Film mini seri TV, It (1990), merupakan film horor pertama yang saya tonton secara utuh, dari awal sampai akhir. Film yang dibuat berdasarkan novel karya Stephen King ini, hadir di TV dalam bentuk mini seri yang terdiri dari 2 episode. Episode pertama bercerita di era 80-an ketika tokoh utama masih anak-anak. Sedangkan episode kedua bercerita ketika tokoh utama sudah beranjak dewasa. Pada tahun 2017 ini, kisah pada It (1990) episode pertama, dibuat ulang pada It (2017).
Mirip seperti mini seri It (1990), It (2017) berkisah mengenai sekelompok anak-anak yang harus berhadapan dengan sebuah mahluk misterius. Mahluk tersebut sudah ratusan tahun menggunakan trik dan ilusi untuk menakut-nakuti korbannya. Ia “memakan” rasa takut anak-anak untuk menjadi lebih kuat, semakin takut si korban, semakin kuatlah mahluk tersebut jadinya. Karena korbannya adalah anak-anak, mahluk tersebut sering menggunakan wujud Pennywise si badut sebagai wujud fisiknya. Tapi badut bukanlah wujud permanen mahluk ini. Ia sebenarnya tidak memiliki wujud dan nama yang jelas. Maka mahluk ini sering pula disebut “It”, sebuah kata umum dalam bahasa Inggris yang mengarah kepada suatu hal.
Lawan It (Bill Skarsgard) pada It (2017) adalah sekelompok anak-anak yang menamakan diri mereka The Losers Club. Kelompok ini terdiri dari William “Bill” Denbrough (Jaeden Lieberher), Stanley “Stan” Uris (Wyatt Oleff), Benjamin “Ben” Hanscom (Jeremy Ray Taylor), Beverly “Bev” Marsh (Sophia Lillis), Richard “Richie” Tozier (Finn Wolfhard), Edward “Eddie” Kaspbrak (Jack Dylan Grazer), Michael “Mike” Hanlon (Chosen Jacobs). Stan merupakan anak pemuka agama Yahudi yang enggan mendalami ajaran agamanya tapi terlalu takut untuk mengakuinya, ia termasuk anak yang mudah panik dan agak canggung. Richie merupakan anak paling cerewet yang takut badut … hhmmmm … mangsa yang sempurna bagi It. Eddie merupakan anak yang sangat dilindungi oleh ibunya karena penyakit yang Eddie derita, walaupun sebenarnya Eddie tidak sesakit dan selemah itu. Mike merupakan anak kulit hitam yang ditekan agar mampu menjadi tukang jagal hewan seperti almarhum ayahnya, Ben merupakan anak baru yang gemar membaca dan akhirnya mampu memberikan beberapa informasi terkait It kepada teman-temannya. Bev merupakan satu-satunya anak perempuan di dalam The Loosers Club yang mengalami berbagai pelecehan baik di sekolah maupun di rumah. Terakhir, Bill merupakan anak yang paling berpengaruh di dalam The Loosers Club walaupun ia bukan yang paling pintar, bukan yang paling supel dan bukan yang paling kuat. Bill seolah menjadi pemimpin perkumpulan anak-anak tersebut. Atas ajakan Bill pulalah, The Loosers Club melakukan penyelidikan terhadap hilangnya anak-anak di kota mereka yang ternyata sudah terjadi selama ratusan tahun. Bill sangat terobsesi dengan kasus-kasus tersebut karena adik Bill merupakan salah satu dari anak-anak yang hilang tersebut. Ahhhh, nasib buruk yang menimpa adik Bill ini dikisah pada bagian awal film, jadi penonton sopasti tahu siapa yang Bill dan kawan-kawan buru.
Saya melihat It (2017) menyajikan aneka masalah yang dihadapi oleh masing-masing anggota The Loosers Club dengan berimbang. Hanya kasus Bill saja yang sedikit dominan tapi masih dalam takaran yang wajar. Semua masalah tersebut dapat terangkai menjadi satu dengan tema film ini sehingga semuanya nampak sebagai satu kesatuan yang utuh :). Bumbu masalah yang akan hadir di masa depan (andai film ini sekuelnya jadi dibuat), sudah terlihat sejak dini. Saya melihat benih-benih cinta segitiga antara Bill, Bev dan Ben. Kalau di versi novel dan mini seri It (1990), hal ini akan menjadi masalah besar yang memecahbelah persahabatan mereka.
Yang saya paling suka dari It (2017) adalah bagaimana The Loosers Club dapat berubah dari pecundang yang diburu, menjadi kelompok anak-anak yang kuat dan pemberani. Saya sangat suka dengan bagian klimaks dari film ini, jarang-jarang ada film horor yang akhirnya seperti ini. Yaah memang sih sedikit menggantung, tapi hal itu wajar karena pada mini seri It (1990) saja, film ini memang dibagi ke dalam 2 film.
Penampakan It sebagai badut cukup menyeramkan tapi teknik jump scare yang dipergunakan terkadang sedikit hambar. Teknik yang si badut It lakukan untuk menakut-nakuti pun, kadang tidak terlihat menakutkan. Yang saya syukri dari It (2017) adalah tidak terlalu banyaknya adegan sadis yang menjijikkan seperti yang pernah saya lihat pada Saw (2004), sebuah film horor penuh kejutan tapi sangat sadis.
Saya suka dengan film horor yang satu ini. It (2017) tentunya layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Puas rasanya melihat nasib si jahat It pada bagian akhir film ini :).
Sumber: itthemovie.com