Serial Diva

Berawal dari mencari tontonan yang sehat dan berbahasa Indonesia bagi anak, saya menemukan beberapa video singkat produksi PT. Kastari Sentra Media, sebuah perusahaan lokal yang memproduksi konten-konten anak-anak. Mereka menayangkan konten mereka di Youtube, Vidio dan kepingan VCD. Video singkat mereka yang saya lihat adalah video Diva dan Pupus yang belajar huruf hijaiyah, berdoa dan menyanyi. Ini adalah tontonan yang sehat bagi anak muslim Indonesia.

Kemudian, sepertinya pihak Kastari membuat serial yang lebih plural dan dapat dinikmati oleh anak-anak dari berbagai agama dan suku yaitu Diva The Series atau Serial Diva. Tokoh utamanya masih Diva dan kuncingnya, Pupus Kanopus. Di sini, Diva Cantika Putri yang asli Banten dan beragama Islam, sehari-hari bermain bersama-sama dengan teman-temannya yang berasal dari agama dan suku yang berbeda. Ada Mona “Mona” Dariani yang orang tuanya berasal dari Yogyakarta, Febiola “Febi” Hatumena yang orang tuanya berasal dari Ambon, Putu Surya Nugraha yang orang tuanya berasal dari Denpasar, Tomi “Tomi” Bagaskara yang orang tuanya berasal dari Jakarta. Diva, Tomi dan Mona, beragama Islam. Febi beragama Kristen. Sedangkan Putu beragama Hindu. Mereka mengajarkan bahwa kita semua dapat bersahabat walaupun memiliki perbedaan suku dan agama, jangan mau kalah dengan anak-anak ah.

Tidak hanya suku dan agama, masing-masing karakter memiliki sifat yang berbeda. Sebuah hal yang pasti akan anak-anak kita hadapi di dunia nyata. Mona hobinya makan dan sering menghabiskan uang jajannya untuk makanan, Putu suka menolong tapi terkadang agak pelit, Tomi manja dan kadang mau menang sendiri, Febi ramah dan suka berbagi. Diva sendiri memiliki sifat yang lebih stabil dan ada di tengah-tengah, tidak terpolar seperti teman-teman lainnya. Cerita dan konflik yang dihadirkan terbilang mendidik dan menghibur bagi anak-anak. Sepengetahuan saya, tidak ada konten dewasa pada serial yang satu ini. Semuanya dibungkus dalam bahasa Indonesia dan latar belakang yang sangat Indonesia sekali.

Hanya saja, dari segi animasi, memang wujud Serial Diva ini masih terbilang sederhana untuk kartun keluaran baru. Tidak bisa dibilang jelek, tapi tidak bisa juga dibilang bagus. Jangan bandingkan dengan animasinya Ipin dan Upin yang budgetnya besar yaaa.

Menurut saya, Serial Diva yang berbahasa Indonesia ini pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Di tengah-tengah gempuran film kartun asing, konten lokal seperti ini rasanya layak untuk didukung ;).

Sumber: kastarianimation.com

Pengabdi Setan (2017)

Setelah sempat beberapa kali kecewa melihat wajah film horor Indonesia, saya agak skeptis melihat kesuksesan Pengabdi Setan (2017) besutan sutradara ternama tanah air, Joko Anwar. Saya sendiri kurang menyukai serial misteri horor karya Om Joko yang sempat tayang di HBO yaitu Halfworlds. Apakah kali ini akan berbeda bagi saya?

Pada Pengabdi Setan (2017) dikisahkan bahwa Rini (Tara Basro), Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annus) dan Ian (M. Adhiyat) harus menghadapi penampakan dan teror dalam wujud mendiang ibu mereka yang sudah meninggal, Mawarni Suwono (Ayu Laksmi). Mawarni adalah penyanyi tempo dulu yang sudah lama sakit parah. Sakitnya Mawarni membuat keuangan keluarga terpuruk sampai mereka harus menggadaikan rumah tua mereka. Setelah Mawarni dikebumikan, Sang Bapak (Bront Palarae) pergi ke kota untuk memperbaiki kondisi keuangan keluarganya. Sebagai anak tertua, Rini menggantikan peran orang tuanya di rumah. Di sinilah awal teror-teror menimpa Rini dan adik-adiknya. Setelah penguburan selesai dan Sang Bapak pergi ke kota, terjadi banyak keanehan di rumah mereka. Almarhumah ibu mereka sering menampakkan diri dalam wujud yang menyeramkan. Mau apa ya? Kok malah menteror anak sendiri.

Keadaan semakin mencekam ketika nenek mereka, Rahma Saidah (Elly D. Luthan), ditemukan tewas di dalam sumur rumah. Sebelum meninggal, Nenek Rahma ternyata sudah mencurigai bahwa akan terjadi sesuatu. Ia sudah meminta Budiman (Egy Fedly), sahabat Nenek sejak kecil, untuk melakukan penyelidikan. Budiman memberitahukan bahwa almarhumah Mawarni terlibat dengan sekte pemgabdi setan. Mereka bermaksud untuk membawa anak Mawarni untuk sebuah tujuan yang …..

Tujuan para pengabdi setan inilah yang saya rasa menjadi salah satu faktor kejutan dari Pengabdi Setan (2017). Film ini memang memiliki beberapa twist atau kejutan yang bagus namun sayang kurang dieksekusi dengan baik. Seharusnya ada sedikit adegan kilas balik agar unsur kejutannya lebih terasa. Ada kejutan-kejutan yang tidak penonton sadari. Saya sendiri baru menyadarinya beberapa jam setelah selesai menonton film. Ternyata ada lebih dari 1 twist tho, ternyata ada penjelasan kenapa si A kesurupan, …

Film ini sudah menggunakan “jump scare” yang sangat baik, sudah seperti film Hollywood jaman sekarang. Tapi saya terus terang lebih seram melihat “jump scare” pada Pengabdi Setan (2017) dibandingkan “jump scare” film-film luar negeri. Aroma mistik Indonesianya terasa sekali. Latar belakang rumah tua di era 90-an, ditambah suara lagu dari piringan hitam dan … bunyi lonceng .. bisa membuat bulu kunduk berdiri :’D.

Film ini nuansa tahun 90-annya benar-benar terasa. Saya bahkan melihat mainan masa kecil saya dimainkan oleh katakter pada Pengabdi Setan (2017). Awalnya saya pikir Pengabdi Setan (2017) merupakan remake atau reboot dari Pengabdi Setan (1980). Munculnya tokoh antagonis utama pada akhir Pengabdi Setan (2017), menjelaskan kepada saya bahwa peristiwa pada Pengabdi Setan (2017) berlangsung sebelum peristiwa pada Pengabdi Setan (1980) terjadi. Untunglah Om Joko Anwar tidak menggunakan plot dan tokoh antagonis yang sama seperti pada Pengabdi Setan (1980), sudah basi dan mudah ditebak.

Tidak hanya soal plot dan tokoh antagonis saja, Pengabdi Setan (2017) memberikan peranan dan gambaran yang berbeda mengenai tokoh agama setempay. Baik pada Pengabdi Setan (2017) maupun Pengabdi Setan (1980), Keluarga yang diteror memang sama-sama tidak taat beribadah kepada Allah. Namun kemampuan dan peranan ustad pada Pengabdi Setan (2017) nampak lebih manusiawi. Pak ustad juga manusia biasa dan bukan orang suci. Orang yang dianggap masyarakat sebagi ustad pun belum tentu benar-benar ustad atau ulama bukan?

Saya rasa Pengabdi Setan (2017) jelas jauh lebih baik ketimbang Halfworlds. Film ini mampu memberikan ketakutan dan misteri mistik Indonesia dengan cara yang modern dan mengikuti jaman. Terlepas dari kekuranggamblangannya mengungkap misteri yang sudah ada, Pengabdi Setan (2017) pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Wha ini film Indonesia pertama yang dapat nilai 3 dari saya hehehe.

Sumber: www.rapifilms.com/page/detail/409/pengabdi-setan

Serial Halfworlds

Halfworlds1

Serial Halfworlds merupakan buah dari kolaborasi antara HBO dengan beberapa insan perfilman lokal Indonesia. Film seri bersambung yang diputar di stasiun TV berbayar HBO ini disutradarai oleh Joko Anwar dan mayoritas dibintangi oleh artis-artis Indonesia. Topik yang Halfworlds pilih adalah dunia supranatural Indonesia yang sudah dimodernkan sehingga kita tidak akan melihat kuntilanak yang menggunakan daster putih beterbangan atau tuyul botak yang diperankan anak-anak. Semua mahluk supranatural pada Halfworlds berwujud seperti manusia biasa.
Dikisahkan bahwa di dunia ini, termasuk Jakarta, terdapat mahluk-mahluk yang sudah hidup ribuan tahun. Keberadaan mereka tersebunyi dibalik kelamnya kehidupan manusia. Demit, itulah nama mahluk-makluk tersebut. Terdapat beberapa jenis demit seperti palasik, kuntilanak, banaspati, genderwo dan lain-lain. Terus terang saya agak kurang faham apa itu banaspati dan apa itu palasik, kurang familiar dan tidak ada penjelasan mengenai jenis-jenis demit beserta keistimewaannya masing-masing. Karena sama-sama berwujud seperti manusia dan senjata yang mereka pergunakan sekilas tidaklah terlalu berbeda, sehingga menyaksikan perkelahian antar demit seperti menyaksikan perkelahian antar manusia sakti. Saya akui adegan perkelahian pada Halfworlds terbilang bagus dan keren meskipun ada beberapa adegan yang menyerupai adegan perkelahian pada The Matrix Revolutions (2003).

Halfworlds4

Kenapa para demit berkelahi? Pada musim perdananya, para demit berkelahi karena memperebutkan “the gift”. Apa itu? Asalmulanya dari mana? Katanya sih hadiah dari dewa bagi dua dunia yaitu dunia demit dan dunia manusia, sebuah deskripsi yang kurang detail. Sampai episode terakhir di musim pertama pun saya masih agak blur akan apa itu “the gift”. Terlalu banyak pertanyaan di sana dan di sini. Film seri Halfworlds menggunakan teknik bercerita maju mundur dengan tambahan penjelasan grafik kartun pada setiap awal episodenya. Grafik kartun tersebut dimaksudkan untuk memberikan keterangan akan kisah Halfwords, tapi kok ya rasanya kurang. Saya dan teman saya pun akhirnya memiliki interpretasi yang berbeda akan penggalan kisah pada grafik kartu tersebut. Saya pernah melihat film seri bersambung buatan luar negeri yang menggunakan teknik bercerita yang mirip seperti ini tapi semua nampak jelas, kalaupun ada misteri, masih dalam dosis yang wajar. Yang namanya misteri memang merupakan hal yang dapat dipergunakan agar pemirsa penasaran, tapi kalau misterinya overdosis seperti ini yaaa yang ada justru kebingungan di sana dan di sini. Selain itu terdapat beberapa beberapa kelemahan dalam plot ceritanya sehingga agak terkesan “ngegampangin”.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan seperti saya sebutkan di atas, Halfworlds saya nilai berhasil menampilkan sinematografi yang kualitasnya jauh di atas rata-rata sinetron Indonesia yang agak norak dan dangkal. Menonton Halfworlds tak ubahnya seperti menonton film seri buatan luar negeri lhooo :). Memang sih efek negatifnya, Halfworlds pun menampilkan adegan-adegan dan plot yang agak kebule-bulean yang memberikan contoh buruk bagi anak-anak meskipun kadarnya tidak terlalu kental.

Saya bangga juga karena ternyata Indonesia sebenarnya mampu membuat film seri yang agak berkualitas meskipun terdapat kekurangan di mana-mana dan masalah keoriginalan. Selain adegan perkelahian yang menyerupai The Matrix Revolutions (2003), saya dengar soundtrack bagian akhir Halfworlds sangat mirip dengan soundrack Zero Crow (2007).

Halfworlds7

Halfworlds2

Halfworlds10

Halfworlds8

Halfworlds3

Halfworlds9

Halfworlds5

Halfworlds6

Melihat semua episode musim pertama Halfworlds, saya ragu apakah serial Halfworlds akan ada musim keduanya atau tidak. Serial ini pun rasanya hanya dapat memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Bagaimanapun juga, nilai ini terbilang tinggi lho untuk film seri yang banyak melibatkan bakat-bakat Indonesia sebab mayoritas sinetron-sinetron yang saat ini diputar di TV nasional mungkin hanya akan mendapat nilai 0 atau 1 dari saya hehehehe.

Sumber: hboasia.com/HBO/en-id/shows/halfworlds

Gurih Sedap Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana

Kebon Kacang Maulana 1

Nasi uduk adalah hidangan tradisional Indonesia yang sampai saat ini dapat kita jumpai dengan mudah. Dari beberapa restoran nasi uduk yang pernah saya jumpai, Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana merupakan salah satu restoran nasi uduk yang saya lihat cukup ramai dan lokasinya tidak jauh dari rumah saya. Sepengetahuan saya, Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana dapat ditemui di:

  1. Jalan Pemuda No.03 (depan UNJ & Lab School), Pulo Gadung, Jakarta Timur, Telp. (021) 4716415.
  2. Jalan Raya Jatiwaringin, Jakarta Timur.

Berhubung Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana menggunakan pola frachise jadi terkadang ada perubahan dan penambahan cabang dalam waktu yang terbilang cepat, saya kurang tahu ada di mana lagi cabang Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana. Yang pasti, sejak dulu sampai sekarang saya selalu makan di Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana yang terletak di depan UNJ, dekat dengan rumah dan mantan kampus saya dulu ;).

Nasi uduk yang Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana sajikan, dhidangkan di atas daun. Rasanya memang gurih dan mantab, namun sayang porsinya kecil sekali, keponakan saya saya saja mampu menghabiskan 3 piring nasi uduk @__@.

Kebon Kacang Maulana 2

Nasi Uduk

Di samping seporsi nasi uduk yang kecil, tak lupa Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana menyajikan pula sepisin sambal khusus yang merupakan ciri khas Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana. Sambal tersebut terdiri dari sambal kacang berwarna kecoklatan dan sambal cabe berwarna kemerahan. Tak lupa sambal tersebut dilengkapi oleh sedikit kecap dan taburan bawang goreng, rasanya manis-manis pedas dan memiiliki aroma kacang yang sedap :).

Kebon Kacang Maulana 3

Sambal

Nasi uduk beserta sambalnya, tentunya kurang pas kalau hanya berdua saja masuk ke mulut kita. Di Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana, terdapat aneka lauk pendamping nasi uduk seperti ayam goreng, udang goreng, tahu, tempe, ati, ampela, semur jengkol, sayur asem dan lain-lain. Istri saya sangat suka dengan udang goreng-nya karena kesegaran udang yang dipergunakan dan rasa udang yang khas cocok juga bila disantap dengan nasi uduk dan sambalnya. Saya sendiri biasanya memilih lauk sejuta umat, ayam goreng :). Ayam goreng yang digunakan Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana adalah ayam pejantan, tapi dagingnya tetap empuk dan terasa sangat enak ketika dipadukan dengan nasi uduk dan sambalnya.

Kebon Kacang Maulana 4

Ayam Goreng & Udang Goreng

Semua lauk di atas sebenarnya tidak terlalu spesial kalau dimakan sendirian tanpa nasi uduk dan sambalnya. Menurut saya kekuatan utama Nasi Uduk Kebon Kacang A. Maulana adalah di sambalnya. Statusnya memang hanya pendamping, tapi paduan rasa yang sambal tersebut bantu tampilkan, jarang saya temui di restoran nasi uduk lainnya.

Saya lihat memang banyak restoran yang menggunakan nama nasi uduk kebon sirih dan setahu saya Nasi Uduk Kebon Sirih A. Maulana memang bukanlah yang pertama menggunakan nama tersebut. Terlepas dari keaslian nama nasi uduk kebon kacang yang dipergunakan, saya rasa restoran yang didirikan oleh keluarga Agung Maulana pada 2007 ini layak untuk mendapat nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Enak”.

Meracik Sesuka Hati di Pepper Lunch

Pepper Lunch 1

Pepper Lunch adalah restoran asal Jepang yang sudah memiliki cabang di Korea Selatan, Cina, Taiwan, Amerika, Filipiina, Australia, Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Di indonesia sendiri, Pepper Lunch dapat kita temui di:

  • Bintaro Jaya X, Ground Floor No 219, 232, 233, Change Boulevard Bintaro Jaya, Blok B7/C2, No. 1 Bintaro Jaya Sector 7, Tangerang, Banten. Telp. +62-61-2221-229.
  • Focal Point, GF#5 Focal Point, Jl. Setia Budi Indah II (Ringroad) Blok XI, No 24, Medan, Sumatera Utara. Telp. +62-61-8880-2080.
  • Baywalk, Unit 2-11C, Jl Pluit Karang Ayu, Jakarta Utara. Telp. +62-21-2962-9538.
    Centre Point, LG Floor, B-20, JI. Timor/ Jawa No.1, Medan, Sumatera Utara. Telp. +62-618-50-1749.
  • FX Sudirman, level 2 No.7, JL. Jendral Sudirman Jakarta Selatan. Telp. +62-21-2555-4266.
  • Plaza Ambarrukmo, Level 3 Unit B 36-40, Jl. Laksamada Adisucipto, Yogyakarta. Telp. +62-274-433-1111.
  • Lotte Shopping Avenue, Unit FCS-02, Jl. Prof Dr Satrio Kav 3-5, Karet Kuningan, Jakarta Selatan. Telp. +62-21-2988-9633.
  • Grand City, Food Loft Lantai 4, Unit 4.39, Jl. WalikotaMustajab & Jl. Kusuma Bangsa, Surabaya, Jawa Timur. Telp. +62-31-5240-5783.
  • Istana Plaza, L3 Unit TF-CR-1, Jl. Pasirkaliki No. 121-123, Bandung, Jawa Barat. Telp. +62-22-603-1600.
  • Kota Kasablanca, LG 97, Jl. Kasablanca Kav. 88, Jakarta Selatan. Telp. +62-21-2948-8662.
  • Beachwalk, L2 # A-2, Jl Pantai Kuta, Bali. Telp. +62-36-1846-5619.
  • Alam Sutera, 30D/18, Jl. Jalur Sutera, Alam Sutera, Serpong, Tangerang, Banten. Telp. +62-21-3044-9186.
  • SuperMal Karawaci, UG#3C, 105 Bulevar Diponegoro, Lippo Karawaci, Tangerang, Banten. Telp. +62-21-546-2136.
  • Plaza Senayan, Level 3, Unit 318C, Jl. Asia Afrika No.8, Jakarta Pusat. Telp. +62-21-572-5551.
  • Plaza Indonesia, Level LB#57, 58-58B, Jl. M.H. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta Pusat. Telp. +62-21-310-7621.
  • Mal Taman Anggrek, 4th Lvl, Lot No. 401C, Jl. Letjen S. Parman, Kav 21, Slipi, Jakarta Barat. Telp. +62-21-560-9978.
  • Paris Van Java, Unit RLA08 Level 1, Jl. Sukajadi No. 137-139, Bandung, Jawa Barat. Telp. +62-21-820-63-535.
  • Senayan City Mall, Food Court, 5th Floor, Shop Unit #5-10, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta Pusat. Telp. +62-21-727-81-164.
  • Plasa Tunjungan 3, 5th Floor, PC 5, 45-49 Jl. Basuki Rachmad, Surabaya, Jawa Timur. Telp. +62-31-534-2762.
  • Emporium Pluit Mall, Foodcourt 4th Floor, unit 20, Jl. Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Telp. +62-21-666-76-590.
  • Mall Kelapa Gading 3, Unit FCI – 10 A, Food Temptation MKG3, Jl. Bulevard Kelapa Gading, Jakarta Utara. Telp. +62-21-4585-3612.
  • Galaxy Mall, Lantai 3, International Food Court, Jl. Dharmahusada Indah Timur 35-37, Surabaya, Jawa Timur. Telp. +62-31-591-5589.
  • Puri Mal, Unit #220, 2nd Floor, Jl. Puri Agung, Puri Indah, Jakarta Barat. Telp. +62-21-582-2635.
  • Mal Gandaria City, 2nd Floor, Unit #239, Jl. KH.M.Syafi’i Hadzami No.8, Gandaria, Jakarta Selatan. Telp. +62-21-2905-2934.
  • Mal Citraland, UG Floor, Unit UG30, Jl.Arteri S.Parman, Grogol, Jakarta Barat. Telp. +62-21-5695-4858.
  • Pondok Indah Mall 1, Food Court 1st Level, FCL #10A, Jl. Metro Duta Niaga, Jakarta Selatan. Telp. +62-21-7590-3378.
  • Ciputra World, Level 3, Jl. Mayjend Sungkono 87, Surabaya, Jawa Timur. Telp. +62-31-563-2828.
  • Trans Studio Mall, #B203, JL. Jend.Gatot Subroto No. 283, Bandung, Jawa Timur. Telp. +62-22-9109-1919.
  • Summarecon Mal, 2nd Floor, Sentra Gading Serpong, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang, Banten. Telp. +62-21-2931-408.
  • Kuningan City, Level 3, Jl. Prof. dr. Satrio Kav 18, Karet kuningan, Jakarta Selatan. Telp. +62-21-3048-595.
  • Central Park, LG No.236, Jl. S. Parman, Kav 28, Jakarta Barat. Telp. +62-21-2920-258.
  • Mall Ratu Indah, G-19A/20A/22A, Jl. Sam Ratulangi No. 35, Makassar, Sulawesi. Telp. +62-41-185-5604.
  • Cambridge City Square, LG No.B2-B3, Jl. S.Parman No. 217, Medan, Sumatera Utara. Telp. +62-61-452-1810.
Pepper Lunch 2

Bagian dalam Pepper Lunch

Kebetulan salah satu cabangnya sangat dekat lokasinya dengan kantor saya. Pepper Lunch nampak penuh pada jam makan siang meskipun rate harganya di atas KFC atau McDonalds. Pepper Lunch memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan jaringan restoran import lainnya. Semua menu yang disajikan Pepper Lunch menggunakan hot plate yang super panas, kepanasannya mencapai 260 derajat Celcius. Aneka bahan yang sudah dibumbui, diletakan di atas hot plate tersebut. Kombinasi dari bahan-bahan makanan tersebut bergantung dari menu yang kita pilih. Menu utama Pepper Lunch menggunakan daging wagyu, ayam atau salmon yang segar seperti salmon pepper rice, chicken pepper rice,teriyaki double salmon, wagyu pepper rice, curry chicken pepper rice with cheese, beef & salmon pepper rice, double hamburg steak with rice, chicken steak & bbq wagyu dan lain-lain. Saya lebih merekomendasikan menu yang menggunakan potongan besar daging sapi, ayam atau salmon dibandingkan mie. Rasa mie-nya mirip spaghetti & saya memang pada dasarnya kurang suka dengan spaghetti. Lebih enak yang ada potongan besar dagingnya deh pokoknya ;).

Chicken Pepper Rice

Pepper Lunch 4

BBQ Wagyu & Chicken Steak

Pepper Lunch 7

Teriyaki Chicken with Egg

Pepper Lunch 6

Salmon Pepper Rice

Pepper Lunch 9

Aglio Olio

Beef & Salmon Pepper Rice

Beef & Salmon Pepper Rice

Teriyaki Double Salmon

Teriyaki Double Salmon

Bahan daging pada menu-menu tersebut biasanya disajikan dalam keadaan mentah. Begitulah keadaan sajian ala Pepper Lunch ketika tiba di meja pengunjungnya. Selanjutnya kita harus mengaduk-aduk berbagai bahan makanan tersebut sambil menaburi bumbu tambahan seperti garam, merica, garlic soy sauce (Karakuchi) dan honey brown sauce (Amakuchi). Kita dapat mengaduk dan menambahkan bumby sesuka hati. Berdasarkan pengalaman saya, bumbu tambahan garam, garlic soy sauce (Karakuchi) dan honey brown sauce (Amakuchi) rasanya agak asin, hanya aromanya saja yang berbeda. Sebaiknya jangan terlalu banyak menaburkan ketiga bumbu ini ke dalam menu yang kita pesan. Saya pribadi biasa menambahkan merica yang banyak hehehehe ;). Enak atau tidaknya hidangan di Pepper Lunch terkadang memang ditentukan oleh si pengunjung sendiri, oleh karena itulah kita harus pelan-pelan dalam meracik hidangan yang kita pesan. Bagi yang malas mengaduk, pelayan Pepper Lunch siap membantu juga, tapi saya pribadi lebih senang kalau saya sendiri yang mengaduk dan meracik hidangan yang saya pesan, bukan inilah seninya makan di Pepper Lunch? 😉

Pepper Lunch 5

Garam, Karakuchi, Merica & Amakuchi

Pepper Lunch 3

Sup Miso

Terlepas dari keberuntungan kita sebagai pengunjung dalam mengaduk dan meracik menu-menu Pepper Lunch, bahan-bahan yang Pepper Lunch gunakan adalah bahan-bahan yang berkualitas, menyantap langsung bahan-bahan tersebut dalam keadaan hangat dan sungguh segar . . . Yummmmm, mantabbb apalagi kalau kita menyantabnya dengan sup miso, lebih yummmm lagi ;). Dengan demikian, saya iklas untuk memberikan Pepper Lunch nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Enak”.

Icip-Icip Seafood in A Pan ala Fish & Co.

Fish Co 6

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah lautnya besar sekali. Tidaklah heran kalau banyak sekali restoran seafood di Indonesia. Nah Fish & Co. adalah salah satu restoran seafood asal Singapura yang mencoba peruntungannya di indonesia. Selain Indonesia & Singapura, Fish & Co. juga hadir di UAE, Mauritius, Philiphina, Kamboja, Malaysia dan Brunei. Di Indonesia sendiri, Fish & Co. sudah buka di berbagai mall besar di Jakarta, Banten, Surabaya dan Bali seperti Pacific Place, Mal Taman Anggrek (MTA), Cilandak Town Square, Pondok Indah Mall 2 (PIM2), EX-Plaza Indonesia, Gandaria City, Living World (Alam Sutera), Rukan Crown Golf, Kota Kasablanka, Emporium Pluit Mall, Summarecon Mal Serpong 2, Surabaya Town Square, Tunjungan Plaza 3 dan Beach Walk Kuta Bali.

Kok berani-beraninya buka banyak cabang di sini? Apa bedanya Fish & Co. dengan restoran seafood lainnya selain harga yang relatif mahal? 😛 Tema restoran yang cukup bagus, pelayanan yang cepat dan jenis menunya.

Cabang-cabang Fish & Co. mengingatkan saya pada restoran tempat Sponge Bob bekerja dalam film kartun anak-anak yang berjudul Sponge Bob. Ada hiasan kayu-kayu, ban kecil dan hiasan lain di dalamnya. Pokoknya, dari depan pun kita sudah dapat menebak bahwa restoran itu menyajikan seafoodSeafood ala Fish & Co. disajikan dengan cepat walaupun restorannya lumayan ramai. Saya cukup puas dengan pelayanan restoran ini. Menu yang disajikan Fish & Co. tentunya berbeda dengan menu-menu restoran seafood lokal. Fish & Co. menyajikan menu western dengan Fish & Chips sebagai hidangan utamanya.

Fish Co

Bagian Dalam Fish & Co.

Fish & Chips sendiri adalah jenis menu yang paling banyak dipesan oleh pengunjung Fish & Co.. Satu paket Fish & Chips biasanya terdiri dari kentang goreng dan ikan dori goreng tepung dengan ukuran jumbo, besaaaaar sekali, dijamin kenyang deh ; ). Fish & Chips -nya Fish & Co. menggunakan ikan dori yang agak basah, segar dan tidak amis. Ikan dori tersebut dilapisi oleh tepung goreng yang terasa sangat renyah. Pada bagian atas balutan tepung goreng tersebut, terdapat saus yang rasanya tergantung dari menu Fish & Chips yang kita pilih seperti Bali Fish & Chips, Arctic Fish & Chips, Africa Fish & Chips, New York Fish & Chips, The Best Fish & Chips in Town, Italian Fish & Chips, Philadelphia Fish & Chips, Singapore Fish & Chips, Danish Fish & Chips dan Japanese Fish & Chips. Whoooaaa, banyak sekali yah variannya Fish & Chips ala Fish & Co.. Sayangnya saya bukan penggemar makanan Fish & Chips, entah mengapa saya selalu merasa agak mual atau eneg setelah menyantap Fish & Chips. Selain itu rasa Fish & Chips biasanya agak tawar dan kurang berbumbu bagi lidah Indonesia saya . Saya berharap Fish & Chips yang disajikan Fish & Co. dapat mengubah pendapat saya tentang makanan tersebut. Sayangnya, meskipun Fish & Chips yang disajikan Fish & Co. memang lebih enak daripada Fish & Chips yang pernah saya santap di tempat lain, saya tetap merasa agak mual dan Fish & Chips -nya kurang berbumbu rasanya. Itu hanya pendapat pribadi saya saja lhooo sebab pada kenyataannya banyak juga teman-teman saya yang hobi makan Fish & Chips di tempat ini. Saya sudah mencoba menambahkan sambal, merica dan garam ke dalam Fish & Chips yang saya pesan, tapi tetap saja rasanya terlalu tawar bagi saya hehee.

Fish Co 3

The Best Fish & Chips in Town

Fish Co 2

Sambal, Merica & Garam

Selain Fish & Chips Fish & Co. juga menyajikan hidangan western lainnya seperti Seafood Platter, Baked Ginza Salmon, Stingray with Blackpepper Sauce dan lain-lain. Saya sendiri baru sempat mencicipi Seafood Platter saja. 1 porsi Seafood Platter terdiri dari udang goreng tepung, calamari, keripik, kentang goreng potongan ikan goreng tepung dan 3 jenis saus khusus. Bahan-bahan yang digunakan tetasa segar dan tidak amis. Rasa renyah goreng tepung dan kripiknya lumayan ok. Rasanya, hidangan ini relatif lebih ok daripada Fish & Chips meskipun rasanya masih kurang berbumbu bagi lidah ndeso saya ini :’D.

Fish Co 5

Seafood Platter

Untuk kategori minuman, Fish & Co. menyajikan aneka minuman mulai dari aneka kopi, aneka teh, aneka juice segar sampai berbagai minuman kombinasi. Dari berbagai minuman tersebut, Sharkie Freeze adalah favorit saya. Gelasnya besar sekali, rasanya pun asam-asam segar, passs lah. Mungkin ini adalah menu favorit saya di Fish & Co.. Aneh yaaa, lebih senang dengan minumannya daripada makanannya meskipun penyajian makanannya sudah dibuat beda. Beda? Apanya yang beda?

Fish Co 7

Strawberry Daiquiri & Frozen Margarita

Fish Co 4

Sharkie Freeze

Fish Co 1

Chinese Green Tea

Hampir semua makanan yang dihidangkan oleh Fish & Co. tidak disajikan atas piring, melainkan di atas penggorengan atau pan, olehkarena itulah tag line Fish & Co. adalah seafood in a pan. Penyajian yang agak beda ini diilhami dari kebiasaan para nelayan untuk memakan ikan segar yang baru mereka tangkap langsung di atas penggorengan atau pan.

Sayang keunikan penyajian ini tidak mampu menolong penilaian saya terhadap restoran ini. Bagi saya pribadi, Fish & Co. hanya layak mendapat nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya ” Kurang Enak”. Ini hanya penilaian dari seseorang yang memang pada dasarnya kurang suka dengan menu Fish & Chips, bukan penilaian dari banyak orang, tidak semua ulasan harus memberi nilai yang bagus bukan? 😉 Sampai sekarang, Fish & Co. nampak selalu ramai setiap saya lewati ketika berangkat ke kantor ;).

The Raid (2012)

Gambar

Firm yang disutradarai oleh Gareth Evans ini menceritakan tentang sekelompok pasukan khusus yang dipimpin oleh Sersan Jaka (Joe Taslim) menjalankan perintah dari Letnan Wahyu (Pierre Gruno) untuk menyerbu sebuah gedung yang berisikan gerombolan penjahat kelas berat. Gedung ini sudah lama dijadikan bisnis perlindungan dan tempat tinggal bagi buronan-buronan polisi. Gedung ini diikuasi oleh Tama Riyadi (Ray Sahetapy) dengan ditemani oleh dua tangan kanannya yaitu Mad Dog (Yayan Ruhian) dan Andi (Donny Alamsyah). Dalam penyerbuan ini, sebagian besar anggota pasukan khusus tewas karena kalah jumlah, salah satu anggota yang selamat adalah Rama (Uko Uwais) yang ternyata punya kakak yang “terperangkap” di dalam gedung yang sedang diserbu ini.

Rama

The Raid pertama kali ditayangkan pada Festifal Film Internasional Toronto 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Masness dan berhasil memenangkan  The Cadillac People’s Choice Midnight Madness Award :D. Walau sutradaranya bule & film ini tidak 100% made in Indonesia, saya bangga juga dengan prestasi ini. Selain Festifal di Toronto tersebut The Raid juga ternyata sudah pernah ditayangkan pada  Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (AS), South by Southwest Film (AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan) :D. Selan itu The Raid juga diputar di 14 Bioskop di Amerika Serikat, wah wah wah jarang-jarang Indonesia bisa mengimport film ke negara Paman Sam.

Tama Riyadi Vs Letnan Wahyu

Andi Vs Mad Dog

Untuk ukuran film aksi Indonesia, film ini sudah mampu menyuguhkan adegan perkelahian yang tidak kalah dengan adegan perkelahian film-film Holywood. Untunglah The Riot tidk menampilkan efek-efek spesial norak ala sinetron Indosiar :P. Tapi sayang dari sisi cerita kok kayaknya kurang variatif & kurang greget buat saya. Saya menonton The Riot karena penasaran & cinta produk buatan Indonesia 😉 .Tapi kalau harus jujur, nilai akhir untuk film ini adalah 3 dari skala nilai maksimal 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: merantaufilms.com/the-raid/