
Sekitar tahun 2011 lalu, saya pernah mengalami pelayanan yang buruk sekali pada salah satu cabang Warung Tekko di Tangerang Selatan :'(. Pengalaman tersebut membuat saya pribadi mem-blacklist Warung Tekko. Saya tak akan makan di sana kecuali kalau ditraktir atau sedang terdesak. Toh rasa makannya biasa pakai banget, entah pendapat ini muncul karena saya kesal atau tidak ya hehehehe. 8 tahun sudah berlalu, saya rasa manajemen Warung Tekko sudah banyak bebenah diri dan melakukan berbagai perbaikan sehingga pelayanannya semakin baik kedepannya. Toh cabang Warung Tekko yang menyebalkan tersebut sudah tutup :D.
Nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena Warung Leko memiliki logo dan bentuk yang sangat mirip dengan Warung Tekko, yaaah otomatis Warung Leko tidak sengaja masuk pula ke dalam blacklist saya hohohoho. Wah kenapa kok keduanya mirip yah? Ternyata keduanya memang sama-sama berasal dari Surabaya dan berdiri di bawah bendera Warung Leko. Saya rasa nama leko sekilas mirip seperti kata lekoh yang sering diucapkan orang Surabaya ketika menyantap makanan yang enak sekali. Dan sepertinya masakan mereka memang cocok dengan lidah Surabaya karena cabang mereka terus bertambah dari hari ke hari. Lhah terus kok ada Tekko dan Leko itu dari mana asalnya? Konon karena perselisihan internal, mereka kemudian pecah kongsi. Salah satu pihak yang berselisih kemudian memilih untuk keluar dan mendirikan Warung Tekko. Itulah mengapa logo, dekorasi toko dan menu masakannya sangat mirip sekali.
Warung Leko sendiri sebenarnya sudah berdiri di Surabaya sejak tahun 2006. Walaupun sepertinya di DKI Jakarta sendiri cabangnya tak sebanyak Warung Tekko, Warung Leko sudah memiliki cabang di Setiabudi One, Grand Indonesia, Central Park, Citywalk Sudirman, Plaza Semanggi, Jalan Gajah Mada, Jalan Pemuda, Jalan Pesanggrahan Raya, Senayan City, Kota Kasablanka Mall, Lotte Shopping Avenue, Ciputra Mall, Kelapa Gading Mall 3 dan Rukan Cordoba. Wah lumayan banyak juga yaaaa.

Bagian Dalam

Bagian Dalam
Salah satu cabang Warung Leko ini buka di gedung tempat saya bekerja dulu. Restorannya nampak penuh sekali terutama setelah Sholat Jumat. Kalau dilihat dari bentuknya, restoran ini menyajikan makanan yang lebih Indonesia, bukan Western atau Jepang. Yaaa jelasss, Warung Leko memang terkenal akan hidangan iga sapinya. Saya sendiri baru sempat mencicipi es kelapa duren, cah kangkung, cah taoge ikan asin, buntut bakar madu, iga hotplate dan iga & otot sapi penyet. Yang lain, entahlah mungkin kapan-kapan saya cicipi juga.
Cah taoge ikan asin menggunakan siraman bumbu yang terasa gurih. Bagi yang kurang suka dengan akar toge, mungkin akan merasakan sedikit bau tanah. Tapi bagi saya sih rasa tersebut tidak ada. Ini bukan menufavorit saya tapi rasanya lumayan dan cocok dijadikan pendamping menu utama lainnya.

Cah Taoge Ikan Asin
Cah kangkung sebenarnya yaa seperti cah kangkung pada umumnya. Rasanya standard dan bisa dijadikan pendamping ketika saya menikmati iga penyet atau menu daging lainnya, menghilangkan rasa bersalah makan kolesterol hehehehe.

Cah Kangkung
Buntut bakar madu merupakan daging buntut bakar dengan olesan madu dipermukaannya. Dagingnya empuk, rasa bakarnya terasa, tapi rasa madunya kurang terasa. Hanya ada sedikit rasa manis madu di sana. Nilaiplus dari menu ini adalah betapa banyak dan lembutnya daging buntut yang disajikan, yummmmmmm.

Buntut Bakar Madu
Iga & otot sapi penyet terdiri dari sambal penyet yang terletak di bawah lalapan, potongan iga goreng dan potongan otot sapi. Daging iganya tidak full daging, terdapat sedikit lemak disela-sela dagingnya sehingga daging tidak terlalu kering. Ototnya lembut dan dapat memberikan tambahan tekstur yang enak ketika dikunyah bersama dengan daging iga. Baik iga maupun otot, terasa enak sekali ketika ditemani dengan sambal yang rasa dan aroma terasinya mantab. Khusus di Warung Leko, saya lebih suka memesan sambal yang tidak terlalu pedas. Sambal yang terlalu pedas justru akan mematikan aroma dan rasa terasinya. Tidak semuamua yang semakin pedas, semakin enak bukan? ;).

Iga & Otot Sapi Penyet
Iga hotplate adalah daging iga sapi yang dibakar dengan saus barbeque. Kemudian iga tersebut disajikan di atas hotplate dengan sambal, tomat, bawang dan lalapan. Daging iga di sini terasa lembut tapi sayang saus barberque-nya kurang terasa. Saya sendiri harus menjilati saus yang menempel pada tulang iga. Padahal sausnya lumayan enak loh, jumlahnya saja yang sedikit sekali. Sambal yang digunakan pada menu ini tidak seenak sambal penyet yang digunakan pada menu iga & otot sapi penyet. Penggunaan hotplate pun tidak mampu memberikan banyak perbedaan.

Iga Hotplate
Es kelapa duren merupakan perpaduan antara duren dan kelapa, sehingga tak heran kalau ada serutan kelapa pada permukaan minuman ini. Ahhh tapi mana durennya? Ada sih tapi sepertinya agak kalah dominan dengan rasa kelapanya. Saya sendiri lebih senang dengan es durean saja, ini hanya pendapat dari saya yang suka sekali dengan duren ya. Teman-teman yang kurang suka dengan wangi menyengat duren, pasti suka dengan minuman ini karena rasa duren tetap ada tapi agak tipis :).

Es Kelapa Duren
Sejauh ini, sepertinya inilah salah satu warung iga dengan iga goreng paling enak yang pernah saya santap, asalkan ditemani dengan sambal penyetnya ;). Sambal penyet Warung Leko memang juara. Lokasi yang strategis dan restoran yang bersih tentunya menambah nilai plus tempat ini. Tentunya saya ikhlas untuk memberikan Warung Leko nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Enak”.
Menyukai ini:
Suka Memuat...