Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023)

Ant-Man & Wasp merupakan superhero yang kekuatan utamanya berkisar pada perubahan ukuran fisik. Keduanya menggunakan teknologi partikel Pym sehingga mereka dapat membesar sebesar raksasa dan dapat mengecil sekecil debu. Ketika sebuah objek mengecil sampai sangat kecil sekali, objek tersebut dapat masuk ke dalam sebuah dunia yang disebut dunia kuantum. Hal inilah yang terjadi pada Scott Lang (Paul Rudd), Hope van Dyne (Evangeline Lilly), Janet van Dyne (Michelle Pfeiffer), Hank Pym (Michael Douglas) dan Cassandra Lang (Kathryn Newton). Wah ini sih 1 keluarga superhero lengkap terjebak di dunia antahberantah.

Scott merupakan Ant-Man yang berhasil beberapa kali menyelamatkan dunia bersama The Avengers. Hope adalah The Wasp yang menjadi pasangan Scott. Cassandra adalah anak Scott yang kemungkinan nantinya akan menjadi Ant-Man baru menggantikan posisi sang ayah. Hank adalah Ant-Man pertama yang berhasil menemukan teknologi partikel Pym. Janet adalah The Wasp pertama, istri Hank dan ibu dari Hope. Wah lengkap dari cucu sampai kakek semua hadir di dunia kuantum.

Pada 2 film Ant-Man terdahulu dikisahkan bahwa Janet sempat terjebak di dalam dunia kuantum selama 30 tahun. Sebuah misteri menyelimuti mengenai apa yang Jenet hadapi di sana. Semua akan terkuak ketika keluarga Janet ikut terjebak di dalam dunia kuantum. Ketika mereka tiba di sana, dunia tersebut tidak sedang baik-baik saja.

Bagaimanakah bentuk dunia kuantum? Pada awalnya saya sempat skeptis. Ahh paling-paling bentuknya mirip seperti Journey to the Center of the Earth (2008) dan film-film lain sejenisnya. Wah ternyata semua nampak berbeda. Dunianya penuh dengan teknologi dan mahluk hidup yang mampu tampil unik dengan visual yang halus. Saya suka sekali dengan bagaimana film ini menggambarkan dunia kuantum.

Hanya saja, menonton Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023), lamakelamaan tak ubahnya seperti menonton salah satu film Star Wars. Ant-Man dan keluarga memang seperti terjebak di sebuah dunia asing. Jadi sekilas memang kisahnya akan mirip dengan Journey to the Center of the Earth (2008). Namun lama kelamaan jalan ceritanya justru lebih ke arah perjuangan menuju kebebasan. Semua ini didukung dengan bentuk dunia kuantum yang dipenuhi dengan mahluk-mahluk dari berbagai ras. Teknologi yang ditampilkan pun cenderung futuristik dan sangat berbeda dengan Bumi.

Konon film ini adalah jembatan utama menuju film The Avengers berikutnya. Dalam MCU (Marvel Cinematic Universe), biasanya sebuah peristiwa besar akan ditampilkan pada film The Avengers. Berbagai karakter dari film-film MCU sebelumnya akan bertemu dalam 1 film, menghadiri sebuah konflik yang masalahnya bisa saja sudah dirajut pada film-film MCU sebelumnya.

Hampir dapat dipastikan bahwa dunia paralel dan dunia kuantum akan menjadi bagian yang penting pada film The Avengers sebelumnya. Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023) berhasil membawakan sebuah kisah yang melibatkan kedua dunia tersebut. Semua disajikan tanpa membuat penonton kebingungan dengan teori fisika. Yaah dunia paralel dan dunia kuantum memang memuat beberapa hukum fisika. Penonton dibuat untuk semakin terbiasa melihat kedua dunia ini.

Sayangnya Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023) nampaknya agak terlena dalam usahanya menjelasakan dunia paralel dan kuantum dengan sangat sederhana. Mereka lupa membuat sebuah kisah yang menarik dan unik. Kisah Ant-Man kali ini terbilang sangat sederhana dan sudah pernah saya lihat pada film-film lain.

Beruntung adegan peperangannya terbilang seru. Pertarungan akhirnya berhasil memberikan sebuah hiburan segar disela-sela jalan cerita yang .. ah ya begitulah hehehehe.

Dengan kelemahan dari segi jalan cerita, namun ditopang oleh adegan aksi yang baik. Ditambah keberhasilan menjelaskan teori yang rumit dengan cara yang sederhana. Saya ikhlas untuk memberikan Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.marvel.com

Ant-Man and the Wasp (2018)

Setelah euforia Avengers Infinity War (2018), Ant-Man and the Wasp (2018) akan menjadi MCU (Marvel Cinematic Universe) berikutnya yang hadir di layar lebar. Entah kenapa Ant-Man memang absen dari Avengers Infinity War (2018). Padahal ia menjadi salah satu superhero berpartisipasi pada Captain America: Civil War (2016), sebuah film MCU tepat sebelum Avengers Infinity War (2018). Hhhmmm, apa yang terjadi dengan Ant-Man pada periode antara Captain America: Civil War (2016) dan Avengers Infinity War (2018)? Saya rasa Ant-Man and the Wasp (2018) akan menjawab pertanyaan tersebut karena film ini mengambil waktu kejadian tepat setelah Captain America: Civil War (2016) dan sebelum Avengers Infinity War (2018).

Ant-Man and the Wasp

Sebagaimana pernah dikisahkan pada Ant-Man (2015), Scott Lang (Paul Rudd) adalah penjahat kelas teri yang dapat berubah menjadi Ant-Man setelah menggunakan kostum buatan Hank Pym (Michael Douglas). Ant-Man memiliki kemampuan untuk mengubah ukuran sebuah objek menjadi lebih kecil atau lebih besar. Pada suatu pertarungan di Ant-Man (2015), Ant-Man berhasil mengubah ukurannya menjadi sangat kecil sekali ke ukuran mikro hingga ia sempat mengunjungi dunia kuantum. Melalui teori kuantun, dijelaskan bahwa seseorang tidak akan mampu keluar dari dunia kuantum ketika ia berhasil menyusutkan tumbuhnya ke ukuran mikro. Scott yang saat ini menggunakan kostum Ant-Man, membuktikan bahwa teori ini salah. Ia berhasil kembali dari dunia kuantum dan mengalahkan Yellowjacket pada saat itu.

Nah, pada Ant-Man and the Wasp (2018), dikisahkan bahwa Scott ternyata membawa sesuatu dari dunia kuantum. Sesuatu yang Pym dan putrinya, Hope van Dyne (Evangeline Lily), dambakan selama 30 tahun terakhir. Semua berawal pada bencana yang terjadi sekitar 30 tahun yang lalu ketika Ant-Man dan Wasp menjalankan misi berbahaya yang menyebabkan terjebaknya Wasp di dalam dunia kuantum. Mengikuti jalan cerita komik Ant-Man tahun 1960-an, pada saat itu Hank Pym adalah Ant-Man dan istri Pym adalah Wasp. Ant-Man dan Wasp kurang kebih memiliki kemampuan yang serupa, hanya saja Wasp memiliki sayap untuk terbang. Kostum Wasp sendiri sebenarnya sudah pernah sekilas diperlihatkan pada bagian akhir Ant-Man (2015).

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Sesuai dugaan, putri Pym, Hope van Dyke menggunakan kostum Wasp pada Ant-Man and the Wasp (2018). Bersama dengan Ant-Man, ia berusaha membuka portal menuju dunia kuantum dan menemukan ibunya yang sudah 30 tahun terjebak di sana. Perjalanan mereka tidak mudah karena ada pihak-pihak lain yang menginginkan hal tersebut pula.

Kali ini supervillain yang harus Ant-Man dan Wasp hadapi adalah Ghost (Hannah John-Kamen). Berbeda dengan di komik, karakter Ghost kali ini adalah perempuan dan memiliki motif yang tidak terlalu jahat. Walaupun memiliki kemampuan super yang cukup merepotkan Ant-Man dan Wasp, saya rasa Ghost tidak jahat. Iq hanya putus asa dan menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup.

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Sebenarnya, karakter yang sesungguhnya benar-benar jahat adalah Sonny Burch (Walton Goggins). Tapi ia tidak memiliki kekuatan super apapun. Ia pun bukan bos besar yang berkuasa seperti Dr. Doom, Kingpin atau Lex Luthor. Yaaaah hanya penjahat kelas menengah yang memiliki koneksi ke FBI. Hal inilah yang cukup merepotkan Scott dan kawan-kawan karena status Scott adalah tahanan rumah yang tidak boleh kemana-mana. Setelah Scott ikut membantu pihak Captain America melanggar hukum pada Captain America: Civil War (2016), ia memilih untuk menjalani hukuman asalkan ia dapat bertemu putri semata wayangnya, Cassie (Abby Ryder Fortson). Ini memang berbeda dengan mayoritas superhero pendukung Captain America lainnya yang memilih menjadi buronan.

Ant-Man and the Wasp

Yaaaah, rasanya Ant-Man and the Wasp (2018) memang berbicara tentang keluarga. Hal-hal yang rela dikorbankan agar dapat hidup bersama keluarga. Di sana terlihat hubungan ayah anak yang kompak dan sedikit mengharukan. Semua dibalut dengan berbagai kelucuan dari Scott Lang :D. Unsur komedi pada film ini memang menjadi nilai plus yang sangat besar. Ditambah lagi adanya adegan aksi yang unik dan jarang saya lihat pada film superhero lainnya.

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Ant-Man and the Wasp

Sayang Ant-Man and the Wasp (2018) banyak menggunakan teori kuantum yang kurang komunikatif. Para karakter protagonis nampak bisa dengan cepat memperoleh solusi melalui teori dan ilmu pengetahuan yang kurang jelas maksudnya. Kalau kita menonton Ant-Man and the Wasp (2018) tanpa mengikuti dan melihat semua hal terkait teori kuantum dan lorong kuantum, film ini sebenarnya terbilang mudah dipahami dan mampu berdiri sendiri, kita tidak perlu menonton film superhero Marvel lain untuk memahami film ini. Meskipun yaaah memang akan lebih seru kalau kita sudah menonton film MCU lainnya, terutama Ant-Man (2015), Captain America: Civil War (2016) dan Avengers Infinity War (2018).

Ant-Man and the Wasp

Jauh berbeda dengan film superhero Marvel terakhir yang saya tonton sebelum menonton film ini, karakter antagonis film ini kurang menggigit. Film ini terasa hampa tanpa adanya tokoh antagonis yang benar-benar “antagonis” dan kuat. Ghost dan Burch gagal mengisi ruang tersebut.

Film ini sebenarnya terbilang bagus kalau dilihat dari sisi aksi dan komedi. Tapi saya pribadi kurang suka dengan alur ceritanya. Selain itu Ant-Man dan Wasp bukanlah superhero yang menurut saya keren. Coba saja bayangkan apabila keduanya menjadi superhero Indonesia, pastilah namanya menjadi manusia semut dan si lalat bukan? :’D. Saya rasa Ant-Man and the Wasp (2018) lebih pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan” ;).

Sumber: https://marvel.com/antman