Akhirnya Bisa Icip-Icip Gabus Puncung-nya Mpok Eni Timan

Ketika membesuk saudara saya yang sakit kemarin, saya mampir ke rumah makan gabus pucung terdekat. Konon gabus pucung-nya enak, tapi jalannya kecil dan macet. Itulah alasan kenapa saya belum pernah mampir ke sana walaupun saya sudah beberapa kali jalan-jalan ke arah sana. Ternyata lokasinya tidak terlalu sempit kok jalannya. Sekarang jalannya sudah bagus dan bisa dilewati 2 mobil. Restoran gabus pucung yang saya maksud adalah Rumah Makan Gabus Pucung Khas Betawi Ibu Eni Timan. Rumah makan tersebut terletak di Jl. Benda No. 73, Kampung Pedurenan, Jatiluhur, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat.

Kondisi Rumah Makannya sederhana tapi bersih, luas dan nyaman. Maish pantaslah kalau dipergunakan sebagai tempat untuk menjamu tamu dari jauh hehehe. Di dalamnya terdapat berbagai menu lain selain gabus pucung seperti aneka pepes dan pecak. Saya sendiri baru sempat mencicipi pecak gabus dan gabus pucung saja. Maklum, lokasinya agak jauh dari rumah saya hehehehehe.

Pecak gabusnya tampil dengan kuah cari berwarna kemerahan. Ikannya sendiri lembut dan tidak amis. Namun kuahnya memiliki aroma dan rasa bawang yang sangat dominan. Hidangan yang satu ini membutuhkan pendamping yang lebih netral atau plain. Kadar bawangnya agak overdosis siy bagi lidah saya pribadi.

Bagaimana dengan hidangan unggulannya, yaitu gabus pucung? Hidangan khas betawi yang satu ini tampil dengan kuah kehitaman seperti rawin. Tak lupa tersedia sambal yang hadir menemani. Ikan gabusnya sendiri super lebut dan jauh dari rasa amis, sipasti ini ikan gabus kualitas unggul. Kuahnya terasa sedikit asam dengan aroma dan tektur rempah-rempah yang unik. Sambalnya sendiri tidak terasa pedas, malahan terasa sedikit manis. Kalau semua digabungkan, hadirlah sebuah hidangan khas yang layak untuk disantap bersama keluarga, yuummmm.

Dengan demikian, rumah makan khas betawi yang satu ini layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Saya pasti akan mampir ke sana lagi kalau sedang jalan-jalan ke rumah saudara saya lagi.

Serial Entong

Bertahun-tahun lalu, terdapat sinetron Si Entong yang biasa diputar di TV. Kemudian hadir beberapa spin-off dari sinetron tersebut, sampai pada akhirnya dibuatlah versi serial animasinya dengan judul Entong. Saya sendiri hampir tidak pernah menonton versi sinetronnya. Saya menonton Entong versi animasi karena menemani anak saya menonton TV. Sampai saat saya menulis tulisan ini, Etong merupakan salah satu serial animasi yang kerap hadir di salah satu stasiun TV nasional.

Mirip dengan versi sinetronnya, serial animasi yang satu ini memiliki seorang tokoh utama bernama Entong sebagai tokoh utamanya. Entong tinggal di sebuah perkampungan yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta. Di sini, diperlihatkan kemajemukan kota Jakarta. Entong yang berasal dari suku Betawi, mampu berinteraksi dengan karakter-karakter lain yang berasal dari berbagai macam suku.

Tentunya, berbagai kebaikan diajarkan pada setiap episodenya. Tema yang diambil sekilas memang cukup klise. Kebaikan melawan kejahatan dimana Entong digambarkan sebagai tokoh baik. Kemudian, hadir Memed sebagai tokoh jahat yang selalu berseteru dengan Entong pada setiap episodenya.

Konflik antara Entong dan Memed memang menjadi cerita utama pada serial ini. Sayang, serial yang harusnya untuk anak-anak ini digarap dengan gaya sinetron. Memed seolah-olah seperti iblis yang memiliki berbagai sifat buruk. Ia bahkan kadang berhasil menang melawan Entong. Loh kok menang? Sekilas memang seolah-olah kebaikan selalu menang. Akantetapi kalau ditelaah, maka terlihat jelas bahwa pada dasarnya terkadang Entong berada dipihak yang kalah. Pada film seri ini, Entong tidak digambarkan sebagai malaikat yang tidak punya dosa. Entong digambarka sebagai anak manusia yang pada dasarnya merupakan anak baik. Semua sifat baik tentunya melekat pada karakter Entong. Namun beberapa tindakan Memed, berhasil membuat Entong sedikit berbelok. Terkadang, Entong bermaksud melakukan perbuatan baik, namun dengan cara yang kurang tepat. Bak iblis, Memed berhasil memancing Entong agar Entong turut serta menerima hukuman seperti dirinya. Aaaah sungguh sinetron sekali hehehehehe.

Dari segi visual, animasi Entong pun terbilang lumayan bagus dan menarik, tak kalah dengan film kartun luar negeri. Hal ini tentunya sukses membuat anak-anak betah menonton Entong. Not bad laaad :).

Saya rasa serial Entong layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Ketika menonton film ini, jangan lupa mendampingi anak-anak kecil karena film kartun ini digarap seperti menggarap sebuah sinetron. Jadi sopasti ada karakter anak kecil yang bersifat seperti iblis. Padahal pada dunia nyata, setiap individu ada sifat baiknya bukan? Apalagi anak-anak kecil yang seharusnya masih polos dan minim dosa.

Sumber: http://www.mncanimation.com/products/view/entong

Nasi Uduk Khas Betawi Asli, Gurihnya Poooll

Sering melewati deerah Jl. Pahlawan Revolusi Jakarta Timur, membuat saya dan keluarga melihat ramainya sebuah restoran sederhana. Namanya pun agak umum yah, Nasi Uduk Khas Betawi. Lokasinya tepat di seberang Rumah Sakit Bunda Aliyah Pondok Bambu. Restoran ini hanya buka di malam hari karena lokasinya digunakan oleh bengkel pada pagi hari.

Lokasi

Restoran yang ramai ini, berhasil dikelola dengan baik sekali karena semuanya dibuat teratur menggunakan nomor antrian. Jadi, sesampainya di sana, silahkan isi form kecil terkait nama pemesan, apakah mau dibungkus atau makan di sama, dan menu yang akan dipesan. Nahhh, masalahnya di sana memang tidak ada daftar menu wkwkwkwkw. Yahhh kalau mau tahu menu yang ada, silahkan lihat di etalase kaca, atau tanyakan kepada petugas. Menu pada Nasi Uduk Khas Betawi Asli ini cukup umum kok. Di sana ada nasi uduk, ayam goreng, paru, semur tahu, tahu goreng, tempe godeng, perkedel jagung dan empal.

Nasi Uduk Betawi

Form Pemesanan

Etalase Kaca

Dapur

Bagian Dalam Restoran

Keunggulan restoran yang satu ini adalah pada nasi uduknya. Bumbu pada nasi uduknya ini sangat berani, gurihnya tidak tanggung-tanggung. Tapi walaupun gurih sekali, nasi uduknya tidak membuat eneg atau mual loh.

Nasi Uduk

Bagaimana dengan lauk pauknya? Standard sih sebenarnya. Hanya saja, rasanya jadi enak ketika bertemu dengan nasi uduknya. Saya dan istri biasanya menyantap nasi uduk dengan salah satu menu goreng-gorengan (ayam goreng, tahu goreng, empal, perkedel dan lain-lain), plussss satu menu semur. Saya sih biasanya memesan semur tahu. Kuah semur yang manis terasa lezat ketika bertemu si nasi uduk dan lauk lainnya, yummmm :D.

Semur Tahu

Untuk lauk selain nasi uduk dan semur, saya sendiri lebih senang dengan ayam gorengnya. Sedangkan istri saya suka dengan empalnya. Nahhh kalau favorit orang-orang yang saya lihat justru perkedel jagung dan paru. Hhhmmm, kalau perkedel jagungnya sih saya tidak terlalu suka :). Yahhh selera orang kan boleh berbeda-beda. Loh, bagaimana dengan parunya? Diluar dugaan, parunya empuk, juicy dan manis … mantab. Paru adalah favorit saya di tempat ini, enak ternyata.

Ayam Goreng, Tahu Goreng, Tempe Goreng, Perkedel Jagung & Empal

Bagaimana dengan sambalnya?? Bagi saya pribadi, tidak ada rasa pedas di sana, rasanya agak asam manis, mirip dengan sambal-sambal di restoran nasi uduk Betawi pada umumnya. Sambal ini tentunya terasa sagat cocok ketika bertemu dengan si nasi uduk dan berbagai lauk pauk pendampingnya. Bagi saya yang asam lambungnya terkadang bermasalah, sambal seperti ini relatif cocok bagi lambung saya ;).

Sambal

Restoran ini jelaaaas sudah pasti memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Enak”. Sementara ini, paling tidak seminggu sekali saya dan keluarga mampir ke sana :D.

Ncang, Ncing, Nyak, Babeh, Mampir di Nasi Uduk Betawi yang di Cipinang Bali Nyok

Nasi Uduk Betawi 1

Hampir setiap hari saya melewati daerah Cipinang Bali, Jakarta Timur. Menjelang sore hari, sekitar pukul 5 sore, ada 1 warung kaki 5 yang saya lihat cukup penuh. Posisinya di Jl. Inspeksi Saluran Kalimalang, Cipinang Bali, Jakarta Timur (dekat halte bus Cipinang Bali & Masjid Jami Asy Syakirin). Nama warung kaki 5 ini agak umum yaaa, namanya Nasi Uduk Betawi, udah itu saja, tidak pakai nama si pemilik atau hal lain yang bisa menjadi pembeda. Juru masaknya saya lihat pakai seraram, biasanya warung kaki 5 yang laris, sudah mampu memberikan seragam bagi karyawannya ;). Walaupun saya tahu warung Nasi Uduk Betawi tersebut ramai, saya baru mampir ke sana ketika saya dan keluarga baru saja pulang dari pasar kemarin, mungkin karena lokasinya dekat sekali dengan pusat macet, gerbang kompleks Cipinang @__@, saya agak malas turun dari angkot kalau lewat sana.

Nasi Uduk Betawi 5

Lokasi Nasi Uduk Betawi

Masakan yang disajikan di warung Nasi Uduk Betawi adalah nasi uduk, ayam goreng, usus, ati ampela, tahu, tempe, semur telur, semur jengkol dan lain-lain. Rasa nasi uduknya cukup mantab, gurihnya cukup terasa. Ayam gorengnya gurih tanpa membuat saya eneg, kadang ada warung kaki 5 yang masakannya terlalu gurih sampai membuat pelanggannya eneg :(. Sambal yang disajikan termasuk ke dalam kategori pedas panass, ajib, top dah :D. Nah untuk rasa semur jengkolnya, lumayan gurih, sedikit manis dan tidak bau, kemarin itu adalah pengalaman perdana saya makan jengkol, saya tergoda melihat bapak saya makan semur jengkolnya dengan super lahap :mrgreen:, whaaa boleh juga neh. Paduan antara nasi uduk, kuah semur & daging ayam plus sambalnya yang pedas benar-benar cucok dengan selera lidah saya. Yummmm!

Nasi Uduk Betawi 2

Nasi Uduk

Nasi Uduk Betawi 4

Ayam Goreng Dada

Nasi Uduk Betawi 3

Semur Jengkol

Nasi Uduk Betawi 6

Semur Telor & Tahu

Setelah makan, saya & bapak saya berbincang sebentar & kami menarik kesimpulan bahwa kunjungan kami ke warung Nasi Uduk Betawi yang terletak di Cipinang Bali ini patut untuk diulang lagi karena rasa makanan di warung kaki 5 tersebut layak mendapat nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Enak” :).

**************************************Update05/04/2018**************************************
Seiring dengan pelebaran Jalan Raya Kalimalang untuk Tol Becakayu, warung ini hilang tergusur entah kemana

Ayam Goreng Mat Lengket, Warung Nasi Uduk Asli Betawi

Warung Ayam Goreng Mat Lengket ini sudah berdiri sejak tahun 1973, wah sudah lama banget yaaa. Awalnya pendiri warung yang bernama H. Asmat, orang betawi asli yang dilahirkan di Rogelam, berjualan di rumahnya. Namun karena keterbatasan tempat dan pelanggan yang semakin banyak, maka warungpun pindah ke lokasi yang lebih luas tidak jauh dari tempat tinggalnya yaitu di Jalan Bekasi Timur Raya Km 17, Jakarta Timur, dekat sekali dengan jembatan layang. Warung ini buka mulai pukul 17:00, namun biasanya sudah mulai kehabisan jeroan atau menu lainnya pada pukul 19:00 atau 20:00. Laris maniess. 🙂

Lokasi Mat Lengket

Bagian dalam Mat Lengket

Bagian dalam Mat Lengket

Menu utama dari Ayam Goreng Mat Lengket adalah nasi uduk dan ayam gorengnya yang khas Betawi. Ketika saya tiba di lokasi, saya langsung disuguhkan oleh sepiring nasi uduk, ayam goreng, lalapan dan sambal. Sambal yang disajikan di sini bukanlah sambal yang pedas, melainkan sambal yang rasanya agak manis. Sementara itu ayam goreng yang disajikan adalah ayam kampung tanpa kulit yang sudah diberi bumbu sehingga berwarna agak kuning. Bila pengunjung ingin menambah semur jengkol, semur tahu, kulit ayam, aneka jeroan atau pete, maka pengunjung dapat memesannya di etalase bagian depan warung atau dapat meminta kepada karyawan warung ini yang sepertinya jumlahnya puluhan. Saya rekomendasikan sebaiknya pesan semurnya kalau datang ke Mat Lengket, rasa ayam goreng dan sambal yang kurang pedas dapat terselamatkan ketika dikawinkan denga nasi uduk plus kuah semur yang gurih :D. Oh tak lupa sate kulit yang lembut dapat pula menemani ayam tersebut loh. Saya lebih suka dengan sate kulitnya ketimbang jeroan-jeroan.

Nasi Uduk

Ayam Goreng

Mat Lengket 2

Semur Jengkol

Mat Lengket 3

Ayam & Ati Ampela

Ayam & Sate Kulit

Saya sendiri merasa bahwa makan di tempat ini nilainya adalah 4 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Enak”. Kalau saya makan di Ayam Mat Lengket tanpa kuah semur, rasanya memang masih tetap ok tapi … kurang “berani” bagi lidah saya atau mungkin saja saya yang memang pada dasarnya kurang cocok dengan nasi uduk khas Betawi, yang pasti orang tua saya senang sekali makan di Ayam Mat Lengket meski kami jarang sekali makan di sini karena kami sering kehabisan dan jam buka warung ini kurang pas dengan jadwal hari-hari keluarga saya berkumpul. Bagi warga Jakarta atau wisatawan yang sedang berkunjung ke Jakarta, tempat ini patut dikunjungi karena menghadirkan masakan nasi uduk khas betawi yang rasanya masih “original”. Selamat mencoba 🙂