The Super Mario Bros. Movie (2023)

Super Mario Bros. merupakan video game yang mulai hadir pada tahun 1983 dan 1985. Sampai pada awal tahun 90-an pun video game ini masih terbilang populer. Pada era tersebut, Super Mario Bros. lazim dimainkan pada console 8 bit Nintendo Entertainment System (NES). Status sebagai video game paling populernya Nintendo, Super Mario Bros. terus hadir pada berbagai judul-judul video game lain yang eksklusif hanya dapat dimainkan pada console-console keluaran Nintendo.

Kehadiran The Super Mario Bros. Movie seakan menjadi ajang nostalgia bagi teman-teman yang besar di era 80-an dan 90-an. Apalagi, film ini kurang lebih mengambil alur cerita permainan Super Mario Bros. yang hadir di tahun 1985. Beberapa karakter video game yang populer pada NES pun ikut hadir pada film ini. Tidak hanya itu, unsur video game Super Mario Bros. yang hadir belakangan pun ikut hadir. Penonton dapat menyaksikan aksi ala Mario Kart pada film ini.

Semua karakter-karakter tersebut dapat menyatu dengan baik di dalam sebuah kisah petualangan dari si tukang ledeng, Mario Mario (Chris Prat). Bersama dengan Luigi Mario (Charlie Day), Mario Mario membuka usaha pipa air di kota Broklyn. Pada suatu malam, Mario dan Luigi tidak sengaja masuk ke dalam sebuah pipa air yang membawa mereka menuju dunia lain. Keduanya kemudian terjebak di tengah-tengah konflik antara Kerajaan Koopa dengan kerajaan-kerajaan lainnya.

Kerajaan Koopa yang dipimpin oleh Raja Browser (Jack Black) terus menerus menginvasi kerajaan-kerajaan tetangganya. Raja yang satu ini pun berniat menikahi Putri Peach (Anya Taylor-Joy), pemimpin Kerajaan Jamur. Sangat mirip dengan versi video game tahun 1985, Mario pun berniat membantu Putri Peach mengalahkan Raja Browser.

Semua unsur-unsur game Super Mario Bros. benar-benar muncul dan menonjol di sini. Bagaimana dunia yang Mario kunjungi bekerja, benar-benar seperti dunia yang ada pada video game. Sesuatu yang menyenangkan bagi teman-teman yang sering bermain Super Mario Bros. sewaktu kecil. Saya pribadi belum pernah memiliki console Nintendo. Saya hanya memainkan permainan Super Mario Bros. di rumah saudara saja hehehehe. Jadi hampir tidak ada kesan nostalgia ketika menonton film ini.

Rasanya, nostalgia saja kurang cukup. Karena kisah pada film ini terbilang datar-datar saja. Beruntung terdapat beberapa adegan lucu sehingga film ini tidak membosankan :).

Bagi saya yang bukan fans atau pemain video game Super Mario Bros. merasa bahwa film ini hanya dapat memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yabg artinya “Lumayan”. Masih cocok untuk dijadikan tontonan bersama keluarga. Yaaahh paling tidak film ini 100% aman dari agenda cuci otak yang aneh-aneh :).

Sumber: http://www.thesupermariobros.movie

Jumanji: The Next Level (2019)

Pada akhir tahun 2019 ini, sekuel Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), hadir ke layar lebar. Kisah mengenai permainan maut ini berlanjut pada Jumanji: The Next Level (2019). Beberapa tahun setelah kejadian pada Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), Spencer Gilpin (Alex Wolff), Bethany Walker (Madison Iseman), Anthony “Fridge” Johnson (Ser’Darius Blain) dan Martha Kaply (Morgan Turner), sudah lulus SMA dan menjalani kehidupan yang berbeda. Pada saat libur panjang, mereka memutuskan untuk melakukan reuni di kampung halaman mereka.

Di sinilah awal dari kekacauan yang ada. Perangkat Nintendo yang menjadi portal untuk masuk ke dalam dunia Jumanji, ternyata masih ….. tersimpan di gudang milik keluarga Spencer. Entah apa yang Spencer pikirkan, ia mencoba memperbaiki Nintendo tersebut dan masuk ke dalam dunia Jumanji sendirian. Teman-teman Spencer tentunya tak tinggal diam. Mereka menyusul masuk ke dalam Jumanji untuk menyelamatkan Spencer. Bahkan Alex Vreeke (Colin Hanks) ikut menyusul setelah tahu insiden ini. Alex merupakan seorang remaja yang terjebak bertahun-tahun di dalam dunia Jumanji sebelum diselamatkan oleh Spencer dan kawan-kawan. Tanpa sengaja, Eddie Gilpin (Danny DeVito) dan Milo Walker (Danny Glover), ikut tertarik masuk ke dalam dunia Jumanji.

Mirip seperti pada Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), kali ini ketujuh tokoh utama kita harus menyelesaikan sebuah misi di dalam dunia Jumanji. Seperti video game, mereka akan menggunakan tubuh atau avatar yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap orang memiliki 3 nyawa dimana kalau ketiga habis atau mereka tewas sebanyak 3 kali di dalam Jumanji, maka mereka akan tewas di dunia nyata.

Hhhhmmmm, kalau dihitung, sekarang jadi ada 7 orang yang masuk ke dalam dunia Jumanji. Padahal bukankah avatar yang terdapat di sana hanya 5? Well, terdapat 2 avatar tambahan yang memiliki peran penting pula dalam permainan kali ini. Tubuh atau avatar yang tersedia adalah Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Ruby Roundhouse (Karen Gillan), Franklin “Mouse” Finbar (Kevin Hart), Sheldon “Shelly” Oberon (Jack Black), Jefferson “Seaplane” McDonough (Nick Jonas), Ming Fleetfoot (Nora Lum) dan ……. seekor kuda hitam :’D. Ahhh, siapa yaa yang akan sial menjadi seekor kuda? Eits, tunggu dulu, si kuda ini ternyata bukan sembarang kuda loh, Spencer dan kawan-kawan tidak akan berhasil menyelesaikan misi mereka tanpa bantuan si kuda ini. Misi yang mereka hadapi berbeda dengan misi pada Jumanji: Welcome to the Jungle (2017).

Agak berbeda dengan Jumanji: Welcome to the Jungle (2017), setiap pemain mendapatkan avatarnya secara acak. Penempatan avatar ini menimbulkan berbagai kelucuan. Tapi sayang leluconnya jadi agak mirip dengan lekucon pada film pertamanya. Kemudian pesan moral yang diangkatpun saya rasa sama persis. Film ini mengajarkan mengenai persahabatan dan saling memaafkan.

Sebenarnya bagian akhir Jumanji: The Next Level (2019) memiliki potensi untuk menjadi sesuatu yang mengharukan. Sayang eksekusinya kurang tepat sehingga, terasa biasa saja.

Yaah paling tidak, adegan aksinya cukup menghibur dan menyenangkan untuk dilihat. Dibalut dengan humor di mana-mana, cerita yang sebenarnya standard sekali ini terasa tidak membosankan.

Saua rasa Jumanji: The Next Level (2019) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Walau memiliki beberapa kekurangan, film ini tetap layak untuk ditonton kok. Semoga film Jumanji berikutnya dapat memberikan hiburan yang lebih segar lagi :).

Sumber: http://www.jumanjimovie.com

Jumanji: Welcome to the Jungle (2017)

Dibuat berdasarkan novel tahun 1981 karya Chris Van Allsburg dengan judul yang sama, Jumanji (1995) berhasil menembus tangga box office dan meraih keuntungan. Film tersebut mengisahkan bagaimana kakak-adik Judith “Judy” Shepherd (Kirsten Dunst) dan Peter Shepherd (Bradley Pierce) bermain Jumanji. Jumanji adalah semacam papan permainan dengan menggunakan dadu yang biasa dimainkan oleh anak-anak zaman dahulu. Tapi Jumanji ternyata bukanlah papan permainan biasa karena setiap mereka melempar dadu, terjadi tantangan dan kekacauan di mana-mana. Mereka pun akhirnya bertemu dengan Alan Parish (Robin Williams) yang sudah terjebak di dalam permainan Jumanji sejak puluhan tahun lalu. Judy, Peter dan Alan harus menyelesaikan permainan Jumanji yang mereka mulai bila mereka ingin kehidupan mereka kembali normal. Terus terang Jumanji (1995) memang menjanjikan plot yang menarik dan menggunakan special effect yang bagus untuk film tahun 90-an, tapi cerita yang kurang kuat landasannya, membuat saya pribadi tidak terlalu senang dengan film tersebut.

Entah bagaimana, 10 tahun kemudian hadir Zathura (2005) dengan plot cerita yang mirip. Hanya saja Zathura (2005) menggunakan luar angkasa sebagai latar belakangnya. Zathura sendiri merupaka nama papan permainan yang dimainkan oleh kakak-adik Walter Browning (Josh Hutcherson) dan Danny Browning (Jonah Bobo). Sangat mirip dengan Jumanji (1995), kedua bersaudara tersebut bertemu dengan, Sang Astronot (Dax Shepard), seseorang yang entah bagimana sudah lama sekali terperangkap di dalam Zathura. Sang Astronot merupakan tokoh misterius yang mampu memberikan sedikit kejutan bagi Zathura (2005). Tapi yaaa mirip seperti Jumanji (1995), ceritanya kurang kuat dan alur sebab-akibat-nya tidak jelas. Ahhhh, bukan film favorit saya.

Lalu apa hubungan antara Jumanji (1995) dengan Zathura (2005)? Kenapa keduanya relatif mirip ya? Zathura (2005) bukan sekuel Jumanji (1995) tapi Zathura (2005) ternyata merupakan adaptasi dari novel lain karya Chris Van Allsburg, pengarang novel Jumanji. lebih dari 10 tahun kemudian, barulah muncul sekuel dari Jumanji (1995), yaitu Jumanji: Welcome to the Jungle (2017).

Pada abad 21 dimana semua semakin modern, papan permainan semakin menurun popularitasnya. Kalau ada anak-anak melihat papan permainan kayu dan video game, sudah hampir dipastikan mereka akan lebih memilih video games. Papan permainan ajaib Jumanji ternyata memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan mengubah bentuknya menjadi console video game :’D.

Pemain Jumanji versi console kali ini adalah 4 murid Brantford High School yaitu Spencer Gilpin (Alex Wolff), Bethany Walker (Madison Iseman), Anthony “Fridge” Johnson (Ser’Darius Blain) dan Martha Kaply (Morgan Turner). Bethany dan Fridge termasuk murid populer yang terpandang di sekolah. Sedangkan Spencer dan Martha adalah kutu buku yang diam-diam saling menyukai. Baik Martha maupun Spencer, sama-sama termasuk tipe siswa cerdas yang kemampuan fisiknya kurang baik. Martha sampai dihukum karena menolak mengikuti pelajaran olahraga dan secara tidak sengaja mendiskreditkan guru olahraganya. Spencer yang berbadan kecil dan agak penakut, terkena hukuman dari sekolah karena ia mengerjakan PR Fridge demi mendapatkan pengakuan. Spencer berharap bahwa ia akan menjadi teman Fridge bila Spencer menolong Fridge di bidang akademis. Kenapa Fridge? Fridge sendiri merupakan pemuda berbadan tegap yang terkenal akan kepiawaiannya bermain American Football di sekolah. Kepopuleran di sekolah bukan hanya milik Fridge, Bethany pun termasuk siswi yang populer karena kecantikannya. Sayang Bethany terkena kecanduan gadget. Berthany yang sangat narsis tidak dapat hidup tanpa social media. Social media pulalah yang membuat Bethany terkena hukuman di hari yang sama dengan Martha, Spencer dan Fridge.

Keempat murid Brantford High School tersebut dihukum harus membereskan sebuah ruangan yang sangat berantakan. Di sanalah mereka menemukan console video game Jumanji dan memutuskan untuk memainkannya. Berbeda dengan papan permainan Jumanji pada Jumanji (1995) yang menggunakan dadu dan mirip ular tangga, permainan Jumanji kali ini lebih mirip RPG (Role-Playing Games). Para pemain diharuskan memilih avatar atau karakter permainan dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Keempatnya kemudian diterjunkan ke dalam hutan Jumanji untuk menyelesaikan sebuah misi agar dapat pulang ke dunia nyata. Misi para pemain kali ini adalah mengembalikan artefak Mata Jaguar yang sempat dicuri Russel Van Pelt (Bobby Cannavale). Mereka harus membawa Mata Jaguar kembali ke Bukit Jaguar demi mengangkat kutukan yang menimpa dunia Jumanji. Perjalanan keempat pemain tersebut tidaklah mudah karena dipenuhi oleh berbagai rintangan dan masing-masing karakter hanya memiliki 3 nyawa. Mereka harus menyisihkan perbedaan yang ada demi dapat menyelesaikan misi dan kembali pulang ke dunia nyata. Semuanya memiliki kemampuan dan kelemahan yang saling melengkapi.

Uniknya, keempat pemain Jumanji justru memperoleh karakter permainan yang bertolak belakang dengan kondisi mereka di dunia nyata. Spencer memilih karakter Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Martha memilih karakter Ruby Roundhouse (Karen Gillan), Fridge memilih karakter Franklin “Mouse” Finbar (Kevin Hart) dan Bethany memilih Sheldon “Shelly” Oberon (Jack Black). Bravestone dan Ruby memiliki kemampuan fisik di atas rata-rata. Sedangkan Fridge justru memperoleh karakter yang lemah secara fisik, tapi memiliki pengetahuan yang sangat luas terkait hewan-hewan penghuni hutan. Terakhir, Bethany memperoleh karakter seorang lelaki paruh baya yang gendut dan kurang menarik secara fisik, namun memiliki kemampuan membaca peta Jumanji yang tidak dapat dilakukan oleh karakter-karakter lainnya.

Jelas sudah, keempatnya saling membutuhkan satu sama lain untuk menuntaskan permainan Jumanji. Tanpa dukungan pemain lain, mustahil permainan ini dapat diselesaikan. Hal ini terlihat jelas ketika keempatnya bertemu Alex Vreeke (Mason Guccione) yang menggunakan karakter Jefferson “Seaplane” McDonough (Nick Jonas). Alex memang menggunakan satu-satunya karakter yang dapat menerbangkan pesawat terbang, tapi tanpa bantuan karakter-karakter lain, Alex terjebak tidak dapat menuntaskan sebuah rintangan selama lebih dari 20 tahun. Alur cerita dimana pemain-pemain baru bertemu dengan seorang pemain lama yang sudah lama sekali terjebak, sangat mirip sekali dengan apa yang saya tonton di Jumanji (1995) dan Zathura (2005), sekuel sih sekuel tapi kan tidak harus semirip ini juga seharusnya :’/. Tokoh Alex pada film sekuel ini ibaratnya adalah tokoh Alan Parish pada Jumanji (1995) dan tokoh Sang Astronot pada Zathura (2005). Tapi Alan dan Sang Astronot sama-sama menjadi tokoh yang relatif dominan, sedangkan Alex tidak. Alex menjadi tokoh yang setara dengan keempat rekan-rekan barunya. Di sana Alex membantu Bethany untuk belajar agar lebih tidak egois, tidak narsis dan mau peduli terhadap sesama. Bethany membantu Martha untuk lebih percaya diri. Kepercayaan diri jugalah yang Spencer dan Fridge sama-sama saling ajarkan satu sama lain ketika keduanya memiliki tubuh yang jauh berbeda dari yang mereka miliki di dunia nyata. Kelucuan demi kelucuan terjadi akibat perbedaan ini, saya sendiri sempat tertawa melihatnya :D.

Tidak hanya komedi, Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) berhasil menunjukkan nilai baik dari dua sisi yaitu sisi si kutu buku dan sisi si anak populer. Ternyata tidak ada yg 100% baik dan 100% buruk pada keduanya, bahkan mereka dapat saling melengkapi dan bersahabat satu sama lain.

Selain itu, Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) memiliki akar cerita yang kuat dan jelas. Ini kenapa dan itu bagaimana, dapat dijelaskan dengan baik dan rapi. Ditambah aroma permainan genre RPG yang kental, film ini tentunya akan memperoleh nilai plus tambahan di mata para pecinta permainan-permainan bergenre RPG :).

Bagi saya, Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) lebih berkualitas ketimbang Jumanji (1995) dan Zathura (2005). Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) tentunya layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Jarang-jarang nih, sekuel lebih bagus daripada film pertamanya.

Sumber: jumanjimovie.com

Kung Fu Panda 3 (2016)

Panda31

Po (Jack Black), the dragon warrior, dan kawan-kawan kembali hadir pada Kung Fu Panda 3 (2016). Kali ini Po kedatangan tamu yang sosoknya menyerupai dirinya, apakah masih ada panda selain Po di luar sana? Ternyata tamu tersebut adalah Li Shan (Bryan Cranston), ayah kandung Po yang mengembara mencari Po. Ternyata Li Shan tinggal di desa panda yang lokasi terpencil sehingga tidak banyak yang tahu lokasi desa misterius tersebut.

Panda311

Panda316

Panda314

Panda315

Panda313

Panda32

Panda321

Panda320

Panda38

Panda310

Panda317

Di desa itu pulalah dahulu Oogway (Randall Duk Kim) dan Kai (J.K. Simmons) belajar chi. Oogway kemudian menjadi ahli kung fu yang termasyur, sejarah mencatat nama harum Oogway yang pada Kung Fu Panda (2008) meramalkan bahwa Po akan menjadi dragon warrior. Bagaimana dengan Kai? Oogway memastikan agar nama Kai tidak tercatat di sejarah manapun, tidak ada kenangan akan Kai yang ada di muka bumi. Kenyataan ini membuat Kai marah ketika ia berhasil kembali dari dunia roh dengan kekuatan chi yang besar sekali. Kai menggunakan chi untuk mengambil kekuatan guru besar – guru besar kung fu yang Kai temui saat Kai berjalan menuju istana giok, lokasi tempat mayoritas peninggalan Oogway berada. Kai hendak memusnahkan semua hal yang berbau Oogway. Sebagai penerus Oogway, Po tentunya menjadi salah satu target utama Kai. Mau tak mau Po harus berhadapan dengan Kai walaupun Po sama sekali belum menguasai chi. 

Panda312

Panda36

Panda319

Panda318

Po masih hadir sebagai karakter yang ceria, humoris dan hobi makan. Saya melihat beberapa kelucuan hadir di sana dan di sini :D. Kecerian ala Kung Fu Panda masih muncul pada Kung Fu Panda 3 (2016) meskipun sudah agak hambar dan tidak selucu 2 film pendahulunya. Dukungan animasi yang halus dan bagus tidak dapat menyelamatkan Kung Fu Panda 3 (2016). 

Panda35

Dari segi jalan cerita pun sebenarnya Kung Fu Panda 3 (2016) agak mirip dengan Kung Fu Panda (2008) dan Kung Fu Panda 2 (2011), di sana pasti terdapat keadaan dimana Po menghadapi lawan kuat yang sulit dikalahkan dan akhirnya Po harus mempelajari jurus atau kekuatan baru untuk menghadapi lawan tersebut, yaaaah semacam semi zero to hero story. Selain itu penyelesaian pada Kung Fu Panda 3 (2016) rasanya terkesan menggampangkan dan terdapat kurangnya alur alasan yang kuat di mana-mana.

Panda33

Panda34

Panda37

Panda39

Saya rasa film ketiga Kung Fu Panda ini hanya mampu memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Cocok untuk dijadikan hiburan pelepas lelah bersama anak istri, tapi agak rugi kalau menonton film seperti ini sampai ke bioskop. 🙂

Sumber: www.dreamworks.com/kungfupanda/