The Perks of Being a Wallflower (2012)

Pada tahun 2012 dulu saya sudah beberapa kali melihat poster The Perks of Being a Wallflower (2012) beberapa kali. Saya bahkan sudah melihat trailer-nya dan saya sama sekali tidak tertarik. Ini sepertinya hanya film drama remaja biasa dengan jalan cerita dan tujuan yang itu-itu saja. Yaaah paling isinya mengenai masalah remaja di Amerika sana. Sudah begitu judulnya aneh pula, apa itu wallflower? bunganya tembok? :’D

Pada suatu minggu pagi, saya tidak bisa tidur setelah sholat subuh. Entah kesurupan apa, saya iseng-iseng menonton The Perks of Being a Wallflower (2013), yaaah paling nanti juga kebosanan, mengantuk, lalu tidur ronde 2 heheheheh. Jauh diluar dugaan, bukannya mengantuk, saya justru semakin tertarik dengan film ini. Bukannya tidur ronde 2, saya justru semakin melek dan menikmati apa yang saya tonton.

Ternyata judul dari film ini menunjuk kepada Charlie Kelmeckis (Logan Lerman) yang pemalu dan enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Ia memang bagai bunga cantik yang terus menempel di tembok tanpa ada orang yang peduli atau memperhatikan. Dikisahkan bahwa Charlie baru saja masuk SMA setelah ia lulus SMP. Sebagai junior, Charlie selalu menyendiri dan tidak membuat teman baru. Ia hanya dapat berbicara sedikit akrab dengan guru bahasa Inggrisnya, Pak Anderson (Paul Rudd), agak menyedihkan bukan? :,D

The Perks of Being a Wallflower

Semua berubah ketika Charlie berkenalan dengan Patrick (Ezra Miller) dan Sam (Emma Watson), kakak kelas Charlie yang merupakan kakak-adik tiri. Melalui Patrick dan Sam, Charlie belajar untuk membuka diri dan menunjukkan kepada dunia siapa dirinya. Belakangan ketiganya menghadapi berbagai masalah remaja yang mungkin dialami oleh remaja jaman sekarang. Beberapa diantaranya tidak sesuai dengan budaya timur. Walaupun tidak ada adegan mesum pada The Perks of Being a Wallflower (2012), film ini kurang pas kalau ditonton oleh penonton yang belum dewasa.

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

Perjalanan Charlie menuju kedewasaan memang penuh rintangan. Apalagi belakangan diketahui bahwa sebelum masuk SMA , Charlie mengalami beberapa kejadian yang membuatnya depresi dan kadang berhalusinasi. Karena sehari sebelum menonton The Perks of Being a Wallflower (2012), saya menonton Shutter Island (2010), sepanjang film berjalan saya terus bertanya-tanya apakah film ini bercerita tentang gangguan jiwa?

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

The Perks of Being a Wallflower

Film ini beberapa kali berhasil menipu saya dengan cara yang cantik. Jalan cerita dan dialog film ini sungguh menarik dan masuk akal. Masalah yang muncul memang agak ekstrim, tapi semua nampak logis. Apalagi pemeran Charlie, Patrick dan Sam tampil dengan kuat dan meyakinkan. Ezra Miller tampil mengesankan sebagai Patrick, tapi maaf, sampai saat ini saya masih merasa Ezra tetap kurang pantas memerankan The Flash pada Justice League (2017) hehehehehe. Sumpah dulu saya kebingungan kok ya bisa ini aktor tak dikenal tiba-tiba memerankan The Flash. Melihat kemampuan aktingnya pada The Perks of Being a Wallflower (2012), memang masuk akal kalau Ezra patut diperhitungkan. Tapi yaaa seperti yang baru saya sebutkan, …. Ezra tetap kurang pas memerankan The Flash hohohoho.

Ok, kembali ke laptop. The Perks of Being a Wallflower (2012) merupakan film remaja dewasa yang menyenangkan untuk ditonton lebih dari sekali. Saya rasa film ini merupakan salah satu film terbaik yang dirilis tahun 2012 dan hampir saya lewatkan begitu saja. Nilai saya bagi The Perks of Being a Wallflower (2012) adalah 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Film ini layak untuk ditonton, asalkan tidak bersama anak kecil ;).

Sumber: lionsgateathome.com/perks-of-being-a-wallflower

Beauty and the Beast (2017)

Beauty & The Beast

Ketika masih kecil dulu, saya sempat menonton film seri Beauty and the Beast yang dibintangi oleh Linda Hamilton dan Ron Perlman, tanpa mengetahui bahwa film seri tersebut diambil dari sebuah dongeng karya Gabrielle-Suzanne Barbot de Villeneuve. Dongeng yang diterbitkan pada tahun 1740 ini kemudian hadir dalam berbagai versi dengan perubahan jalan cerita di sana dan di sini. Pada tahun 1991, Studio Walt Disney ikut merilis film animasi Beauty and the Beast yang terbilang cukup sukses. Berharap untuk mengulang kembali kesuksesan tersebut, Disney menghadirkan kembali dongeng Beauty and the Beast ke layar lebar melalui Beauty and the Beast (2017).

Beauty & The Beast

Kali ini dongeng tersebut tidak hadir dalam bentuk animasi, melainkan dalam bentuk film yang diperankan langsung oleh aktor dan aktris lengkap dengan special effect terbaik untuk film keluaran 2017. Dikisahkan Belle (Emma Watson) hidup bersama ayahnya, Maurice (Kevin Kline), di desa Villeneuve, Prancis. Berbeda dengan gadis-gadis di desa tersebut, Belle sangat gemar membaca dan senang sekali dengan buku. Perbedaan ini tidak menghalangi Gaston (Luke Evans) untuk berkali-kali menyatakan cintanya kepada Belle. Belle pun tak segan-segan untuk berkali-kali menolak cinta Gaston. Padahal Gaston merupakan pemuda pujaan hati gadis-gadis lain di desa tersebut. Pria seperti apakah yang Belle cari? Jawabannya akan Belle dapatkan melalui deretan peristiwa yang kurang mengenakkan.

Beauty & The Beast

Beauty & The Beast

Pada suatu hari Belle pergi keluar desa untuk mencari ayahnya yang tak kunjung pulang. Ayah Belle ternyata dipenjara oleh Beast (Dan Stevens) karena mencuri bunga dari taman milik Beast. Belle kemudian rela menggantikan ayahnya untuk menjalani hukuman di dalam istana Beast yang suram. Dulu, istana tersebut tidaklah sesuram sekarang. Akibat keangkuhan Sang Pangeran penguasa istana tersebut, seorang penyihir murka dan mengutuk Sang Pangeran, istana beserta seluruh menghuninya. Sang Pangeran berubah menjadi sebuah mahluk buruk rupa yang disebut Beast. Para penghuni istana berubah menjadi berbagai perlengkapan istana seperti lilin, cangkir, lemari dan piano. Kutukan tersebut akan diangkat apabila Beast dapat menemukan seorang wanita yang mau mencintai Beast apa adanya. Semua ini harus dilakukan sebelum seluruh kelopak sebuah bunga mawar berjatuhan. Bungan mawar tersebut Beast simpan baik-baik di salah satu bagian istananya yang besar. Para pelayan Beast melihat kedatangan Belle sebagai sebuah kesempatan untuk mematahkan kutukan. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjodohkan Belle dengan Beast.

Beauty & The Beast

Beauty & The Beast

Beauty & The Beast

Beauty & The Beast

Beauty & The Beast

Di lain tempat, Gaston berusaha menemukan Belle tapi dengan cara yang salah dan kurang baik. Sesalah dan seangkuh apapun Gaston, ia selalu didukung dan didampingi oleh LeFou (Josh Gad) sahabat setianya. Nah tokoh LeFou inilah yang sempat menjadi perdebatan mengenai pantas atau tidaknya Beauty and the Beast (2017) ditonton anak-anak. Tokoh LeFou yang sepanjang film memang nampak “melambai” dikabarkan sebagai karakter gay di film tersebut. Selain gayanya yang agak melambai, saya tidak melihat perkataan atau jalan cerita yang mengekspos LeFou sebagai gay. Memang di bagian akhir, sekilas terlihat bahwa LeFou berdansa berpasangan dengan pria sementara pria lainnya berpasangan dengan wanita, tapi itu hanya sepersekian detik saja kok. Adegan tersebut rasanya tidak dapat dikatakan sebagai justifikasi ke-gay-an LeFou. Dari beberapa adegan bernyanyi dan menari yang ada pada film ini, tidak ada adegan yang ke arah sana kok.

Beauty & The Beast

Beauty & The Beast

Saya rasa Beauty and the Beast (2017) masih aman ditonton anak-anak tapi dengan pengawasan orang tua. Toh mayoritas film ini diisi dengan adegan bernyanyi dan menari dengan visual yang cantik. Sayang bagi saya pribadi, lagu-lagu yang diperdengarkan terlalu asing dan agak membosankan. Selain itu dari segi cerita, pada dasarnya kisah pada Beauty and the Beast (2017) sangat mirip dengan Beauty and the Beast (1991), mudah ditebak.

Beauty & The Beast

Walaupun pada dasarnya saya kurang suka dengan film yang banyak nyanyi-nyanyinya, secara keseluruhan, Beauty and the Beast (2017) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Bagi yang senang menonton film musikal dengan visul yang cantik, silahkan tonton film ini, pasti suka.

Sumber: movies.disney.id/beauty-and-the-beast-2017