya diubah ke lagu lain, rasanya agak berbeda. Pertarungan puncak pada Wonder Woman (2017) justru menggunakan lagu pengiring lain yang biasa-biasa saja sehingga pertarungan tersebut terasa seperti antiklimaks.

Semuanya berhasil mendukung sebuah cerita yang nyaman untuk diikuti meskipun memakan waktu sekitar 2 jam. 2 jam? Ya, durasi film ini sekitar 2 jam hohohoho. Tapi jalan ceritanya tetap ok kok, fakta tentang Ares-pun tidak saya duga sebelumnya, ternyata Ares itu . . . . . šŸ™‚

Secara keseluruhan, DC Comics telah melakukan perbaikan kualitas film superhero-nya melalui Wonder Woman (2017). Film ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Penilaian saya ini dibuat terlepas dari kenyataan bahwa pemeran utama Wonder Woman (2017), Gal Gadot, merupakan seorang Israel yang pernah melakukan wajib militer selama 2 tahun. Pemutaran film ini di bioskop ditolak keras oleh pemerintah Lebanon. Yaaahhh, menonton film kan tidak selalu harus di bioskop bukan? Walaupun rasanya Wonder Woman (2017) termasuk film yang lebih bagus kalau ditonton di bioskop ;).
Sumber: wonderwomanfilm.com

Serial Legion

Setelah beberapa kali memunculkan berbagai karakter komiknya ke dalam serial TV, kali ini Marvel kembali menghadirkan serial superhero yang berkaitan erat dengan X-Men, yaitu serial Legion. Apa kaitan Legion dengan X-Men? Tokoh utama Legion, David Haller (Dan Stevens), adalah kerabat dari salah satu anggota tetap X-Men.

Pada awalnya David tidak menyadari akan kekuatan supernya. Semua peristiwa aneh yang ia alami sejak kecil, didiagnosa sebagai penyakit kejiwaan oleh para dokter. David dirawat disebuah rumah sakit jiwa sampai sebuah insiden terjadi di sana. Seketika itu juga pihak pemerintah dan sekelumpok organisasi mutant misterius, datang mencari David.

Sama seperti pada X-Men, perlakuan pihak pemerintah kepada mutant tidaklah menyenangkan. David akhirnya melarikan diri dari rumah sakit dan berlindung di dalam organisasi mutant misterius yang dipimpin oleh Melanie Bird (Jean Smart). Mereka bermukim di Summerland yang dikelilingi oleh hutan. Di sana David bertemu dengan mutant-mutant lain seperti Sydney Barrett (Rachel Keller), Ptonomy Wallace (Jeremie Harris), Cary Loudermilk (Bill Irwin), Kerry Loudermilk (Amber Midthunder), Oliver Bird (Jermaine Clement) dan lain-lain. Masing-masing memiliki kekuatan yang unik, namun konon kekuatan David lah yang terbesar.

Di Summerland, David mempelajari akan kekuatan supernya. Melanie dan kawan-kawan menduga bahwa diagnosa para dokter jiwa yang memeriksa David, salah besar. Gejala kejiwaan yang David alami adalah kekuatan super David yang belum David pahami. Untuk mahami kekuatannya, David harus menyelami alam pikirannya. Semua ada di dalam pikiran David, alam bawah sadar yang banyak sekali ditampilkan pada serial ini. Terkadang David sendiri tidak dapat membedakan antara khayalan, alam pikiran dan dunia nyata.

Berbeda dengan film superhero Marvel lainnya, serial Legion banyak mengeksplorasi dan menggabungkan dunia alam bawah sadar. Terkadang saya pikir, Serial Legion relatif lebih mirip dengan serial Twin Peaks ketimbang serial Agent of S.H.I.E.L.D. atau Daredevil. Sebuah serial superhero yang unik dengan visual, editing dan jalan cerita yang dibuat sedemikian rupa sehingga penonton tidak terlalu bingung meskipun memiliki cerita yang sebenarnya membingungkan, banyak dunia khayalan di sana.

Pada umumnyanya, saya kurang cocok dengan tipe film yang seperti Legion ini, penuh dunial surealis yang blur dan tak jelas. Seolah membawa saya ke dalam pikiran ajaib si tokoh utama. Tapi untuk Legion, saya dapat menikmati serial ini, menanti siapa lawan utama David sebenarnya. Saya rasa visualisasi Legion patut diacungi jempol. Tidak terlalu menggunakan banyak special effect tapi penempatannya pas sehingga terlihat bagus.

Saya rasa serial Legion layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Tapi perlu diingat bahwa serial Legion bukanlah tontonan anak-anal walaupun kisahnya didasarkan dari cerita komik ;).

Sumber: http://www.fxnetworks.com/region-fx

Gods of Egypt (2016)

Cerita mengenai dewa Zeus, Hera, Hercules dan segala sesuatu terkait mitologi Yunani sudah sering sekali hadir dalam bentuk film. Kali ini Holywood mencoba peruntungan dengan mengangkat mitologi Mesir sebagai tema cerita melalui Gods of Egypt (2016). Kisah atau film mengenai Mesir selalu dikaitkan dengan Mumi dan Piramid, jarang sekali dewa-dewi Mesir diangkat ke layar lebar. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk menonton Gods of Egypt (2016).

Dikisahkan bahwa Mesir mengalami masa-masa penuh kedamaian di bawah kekuasaan Dewa Osiris (Bryan Brown), anak dari Dewa Ra (Geoffrey Rush). Sebagai pencipta manusia, Ra memilih untuk melindungi umat manusia dari angkasa. Sementara ini penguasaan atas Bumi diatur oleh anak-anak Ra yang hidup berdampingan dengan manusia.

Anak Ra memang bukan hanya Osiris seorang. Osiris memang memimpin Mesir dan para Dewa di Bumi, tapi ada dewa lain yang iri dan melakukan kudeta. Pada suatu kesempatan, Dewa Set (Gerard Butler) berhasil membunuh dan memutilasi Osiris. Tidak hanya itu, Set pun mengambil mata Dewa Horus (Nikolaj Coster-Waldau), anak Osiris.

Hidup buta dan terasing di padang pasir, Horus akhirnya memperoleh secercah harapan ketika Bek (Brenton Thwaites) berhasil membawakan salah satu mata Horus. Di sini, bagian tubuh dewa itu seolah seperti onderdil mobil yang dengan mudah dapat di bongkar pasan, Horus dapat langsung memasang dan menggunakan mata yang Bek bawa.

Dimanakah mata Horus yang satunya lagi? Bek bersedia membantu Horus untuk mencuri mata tersebut sekaligus merebut Mesir kembali, asalkan Horus bersedia menghidupkan kembali kekasih Bek, Zaya (Courtney Eaton). Horus menyetujui sesuatu yang belum tentu dapat ia penuhi. Terbutakan dengan api dendam, Horus melakukan apapun demi membunuh Set dan merebut kembali Mesir. Padahal esensi dari menjadi penguasa Mesir adalah peduli terhadap rakyat kecil dan melakukan perbuatan yang benar. Akankah Horus belajar?

Setahu saya, kisah pertikaian Horus dan Set tidak seperti ini yaaa. Agak melenceng dari sejarah aslinya, yaaaahh anggap saja Gods of Egypt (2016) sebagai kisah fantasi yang menggunakan mitologi Mesir sebagai temanya. Mirip yang sudah sering kali Hollywood lakukan pada mitologi Yunani.

Pada film-film mitologi Yunani, tokoh utama dan dewa-dewinya sering diperangkan oleh aktor/aktris kulit putih, itu masih ok-lah, Yunani kan bangsa yang mayoritas penduduknya orang kulit putih. Lha kalau Mesir? Saya pernah ke Mesir dan logat beserta fisik mereka jauh dari orang kulit putih. Bukannya sara yaaa, tapi agak aneh saja kok dalam Gods of Egypt (2016) tidak ada satupun dewa atau pemeran utama yang memiliki fisik bangsa Mesir. Padahal pemeran tentara, budak dan rakyatnya banyak diisi oleh aktor Mesir sepertinya :’D.

Semua rakyat pada film ini mirip orang Mesir kecuali Bek dan Zaya yang notabene menjadi tokoh utama pada film ini, aneeeehhh :P. Tokoh Bek dan Zaya pun rasanya kok mirip Aladin dan Yasmin yaaa? Hohohoho. Selain itu tokoh Set yang Gerard Butler perankanpun rasanya mirip dengan tokoh Raja Leonidas pada film 300 (2006) yaaa.

Beruntung Gods of Egypt (2016) masih memiliki cerita yang lumayan menarik meski agak klise dan mudah ditebak :). Saya tidak merasakan kantuk ketika menonton film ini, terlebih lagi ketika saya melihat beberapa special effect CGI (Computer-generated imagery) pada film ini. Sebagian memang keren, ambisi pembuatan film ini dapat saya lihat. Namun sebagian lagi. . . . . membuat saya tertawa, terutama terkait kostum para dewa Mesir yang super mengkilat, tak lupa darah emas yang keluar dari tubuh ketika terluka. Yaaa ampuun, kualitasnya terbilang buruk untuk film keluaran tahun 2016 yaaa. Ini dananya yang terbatas atau dananya dikorupsi yah kok bisa begini :’D.

Aaahhhh, dengan berat hati saya hanya mampu memberikan Gods of Egypt (2016) nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Untunglah saya tidak menontonnya di Bioskop hehee.

Sumber:Ā http://www.lionsgate.com/movies/godsofegypt/

Jack Reacher: Never Go Back (2016)

reacher1

Jack Reacher, tokoh protagonis pada novel-novel Lee Child kembali dihidupkan kembali pada tahun 2016 ini melalui Jack Reacher: Never Go Back (2016). Sama seperti pada Jack Reacher (2012), Tom Cruise kembali memerankan mantan polisi militer yang berkelana menyelidiki berbagai kasus. Pada Jack Reacher (2012) lalu, kisah Reacher diambil dari novel yang berjudul One Shot dimana Reacher harus memecahkan kasus terbunuhnya 5 orang secara acak di tempat terbuka oleh seorang penempak jitu.

Kali ini kisah Jack Reacher diambil dari novel Lee Child yang berjudul Never Go Back yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kasus pada Jack Reacher (2012), Alhamdulillah paling tidak film ini bukan film yang bersambung hehehehe. Saya rasa Jack Reacher hendak dibuat menjadi franchise seperti Mission Imposible dan Fast & Furious.

Jack Reacher: Never Go Back

reacher2

Sesuai judulnya,Ā yang menggunakan kata-kataĀ “Go Back”, kali ini Reacher kembali ke Washington DC tempat ia dulu memimpin sebuah unit polisi militer. Reacher kaget ketika ia menemukan bahwa kawannya, Mayor Susan Turner (Cobie Smulders), telah dipenjara dan menunggu persidangan militer dengan tuduhan penghianatan terkait misi di Afganistan. Reacher tentunya tidak langsung percaya begitu saja bahwa Turner dapat melakukan perbuatan seperti itu. Ia pun akhirnya ikut terjun menyelidiki kasus ini. Namun dalam perjalannya ia malah dijebak dan difitnah sehingga Reacher ditangkap atas dakwaan telah melakukan pembunuhan terhadap pengacara Turner. Tidak terima ditangkap dan difitnah, akhirnya Turner dan Reacher melarikan diri dan berusaha membersihkan nama baik mereka.

reacher6

reacher7

reacher5

Setelah diselidiki, ternyata kasus ini ternyata terkait pula dengan terbunuhnya 2 bawahan Turner yang mencoba melaporkan sesuatu terkait konspirasi besar di Afganistan. Hal ini melibatkan berbagai mantan personel militer yang berbahaya. Reacher dan Turner harus bertindak cepat karena lawan mereka mulai mentargetkan Samantha Dayton (Danika Yarosh), seorang remaja 15 tahun yang diduga sebagai anak Reacher.

reacher10

Saya melihat beberapa persamaan antaraĀ Jack Reacher: Never Go Back (2016) denganĀ Jack Reacher (2012). Keduanya sama-sama mengawali kisah dengan sesuatu yang membuat saya penasaran dan bersemangat. Sayang bagian tengah dan akhir keduanya sama-sama mulai agak membosankan. Kalau padaĀ Jack Reacher (2012) terdapat kejutan akan sebuah penghianatan oleh salah satu penyelidik yang nampak sebagai orangĀ baik-baik, nah padaĀ Jack Reacher: Never Go Back (2016) terdapat kejuatan terkait status Samantha ;). Terakhir, pada kedua film tersebut, terdapat seorang ahli dengan kemampuan militer yang setara dengan Reacher dan akan menjadi lawan utama Reacher meskipun posisi karakter ini bukanlah bos besar. Kesamaan-kesamaan yang membuat saya sedikit jenuh ketika menonton Jack Reacher: Never Go Back (2016).

reacher11

reacher4

reacher8

Dengan jalan cerita yang relatif biasa dan adegan perkelahianĀ yangĀ terbilang lumayan ok, maka Jack Reacher: Never Go Back (2016) masih dapat memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini sebaiknya ditonton di pemutar DVD atau BluRay saja, sedikit rugi kalau menontonnya di bioskop hehehehehe.

Sumber:Ā www.jackreachermovie.com

Spectre (2015)

Spectre1

Tidak terasa sudah hampir 10 tahun lamanya Daniel Craig memerankan tokoh mata-mata paling populer di dunia, James Bond. Spectre (2015) merupakan film keempat Bond bagi Daniel setelah Casino Royale (2006), Quantum of Solance (2008) dan Skyfall (2012). Spectre sendiri sebenarnya merupakan singkatan dariĀ Special Executive for Counter-intelligence, Terrorism, Revenge and Extortion, sebuah organisasi kriminal yang melatarbelakangi semua prahara yang terjadi pada ketiga film Bond sebelum Spectre (2015). Uniknya, organisasi ini menggunakan gurita sebagai lambangnya, mirip lambang Hydra, musuhnya Captain Amerika di dunia Marvel, entah siapa yang meniru siapa x__x.

Spectre9

Spectre2

Itulah kenapa anggota Spectre biasa menggunakan cincin dengan ukiran gurita. Cincin inilah yang Bond temukan ketika ia sedang menjalankan instruksi terakhir M (Judi Dench) sebelum M tewas pada Skyfall (2012).Ā Pada Spectre (2015), Gareth Mallory (Ralph Fiennes) sudah diangkat menjadi M menggantikan M sebelumnya yang tewas. Di London, M yang baru ini menghadapi tekanan untuk membubarkan MI6 dan mematikan program 00. Cara kerja program 00 termasuk agen 007, James Bond, dinilai sudah kadaluarsa. Di era yang serba canggih ini, mata-mata seperi Bond tidak lagi diperlukan. Program Nine Eyes digadang-gadang untuk menggantikan fungsi program 00. Nine Eyes sendiri merupakan gabungan database dari seluruh organisasi espionase dunia yang diolah oleh komputer canggih sehingga dunia dapat diawasi dan dijaga keamanannya. Sebenarnya timbulah masalah klasik, kalau memang Nine Eyes mampu mengawasi segalanya, maka siapakah yang mengawasi Nine Eyes?

Tekanan bagi M semakin besar setelah Bond melakukan berbagai operasi yang hasilnya kortroversial. Bond melakukan ini ketika Bond sedang membongkar dan menyelidiki Spectre. Bond kembali bertemu dengan salah satu karakter antagonis dari Casino Royale (2006) dan Quantum of Solance (2008) yaitu Mr. White (Jesper Christensen). Kedua film Bond tersebut hadir pada 2006 dan 2008, di Skyfall (2012) saja perihal Mr. White tidak diangkat ke permukaan. Otak saya agak hang ketika tiba-tiba Mr. White dan masa lalu Bond terkaitĀ Casino Royale (2006) dan Quantum of Solance (2008) diangkat dengan cara yang kurang komunikatif, seolah-olah para penonton masih ingat dan hafal betul apa yang telah terjadi pada kedua film Bond tersebut :(.

Spectre11

Spectre14

Spectre7

Spectre8 Spectre5

Spectre13

Spectre10

Spectre6

Selain itu, entah kenapa terdapat kebodohan-kebodohan film-film masa lalu Hollywood pada Spectre (2015). Tokoh antagonis membeberkan semua rencana jahatnya kepada tokoh protagonis tanpa alasan yang kuat. Kemudian ketika tokoh protagonis ditangkap, kenapa tidak langsung dibunuh? Tokoh antagonis justru sibuk berbicara, berbicara dan berbicara . . . Ā aaaaaahhh tokoh jahat yang bodoh, pantas Mr. Bond bisa meloloskan diri dan meraih kemenangan :P.

Spectre3

Spectre4

Saya melihat penurunan kualitas yang jelas pada Spectre (2015) dibandingkan Skyfall (2012). Agak mengecewakan memang, lokasi syuting yang bagus dan adegan aksi yang keren, dipergunakan di dalam sebuah film yang kurang bagus ceritanya. Bagi saya pribadi, Spectre (2015) hanya mampu memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”,Ā sorry Mr. Bond.

Sumber:Ā www.007.com/spectre/

Star Wars: The Force Awakens (2015)

Force Awakens 1

A longĀ time ago in galaxy far far away….

Kalau kata-kata di atas muncul pada bagian awal film yang teman-teman tonton, maka pastilah teman-teman sedang menonton film Star Wars, film fiksi ilmiah legendaris besutan Opa George Lucas. Pada tanggal 18 Desember tahun ini, hadir film layar lebar Star Wars terbaru, Star Wars: The Force Awakens (2015). Film iniĀ dapat dikatakan sebagai Star Wars episode VII karenaĀ Star Wars: The Force Awakens (2015) mengambil latar belakang 30 tahun setelah duel antara Darth Vader dengan Luke Skywalker berakhir pada Star Wars Episode VI: Return of the Jedi (1983).

Luke Skywalker (Mark Hamill) menghilang setelah mengalami sebuah tragedi dengan murid yang ia latih. Dengan hadirnya First Order sebagai pengganti Galactic Empire yang dulu Luke tumbangkan, dunia membutuhkan seorang jedi, tentunya Luke adalah yang dicari sebab Luke adalah jedi terakhir yang hidup. Mirip seperti Galactic Empire, First Order dipimpin dan dihuni oleh sith, prajuritnya pun menggunakan seragam stormtrooper ala Galactic Empire. Siapa lawan First Order? Kaum pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Leia Organa (Carrie Fisher), saudaraĀ dari Luke sekaligus istri dari Han Solo (Harrison Ford).

Force Awakens 2

Force Awakens 8

Kaum pemberontak mengirim pilot terbaiknya,Ā Poe Dameron (Oscar Isaac), untuk melacak keberadaan Luke.Ā Ketika Poe berhasil menemukan sepotong petaĀ yang mampu menunjukkan keberadaan Luke, sepasukan storntrooper yang dipimpin oleh seorang sith, Kylo Ren (Adam Driver), berhasil menangkap Poe. Sebelum tertangkap, Poe berhasil menitipkanĀ peta tersebut pada droid BB-8 yang wujudnya mirip droid R2-D2 pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Aaahhhh perjalanan BB-8 selanjutnya pun mirip perjalanan R2-D2 padaĀ Star Wars Episode IV: A New Hope (1977).Ā Dalam perjalanannya BB-8 kemudian bertemu dengan Rey (Daisy Ridley) dan Stormtrooper FN-2187 /Ā Finn (John Boyega). Siapakah kedua mahluk ini? Finn merupakan mantan stormtrooper bawahannya Kylo Ren yang kabur dan berhianat. Sedangkan Rey adalah pengumpul barang-barang bekas dengan masa lalu yang misterius.

Force Awakens 7

Force Awakens 13

Force Awakens 15

Force Awakens 5

Force Awakens 3

Force Awakens 10

Rey & Finn kemudian berencana untuk mengantarkan BB-8 dan peta akan keberadaan Luke kepada kaum pemberontak. Dalam perjalannya mereka bersinggungan Han Solo, Chewbacca (Peter Mayhew) dan Kylo Ren. Tak disangka Rey & Finn semakin terlibat ke dalam petikaian antara First Order dengan kaum pemberontak. Kisah selanjutnya, silahkan tonton sendiri, saya tidak akan menulisĀ spoiler di sini :).

Saya melihat awal kisahĀ Star Wars: The Force Awakens (2015) memiliki banyak kemiripan denganĀ Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Sebuah pesan penting dititipkan kepada sebuah droid, kemudian droid tersebut bertemu dengan orang-orang yang akan terlibat lebih jauh terkait dengan infromasi yang droid tersebut bawa. Latar belakangnya saja sama-sama gurun, pakaian yang Rey kenakan pun mengingatkan saya akan salah satu karakter utama padaĀ Star Wars Episode IV: A New Hope (1977), aaahhh sepertinya sudah bisa ditebak siapakah Rey sebenarnya.

Force Awakens 16

Force Awakens 9

Petualangan Rey terbilang seru walaupun plotnya benar-benar plot klasik Star Wars, yaitu terdapat peperangan antara kesatria jedi dan kesatria sith. Jedi dapat berubah menjadi sith dan sebaliknya pun sith dapat berubah menjadi jedi karena keduanya sama-sama mengendalikan kekuatan yang disebut the force.Ā Jedi mengambil segala kebaikan yang ada di dalam diri untuk mengendalikanĀ the force, sementara itu sith menjadikan segala kejahatan yang ada di dalam diri untuk mengendalikanĀ the force. Sith dan jedi pada film-film Star Wars biasanya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat lhooo, ;). Perkelahian antara sith dengan jedi yang menggunakan pedang laser selalu menjadi daya tarik tersendiri yang membuat saya ingin menonton film Star Wars.

Force Awakens 17

Force Awakens 14

Force Awakens 4

Force Awakens 11

Satu lagi plot klasik Star Wars yang terdapat pula padaĀ Star Wars: The Force Awakens (2015), terdapatnya senjata mutakhir yang mampu menghancurkan planet. Kalau dulu ada Death Star, sekarang ada juga senjata yang mirip seperti itu dan pasti melibatkan pertempuran dengan pesawat-pesawat luar angkasa, yaaah jadulnya saja Star Wars, perang antar bintang :D. Mirip seperti pendahulunya,Ā Star Wars: The Force Awakens (2015) menampilkan pertempuran yang komplet meskipun terdapat banyak “kebetulan yang menyenangkan” pada beberapa bagiannya. Tokoh protagonisnya beberapa kali memperoleh hal-hal yang mereka butuhkan atau mereka cari dengan relatif mudah padahal kalau dipikir pakai logika yaa seharusnya itu susah diperoleh, entah sudah pergi ke dukun mana kok mereka hoki terus yaaa? :P.

Force Awakens 6

Force Awakens 18

Force Awakens 19

Karena Star Wars selalu hadir dalam bentuk trilogi seperti Trilogi Star Wars original dan Trilogi Prequel Star Wars, saya yakinĀ Star Wars: The Force Awakens (2015) akan mampu hadir sebagai awal dari trilogi yang keren. Jangan harap semua lawan Rey akan tewas padaĀ Star Wars: The Force Awakens (2015) karena akan ada film keduanya, hehehehe ;).

Pada film-film Star Wars sebelumnya, Luke Skywalker selalu menjadi tokoh utama yang tak tergantikan. Untuk menggantikan Luke bukanlah hal yang mudah, olehkarena itulah dibutuhkan kisah transisi sepertiĀ Star Wars: The Force Awakens (2015). Saya melihatĀ Star Wars: The Force Awakens (2015) menjadi jembatan bagi Luke, Han Solo dan kawan-kawan yang sudah tua untuk pensiun dan digantikan oleh generasi baru yang masih muda dan segar seperti Rey, Finn dan Poe. Saya kurang tahu apakah Opa Lucas dan Opa Abrahams sedang latah atau tidak. Mereka menggantikan peranan Luke menjadi Rey yang perempuan.Ā Sepertinya hal ini dipengaruhi oleh trilogi-trilogi yang sukses dengan mengusung tokoh wanita sebagai tokoh utamanya seperti Trilogi Hunger Games,Ā Trilogi Twilight dan film Divergent (2014) yang belum lengkap menjadi trilogi. Bagi saya pribadi, Luke Skywalker tetap tidak tergantikan danĀ Star Wars: The Force Awakens (2015) rasanya masih belumĀ sebaik film-film pada Trilogi Star Wars original. Namun bagaimanapun juga,Ā Star Wars: The Force Awakens (2015) berhasil menghibur penontonnya dan mampu mengobati kerinduanĀ penggemar Star Wars akan sebuah kisah baru yang segar. Terlebih lagi kita dapat menyaksikan aksi Iko Uwais, Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman padaĀ film tersebut, meskipun tidak sampai 5 menit hehehehe. Geng Kanjiklub yang mereka perankan serasa hanya “numpang lewat” saja memang. Dengan demikian, Star Wars: The Force Awakens (2015) masih layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.Ā May the Force be with you.

Sumber:Ā www.starwars.com/films/star-wars-episode-vii-the-force-awakens

Mad Max: Fury Road (2015)

Mad Max 1

Setelah menjadi film Australia paling terkenal di masanya, Mad Max (1979) sampai sekarang telah memiliki 3 sekuel yakni Mad Max 2:Ā The Road Warrior (1981),Ā Mad Max Beyond ThunderdomeĀ (1985) dan Mad Max: Fury RoadĀ (2015). Pada Mad Max (1979), Mad Max 2:Ā The Road Warrior (1981) danĀ Mad Max Beyond ThunderdomeĀ (1985), karakter Mad Max diperankan oleh Mel Gibson. Sedangkan pada sekuel Mad Max terbaru, Mad Max: Fury RoadĀ (2015), karakter Mad Max diperankan Tom Hardy yang tempo lalu memerankan Bane pada The Dark Knight Rises (2012). Walaupun pemeran utamanya berbeda, Mad Max: Fury RoadĀ (2015) tetap mengambil latar belakang masa depan yang serba kekurangan dan kesusahan.

Dikisahkan bahwa sumber daya yang Bumi miliki semakin menipis. Keserakahan dan perebutan sumber daya telah mengakibatkan perang yang menghancurkan kehidupan manusia. Minyak, air bersih, makanan dan penunjang kehidupan manusia lainnya menjadi hal yang sulit ditemui. Setelah perang, terjadi kekacauan di mana-mana dan jalanan dikuasai oleh geng-geng motor yang jahat.

Pada Mad Max (1979) diceritakan bahwaĀ  Max Rockatansky adalah seorang polisi yang hidup bersama anak dan istrinya di tengah-tengah kekacauan yang melanda dunia. Akibat perseteruan Max dengan salah satu geng motor, anak dan istri Max terbunuh. Kehilangan anak dan istri membuat Max pergi berkelana tanpa tujuan yang jelas, hanya untuk bertahan hidup hari demi hari. Dalam pengembaraannya, Max bertemu berbagai masalah dan karakter lain yang dikisahkan pada Mad Max 2:Ā The Road Warrior (1981) danĀ Mad Max Beyond ThunderdomeĀ (1985). Bagaimana dengan Mad Max: Fury RoadĀ (2015)?

Tidak jauh berbeda dengan film-film Mad Max sebelumnya, Max berpapasan dengan sekelompok komunitas sesat di tengah-tengah pengembaraannya. Kali ini Max tertangkap dan ditawan oleh sebuah komunitas yang dipimpin oleh Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne). Joe sangat diagung-agungkan oleh para pengikutnya termasuk war boys, kelompok fanatik pemuda-pemuda ababil (abg labil) botak yang bersedia berbuat apapun demi Joe. Joe seolah Tuhan bagi anggota war boys. Menurut kepercayaanĀ war boys, mereka akan dapat mencapai Valhala atau surga apabila mereka mati demi Joe (x__x).

Mad Max 4

Mad Max 18

Nux (Nicholas Hoult) merupakan salah satu war boys yang tetap ingin maju menjalankan misi dari Joe walaupun ia terluka dan kekurangan darah. Kebetulan saat itu istri-istri Joe melarikan diri bersama Imperator Furiosa (Charlize Theron), tangan kanan Joe yang berhianat. Nux ikut berangkat mengejar Furiosa dengan mengikatkan Max di depan kendaraannya selagi darah Max dialirkan ke dalam pembuluh darah Nux. Max diperlakukan sebagai kantong darah portable bagi Nux.

Mad Max 3

Mad Max 14

Aksi kejar-kejaran di jalanan yang tandus ini mendominasi sebagian besar Mad Max: Fury RoadĀ (2015). Saya rasa Mad Max: Fury RoadĀ (2015) agak mirip dengan Mad Max 2:Ā The Road Warrior (1981) tapi Mad Max 2:Ā The Road Warrior (1981) masih memiliki kejutan di bagian akhir cerita. Kalau dilihat dari segi jalan cerita, Mad Max: Fury RoadĀ (2015) cenderung dangkal dan mudah sekali ditebak apalagi bagi para penonton yang pernah menonton film-film Mad Max lainnya.

Mad Max 5

Mad Max 11

Mad Max 10

FRD-25474.TIF

Keunggulan Mad Max: Fury RoadĀ (2015) adalah dari segi adegan aksinya yang keren, kreatif dan memukau. Sejak awal para penonton disuguhkan oleh berbagai adegan aksi yang tidak monoton, padahal film ini tidak terlalu banyak menggunakan special affect lhooo, mantabbb. Selain itu kegilaan war boys dan konsep kepercayaan yang komunitas Immortan Joe miliki pun terbilang unik dan kreatif. Pemeran Immortan Joe pun ternyata merupakan pemeran Toecutter, tokoh antagonis utama pada Mad Max (1979). Sayang wajahnya tidak terlalu dapat dikenali karena faktor usia dan Opa Joe lebih sering menggunakan penutup mulut dan hidung sepanjang film.

Mad Max 16

Mad Max 13

Mad Max 9

Mad Max 6

Mad Max 12

Mad Max 20

Mad Max 17

Mad Max 19

Mad Max 2

Walaupun dari segi jalan cerita film ini terbilang sederhana, adegan aksi dan keunikan komunitas Opa Joe berhasil menjadi nilai plus yang sangat menonjol di mata saya. Dengan demikian, Mad Max: Fury RoadĀ (2015) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.Ā Mad Max: Fury RoadĀ (2015) merupakan film Mad Max terbaik yang pernah dibuat.

Sumber:Ā www.madmaxmovie.com

Kingsman: The Secret Service (2014)

Kingsman1

CIA, KGB, Interpol, MI6 adalah nama-nama organisasi intelejen dan sering dipergunakan oleh film-film Hollywood. Bagaimana dengan Kingsman? Apaan tuh? Itu adalah organisasi rekaan pada buku komik The Secret Service yang kini telah diangkat ke layar lebar. Ketika banyak organisasi intelejen negara-negara maju yang hanya berjuang demi kepentingan negara masing-masing saja, Kingsman hadir sebagai organisasi intelejen swasta yang tidak terikat pada negara manapun walaupun pusat Kingsman ada di Inggris dan kode nama para agen rahasiannya menggunakan nama-nama kesatria Camelot, kerajaan legendaris dari Inggris.

Bergabung menjadi anggota Kingsman tidaklah mudah. Masing-masing anggota Kingsman mengajukan calonnya masing-masing, kemudian para calon anggota tersebut diuji sampai ada 1 yang berhasil lolos dari semua ujian tersebut. Pada Kingsman: The Secret Service (2014) dikisahkan bahwa Harry Hart (Colin Firth) mencalonkan Gary “Eggsy” Unwin (Taron Egerton) untuk mengisi 1 posisi di Kingsman yang kosong. Posisi tersebut kosong setelah salah satu agen Kingsman tewas dibunuh Gazelle (Sofia Boutella) ketika sedang menyelidiki sebuah penculikan yang disutradarai oleh majikan Gazelle, Richmond Valentine (Samuel L. Jackson).

Kingsman17

Kingsman2

Kingsman11

Kingsman18

Kingsman16

Kingsman19

Kingsman13

Kingsman3

Pada akhirnya Eggsy terpaksa ikut turun tangan untuk menghadapi rencana jahat Valentine dan rekan-rekannya. Valentine ternyata sudah memiliki banyak rekan yang menduduki posisi penting di berbagai struktur pemerintahan dan organisasiĀ …Ā Apakah Kingsman termasuk organisasi yang telah disusupi antek-antek Valentine? Yaaaah apapun jawabannya, jagoan pada Kingsman (2014) sopasti akhirnya menang meskipun belum tentu selamat semua, saya tidak akan memasukkan spoiler di sini, tenang saja ;).

Kingsman5

2014, KINGSMAN: THE SECRET SERVICE

Kalau dilihat dari sisi jalan cerita, rasanya keberadaan dan asal usul Kingsman sendiri terlalu “ngayal” dan hampir tidak mungkin. Rencana jahat Valentine pun kok ya rasanya kurang spektakuler, saya pernah melihat rencana jahat yang serupa tapi tak sama di film lain. Beruntung adegan perkelahian yang Kingsman (2014) sajikan nampak keren dan unik. Kamera terus mengikuti laju perkelahian tanpa terputus dengan cara yang tepat dan bagus :).

Kingsman10

Kingsman8

Kingsman7

Kingsman15

Kingsman6

Kingsman12

Kingsman14

Kingsman9

Secara keseluruhan, Kingsman (2014) masih dapat dijadikan sebagai hiburan disaat penat. Dari saya pribadi, film ini mampu meraih nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber:Ā www.kingsmanmovie.com

Mission: Impossible – Rogue Nation (2015)

Rogue Nation 1

Pada tahun 2015 ini Ethan Hunt (Tom Cruise) dan agen-agen IMF (Impossible Missions Force) hadir kembali pada film layar lebar Mission Imposible kelima, Mission: Impossible – Rogue Nation (2015). Lawan Ethan dan kawan-kawan kali ini adalah sebuah sindikat yang beranggotakan mantan agen rahasia dari berbagai negara. Ethan menduga bahwa sindikat misterius tersebut bertanggung jawab terhadap berbagai aksi misterius di Jakarta, Manila dan kota-kota besar lainnya. Maksud, tujuan sampai siapa pemimpin dan donatur sindikat tersebut masih tidak diketahui. Keberadaan sindikat tersebut pun disangkal oleh para petinggi MI6 dan CIA.

Rogue Nation 11

Keadaan semakin parah ketika IMF tiba-tiba dibubarkan dan para anggotanya ditarik menjadi anggota CIA, semua anggota IMF dipanggil pulang untuk penempatan tugas berikutnya oleh CIA. Ethan menolak pemanggilan tersebut dan dianggap sebagai buronan oleh CIA. Ethan bersikeras mengejar dan menyelidiki sindikat yang keberadaannya disangkal oleh CIA. Chief Director CIA sendiri, Alan Hunley (Alec Baldwin), ikut aktif turun tangan mengejar Hunt. Padahal diam-diam Hunt sendiri dibantu oleh mantan anggota IMF yang terpaksa ditarik oleh Alan menjadi anggota CIA seperti Benji Dunn (Simon Pegg), William Brandt (Jeremy Renner) dan Luther Stickell (Ving Rhames).

Rogue Nation 4

Rogue Nation 10

Rogue Nation 6

Rogue Nation 12

Rogue Nation 7

Dalam perjalanannya, Ethan beberapa kali berhadapan dengan Ilsa Faust (Rebecca Ferguson), agen MI6 yang entah benar-benar masih bekerja untuk MI6 atau sudah sepenuhnya berpaling kepada sindikat atau lebih memilih bekerja untuk dirinya sendiri. Ilsa terkadang nampak sebagai teman, terkadang nampak sebagai lawan.

Rogue Nation 9

Rogue Nation 8

Mission: Impossible – Rogue Nation (2015) penuh tipu daya dan intrik yang tidak mudah ditebak ke mana arahnya. Jebakan-jebakan ala film seri Mission Imposible lebih kental terasa pada Mission: Impossible – Rogue Nation (2015) dibandingkan 4 film layar lebar Mission Imposible terdahulu.Ā Film layar lebar kelima Mission Imposible inipun masih menampilkan adegan aksi yang dapat dikatakan hampir mustahil dilakukan. Ada adegan kejar-kejaran motor, bergelantungan di pesawat dan menyelam.

Rogue Nation 5

Rogue Nation 3

Rogue Nation 2

Tapi entah kenapa kurang ada emosi di sana, saya tetap tidak merasakan efek “wow” ketika menonton Mission: Impossible – Rogue Nation (2015). Film ini masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sejauh ini Mission: Impossible – Rogue Nation (2015) adalah film layar lebar Mission Imposible terbaik yang pernah saya tonton.

Sumber:Ā www.missionimpossible.com