Thor: Love and Thunder (2022)

Thor: Love and Thunder (2022) adalah film solo ketiga dari Thor Odison (Chris Hemsworth), sang dewa petir. Tentunya film ini adalah bagian dari MCU (Marvel Cinematic Universe) sehingga ada sedikit kesinambungan dengan film-film MCU sebelumnya. Sebagai pengantar, Thor telah menjadi superhero yang memenangkan berbagai perang besar. Beberapa diantaranya membuat Thor harus kehilangan Mjolnir, palu kesayangan Thor. Setelah Mjolnir hancur, Thor memperoleh senjata baru yang disebut Stormbreaker. Sekilas memang mirip dengan Mjolnir, namun bedanya, Stormbreaker mampu memanggil bifrost. Bifrost merupakan kekuatan untuk berkelana ke berbagai tempat dan dimensi dalam waktu singkat. Bagaimana nasib pecahan Mjolnir? Menjadi salah satu objek wisata di Bumi.

Tanpa Thor sadari, sebuah permintaan tulus darinya telah membuahkan jembatan hubungan antara Mjolnir dengan Jane Foster (Natalie Portman). Ketika Jane datang untuk melihat pecahan Mjolnir, seketika itu pula Mjolnir menyatu dan mengubah Jane menjadi Thor. Seketika Jane dapat memiliki kostum dan semua kekuatan Thor. Hanya saja, dibalik semua itu, Jane sebenarnya sekarat.

Dimana Thor? Setelah memenangkan peperangan besar melawan Hela dan Thanos, ia berkelana bersama The Guardians of the Galaxy. Namun beberapa peristiwa genting membuat Thor untuk kembali ke Bumi dan pada akhirnya bertemu dengan Jane.

Mereka harus berhadapan dengan Gorr (Christian Bale), sang penjagal dewa. Satu per satu dewa-dewi yang ada di semesta, berhasil Gorr bunuh. Berawal dari sebuah kekecewaan dan kebencian terhadap dewa, Gorr berhasil mengangkat necrosword. Dengan senjata tersebut, Gorr memiliki kekuatan besar yang mempu membunuh para dewa.

Awalnya saya pikir, Thor: Love and Thunder (2022) merupakan peralihan karakter Thor menjadi Jane. Saat ini MCU sedang melakukan penyegaran dengan mengganti dan menambah deretan superhero-nya. Hampir semua superhero MCU lawas sudah memiliki film “peralihan”. Saya pikir, inilah saatnya Thor memiliki pengganti. Aahhh ternyata dugaan saya kurang tepat.

Agak ambigu apakah Jane menjadi karakter pangganti Thor pada film-film MCU berikutnya. Pada film ini, Jane memang memiliki porsi yang cukup besar. Namun ternyata terdapat karakter lain yang muncul dan mendampingi Thor pada bagian akhirnya. Kata-kata Love pada judul Thor: Love and Thunder (2022) ternyata memiliki arti tersendiri. Wah keren juga, ini adalah hal yang tidak saya duga.

Selain itu, adegan pertarungannya terbilang seru. Memainkan kombinasi dengan warna hitam putih membuat Thor: Love and Thunder (2022) terlihat semakin menarik. Warna-warni nuansa 80-an pun terlihat sangat dominan di mana-mana. Mirip seperti Thor: Ragnarok (2017), film ketiga Thor ini menggunakan atribut dan lagu yang berhubungan dengan budaya 80-an. Semua terlihat bagus, jadi saya pribadi tidak ada masalah dengan ini.

Gorr berhasil tampil sebagai tokoh antagonis yang ganas. Temanya agak horor tapi agak tanggung. Karakter yang satu ini memiliki potensi untuk tampil lebih ganas lagi. Namun yaaah mungkin pihak produser melarang ini. Kalau terlalu menyeramkan, nanti Thor: Love and Thunder (2022) gagal masuk ketegori film PG13. Kalau sampai masuk ke kategori R atau NC-17, otomatis jumlah penontonnya lebih dibatasi lagi. Sayang sekali kalau kualitas sebuah film dibatasi oleh faktor komersil seperti ini.

Selain unsur horor, kali ini unsur komedinya banyak sekali. Semuanya bertebaran dimana-mana. Komedinya bukan komedi yang membuat penonton terawa terpingkal-pingkal ya, cukup senyum-senyum saja. Sayangnya otomatis Thor: Love and Thunder (2022) terlihat menjadi film yang tidak terlalu serius.

Dengan demikian, Thor: Love and Thunder (2022) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Kabarnya Thor masih akan memiliki lagi setelah Thor: Love and Thunder (2022). Jadi dari beberapa deretan superhero lawas MCU, sementara ini hanya Thor masih akan terus hadir, entah sampai kapan. Semoga film keempatnya bisa lebih bagus lagi.

Ehem ehemmm …. Sedikit tambahan, Marvel dan Disney seperti biasa tak henti-hentinya berusaha untuk memasukkan unsur LGBT ke dalam film-filmnya. Tak terkecuali untuk Thor: Love and Thunder (2022). Film ini mengisahkan percintaan Thor dan Jane. Kemudian ada pula hubungan antara Thor dengan Mjolnir dan Stormbreaker yang sudah seperti mahluk hidup saja, bagian ini tergolong lucu yaaa. Di antara hubungan-hubungan tersebut, disisipikan hubungan LGBT yang dibawakan oleh 2 karakter lain. 2 karakter yang rasa sih kalaupun tidak ada, tidak akan terlalu berpengaruh terhadap jalan cerita utama. Saya jadi merasa, fungsi keberadaan mereka yah hanya sebagai bahan untuk menyisipkan pesan LGBT. Kali ini pesannya cukup terlihat jelas, bukan hanya sekilas hehehe. Yah walaupun film ini termasuk PG13 yang artinya anak umur 13 tahun ke atas boleh menonton. Saya pribadi tidak menyarankan untuk membawa anak-anak untuk menonton film ini. Biarlah orang yang sudah cukup umur dan matang untuk dapat mengambil sikap mengenai pesan LGBT yang muncul. Jangan anak-anak di bawah umur yang masih polos. Sekian terimakasih, hohohoho.

Sumber: http://www.marvel.com

Serial Moon Knight

Pada awal tahun ini, Marvel memperkenalkan satu karakter superhero lagi melalui serial Moon Knight. Dewa-dewi Mesir kuno menjadi bagian yang tak terpisahkan dari serial ini. Moon Knight sendiri pada dasarnya adalah avatar dari Khonsu, salah satu dewa Mesir kuno. Khonsu memiliki ambisi untuk menumpas segala kejahatan yang ada. Ia hanya dapat melakukan aksinya melalui seorang avatar. Pada serial ini, dewa-dewi Mesir kuno memiliki avatar. Melalui avatar inilah mereka dapat mengamati, terkadang bahkan dapat ikut campur dalam urusan duniawi. Melalui avatar ini pulalah, para dewa-dewi dapat saling baku hantam ketika terdapat perseteruan diantara mereka.

Yang paling menarik dari serial ini adalah tokoh utamanya mengalami Dissociative Identity Disorder (DID). Ini adalah penyakit mental yang menyebabkan seseorang memiliki kepribadian lebih dari 1. Dalam hal ini, kita memiliki Marc Spector (Óscar Isaac Hernández Estrada) sebagai avatar Khonsu. Pada dasarnya, tubuhnyalah yang menjadi avatar khonsu. Maka, tubuh tersebut dapat memperoleh seperangkat kostum lengkap dengan berbagai kekuatan super dari Khonsu.

Marc bukanlah satu-satunya kepribadian yang ada di dalam tubuh tersebut. Terdapat pula kepribadian-kepribadian lain di sana. Setiap kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangan yang mampu saling melengkapi. Kepribadian Marc-lah yang ketika menggunakan kekuatan Khonsu, ia akan berubah menjadi Moon Knight. Sementara itu kepribadian lainnya seperti Steven Grant akan berubah menjadi Mr. Knight. Belum lagi kepribadian lainnya yang akan muncul seiring dengan berjalannya waktu. Sebab di versi komiknya, karakter ini memiliki banyak sekali kepribadian.

Saya sangat terhibur ketika melihat Marc berkomunikasi dengan Khonsu dan kepribadian lainnya. Memang sih seperti melihat orang kurang waras berbicara sendiri. Namun serial ini berhasil membuatnya menjadi sesuatu yang menarik.

Pengambilalihan tubuh oleh kepribadian yang berbeda pun sangat seru untuk diikuti. Adegan aksi nampak keren dengan kostum-kostum superhero yang bukan kaleng-kaleng. Ada tuuuh serial superhero ternama yang tokoh-tokohnya menggunakan kostum dengan topeng-topengan yang …. kurang ok untuk serial keluaran 2021.

Saya rasa Moon Knight sudah pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Setahu saya, Moon Knight merupakan bagian dari MCU (Marvel Cinematic Universe) fase 4. Mungkin di masa depan, karakter ini akan bertemu dengan superhero-superhero Marvel lainnya.

Sumber: http://www.marvel.com

The Mummy (2017)

Sejak berdiri pada 1912, Universal Studios sudah beberapa kali menelurkan film-film bertemakan monster seperti The Hunchback of Notre Dame (1923), The Phantom of the Opera (1925), Dracula (1931), Frankenstein (1931), The Mummy (1932), The Invisible Man (1933), Bride of Frankenstein (1935), Werewolf of London (1935), Abbott and Costello Meet Dr. Jekyll and Mr. Hyde (1953), Creature from the Black Lagoon (1954), The Mummy (1999) dan lain-lain. Nah tokoh-tokoh dari film tersebut akan dibuat ulang ke dalam beberapa film layar lebar yang saling berkaitan dan disebut Dark Universe. Jadi ceritanya ini mau dibuat seperti Marvel Universe dan DC Comics Universe yang cukup populer akhir-akhir ini.

The Mummy (2017) hadir sebagai film Dark Universe pertama yang hadir bioskop-bioskop tanah air. Apakah cerita film ini akan seperti Trilogi The Mummy yang dibintangi oleh Brendan Fraser di era 90-an dan awal 2000-an? The Mummy (2017) merupakan reboot dari Trilogi tersebut, tapi saya rasa hanya ada sedikit unsur yang mirip, sisanya jauh berbeda.

Pada The Mummy (1999), Nick Morton (Tom Cruise) secara tidak sengaja membebaskan Mumi Putri Ahmanet (Sofia Boutella) dari tidur panjangnya. Tindakan Nick membuatnya memperoleh sebuah kutukan. Ahmanet memilih dan menandai tubuh Nick sebagai tubuh yang pantas menampung Seth, dewa kematian pada mitologi Mesir.

Disini terjadi kejar mengejar karena Ahmanet harus menyelesaikan ritual untuk memasukkan Seth ke dalam tubuh Nick. Seperti pada Trilogi Mummy-nya Brendan Fraser, terdapat organisasi atau pasukan rahasia yang ikut membantu sang tokoh utama. Tapi pada The Mummy (2017), organisasi tersebut agak berbeda sebab organisasi inilah yang akan dijadikan benang merah Dark Universe. Yaaaah mirip S.H.I.E.L.D. kalau di Marvel Universe ;).

Pada organisasi tersebut, terdapat Henry Jeckyll (Russell Crowe) dan Jenny Halsey (Annabelle Wallis). Keduanya sama-sama ingin membantu Nick untuk lepas dari kutukan Ahmanet, tapi cara yang Henry usulkan bertolakbelakang dengan Jenny. Bagi yang pernah menonton atau membaca cerita mengenai Dr. Jeckyll, maka pastilah tahu kisah dan kutukan apa yang Henry Jeckyll derita ;).

The Mummy (2017) memang mengangkat tema mistik yang erat hubungannya dengan horor, tapi rasanya film ini bukanlah film horor. Adegan aksi nampak dominan pada film ini. Sesekali terdapat humor pula di sana. Sayangnya, walaupun dibumbui oleh adegan aksi yang bagus, saya agak mengantuk ketika menonton film ini, aksinya yaa mayoritas kejar-kejaran saja. Selentingan humor yang terkadang Nick munculkan pun tidak terlalu lucu.

Saya lihat karakter Nick di sini dimaksudkan sebagai seorang bajingan yang baik hati. Tapi kok ya rasanya agak janggal dan aneh jadinya. Kemudian saya tidak melihat “cinta” antara Nick dan Jenny. Tanpa adanya romansa yang menonjol di antara keduanya, bagian akhir film ini nampak kurang masuk akal.

Tidak ada rasa penasaran yang dapat memukau saya ketika menonton The Mummy (2017). Semuanya dibeberkan dari awal film, sama sekali tidak ada misteri di sana. Padahal kalau dipikir-pikir, materi film ini cukup bagus lho, hanya saja penyampaiannya terlalu “to the point”. Film bertemakan hal-hal mistik seperti ini seharusnya memiliki unsur misteri disetiap bagian. Saya rasa film ini dibuat seperti seolah-olah ini merupakah kisah awal seorang superhero dalam wujud monster. Tapi pendekatannya kurang pas sehingga film pertama Dark Universe ini gagal menunjukkan keunikan Dark Universe itu sendiri.

Rasanya The Mummy (2017) hanya dapat memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Merupakan awal yang mengecewakan bagi Dark Universe, tapi terus terang saya tetap menantikan dan akan menonton film Dark Universe berikutnya. Mungkin pada akhirnya kumpulan monster-monster dari beberapa film Dark Universe akan bergabung melawan sesuatu yang besar, hal ini tetap menarik untuk diikuti.

Sumber: http://www.themummy.com

Gods of Egypt (2016)

Cerita mengenai dewa Zeus, Hera, Hercules dan segala sesuatu terkait mitologi Yunani sudah sering sekali hadir dalam bentuk film. Kali ini Holywood mencoba peruntungan dengan mengangkat mitologi Mesir sebagai tema cerita melalui Gods of Egypt (2016). Kisah atau film mengenai Mesir selalu dikaitkan dengan Mumi dan Piramid, jarang sekali dewa-dewi Mesir diangkat ke layar lebar. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk menonton Gods of Egypt (2016).

Dikisahkan bahwa Mesir mengalami masa-masa penuh kedamaian di bawah kekuasaan Dewa Osiris (Bryan Brown), anak dari Dewa Ra (Geoffrey Rush). Sebagai pencipta manusia, Ra memilih untuk melindungi umat manusia dari angkasa. Sementara ini penguasaan atas Bumi diatur oleh anak-anak Ra yang hidup berdampingan dengan manusia.

Anak Ra memang bukan hanya Osiris seorang. Osiris memang memimpin Mesir dan para Dewa di Bumi, tapi ada dewa lain yang iri dan melakukan kudeta. Pada suatu kesempatan, Dewa Set (Gerard Butler) berhasil membunuh dan memutilasi Osiris. Tidak hanya itu, Set pun mengambil mata Dewa Horus (Nikolaj Coster-Waldau), anak Osiris.

Hidup buta dan terasing di padang pasir, Horus akhirnya memperoleh secercah harapan ketika Bek (Brenton Thwaites) berhasil membawakan salah satu mata Horus. Di sini, bagian tubuh dewa itu seolah seperti onderdil mobil yang dengan mudah dapat di bongkar pasan, Horus dapat langsung memasang dan menggunakan mata yang Bek bawa.

Dimanakah mata Horus yang satunya lagi? Bek bersedia membantu Horus untuk mencuri mata tersebut sekaligus merebut Mesir kembali, asalkan Horus bersedia menghidupkan kembali kekasih Bek, Zaya (Courtney Eaton). Horus menyetujui sesuatu yang belum tentu dapat ia penuhi. Terbutakan dengan api dendam, Horus melakukan apapun demi membunuh Set dan merebut kembali Mesir. Padahal esensi dari menjadi penguasa Mesir adalah peduli terhadap rakyat kecil dan melakukan perbuatan yang benar. Akankah Horus belajar?

Setahu saya, kisah pertikaian Horus dan Set tidak seperti ini yaaa. Agak melenceng dari sejarah aslinya, yaaaahh anggap saja Gods of Egypt (2016) sebagai kisah fantasi yang menggunakan mitologi Mesir sebagai temanya. Mirip yang sudah sering kali Hollywood lakukan pada mitologi Yunani.

Pada film-film mitologi Yunani, tokoh utama dan dewa-dewinya sering diperangkan oleh aktor/aktris kulit putih, itu masih ok-lah, Yunani kan bangsa yang mayoritas penduduknya orang kulit putih. Lha kalau Mesir? Saya pernah ke Mesir dan logat beserta fisik mereka jauh dari orang kulit putih. Bukannya sara yaaa, tapi agak aneh saja kok dalam Gods of Egypt (2016) tidak ada satupun dewa atau pemeran utama yang memiliki fisik bangsa Mesir. Padahal pemeran tentara, budak dan rakyatnya banyak diisi oleh aktor Mesir sepertinya :’D.

Semua rakyat pada film ini mirip orang Mesir kecuali Bek dan Zaya yang notabene menjadi tokoh utama pada film ini, aneeeehhh :P. Tokoh Bek dan Zaya pun rasanya kok mirip Aladin dan Yasmin yaaa? Hohohoho. Selain itu tokoh Set yang Gerard Butler perankanpun rasanya mirip dengan tokoh Raja Leonidas pada film 300 (2006) yaaa.

Beruntung Gods of Egypt (2016) masih memiliki cerita yang lumayan menarik meski agak klise dan mudah ditebak :). Saya tidak merasakan kantuk ketika menonton film ini, terlebih lagi ketika saya melihat beberapa special effect CGI (Computer-generated imagery) pada film ini. Sebagian memang keren, ambisi pembuatan film ini dapat saya lihat. Namun sebagian lagi. . . . . membuat saya tertawa, terutama terkait kostum para dewa Mesir yang super mengkilat, tak lupa darah emas yang keluar dari tubuh ketika terluka. Yaaa ampuun, kualitasnya terbilang buruk untuk film keluaran tahun 2016 yaaa. Ini dananya yang terbatas atau dananya dikorupsi yah kok bisa begini :’D.

Aaahhhh, dengan berat hati saya hanya mampu memberikan Gods of Egypt (2016) nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Untunglah saya tidak menontonnya di Bioskop hehee.

Sumber: http://www.lionsgate.com/movies/godsofegypt/

Zhong Kui: Snow Girl and the Dark Crystal (2015)

钟馗伏魔: 雪妖魔灵 (2015) atau Zhong Kui Fu Mo: Xue Yao Mo Ling (2015) atau Zhong Kui: Snow Girl and the Dark Crystal (2015) mengisahkan bagaimana Zhong Kui (Chen Kun) mempertahankan kristal hitam agar tidak direbut oleh para siluman neraka yang datang ke kota Hu. Kristal tersebut berisikan roh-roh manusia dan dapat dipergunakan untuk merebut tahta kerajaan langit. Keseimbangan antara 3 dunia yaitu langit, bumi dan neraka, terancam.

Zhong Kui 20

Zhong Kui 11

Zhong Kui 15

Zhong Kui 18

Zhong Kui 16

Sebenarnya kristal hitam adalah milik raja neraka, namun ia menyalahgunakan kristal tersebut sehingga Zhong Kui ditugaskan oleh dewa dari kerajaan langit untuk mencuri kristal tersebut dari neraka. Ia mendapat dukungan dari Zhang Daoxian (Winston Zhao), seorang dewa yang memberikan kekuatan kepada Zhang Kui.

Zhong Kui 9

Zhong Kui 8

Zhong Kui 12

Zhong Kui 22

Zhong Kui 19

Untuk merebut kembali kristal hitam tersebut, raja neraka mengutus Salju Kecil (Li Bingbing), seorang siluman wanita yang pernah menjadi kekasih Zhong Kui di masa lalu ketika Zhong Kui belum menjadi pembasmi siluman. Melihat Salju Kecil, Zhong Kui ingat kembali akan masa-masa bahagia yang ia lewati bersama Salju Kecil. Akankah Zhong Kui mampu menjaga keseimbangan antara 3 dunia?

Zhong Kui 21

Zhong Kui 24

Zhong Kui 14

Zhong Kui 3

Yaaah … seperti biasa, saya tidak akan menuliskan spoiler di sini ;). Yang pasti, kita sudah dapat menebak bahwa kebenaran pastilah menang. Hanya saja, kita tak dapat menebak berapa besar harga yang harus dibayar untuk memperoleh kemenangan. Akhir dari Zhong Kui: Snow Girl and the Dark Crystal (2015) memang sedikit sedih, tapi jalan ceritanya lumayan ok.

Zhong Kui (鍾馗) sendiri sebenarnya cukup dikenal di dalam komunitas Tionghoa. Gambar-gambar Zhong Kui sering ditempelkan di depan pintu atau dinding dengan tujuan agar tidak ada siluman yang berani menghampiri. Mitos mengenai Zhong Kui diawali di masa dinasti Tang, Zhong Kui muda mati bunuh diri setelah difitnah pada sebuah ujian negara. Hal ini diceritakan juga pada Zhong Kui: Snow Girl and the Dark Crystal (2015) dan menjadi bagian cerita yang merupakan twits bagi teman-teman yang tidak tahu legenda Zhong Kui.

Zhong Kui 26

Zhong Kui 23

Zhong Kui 5

Zhong Kui 17

Yang saya sayangkan dari kisah legenda Zhong Kui ini adalah special effect-nya. Special effect-nya masih kaku dan kurang halus, gambaran siluman yang ditampilkan terkadang terlalu kartun dan kurang halus menyatu dengan latar belakangnya. Tapi bagaimana pun juga special effect-nya tetap di atas film-film lebay ala Indosiar yang para karakternya didubbing meskipun artis-artinya mampu berbahasa Indonesia :P.

Zhong Kui 10

Zhong Kui 2

Zhong Kui 25

Secara keseluruhan film hasil patungan antara rumah produksi Cina & Amerika ini mampu memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya” Lumayan”. Rasanya Zhong Kui: Snow Girl and the Dark Crystal (2015) masih layak untuk dijadikan hiburan di waktu senggang :).

Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)

Percy Jackson Sea of Monster

Pada tahun 2010 lalu, saya tertarik untuk menonton film tentang keturunan dewa-dewa Yunani, Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010). Film tersebut ternyata diambil dari novel karya Rick Riordan dengan judul yang sama. Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief merupakan kisah pertama dari 5 kisah petualangan seorang remaja bernama Percy Jakson. Pada Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010), dikisahkan Percy Jakson (Logan Lerman), seorang remaja berumur 16 tahun yang menderita disleksia, tiba-tiba dikejar dan diburu oleh sekelompok mahluk yang hanya ada di dalam buku-buku tentang mitos Yunani. Ibu Percy adalah manusia biasa, namun ternyata ayah Percy merupakan seorang dewa, Poseidon. Manusia setengah dewa seperti Percy diburu oleh mahluk-mahluk yang memiliki dendam terhadap dewa-dewa penguasa Olympus. Demi keamanannya, Percy dikirimkan ke dalam kamp mahluk setengah dewa dengan dikawal oleh sahabatnya, Grover (Brandon T. Jackson) yang ternyata merupakan seorang satyr (mahluk setengah kambing). Di dalam kamp tersebut, tinggal manusia-manusia setengah dewa lain, namun Percy merupakan keturunan yang langka sebab Percy merupakan anak dari salah 1 dewa tertua & terkuat, yaitu Zeus, Poseidon dan Hades. Percy memiliki keuatan yang berhubungan dengan air dan lautan karena ayahnya, Poseidon merupakan dewa laut yang sangat kuat. Di dalam kamp, Percy & Grover bersahabat dengan anak dari dewi kebijakan Athena, Annabeth Chase (Alexandra Daddario). Kemudian Parcy, Grover & Annabeth terlibat dalam sebuah misi pencarian petir milik Zeus yang dicuri oleh anak dewa Hermes, Luke (Jake Abel). Percy dikisahkan berhasil merebut petir Zeus dari Luke dan menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Percy Jackson Sea of Monster 1

Nah pada Percy Jackson: Sea of Monsters (2013), petualangan Percy sebagai putra Poseidon berlanjut. Kamp mahluk setengah dewa selama ini dilindungi oleh lapisan pelindung yang hanya dapat dilewati oleh mahluk setengah dewa. Monster-monster atau mahluk lain tidak akan dapat menembus lapisan pelindung tersebut. Lapisan pelindung tersebut berasal dari sebuah pohon yang disebut pohon Thalia. Lapisan pelindung kamp hancur ketika seseorang meracuni pohon Thalia. Pohon Thalia sekarat dan semakin hari semakin mendekati ajalnya.

Percy Jackson Sea of Monster 10

DF_03228.dng

Percy Jackson Sea of Monster 11

Konon sebuah lembaran bulu domba emas dapat dipergunakan untuk menyelamatkan pohon Thalia. Masalahnya, bulu domba emas tersebut terdapat di lautan yang disebut sea of monster, manusia biasa biasa mengenal sea of monster dengan nama segitiga bermuda. Percy dan kawan-kawan berkelana menuju ke segitiga bermuda untuk mencari bulu domba emas. Kali ini Percy tidak hanya didampingin oleh Grover dan Annabeth saja, ada 2 karakter utama yang menemani perjalanan Percy kali ini. Yang pertama adalah Clarisse (Leven Rambit), anak dewa perang Ares yang sangat kompetitif dan egois. Yang kedua adalah adik sebapak Percy, Tyson (Douglas Smith). Ayah Tyson adalah Poseidon, namun ibu Tyson bukanlah seorang manusia. Makan secara fisik, Tyson agak berbeda dengan penghuni kamp lainnya, mata Tyson hanya satu, di tengah.

Percy Jackson Sea of Monster 9 Percy Jackson Sea of Monster 2

Pada awalnya terdapat kekurang cocokan antara Percy dan Clarisse yang selalu bersaing dalam setiap kompetisi. Kemudian terdapat kekurang sukaan Annabeth terhadap Tyson yang bermata satu karena teman Annabeth semasa kecil pernah dibunuh oleh mahluk yang berpenampilan sama dengan Tyson. Pada akhirnya mereka harus bersatu padu, bekerjasama menemukan bulu domba emas demi kesembuhan pohon Thalia dan keamanan kamp mahluk setengah dewa. Akankah Percy dan kawan-kawan berhasil? yaaaa, namanya juga film fantasi untuk segala umur, pastilah jagoannya menang, hehehehe :mrgreen:.

Percy Jackson Sea of Monster 14 Percy Jackson Sea of Monster 12 Percy Jackson Sea of Monster 8

Setelah pemutaran Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010), akting Brandon T. Jackson sebagai Grover mendapat pujian, sementara akting Logan Lerman sebagai Percy mendapat kritikan karena dianggap kurang ekspresif. Baik di Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010) maupun di Percy Jackson: Sea of Monsters (2013), Saya sendiri melihat akting mas Brandon memang bagus, mimik mukanya pas sekali, tapi rasanya akting mas Loga tidak terlalu buruk kok. Saya pikir di film keduanya, pemeran Percy akan diganti, wah ternyata tidak. Percy, Grover & Annabeth hadri kembali dengan pemeran yang sama.

Percy Jackson: Sea of Monsters

Percy Jackson Sea of Monster 4

Menjelang tengah & akhir cerita Percy Jackson: Sea of Monsters (2013), saya agak mengantuk dengan jalan ceritanya, tidak ada kejutan dan terlalu khayal bagi saya, banyak hal-hal yang terlalu tidak masuk akal, mungkin ini karena saya belum baca versi bukunya karena versi buku biasanya lebih lengkap. Selain itu Percy Jackson: Sea of Monsters (2013) menampilkan kesalahan bodoh tokoh antagonis di film-film Holywood, tokoh protagonis berhasil ditangkap oleh tokoh antagonis, namun tidak langsung dibunuh, eeee ini malah diikat saja lalu diajak berbincang mengenai rencana jahat si tokoh antagonis, jiaah kapan mau menang kalau begini caranya. Kalau mau jadi penjahat mbok ya jangan setengah-setengah :P. Pantas saja mas Percy menang terus, penjahatnya kurang tega & kurang taktis.

Percy Jackson Sea of Monster 16 Percy Jackson: Sea of Monsters Percy Jackson Sea of Monster 3

Demi menampilkan mahluk-mahluk mitologi Yunani, efek spesial di Percy Jackson: Sea of Monsters (2013) cukup menghibur, keren juga. Saya sendiri memasukkan Percy Jackson: Sea of Monsters (2013) sebagai salah satu film yang layak ditonton di bioskop, lebih terasa visual dan suaranya, tooopppp :).

Percy Jackson Sea of Monster 15 Percy Jackson Sea of Monster 13

Percy Jackson Sea of Monster 18

Secara keseluruhan, saya rasa Percy Jackson: Sea of Monsters (2013) layak mendapat nilai 3 dari skalam maksimal 5 yang artinya “Lumayan”. Saya pribadi lebih senang dengan Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010) ketimbang Percy Jackson: Sea of Monsters (2013) :D.

Sumber: www.percyjacksonthemovie.com/us/