Primal Fear (1996)

Terbunuhnya seorang pastur yang telah menjadi tokoh keagamaan terkemuka di Chicago, menjadi awal yang menarik dari Primal Fear (1996). Pembunuhan dilakukan dengan keji dan menunjukkan adanya dendam pribadi dari si pelaku. Tak lama, Aaron Stampler (Edward Norton) dijadikan tersangka dan terancam hukuman mati.

Aaron merupakan putra altar atau asisten misa dari sang pastur. Hhmmmm, putra altar dan pastur? Aahh, dari awal saya sudah bisa menebak jalan cerita Primal Fear (1996) hendak dibawa kemana. Saya pikir ini akan menjadi sebuah kasus yang sederhana. Namun, ternyata Primal Fear (1996) menyuguhkan jalan cerita yang dapat mengecoh para penontonnya.

Martin Vail (Richard Gere) dapat dikatakan sebagai tokoh utama yang dibuat terkecoh oleh jalannya persidangan kasus ini. Hadir sebagai pengacara handal dengan kepercayaan diri yang tinggi, Vail pun pada akhirnya terkecoh dan harus mengakui kesilapannya.

Terkuaknya kasus skandal seksual di gereja, tentunya membuat saya menduga bahwa semua ini pasti terkait skandal seks saja. Ternyata selain itu, sang pastur memiliki sebuah proyek yang melibatkan jaksa dan orang-orang terkemuka lainnya pula. Semua semakin rumit ketika Aaron menunjukkan gejala penyakit kejiwaan akut. Sebagai ketua tim pengacara Aaron, Vail beberapa kali menemukan jalan buntu dan mengubah strategi pembelaannya. Semua karena sebenarnya, tidak semua yang Vail ketahui merupakan kebenaran yang sesungguhnya. Apakah terkait skandal seks, proyek milyaran dollar, atau kejiwaan Aaron? Semua membuat Vail berubah.

Di sini akting Richard Gere dan Edward Norton nampak bagus, terutama Norton. Pada film inilah awal mula karir Edward Norton bersinar. Melalui film inilah Norton memenangkan Golden Globe dan memperoleh nominasi Oscar. Setelah bermain pada Primal Fear (1996), nama Norton semakin bersinar dan memperoleh nama sabagai salah satu aktor papan atas Hollywood pada saat itu.

Bagi sebagian orang, akhir dari Primal Fear (1996) merupakan akhir sedih dimana sang tokoh utama kalah. Bagi saya pribadi, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab, bagimanapun juga, tokoh yang sebenarnya keji pada akhirnya memperoleh balasan dari perbuatannya, meskipun dengan cara yang tidak pas secara hukum.

Saya pribadi menikmati Primal Fear (1996) yang sebagian besar latar belakangnya adalah ruang persidangan. Rasa penasaran terus membuat mata saya tidak mengantuk, meskipun saya menonton film ini setelah selesai lembur di kantor hehehe. Primal Fear (1996) tentunya layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.paramount.com/movies/primal-fear

Shutter Island (2010)

Shutter Island

Shutter Island (2010) mengisahkan peristiwa yang terjadi pada tahun 1954 di Pulau Shutter yang terpencil. Apa apa di Pulau Shutter? Di pulau tersebut berdiri Rumah Sakit Jiwa Ashecliffe yang dipimpin oleh Dr. John Cawley (Ben Kingsley). Teddy Daniels (Leonardo DiCaprio) dan Chuck Aule (Mark Ruffalo) adalah polisi yang dikirim oleh pemerintah untuk menyelidiki hilangnya salah satu pasien di Pulau tersebut.

Shutter Island

Shutter Island

Shutter Island

Shutter Island

Sesampainya di sana, Teddy sering mengalami migrain dan mimpi-mimpi aneh. Hal ini terkait dengan 2 trauma berat yang pernah ia hadapi di masa lalu. Teddy sering teringat akan peristiwa sadis yang harus ia hadapi ketika ikut perang melawan Nazi. Kemudian Teddy juga sering teringat akan kematian istrinya, Dolores Chanal (Michelle Williams). Hal inilah yang ternyata menjadi alasan kenapa Teddy memiliki motif lain untuk datang ke Shutter Island.

Shutter Island

Shutter Island

Shutter Island

Shutter Island

Film ini bisa dibilang memiliki kejutan yang tak terduga bagi sebagian penonton. Sejak awal, saya sendiri melihat bahwa film ini adalah film tentang sakit jiwa. Dugaan saya mengenai kasus yang dihadapi Teddy ternyata terbukti benar walaupun jalan cerita film ini beberapa kali berusaha membelokkan arah kecurigaan saya. Film ini terlalu berusaha membelokkan tujuan dan arah tokoh utama sehingga fokus ceritanya agak blur. Hal ini pulalah yang membuat Shutter Island (2010) agak membosankan. Saya hanya dapat memberikan Shutter Island (2010) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: www.paramount.com/movies/shutter-island

The Voices (2014)

Voices1

Kali ini saya akan membahas mengenai film bergenre komedi gelap atau dark comedy, The Voices (2014). Film ini tentunya tidak ada hubungannya dengan kontes musik The Voices yang ditayangkan AXN :P. Sesuai genre-nya, jangan harap akan akhir yang bahagia, hampir bisa dipastikan bahwa akhir The Voices (2014) akan blur. Selain itu akan terdapat kegilaan di mana-mana.

Sesuai dengan judulnya, The Voices (2014) mengisahkan suara-suara yang muncul di dalam kehidupan Jerry Hickfang (Ryan Reynolds), seorang pekerja pabrik alat mandi. Sebagian besar suara-suara tersebut keluar dari mulut Mr.Whiskers & Bosco. Mr.Whiskers adalah kucing peliharaan Jerry yang sering mengeluarkan ide-ide jahat dan komentar-komentar sarkasme. Sedangkan Bisco adalah anjing peliharaan Jerry yang sering mengeluarkan ide-ide baik dam pendapat-pendapat dari sisi orang baik-baik. Bagaikan setan & malaikat, kedua suara tersebut berdebat di dalam kepala Jerry.

Voices2

Voices6

Voices9

Voices7

Karena sebuah peristiwa di masa lampau, Jerry memang sempat dirawat di RSJ. Saat ini pun, ia harus rutin menemui psikiater, Dr. Warren (Jacki Weafer). Sayang Jerry mengabaikan perintah Dr. Warren untuk meminum obat sehingga halusinasi dan suara-suara yang muncul di kepala Jerry semakin parah. Pada akhirnya Jerry harus berhadapan dengan beberapa peristiwa buruk yang berkaitan dengan 3 rekan kerjanya di kantor yaitu Fiona (Gemma Arterton), Lisa (Anna Kendrick) dan Alison (Ella Smith).

Voices4

Voices3

Voices8

Voices5

Voices10

Mirip dengan Birdman (2014), tokoh utama pada The Voices (2014) juga mendengar bisikan, hanya saja responnya berbeda. Saya lebih bisa menikmati The Voices (2014) ketimbang Birdman (2014). Kadar drama The Voices (2014) tidak sekental Birdman (2014). Sesuai dengan genrenya yaitu komedi gelap, saya masih dapat tertawa ketika melihat The Voices (2014), terutama ketika saya melihat melihat tingkah Mr. Whiskers, si kucing dari neraka x__x.

Meskipun terjadi banyak pembunuhan dan hal-hal yang agak gila, namun The Voices (2014) tidak menampilkan kesadisan seperti film horor Saw (2004), masih aman untuk saya tonton sambil makan nasi uduk, no problem. Saya rasa The Voices (2014) masih layak untuk mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

 Sumber: www.arrowfilms.co.uk/the-voices/

Stonehearst Asylum (2014)

Stonehearst Asylum 1

Stonehearst Asylum (2014) adalah film dengan genre thriller yang mengangkat tema penyakit kejiwaan di sebuah institusi RSJ, Stonehearst Asylum atau RSJ Stonehearst. Dikisahkan Dr. Edward Newgate (Jim Sturgess), seorang dokter penyakit jiwa, mengunjungi Stonehearst Asylum yang terletak di tempat terpencil. Maksud kedatangan Edward ke Stonehearst Asylum adalah untuk belajar dari metode pengobatan yang dipraktekkan oleh Dr. Silas Lamb (Ben Kingsley), kepala Stonehearst Asylum.

Stonehearst Asylum 7

Stonehearst Asylum 5

Stonehearst Asylum 6

Stonehearst Asylum 2

Stonehearst Asylum 9

Di sana, Edward bertemu dengan Eliza Graves (Kate Beckinsale), salah satu pasien Stonehearst Asylum yang mengidap histeria. Edward dengan cepat tertarik dan jatuh cinta dengan Eliza. Mereka pun semakin hari, semakin dekat meskipun Eliza sejak awal selalu menganjurkan agar Edward pergi dari Stonehearst Asylum secepat mungkin. Ada sebuah rahasia yang Eliza simpan mengenai Stonehearst Asylum.

Stonehearst Asylum 8

Stonehearst Asylum 4

Edward kaget bukan kepalang ketika ia menemukan sekelompok orang terpenjara di penjara bawah tanah Stonehearst Asylum. Di antara orang-orang tersebut ada seseorang yang mengaku sebagai Dr. Salt (Michael Caine). Dr. Salt menuduh bahwa Dr. Silas Lamb adalah pasien Stonehearst Asylum yang memimpin pengambilalihan kekuasaan RSJ. Di sinilah awal dari kebingungan yang Edward alami, siapakah yang sebenarnya gila?

DSC_7488.NEF

Jawaban dari pertanyaan tersebut hanya akan terjawab tuntas ketika kita menonton Stonehearst Asylum (2014) sampai habis sebab ada kejutan di bagian akhirnya, kejutan yang tidak saya duga :). Alur cerita Stonehearst Asylum (2014) tergolong lambat dan sedikit membosankan, namun misteri mengenai keadaan Stonehearst Asylum yang sebenarnya, membuat saya penasaran dan menonton Stonehearst Asylum (2014) sampai habis :D. Dengan didukung oleh beberapa nama terkenal, sudah pasti kualitas akting di Stonehearst Asylum (2014) memiliki kualitas yang baik. Latar belakang Eropa tahun 1899 pun nampak apik terlihat. Secara keseluruhan, Stonehearst Asylum (2014) layak untuk mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.