Black Adam (2022)

Setelah superhero Shazam hadir pada Shazam! (2019), nama Black Adam semakin menggema. Pada dasarnya Shazam dan Black Adam memiliki sumber yang sama. Hanya saja, Black Adam agak berbeda dan lebih gelap. Pada buku komik DC, Black Adam adalah salah satu musuh utama Shazam. Namun pada perkembangannya, Black Adam menggunakan kekuatannya untuk tujuan yang baik dengan cara yang terkadang kejam. Yah Black Adam adalah karakter antihero, jadi dia memang berada di wilayah abu-abu antara malaikat dan iblis.

Hal ini pula yang nampak jelas pada Black Adam (2022). Karakter DC Comics yang satu ini tidak terlalu peduli terhadap nyawa lawan-lawannya. Siapapun yang menghalangi langsung dibunuh. Apalagi Black Adam atau Teth Adam (Dwayne Johnson) dibangkitkan di tengah-tengah sebuah konflik. Ia memang sudah terkubur selama ratusan tahun, sehingga agak sulit bagi Black Adam untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Kemarahan dan kebencian pun membuat Black Adam kesulitan untuk mengendalikan kekuatannya. Disinilah peranan beberapa karakter lain diperlukan. Perlahan, Black Adam perlu belajar mengenai kemanusiaan dan persahabatan. Karena sekuat apapun Black Adam, ia tetap memerlukan teman.

Black Adam hadir dengan kekuatan super yang bisa dibilang setara dengan Superman. Sumber kekuatan Black Adam memang sama dengan Shazam. Namun cara Black Adam memperoleh kekuatannya terbilang jauh lebih kelam dan gelap dibandingkan Shazam. Sesuatu yang membuatnya lebih menarik ketimbang Shazam. Tentunya, Black Adam (2022) otomatis memiliki beberapa adegan sadis yang tidak baik bagi anak-anak.

Bagi orang dewasa seperti saya, adegan perkelahiannya terbilang cukup megah dan seru. Apalagi ditambah dengan kehadiran Justice Society yang terdiri dari Doctor Fate (Pierce Brosnan), Hawkman (Aldis Hodge), Atom Smasher (Noah Centineo) dan Cyclone (Quintessa Swindell). Semua membuat adegan perkelahiannya semakin ramai. Tentunya semua adegan perkelahian ini tidak overdosis.

Tidak hanya saling serang saja, masing-masing karakter pada Black Adam (2022) masih memiliki cerita yang nyaman untuk diikuti. Terdapat sedikit kejutan pada kisah masa lalu Black Adam (2022). Namun plot utama film ini tetap mudah ditebak. Yaaah tipikal origin story superhero pada umumnyalah.

Secara keseluruhan, Black Adam (2022) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Setidaknya film ini mampu memberikan secercah harapan bagi DCEU yang seperti sedang sekarat.

Sumber: http://www.blackadammovie.net

Fast & Furious: Hobbs & Shaw (2019)

Tak terasa franchise Fast & Furous sudah menelurkan lebih dari 8 film. Pada tahun 2019, franchase ini menelurkan spin-off pertama mereka Fast & Furious: Hobbs & Shaw (2019). Jangan harap Vin Diesel akan muncul pada film ini karena sesuai judulnya, Lucas Rebecca “Luke” Hobbs (Dwayne Johnson) dan Deckard Shaw (Jason Statham) akan menjadi bintang utamanya.

Hal ini tentunya menarik sebab Deckard Shaw adalah karakter antagonis utama pada Furious 7 (2015), film ketujuh dari franchise Fast & Furious. Pada film tersebut pun Hobbs hadir sebagai pihak yang berseberangan dengan Shaw. Bagaimana keduanya dapat bekerja sama? Konflik antara Hobbs dan Shaw berhasil diramu dengan baik hingga menghasilkan kelucuan dimana-mana. Sayangnya, sepertinya hanya inilah keunggulan dari Fast & Furious: Hobbs & Shaw (2019). Kedua karakter utama berhasil memberikan suasana yang menyenangkan, tapi hanya sampai di sana saja.

Jalan cerita yang hanya begitu-begitu saja, aksi yang juga begitu-begitu saja, tidak memberikan nilai tambah lagi bagi film ini. Sudah dapat ditebak, Hobbs & Shaw harus menyelamatkan Bumi dari sebuah virus yang hendak dicuri oleh Brixton Lore (Idris Elba) dan kawan-kawan. Karena ini merupakan spin-off dari Fast & Furious, tentunya terdapat barbagai aksi yang melibatkan mobil, motor dan bahkan helikopter. Well, bagia saya pribadi, tidak ada yang “wah” disana.

Tapi ya Fast & Furious: Hobbs & Shaw (2019) tetap berhasil menyuguhkan sebuah tontonan yang menyenangkan. Maka, film ini masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”

Sumber: http://www.hobbsandshaw.com

Jumanji: The Next Level (2019)

Pada akhir tahun 2019 ini, sekuel Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), hadir ke layar lebar. Kisah mengenai permainan maut ini berlanjut pada Jumanji: The Next Level (2019). Beberapa tahun setelah kejadian pada Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), Spencer Gilpin (Alex Wolff), Bethany Walker (Madison Iseman), Anthony “Fridge” Johnson (Ser’Darius Blain) dan Martha Kaply (Morgan Turner), sudah lulus SMA dan menjalani kehidupan yang berbeda. Pada saat libur panjang, mereka memutuskan untuk melakukan reuni di kampung halaman mereka.

Di sinilah awal dari kekacauan yang ada. Perangkat Nintendo yang menjadi portal untuk masuk ke dalam dunia Jumanji, ternyata masih ….. tersimpan di gudang milik keluarga Spencer. Entah apa yang Spencer pikirkan, ia mencoba memperbaiki Nintendo tersebut dan masuk ke dalam dunia Jumanji sendirian. Teman-teman Spencer tentunya tak tinggal diam. Mereka menyusul masuk ke dalam Jumanji untuk menyelamatkan Spencer. Bahkan Alex Vreeke (Colin Hanks) ikut menyusul setelah tahu insiden ini. Alex merupakan seorang remaja yang terjebak bertahun-tahun di dalam dunia Jumanji sebelum diselamatkan oleh Spencer dan kawan-kawan. Tanpa sengaja, Eddie Gilpin (Danny DeVito) dan Milo Walker (Danny Glover), ikut tertarik masuk ke dalam dunia Jumanji.

Mirip seperti pada Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), kali ini ketujuh tokoh utama kita harus menyelesaikan sebuah misi di dalam dunia Jumanji. Seperti video game, mereka akan menggunakan tubuh atau avatar yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap orang memiliki 3 nyawa dimana kalau ketiga habis atau mereka tewas sebanyak 3 kali di dalam Jumanji, maka mereka akan tewas di dunia nyata.

Hhhhmmmm, kalau dihitung, sekarang jadi ada 7 orang yang masuk ke dalam dunia Jumanji. Padahal bukankah avatar yang terdapat di sana hanya 5? Well, terdapat 2 avatar tambahan yang memiliki peran penting pula dalam permainan kali ini. Tubuh atau avatar yang tersedia adalah Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Ruby Roundhouse (Karen Gillan), Franklin “Mouse” Finbar (Kevin Hart), Sheldon “Shelly” Oberon (Jack Black), Jefferson “Seaplane” McDonough (Nick Jonas), Ming Fleetfoot (Nora Lum) dan ……. seekor kuda hitam :’D. Ahhh, siapa yaa yang akan sial menjadi seekor kuda? Eits, tunggu dulu, si kuda ini ternyata bukan sembarang kuda loh, Spencer dan kawan-kawan tidak akan berhasil menyelesaikan misi mereka tanpa bantuan si kuda ini. Misi yang mereka hadapi berbeda dengan misi pada Jumanji: Welcome to the Jungle (2017).

Agak berbeda dengan Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), setiap pemain mendapatkan avatarnya secara acak. Penempatan avatar ini menimbulkan berbagai kelucuan. Tapi sayang leluconnya jadi agak mirip dengan lekucon pada film pertamanya. Kemudian pesan moral yang diangkatpun saya rasa sama persis. Film ini mengajarkan mengenai persahabatan dan saling memaafkan.

Sebenarnya bagian akhir Jumanji: The Next Level (2019) memiliki potensi untuk menjadi sesuatu yang mengharukan. Sayang eksekusinya kurang tepat sehingga, terasa biasa saja.

Yaah paling tidak, adegan aksinya cukup menghibur dan menyenangkan untuk dilihat. Dibalut dengan humor di mana-mana, cerita yang sebenarnya standard sekali ini terasa tidak membosankan.

Saua rasa Jumanji: The Next Level (2019) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Walau memiliki beberapa kekurangan, film ini tetap layak untuk ditonton kok. Semoga film Jumanji berikutnya dapat memberikan hiburan yang lebih segar lagi :).

Sumber: http://www.jumanjimovie.com

Central Intelligence (2016)

Ketika menjaga istri yang baru melahirkan, saya tidak sengaja menonton Central Intellegence (2016), sebuah film yang beberapa kali saya lihat iklannya, namun saya tetap enggan menontonnya. Film bergenre komedi aksi ini ternyata dimotori oleh Kevin Hart dan Dwayne Johnson. Keduanya nampak kompak dan lucu pada Jumanji (2017). Mampukah mereka mengocok perut saya seperti pada Jumanji (2017)?

Pada Central Intellegence (2016), Bob Stone (Dwayne Johnson) dan Calvin “Golden Jet” Joyner (Kevin Hart) merupakan teman semasa SMA dulu yang kembali bertemu menjelang acara reuni akbar SMA mereka. 20 tahun yang lalu, Bob Stone masih menggunakan nama Robbie Weirdicht dan memiliki tubuh yang gempal. Robbie sempat menjadi korban bullying yang cukup parah ketika SMA dulu. Hanya Calvin terang-terangan mau menolong Robbie pada saat itu. Padahal Calvin adalah murid paling populer di angkatannya. Ia aktif di berbagai klub dan berhasil menggapai berbagai prestasi gemilang semasa SMA. Setelah SMA, Calvin bahkan menikahi kekasih semasa SMA-nya, yang terkenal cantik dan tak kalah populernya. Banyak orang meramalkan bahwa Calvin akan menjadi orang besar dan kehidupan yang gemilang.

20 tahun berlalu dan Calvin merasa tidak puas dengan kehidupannya. Calvin sudah berprofesi sebagai akuntan, namun ia merasa bahwa ia gagal meraih prestasi yang spektakuler seperti di SMA dulu. Jauh bertolakbelakang dengan Kevin, Robbie sudah berubah. Robbie kini mengubah namanya menjadi Bob Stone. Bob memiliki tubuh kekar dan bekerja di CIA sebagai agen rahasia. Calvin nampak kerdil disamping Bob. Tapi Bob tidak memandang Calvin sebelah mata. Bob tetap mengagumi Calvin atas segala prestasi yang pernah Calvin raih di masa lampau.

Pertemuan ini membawa aroma nostalgia dan … masalah. Bob ternyata sedang diburu oleh agen-agen CIA lain karena ia dianggap berhianat. Calvin yang ada di dekat Bobi otomatis ikut terlibat di dalam kekacauan ini. Saya melihat banyak kelucuan ketika kedua tokoh utama ini bertemu. Calvin yang kehilangan rasa percaya diri dan terlalu serius, bertemu dengan Bob yang polos dan sedikit memiliki sifat anak-anak. Memang sih ada leluconnya mirip dengan yang saya saksikan pada Jumanji (2017), tapi saya tetap tertawa ketika menonton Central Intellegence (2016).

Misteri akan siapa yang sebenarnya berhianat, kurang lebih dapat ditebak walaupun film ini menyuguhkan banyak tersangka. Tapi hal ini bukanlah sebuah kekurangan yang berarti sebab saya memandang Central Intellegence (2016) sebagai film aksi komedi, bukan film misteri. Saya memang tidak memiliki ekspektasi bahwa Central Intellegence (2016) akan menyuguhkan kejutan pada jalan ceritanya.

Film ini berhasil menyuguhkan kelucuan-kelucuan yang membalut kisah persahabatan dan pesan moral mengenai bullying. Dengan begitu, saya rasa Central Intellegence (2016) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.warnerbros.com/central-intelligence

Jumanji: Welcome to the Jungle (2017)

Dibuat berdasarkan novel tahun 1981 karya Chris Van Allsburg dengan judul yang sama, Jumanji (1995) berhasil menembus tangga box office dan meraih keuntungan. Film tersebut mengisahkan bagaimana kakak-adik Judith “Judy” Shepherd (Kirsten Dunst) dan Peter Shepherd (Bradley Pierce) bermain Jumanji. Jumanji adalah semacam papan permainan dengan menggunakan dadu yang biasa dimainkan oleh anak-anak zaman dahulu. Tapi Jumanji ternyata bukanlah papan permainan biasa karena setiap mereka melempar dadu, terjadi tantangan dan kekacauan di mana-mana. Mereka pun akhirnya bertemu dengan Alan Parish (Robin Williams) yang sudah terjebak di dalam permainan Jumanji sejak puluhan tahun lalu. Judy, Peter dan Alan harus menyelesaikan permainan Jumanji yang mereka mulai bila mereka ingin kehidupan mereka kembali normal. Terus terang Jumanji (1995) memang menjanjikan plot yang menarik dan menggunakan special effect yang bagus untuk film tahun 90-an, tapi cerita yang kurang kuat landasannya, membuat saya pribadi tidak terlalu senang dengan film tersebut.

Entah bagaimana, 10 tahun kemudian hadir Zathura (2005) dengan plot cerita yang mirip. Hanya saja Zathura (2005) menggunakan luar angkasa sebagai latar belakangnya. Zathura sendiri merupaka nama papan permainan yang dimainkan oleh kakak-adik Walter Browning (Josh Hutcherson) dan Danny Browning (Jonah Bobo). Sangat mirip dengan Jumanji (1995), kedua bersaudara tersebut bertemu dengan, Sang Astronot (Dax Shepard), seseorang yang entah bagimana sudah lama sekali terperangkap di dalam Zathura. Sang Astronot merupakan tokoh misterius yang mampu memberikan sedikit kejutan bagi Zathura (2005). Tapi yaaa mirip seperti Jumanji (1995), ceritanya kurang kuat dan alur sebab-akibat-nya tidak jelas. Ahhhh, bukan film favorit saya.

Lalu apa hubungan antara Jumanji (1995) dengan Zathura (2005)? Kenapa keduanya relatif mirip ya? Zathura (2005) bukan sekuel Jumanji (1995) tapi Zathura (2005) ternyata merupakan adaptasi dari novel lain karya Chris Van Allsburg, pengarang novel Jumanji. lebih dari 10 tahun kemudian, barulah muncul sekuel dari Jumanji (1995), yaitu Jumanji: Welcome to the Jungle (2017).

Pada abad 21 dimana semua semakin modern, papan permainan semakin menurun popularitasnya. Kalau ada anak-anak melihat papan permainan kayu dan video game, sudah hampir dipastikan mereka akan lebih memilih video games. Papan permainan ajaib Jumanji ternyata memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan mengubah bentuknya menjadi console video game :’D.

Pemain Jumanji versi console kali ini adalah 4 murid Brantford High School yaitu Spencer Gilpin (Alex Wolff), Bethany Walker (Madison Iseman), Anthony “Fridge” Johnson (Ser’Darius Blain) dan Martha Kaply (Morgan Turner). Bethany dan Fridge termasuk murid populer yang terpandang di sekolah. Sedangkan Spencer dan Martha adalah kutu buku yang diam-diam saling menyukai. Baik Martha maupun Spencer, sama-sama termasuk tipe siswa cerdas yang kemampuan fisiknya kurang baik. Martha sampai dihukum karena menolak mengikuti pelajaran olahraga dan secara tidak sengaja mendiskreditkan guru olahraganya. Spencer yang berbadan kecil dan agak penakut, terkena hukuman dari sekolah karena ia mengerjakan PR Fridge demi mendapatkan pengakuan. Spencer berharap bahwa ia akan menjadi teman Fridge bila Spencer menolong Fridge di bidang akademis. Kenapa Fridge? Fridge sendiri merupakan pemuda berbadan tegap yang terkenal akan kepiawaiannya bermain American Football di sekolah. Kepopuleran di sekolah bukan hanya milik Fridge, Bethany pun termasuk siswi yang populer karena kecantikannya. Sayang Bethany terkena kecanduan gadget. Berthany yang sangat narsis tidak dapat hidup tanpa social media. Social media pulalah yang membuat Bethany terkena hukuman di hari yang sama dengan Martha, Spencer dan Fridge.

Keempat murid Brantford High School tersebut dihukum harus membereskan sebuah ruangan yang sangat berantakan. Di sanalah mereka menemukan console video game Jumanji dan memutuskan untuk memainkannya. Berbeda dengan papan permainan Jumanji pada Jumanji (1995) yang menggunakan dadu dan mirip ular tangga, permainan Jumanji kali ini lebih mirip RPG (Role-Playing Games). Para pemain diharuskan memilih avatar atau karakter permainan dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Keempatnya kemudian diterjunkan ke dalam hutan Jumanji untuk menyelesaikan sebuah misi agar dapat pulang ke dunia nyata. Misi para pemain kali ini adalah mengembalikan artefak Mata Jaguar yang sempat dicuri Russel Van Pelt (Bobby Cannavale). Mereka harus membawa Mata Jaguar kembali ke Bukit Jaguar demi mengangkat kutukan yang menimpa dunia Jumanji. Perjalanan keempat pemain tersebut tidaklah mudah karena dipenuhi oleh berbagai rintangan dan masing-masing karakter hanya memiliki 3 nyawa. Mereka harus menyisihkan perbedaan yang ada demi dapat menyelesaikan misi dan kembali pulang ke dunia nyata. Semuanya memiliki kemampuan dan kelemahan yang saling melengkapi.

Uniknya, keempat pemain Jumanji justru memperoleh karakter permainan yang bertolak belakang dengan kondisi mereka di dunia nyata. Spencer memilih karakter Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Martha memilih karakter Ruby Roundhouse (Karen Gillan), Fridge memilih karakter Franklin “Mouse” Finbar (Kevin Hart) dan Bethany memilih Sheldon “Shelly” Oberon (Jack Black). Bravestone dan Ruby memiliki kemampuan fisik di atas rata-rata. Sedangkan Fridge justru memperoleh karakter yang lemah secara fisik, tapi memiliki pengetahuan yang sangat luas terkait hewan-hewan penghuni hutan. Terakhir, Bethany memperoleh karakter seorang lelaki paruh baya yang gendut dan kurang menarik secara fisik, namun memiliki kemampuan membaca peta Jumanji yang tidak dapat dilakukan oleh karakter-karakter lainnya.

Jelas sudah, keempatnya saling membutuhkan satu sama lain untuk menuntaskan permainan Jumanji. Tanpa dukungan pemain lain, mustahil permainan ini dapat diselesaikan. Hal ini terlihat jelas ketika keempatnya bertemu Alex Vreeke (Mason Guccione) yang menggunakan karakter Jefferson “Seaplane” McDonough (Nick Jonas). Alex memang menggunakan satu-satunya karakter yang dapat menerbangkan pesawat terbang, tapi tanpa bantuan karakter-karakter lain, Alex terjebak tidak dapat menuntaskan sebuah rintangan selama lebih dari 20 tahun. Alur cerita dimana pemain-pemain baru bertemu dengan seorang pemain lama yang sudah lama sekali terjebak, sangat mirip sekali dengan apa yang saya tonton di Jumanji (1995) dan Zathura (2005), sekuel sih sekuel tapi kan tidak harus semirip ini juga seharusnya :’/. Tokoh Alex pada film sekuel ini ibaratnya adalah tokoh Alan Parish pada Jumanji (1995) dan tokoh Sang Astronot pada Zathura (2005). Tapi Alan dan Sang Astronot sama-sama menjadi tokoh yang relatif dominan, sedangkan Alex tidak. Alex menjadi tokoh yang setara dengan keempat rekan-rekan barunya. Di sana Alex membantu Bethany untuk belajar agar lebih tidak egois, tidak narsis dan mau peduli terhadap sesama. Bethany membantu Martha untuk lebih percaya diri. Kepercayaan diri jugalah yang Spencer dan Fridge sama-sama saling ajarkan satu sama lain ketika keduanya memiliki tubuh yang jauh berbeda dari yang mereka miliki di dunia nyata. Kelucuan demi kelucuan terjadi akibat perbedaan ini, saya sendiri sempat tertawa melihatnya :D.

Tidak hanya komedi, Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) berhasil menunjukkan nilai baik dari dua sisi yaitu sisi si kutu buku dan sisi si anak populer. Ternyata tidak ada yg 100% baik dan 100% buruk pada keduanya, bahkan mereka dapat saling melengkapi dan bersahabat satu sama lain.

Selain itu, Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) memiliki akar cerita yang kuat dan jelas. Ini kenapa dan itu bagaimana, dapat dijelaskan dengan baik dan rapi. Ditambah aroma permainan genre RPG yang kental, film ini tentunya akan memperoleh nilai plus tambahan di mata para pecinta permainan-permainan bergenre RPG :).

Bagi saya, Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) lebih berkualitas ketimbang Jumanji (1995) dan Zathura (2005). Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) tentunya layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Jarang-jarang nih, sekuel lebih bagus daripada film pertamanya.

Sumber: jumanjimovie.com

The Fate of the Furious (2017)

Kisah para pembalap jalanan kembali hadir melalui film Fast & Furious kedelapan atau Fast 8 atau F8 atau The Fate of the Furious (2017). Kecuali karakter Brian O’Conner dan istri, kali ini akan kembali hadir sahabat & anggota tim Dominic Toretto (Vin Diesel) yang tersisa dari insiden pada Furious 7 (2015) yaitu Luke Hobbs (Dwayne Johnson), Roman Pearce (Tyrese Gibson), Letty Ortiz (Michelle Rodriguez), Tej Parker (Chris ‘Ludacris’ Bridges) & Ramsey (Nathalie Emmanuel). Anggota tim Dom yang sudah seperti keluarga kali ini harus berhadapan dengan ….. Dom.

Wew, Dominic menghianati teman-temannya sendiri? Pada sebuah misi, Dom memilih untuk berhianat dengan membantu Cipher (Charlize Theron), seorang teroris yang ternyata menjadi dalang pada Fast & Furous 6 (2013) dan  Furious 7 (2015). Teman-teman Dom kini justru mendapatkan bantuan dari tokoh antagonis pada Fast & Furous 6 (2013) dan  Furious 7 (2015), mereka bersatu untuk menghentikan Cipher dan Dom.
Kenapa Dom berhianat? Sayangnya kisah mengenai asal mula kenapa Dom berhianat sudah dikisahkan dari awal film. Alasan utamanya ternyata berhubungan dengan karakter pada Fast Five (2011) yang sekali lagi sudah diungkapkan pada bagian tengah film. Saya rasa sebenarnya The Fate of the Furious (2017) memiliki peluang besar untuk membuat penontonnya penasaran seperti ketika menonton trailer-nya. Sayang sekali peluang tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga sekali lagi film franchise Fast & Furious menjadi film aksi yang mudah ditebak alurnya.

Saya akui adegan aksi yang ditampilkan terbilang ambisius. Di sana saya melihat mobil-mobil berjatuhan, aksi tank baja sampai kapal selam. Semuanya nampak keren dan memukau, tapi rasanya kok film-film franchise Fast & Furious sekarang seperti kehilangan roh awalnya? Bukankah film ini pada awalnya merupakan film mengenai balapan jalanan yang menampilkan mobil-mobil keren dengan aksi yang memukau? Memang sih lawan yang dulu dihadapi hanya kelas penyelundup dan pencuri saja, bukan teroris internasional. Tapi itu rasanya lebih rasional dan lebih asli.

Sekarang, musuhnya memang lebih bombastis, tapi hal itu membuat The Fate of the Furious (2017) tak olahnya seperti film-film Mission Imposible, Bourne dan James Bond. Sudah banyak franchise film yang mengangkat isu bombastuis nan kompleks seperti ini, pasaran. Fast & Furious seperti kehilangan jati diri. Adegan balapan pada The Fate of the Furious (2017) hanya terlihat pada bagian awal film saja demi menunjukkan kepada penonton bahwa tokoh utamanya adalah pembalap jalanan dan film ini layak disebut sebagai bagian dari franchise Fast & Furious :P.

Namun bagaimanapun juga, adegan aksinya terbilang lumayan bagus meskipun saya melihat beberapa adegan rumit tak masuk akal di sana. Jalan ceritanya sedikit banyak masih mampu mengimbangi adegan aksinya sehingga saya tidak mengatuk selama menonton film yang durasinya hampir 3 jam. Yaaa ampun, mau menyaingi durasinya Batman Dark Knigh Trilogi mas?

Secara keseluruhan, film ini masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Melihat bagian akhir film ini dan besar pendapatannya, saya rasa akan ada film Fast & Furious kesembilan. Entah tokoh Luke Hobbs akan tetap ada atau tidak, melihat perseteruan antara Vin Diesel dan Dwayne Johnson menjelang rilis The Fate of the Furious (2017).

Sumber: http://www.fastandfurious.com

Moana (2016)

moana1

Moana (2016) merupakan film pertama yang anak saya tonton di bioskop. Terus terang awalnya saya pesimis anak saya yang baru berumur 14 bulan bisa diajak menonton film di dalam bioskop tanpa menangis. Saya dan istri memutuskan untuk mencoba mengajak anak saya tersebut untuk menonton Moana (2016) bukan karena judul film Moana (2016) sangat mirip dengan nama istri saya yaa :P, tapi karena film tersebut merupakan film animasi terbaru Walt Disney yang menuai banyak pujian dan trailer-nya menunjukan gambar-gambar yang bagus dan menarik bagi anak-anak.

Di awal film, anak saya terpukau dan senang melihat gambaran kehidupan sebuah suku di kepulauan polinesia yang damai, tentram dan bahagia. Wha saya juga cukup terpukau melihat animasi Moana (2016) yang terbilang cantik. Lautannya nampak indah dan halus, jadi ingin berlibur ke pantai nih hehehehe. Selanjutnya,..  ..  ..  untunglah anak saya tetap bisa bertahan di dalam gedung bioskop tanpa menangis sampai film habis walaupun ia hanya semangat menonton Moana (2016) di bagian awalnya saja.

moana10

moana6

moana5

Apakah bagian tengah dan akhirnya membosankan? Menurut saya sih tidak yaa. Moana (2016) memang diawali dengan keadaan sebuah suku di pulau Motunui yang bahagia karena hasil pertanian dan tangkapan ikan yang melimpah. Namun sayang kebahagiaan tersebut tidak bertahan lama karena tangkapan ikan tiba-tiba menurun drastis dan hasil pertanian pulau semakin memburuk.

Konon peristiwa buruk ini disebabkan karena pencurian yang dilakukan oleh manusia separuh dewa, Maui (Dwayne Johnson). Apa yang Maui lakukan? Ia mencuri hati Te Fiti untuk diberikan kepada umat manusia. Sayang apa yang Maui lakukan justru membawa kutukan sebab setelah Maui mencuri hati Te Fiti, ia dihadang oleh raksasa lava, Te Ka. Maui kalah dan terpaksa kehilangan senjata pusakanya dan hati Te Fiti. Senjata Maui dan hati Te Fiti hilang dilautan hingga pada suatu hari, lautan memilih seorang gadis cilik untuk memperoleh hati Te Fiti yang berbentuk batu hijau dengan ukiran lambang Te Fiti pada permukaannya. Gadis yang terpilih itu adalah Moana Waialiki (Auli’i Cravalho) anak kepala suku pulau Motunui.

Lama kelamaan segala jenis kehidupan di pulai Motunui memang akan terpengaruh oleh hilangnya hati Te Fiti sebab Te Fiti merupakan dewi kehidupan. Konon dahulu kala di dunia ini hanya ada lautan saja. Kemudian hadirlah dewi Te Fiti yang mmberikan kehidupan bagi umat manusia. Tanpa hatinya, Te Fiti menjadi lumpuh dan keseimbangan dunia terancam.

Apa yang harus Moana lakukan? Ia harus menemukan Maui dan membawa Maui beserta hati Te Fiti kembali kepada Te Fiti. Bagaimanapun juga, Maui bukanlah mahluk setengah dewa yang jahat. Moana membutuhkan bantuan Maui untuk dapat melewati Te Ka yang berada sangat dekat dengan tempat dewi Te Fiti tidur. Dalam perjalanannya saya melihat berbagai hal lucu yang jauh dari kata membosankan. Mulai dari tingkah ayam peliharaan Moana, kenarsisan Maui sampai tingkah tato Maui yang memiliki kehendak sendiri :D.

moana3

moana2 moana4

 

moana9

Tak lupa Moana (2016) pun memperdengarkan lagu-lagu sepanjang petualangan Moana berlangsung. Lagu-lagunya cepat sekali akrab di kuping saya walaupun baru pertama kali saya dengar, baik lagu dalam bahasa Inggris maupun lagu dalam bahasa asli polinesia. Semuanya mampu memberikan nilai tambah bagi Moana (2016) secara keseluruhan sebab cerita Moana (2016) menjadi semakin hidup, tidak semakin membosankan seperti beberapa film musikal yang pernah saya tonton.

Tak heran anak saya yang sebenarnya belum 100% paham akan kisah Moana (2016) bisa betah menonton film tersebut. Saya sendiri betah kok menonton Moana (2016). Dengan cerita yang bagus, animasi yang cantik, lagu yang mendukung tema cerita dan pesan moral akan keteguhan hati, saya rasa Moana (2016) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yamg artinya “Bagus”. Recommended untuk ditonton bersama keluarga :).

Sumber: movies.disney.com/moana

Furious 7 (2015)

Furious7 4

Setelah pada Furious 6 (2013) Dominic “Dom” Toretto, Brian O’Conner (Paul Walker), Letty Ortiz (Michelle Rodriguez), Roman Pearce (Tyrese Gibson), Tej Parker (Chris Bridges), Han (Sung Kang) dan  Luke Hobbs (Dwayne Johnson) berhasil menggagalkan rencana Owen Shaw (Luke Evans), Dom dan kawan-kawan hidup damai tanpa menyadari bahaya yang datang. Pada Furious 7 (2015), dikisahkan bahwa ternyata Owen memiliki seorang kakak yang sangat berbahaya, Deckard Shaw (Jason Statham). Deckard adalah sebuah mesin pembunuh yang dulunya berkerja bagi pemerintah, sekarang pemerintah tidak dapat mengendalikan Deckard lagi, tak ada yang mampu mengendalikannya. Melihat adiknya terbaring tak berdaya di rumah sakit, Deckard bertekad untuk membalaskan kekalahan adiknya kepada Dom dan kawan-kawan.

Furious7 12

Operasi balas dendam Deckard diawali dengan membunuh Han, menyerbu kantor Luke Hobbs dan membom rumah keluarga Dom. Dalam upaya pemboman, keponakan Dom sekaligus anak dari Brian nyaris menjadi korban. Decker telah benar-benar membawa hawa peperangan ke dalam kehidupan Dom dan kawan-kawan. Deckard hadir sebagai sosok jagoan yang sulit diduga dan sulit dikalahkan, entah bagaimana cara Dom menyingkirkan mahluk satu itu. Dom dan kawan-kawan tidak bisa berdiam diri menunggu Deckard hadir dan membunuh mereka seperti Deckard membunuh Han. Pihak yang diburu harus mampu membalikkan keadaan menjadi pihak yang memburu.

Furious7 1

Furious7 8

Tiba-tiba hadir seorang misterius yang diperankan oleh Kurt Rusell datang menawarkan solusi bagi Dom. Sebuah perangkat canggih yang bernama God’s Eye telah hilang dan pemerintah membutuhkannya kembali sebelum God’s Eye dipergunakan oleh teroris. God’s Eye dapat menemukan siapapun, di manapun dengan menghimpun semua data yang terkumpul dari perangkat elektronik yang ada di dunia tanpa izin dari si pemilik perangkat-perangkat tersebut. Apabila Dom dan kawan-kawan berhasil menemukan dan merebut kembali God’s Eye, pemerintah akan membantu Dom untuk memburu Deckard dengan menggunakan God’s Eye.

Furious7 7

Furious7 6

Furious7 9

Aaahhh sebenarnya konsep perangkat semacam God’s Eye sudah sering diangkat pada film-film Amerika, tidak ada yang baru di sana. Yang baru adalah adegan aksi yang melibatkan mobil-mobil melompat beterbangan di angkasa, memang terlihat keren tapi agak mustahil sebenarnya hohohoho. Seperti film-film Fast & Furious sebelum Furious 7 (2015), Furious 7 (2015) menampilkan banyak aksi akrobatik yang melibatkan mobil. Tapi menurut saya, lama kelamaan film-film Fast & Furious bergeser dari film tentang balapan jalanan menjadi film tentang sekelompok mantan kriminal yang bersatu menjalankan sebuah misi bersama dengan menggunakan kemampuan mereka mengendalikan mobil. 2 Fast 2 Furious (2003), film kedua Fast & Furious, tetap menjadi film Fast & Furious favorit saya karena di sana masih ada kisah balapan jalanan yang detail beserta mobil-mobil yang nampak keren di eranya :).

Fast And Furious 6

Furious7 2

Furious7 5

Furious7 10

Furious7 3

Beruntung adegan aksi pada Furious 7 (2015) masih dibumbui oleh kekonyolan Roman Pierce yang kadang mampu membuat saya tertawa. Selain itu terdapat jalan cerita yang tidak terlalu mudah ditebak sehingga Furious 7 (2015) tidak terlalu menjemukan.

Rasaya, film terakhir Paul Walker ini layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Pada bagian akhir film ini terdapat persembahan khusus bagi Paul Walker yang tewas pada kecelakaan mobil sebelum Furious 7 (2015) dirilis ke pasaran. Saudara laki-laki Paul dan dengan dibantu oleh special effect diipergunakan untuk menyelesaikan Furious 7 (2015). Bagian akhir tersebut cukup menyedihkan mengingat Paul Walker selalu hadir pada film-film Fast & Furious sejak film pertama sampai ketujuh. Well sepertinya Paul akan absen pada Furious 8 yang mungkin akan hadir pada April tahun depan.

Furious7 13

Sumber: www.furious7.com

Fast & Furious 6 (2013)

FF6_1

Fast & Furious merupakan film keenam dari deretan film The Fast & the Furious. Ahhhh tidak terasa The Fast & the Furious sudah sampai 6 film. Sejak penayangan film pertamanya pada tahun 2001 lalu, film ini selalu masuk box office. Ceritanya berkisar pada kehidupan dunia balapan liar yang diselimuti oleh berbagai aksi kejahatan, karakter protagonisnya pun tidak semuanya orang baik-baik.

FF6_6FF6_2FF6_14FF6_15FF6_16Pada Fast & Furious 6 ini, dikisahkan bahwa Dominic Toretto (Vin Diesel), Brian O’Connor (Paul Walker), Gisele (Gal Gadot), Han (Sung Kang), Roman (Tyrese Gibson) & Tej (Ludacris) hidup terpisah setelah mereka berhasil mengalahkan penjahat kelas kakap di Brasil pada film Fast Five (2011). Memiliki kekayaan namun hidup sebagai buronan tidaklah selalu menyenangkan. Peluang bagi Dom dan kawan-kawan untuk hidup bebas, tidak sebagai buronan lagi, muncul ketika Luke Hobbs (Dwayne Johnson) & Riley (Gina Carano) datang dengan sebuah tawaran. Hobbs menawarkan pengampunan penuh atas tindakan kriminal yang dilakukan Dom dan kawan-kawan di masa lalu asalkan mereka berhasil membantu Hobbs menangkap kawanan pencuri yang dipimpin oleh Owen Shaw (Luke Evans). Bagi Dom, tawaran ini bersifat personal karena ternyata Letty Ortiz (Michelle Rodriguez), kekasih Dom yang dikisahkan tewas pada Fast & Furious (2009), masih hidup dan bekerja kepada Shaw.

FF6_10

FF6_4

FF6_8 FF6_9 FF6_7

Tim yang dikumpulkan Shaw terdiri dari 12 orang dengan keahliannya masing-masing, termasuk Letty. Sama seperti tim yang dipimpin Dom, tim ini juga bekerja sama dalam melakukan aksi kriminal. Hanya saja terdapat perbedaan perspektif mengenai definisi tim antara Dom & Shaw. Bagi Dom, tim adalah keluarga, satu untuk semua. Sementara bagi Shaw, tim adalah kelompok yang dapat dibongkar pasang dengan cepat agar efisien. Kalau saya tebak, tim Dom pastilah menang, hanya saja mungkin tidak semua anggota tim Dom selamat & setia ;).

FF6_12

FF6_11

Fast And Furious 6

FF6_5

FF6_13

Kalau saya lihat, jalan cerita film ini berkaitan erat dengan film Fast & Furious (2009), mulai dari musuhnya sampai munculnya tokoh Letty lagi. karakter favorit saya pada film ini bukanlah Dom ataupun O’Connor, tapi Roman, kebodohannya bisa membuat saya tersenyum hehehehe. Seperti saya duga, film ini memiliki banyak adegan kejar-kejaran dengan berbagai kendaraan. Namun, rasanya adegan kejar-kejarannya terbilang biasa saja, mobil-mobil balap yang ditampilkanpun tidak sebanyak film The Fast & The Furious yang pertama & kedua. Adegan berkelahinya lumayan bagus hanya saja ada beberapa yang menurut saya agak berlebihan, ga mungkin bangeddd. Entah kenapa jalan ceritanyapun kurang wow, meski ada sedikit kejutan di bagian akhir film. Menurut saya, film ini layak mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Oh yaaa, salah satu aktor pada film ini ada orang Indonesianya looh, namanya Joe Taslim, dia berperan sebagai Jah, salah satu anak buah Shaw yang kalahnya terakhir. Bangga juga, ada orang Indonesia yang bisa kerja bareng aktor Hollywood, semoga yang lain cepat nyusul :).

Sumber: www.thefastandthefurious.com/splashpage/

Snitch (2013)

Snitch_Quad_AW2.inddFilm yang berjudul Snitch ini berkisah mengenai upaya John Matthews (Dwayne Johnson) yang rela menjadi mata-mata (snitch) di dalam kartel narkoba demi membebaskan anaknya yang terkena kasus narkoba. Jason (Rafi Gavron), anak John dari pernikahan John yang pertama, dijebak oleh sahabat karibnya. Ia dikirimi sebuah paket oleh sahabatnya tersebut. Ketika Jason menerima paket tersebut, sekelompok pasukan DEA langsung menyergap dan menangkapnya.  Jason didakwa sebagai penyalur narkoba oleh Joanne Keeghan (Susan Sarandon), jaksa penuntut federal. John kemudian membuat kesepakatan dengan Joanne bahwa bila ia dapat membantu penangkapan seorang bos kartel narkoba, hukuman Jason akan dikurangi menjadi setahun. Kesepakatan yang seperti lelucon bagi semua orang karena John hanyalah seorang pengusaha perusahaan truk yang bersih dari kelamnya dunia kejahatan. Dengan kegigihan dan bantuan Daniel James (Jon Bernthal), karyawan John yang merupakan mantan narapidana, John akhirnya berhasil masuk ke dalam jaringan kartel narkoba El Topo yang cukup besar & berbahaya. Apakah DEA berhasil menangkap bos kartel narkoba El Topo? Mampukah mathew menyelamatkan anaknya? Silahkan lihat Snitch di bioskop atau DVD-nya :).

Snitch2SNITCHSNITCHSnitch5Snitch dibuat berdasarkan kisah nyata, saya sebenarnya agak alergi dengan film-film yang dibuat berdasarkan kisah nyata karena akhir filmnya sering kurang jelas & gantung. Berbeda dengan Snitch, akhirnya jelas, namun alur ceritanya tidak terlalu menarik, kurang bisa membuat saya penasaran. Saya lihat ada pelajaran yang dapat diambil dari Snitch, kasih sayang orang tua kepada anak itu sangat besar sampai ia rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan anaknya, berlaku tidak hanya bagi si ibu, tapi bagi si bapak juga. Menurut saya film yang sempat menjadi raja box office ini layak mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Walaupun gambar depannya seperti film action, saya rasa ini termasuk kategori film action drama.

Sumber: http://www.snitch-movie.com