Serial Alchemy of Souls

Alchemy of Souls atau 환혼 merupakan serial asal Korea Selatan yang memiliki kerajaan bercorak Korea sebagai latar belakangnya. Namun tempat dan kisahnya sendiri adalah 100% fantasi. Jadi pada Alchemy of Souls tidak akan ada Joseon, Goryeo, Goguryeo, Silla ataupun Baekje. Yang ada adalah Kerjaan Daeho yang terletak di sekitar Danau Gyeongcheondaeho.

Raja Daeho memerintah dengan didukung oleh para penyihir hebat. Keluarga Seo, Park, Jin dan Jang merupakan 4 keluarga penyihir yang sangat dominan dan ternama. Mereka berperan besar dalam pemerintahan. Beberapa jabatan penting bahkan dapat diwariskan kepada anggota keluarga dari keempat keluarga penyihir tersebut.

Sayangnya hal ini tidak berlaku bagi Jang Uk (Lee Jae-wook), anak satu-satunya dari Mahapatih Jang Gang (Joo Sang-wook). Ketika Jang Uk masih bayi, Jang Gang mengunci energi Jang Uk hingga Jang Uk tidak dapat menguasai ilmu sihir apapun. Jang Uk pun dianggap terlalu lemah untuk memegang jabatan penting. Sebagai penyihir terbaik di Daeho, Jang Gang khawatir dengan apa yang akan terjadi pada dunia ketika seluruh potensi Jang Uk dapat sepenuhnya keluar. Selain itu, besar kemungkinan Jang Uk merupakan hasil dari alchemy of soul.

Dari semua ilmu sihir yang ada, alchemy of soul merupakan ilmu yang terlarang. Dengan ilmu ini, seseorang dapat bertukar tubuh. Jiwa si penyihir dapat berpindah ke tubuh orang lain. Dalam beberapa kasus perpindahan ini memiliki efek samping yang buruk. Kekacauan tidak akan dapat dibendung apabila penggunaan alchemy of soul tidak terkendali.

Selama bertahun-tahun lamanya, Jang Uk berusaha mencari jalan untuk membuka kunci yang dipasang oleh Jang Gang. Harapan muncul ketika Jang Uk bertemu dengan Nak-su (Goo Yoon Sung) yang terperangkap di dalam tubuh Mu Deok-i (Jung So-min). Nak-su merupakan buronan yang menguasai ilmu sihir tingkat tinggi. Ketika terdesak, ia menggunakan alchemy of soul untuk bertukar tubuh. Namun entah mengapa ia justru masuk ke dalam tubuh Mu Deok-i yang lemah.

Melalui sebuah perjanjian rahasia, Nak-su bersedia membantu Jang Uk meraih potensinya. Di sini terdapat kisah from zero to hero. Nak-su dengan cerdiknya berhasil membantu mengelurkan potensi yang terpendam di dalam diri Jang Uk. Ia ternyata memang bukan orang biasa. Ketakutan Jang Gang memang sangat beralasan.

Perlahan tapi pasti, Jang Uk dan Nak-su saling jatuh cinta. Bagaimanapun juga semua pencapaian Jang Uk memang merupakan hasil jerih payah Nak-su. Di balik pria hebat, terdapat wanita hebat. Peribahasa itu sangat tepat sekali memggambangkan keadaan Jang Uk dan Nak-su.

Kisah cinta Jang Uk dengan Nak-su atau Mu Deok-i sangat menarik untuk diikuti. Begitu pula kisah cinta beberapa karakter lainnya. Di sana memang terdapat beberapa kisah cinta. Bahkan ada cinta segitiga sampai segiempat di sana. Biasanya saya paling malas menonton cinta segitiga, apalagi berlarut-larut datang dan pergi pada beberapa episode seperti ini. Hal seperti ini pernah membuat saya berhenti menonton Serial Dawson’s Creek. Tapi cinta segitiganya Alchemy of Soul berbeda dengan Dawson’s Creek. Walaupun sebenarnya lebih rumit, namun kisah cinta pada Alchemy of Soul nampak sederhana, ringan dan tidak membosankan. Terdapat kelucuan dan keharun pula di sana. Pengembangan karakternya terlihat sangat baik. Saya berhasil dibuat percaya bahwa beberapa pasangan cinta ini saling mencintai. Saya pun menjadi lebih peduli dengan nasib mereka.

Beruntung serial ini tidak berlama-lama membuat karakter protagonisnya menderita. Selalu ada konflik baru dan masalah baru yang diangkat. Serial ini tudak berlama-lama membakar satu konflik terlalu lama. Semua dikemas dengan sangat mudah dimengerti.

Padahal seingat saya, banyak sekali flashback pada serial ini. Suatu bagian cerita dihilangkan, untuk kemudin dimunculkan kembali sesaat kemudian. Semua dilakukan berulang-ulang pada beberapa bagian cerita yang pendek. Bagian yang pendek tapi dapat memberikan makna ketika dimunculkan pada saat yang tepat. Beberapa kejutan pada serial ini sering kali dimunculkan dengan cara flashback. Saya kurang suka ketika hal seperti ini dilakukan berulang-ulang pada Ocean Eleven (2001) dan sekuelnya. Namun, Alchemy of Soul nampaknya berhasil melakukan flashback yang sangat baik. Anehnya saya suka dengan teknik flashback yang Alchemy of Soul lakukan.

Planting pada serial inipun terbilang baik. Semua nampak terancana. Beberapa hal yang sudah ditanamkan, dapat memiliki makna yang penting walaupun terpisah dalam jeda yang cukup lama.

Bagaimana dengan adegan aksinya? Saya sadar betul Alchemy of Soul ini berbicara mengenai para penyihir di sebuah kerajaan. Tak jarang intrik-intrik perebutan kekuasaan berujung pada perkelahian. Kombinasi antara ilmu beladiri dan ilmu sihir terlihat jelas di sana. Sayangnya special effect yang digunakan, terkadang terlihat out of date untuk sebuh tontonan yang dirilis pada tahun 2022. Yaah memang tidak seburik serial silatnya Indosiar yaaa, tapi yaa terbilang kurang ok pada beberapa bagian. Namun serial ini memang tidak bertumpu pada adegan aksi saja. Terdapat beberapa unsur lain yang memiliki andil dalam menutup kelemahan ini. Porsi adegan aksinya memang tidak terlalu banyak. Tapi masih terasa seimbang dengan romansa, komedi dan unsur-unsur lain yang ada.

Serial Alchemy of Soul berhasil menyajikan kisah yang menawan. Karakter-karakter yang ada terbilang menarik. Selama menonton serial ini, saya ausaj sibuat beberapa kali tertawa, bukan hanya senyum yaaa, ini tertawa :D. Konflik yang disajikan pun sangat menarik dan penuh kejutan. Selalu ada misteri yang membuat saya terus terhipnotis untuk menonton dari satu episode ke episode berikutnya. Kekurangan dalam hal special effect hampir tidak terasa. Semua berhasil tertutup rapat oleh berbahai kelebihan lain yang dimiliki Alchemy of Soul. Untuknya semua dilakukan dengan menggunakan beberapa hal yang biasanya tidak saya sukai. Dengan demikian, saya ikhlas untuk memberikan Alchemy of Soul nilai 5 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus Sekali”.

Sumber: http://www.studiodragon.net

The Great Battle (2018)

Mendengar kalimat Romance of the 3 Kingdoms, pastilah kita teringat akan kisah peperangan besar antara 3 kerajaan besar di dataran Cina sana, yaitu Shu, Wu dan Wei. Ternyata di Korea pun ada Romance of the 3 Kingdoms loh, yaitu antara kerajaan Baekja, Silla dan Goguryeo. Ketiganya terus bertempur demi menguasai seluruh Korea. Beberapa kisah pertempurannya sangat dipengaruhi oleh kerajaan tetangga seperti Cina dan Jepang.

Pada The Great Battle (2018) atau Ansi Fortress atau 안시성, dikisahkan bahwa Kekaisaran Tang yang sedang berkuasa di Cina, ingin menguasai Korea. Satu per satu wilayah Korea berhasil Tang kuasai. Sebagai kerajaan yang pada masa jayanya berhasil menguasai bagian tengah dan utara Korea, sampai daerah Mongolia, kerjaan Goguryeo menjadi target utama Kekaisaran Tang. Di bawah Kaisar Taizong atau Li Shimin (Park Sung-woong), bala tentara Tang terus maju ke dalam wilayah Goguryeo yang baru saja mengalami konflik internal.

Raja dari Guguryeo baru saja digulingkan oleh Jendral Yeon Gaesomun (Yu Oh-seong). Jendral Yeon segera menjadi penguasa Goguryeo secara de facto. Sejarah mencatat bahwa terjadi perdebatan sengit karena Raja Goguryeo saat itu dikabarkan memang lemah terhadap Kekaisaran Tang dan Sang Raja ternyata berusaha membunuh Yeon terlebih dahulu. Tidak semua rakyat Goguryeo mengakui kekuasaan Jendral Yeon, termasuk Yang Manchun (Jo In-sung).

Yang adalah penguasa Benteng Ansi yang melindungi semua penduduk di wilayah tersebut. Ia menolak untuk mengirimkan pasukan bantuan kepada Yeon padahal saat itu Yeon sedang membela Goguryeo dari invasi Tang. Pembangkangan ini membuat Yeon geram dan mengirimkan Sa-mul (Nam Joo-hyuk) sebagai mata-mata ke dalam Benteng Ansi. Di saat yang sama, pasukan Tang sedang bergerak ke arah Benteng Ansi. Mereka optimis dapat menguasai Ansi dengan mudah karena mereka sudah berhasil menguasai benteng-benteng Goguryeo lain yang lebih besar dari Benteng Ansi.

Kalah jumlah bukan berarti kalah semangat. Yang ternyata merupakan pemimpin cerdas yang kharismatik. Ia mampu memelihara mental prajuritnya selama berbulan-bulan. Sa-mul yang melihat itu, mulai gundah apakah ia akan tetap menjalankan perintah Yeon atau ikut membelot bersama Yang. Di mata Sa-mul, Yeon dan Yang sebenarnya sama-sama merupakan pemimpin baik yang rela mengorbankan apapun demi menyelamatkan Goguryeo dari invasi Tang.

Konflik batin yang Sa-mul hadapi sangat mudah ditebak arahnya. Cerita dan akhir The Greatest Battle (2018) pun sebenarnya sudah terlihat dari pertengahan cerita. Tapi taktik perang yang ditampilkan sangatlah menarik. Adegan aksinya pun sangat memukau. Inilah keunggulan utama dari The Greatest Battle (2018). Mungkin ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan sejarah, tapi saya rasa hal tersebut tidak terlalu fatal. Bagaimana pun juga, terdapat daerah abu-abu di dalam sejarah sebab sejarah ditulis oleh pemenang [^_^]v. Saya rasa film Korea yang satu ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: its-new.co.kr