Melihat poster film Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017), sekilas saya jadi ingat akan film Murder on the Oriont Express (2017), kok ya bisa mirip begitu ya. Apalagi sekilas keduanya mengusung kasus pembunuhan sebagai latar belakang cerita. Akhirnya saya tertarik untuk menonton Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017) dengan harapan dapat menonton penyelesaian sebuah kasus kriminal yang rumit. Aaahhhh, ternyata saya salah besar ….
Seharusnya saya lebih cermat melihat judul, bukan terpaku dengan salah satu poster iklan filmnya. Sesuai judulnya, kisah pada Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017) berfokus pada kenapa, bagaimana dan akibat dari dipadangnya 3 buah iklan billboard jumbo di sebuah jalan antar proponsi dekat kota Ebbing, Missouri.
Kecewa akan lambatnya penanganan kasus pembunuhan yang menimpa putrinya, Mildred Hayes (Frances McDormand), memasang 3 buah iklan billboard jumbo di sebuah jalan antar propinsi yang relatif sepi dan sudah jarang dilewati orang. Di tempat itulah putrinya diperkosa dan dibunuh, 7 bulan yang lalu. Billboard yang Mildred pasang, berisi tulisan yang menyudutkan pihak kepolisian kota Ebbing karena wilayah tersebut masih masuk ke dalam wilayah kepolisian kota Ebbing. Tulisan yang Mildred tulis pada billboard-nya adalah “Raped While Dying”, “And Still No Arrests?”, “How Come? Chief Willoughby?”.
3 buah kalimat yang ditujukan kepada kepolisian Ebbing yang dipimpin oleh Bill Willoughby (Woody Harrelson). Rasanya Bill bukanlah karakter antagonis di film ini. Ia adalah kepala polisi yang dihormati oleh penduduk Ebbing karena integritas dan dedikasinya selama ini. Kasus yang menimpa putri Mildred memang terbilang pelik karena tidak ada saksi mata dan jejak DNA yang dapat terlacak di sana. Bill dan pihak kepolisian memang sedang menghadapi jalan buntu, tapi Mildred tidak peduli dan terus menekan pihak kepolisian.
Banyak simpatisan Bill di dalam kota Ebbing, yang menentang perbuatan Mildred. Di dalam kantor polisi, Bill memiliki 1 pengikut setia, yaitu Jason Dixon (Sam Rockwell). Dixon melakukan cara-cara yang kurang baik ketika menghadapi Mildred, cara-cara yang tidak akan di setujui Bill. Apakah Dixon otomatis menjadi antagonis pada Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017)? Pada 3/4 film berjalan, ya. Tapi selanjutnya terjadi perubahan karena setiap manusia memiliki sisi baik juga.
Di tengah-tengah tekanan dari seluruh simpatisan Bill, terutama Dixon, Mildred tidak bergeming ataupun mundur. Kabar akan penyakit ganas yang menggerogoti Bill pun tidak membuat Mildred menurunkan Billboard-nya, meskipun terlihat emosi yang campur aduk di raut muka Mildred. Mildred tetap keras kepala dan melawan semuanya dengan caranya sendiri. Begitulah cara Mildred menghadapi kesedihan, penyesalan dan kekosongan yang ia hadapi.
Di sinilah saya menyadari bahwa Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017) bukanlah film misteri atau detektif seperti Murder on the Oriont Express (2017). Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017) adalah film drama mengenai kehilangan. Jadi jangan harap untuk melihat penyelesaian kasus kriminal yang tuntas dan penuh intrik atau kejutan yaaa. Film ini lebih menitik beratkan pada efek billboard kepada kehidupan Mildred, Bill dan Dixon. Jalan ceritanya cukup menarik dan tidak membosankan. Terkadang saya bahkan sedikit tersenyum melihat komedi hitam dan sarkasme yang dihadirkan film ini. Akting pemeran Mildred tergolong menonjol dan memang pantas memenangkan Piala Oscar. Bagi saya yang kurang suka dengan film drama, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Saya yakin para pecinta film drama di luar sana akan memberikan nilai yang jauh lebih tinggi ;).
Sumber: http://www.foxsearchlight.com/threebillboardsoutsideebbingmissouri/