Hari Ketiga Wisata Korea – Ihwa, Ewha, Itaewon & Banpo

Setelah kemarin kami berkelana ke Pulau Nami, Petite France dan The Garden of Morning Calm pada Hari Kedua Wisata Korea – Naminara Republic, Petite France & The Garden of Morning Calm, di hari ketiga ini kami bangun sedikit siang. Hari ini kami akan berkeliling di tengah kota Seoul saja, tidak jauh-jauh. Kami akan mengunjungi Ihwa Mural Village, Itaewon dan Jembatan Banpo.

Mirip seperti hari-hari sebelumnya, kami sarapan menyantap hidangan yang istri saya masak di dalam Apartemen. Tak lupa ia memasak untuk bekal nanti, siapa tahu kami tidak menemukan makanan halal di jalan ;). Selain itu, pakaian yang semalam kami masukkan ke mesin cuci kemarin, sudah dapat kami gantungkan di dalam apartemen untuk selanjutnya disetrika apabila ada waktu ;).

Tujuan pertama kami pagi itu adalah Ihwa Mural Village. Dari Stasiun Dongdaemun History & Culture Park, yang terletak tak jauh dari tempat kami menginap, kami naik kereta Seoul Metro jalur 4 (biru muda) arah Stasiun Dongdaemun untuk turun di Stasiun Hyehwa. Kami keluar melalui Exit 2 dan berjalan kaki sekitar 500 meter ke arah Ihwa Mural Village, sesuai arahan GPS kami.

Ihwa Mural Village yang terletak di daerah Jungno ini memiliki kontur yang berbukit-bukit. Banyak sekali tangga yang tinggi dan curam di sana. Kami bahkan dapat menyaksikan Taman Namsan dari ketinggian di sana. Ini memang menarik untuk dilihat, tapi mana muralnya???? Namanya Ihwa Mural Village, tapi kok muralnya sedikit sekali ya? Mural ikan koi dan bunga raksasa yang menjadi icon tempat ini nampak lenyap ditelan Bumi.

Pada tahun 2006, Pemerintah Korea Selatan mengundang seniman lokal dan mahasiswa untuk membuat mural di sekitar Desa Jongno. Mural-mural yang unik berhasil menyulap desa kumuh, menjadi lingkungan yang lebih hidup secara ekonomi dan menjadi salah satu landmark kota Seoul. Semakin banyaknya turis yang datang ke sana, ternyata membuat kaum tua merasa berisik. Mereka akhirnya melakukan vandalisme dengan menghapus beberapa mural yang ikonik di sana. Sekarang, turis yang datang semakin sepi, tidak ada suara berisik lagi, tapi omset toko-toko di sana turun drastis. Saya pribadi tidak terlalu menyarankan untuk datang ke Ihwa Mural Village yaaa. Kalau mau lihat mural, datang saja ke Penang, di sana juga banyak kok ;).

Kami kemudian kembali berjalan menuju Stasiun Hyehwa untuk selanjutnya berkelana menuju Ehwa Women University. Di tengah-tengah perjalanan, kami singgah di 7-Eleven untuk membeli kartu T-Money yang dapat dilakukan untuk naik kereta, bis dan taksi di sana. Selama ini, kami selalu membeli tiket single trip untuk naik kereta. Setelah kami melihat dan merasakan, perjalanan menggunakan kereta ternyata cukup efisien dan tidak terlalu berat. Kalaupun ternyata kurang ok, toh T-Money dapat dipergunakan untuk membayar bis dan taksi juga ;). Yang paling menggoda kami untuk membeli T-Money adalah potongan harganya hehehehehe. Jadi, kalau naik kereta menggunakan T-Money, kita tinggal melakukan tapping saja, tidak perlu menukarkan deposit setiap keluar dari peron, dan mendapat potongan harga ;). Semua dapat dilakukan selama pulsa T-Money masih mencukupi. Kalau kurang, yaaa tinggal beli di loket atau di Ticket Vending and Card Reaload Device saja, beressss :D.

Kartu T-Money yang kami beli adalah T-Money edisi K-Pop, lengkap dengam gambar artis K’Pop yang sama sekali tidak saya kenal hehehe :’D. kenapa kok K-Pop? Kartu jenis ini dapat dijadikan sebagai oleh-oleh loh, saya saja sudah ada yang menitip. Pantas saja, kok di pertokoan dekat penginapan, saya sering melihat pedagang kaki lima menawarkan kami 1 pak kartu T-Money edisi K-Pop. Awalnya saya heran, buat apa turis seperti kami membeli kartu T-Money sebanyak itu :’D.

Keluar dari 7-Eleven, kami kembali berjalan menuju Stasiun Hyehwa untuk menggunakan kartu T-Money baru kami :D. Dari Stasiun Hyehwa, kami kembali naik kereta Seoul Metro jalur 4 (biru muda) arah Stasiun Dongdaemun untuk turun di Stasiun Dongdaemun History & Culture Park. Dari Stasiun Dongdaemun History & Culture Park, kami naik kereta Seoul Metro jalur 2 (hijau) arah Stasiun Euljiro 4(sa)-ga untuk turun di Stasiun Ewha Women University. Penjalanan keluar dari Stasiun ini dilengkapi dengan tangga berjalan yang panjaaaaaaang sekali.

Ewha Women University (이화여자대학교) berdiri sejak 1886 pada masa pemerintahan Kaisar Gojong dari dinasti Joseon. Universitas swasta ini merupakan salah satu Universitas favorit dan mayoritas muridnya adalah wanita. Institusi ini pada awalnya memang dimaksudkan untuk memberdayakan kaum hawa sehingga hanya menerima wanita saja. Namun saat ini, Ewha sudah menerima murid pria meskipun jumlahnya tak banyak.

Ada apa di Ewha? Di sana terdapat jalan masuk ke area bawah tanah yang unik. Bentuk seperti bukit yang dibelah. Inilah yang menjadi landmark dari Ewha Women University. Selain itu terdapat pula taman-taman dan bangunan-bangunan yang bentuknya dipengaruhi oleh Eropa di sana. Area Kampus ini dijadikan oleh turis untuk berwisata dan melepas lelah sejenak. Saya sendiri sibuk mengejak-ngejar putri kami yang berlarian di sana. Karena kampus ini sangat besar dan berbukit-bukit, kami hanya menjelajahi bagian depannya saja.

Satu lagi yang terkenal dari Ewha adalah deretan pertokoan di bagian depannya. Lokasi ini dipenuhi oleh toko oleh-oleh, kosmetik, pakaian dan kebutuhan wanita. Untuk menarik pemgunjung, beberapa toko memasang boneka atau pernak-pernik yang unik. Pada waktu itu, yang sedang populer adalah boneka Line Brown raksasa. Orang-orang mengantri hanya untuk melihat atau berfoto dengan boneka raksasa tersebut. Yang banyak orang kurang sadari adalah, sebenarnya ada 2 toko yang memasang boneka tersebut. Kami memilih mampir ke Elcube Store yang relatif lebih sepi, lokasinya di kanan jalan sebelum gerbang Ewha Women University ;).

Setelah selesai belanja, kami melanjutkan perjalanan menuju daerah Ittaewon yang terkenal sebagai daerah muslim di Seoul. Kami kembali berjalan menuju Stasiun Ewha Women University. Dari sana, kami kembali naik kereta Seoul Metro jalur 2 (hijau) arah Stasiun Chungjeongno untuk turun di Stasiun Chungjeongno. Dari Stasiun Chungjeongno kami naik kereta S.M.R.T. jalur 6 (ungu) arah Stasiun Gongdeok untuk turun di Stasiun Gongdeok. Dari Stasiun Gongdeok, kami naik kereta S.M.R.T. jalur 6 (coklat) arah Stasiun Samgaki untuk turun di Stasiun Ittaewon.

Keluar dari Stasiun Ittaewon, kami melihat sebuah daerah yang berbeda dengan daerah lain di Seoul yang pernah kami kunjungi. Bentuk jalan dan toko-tokonya agak berbeda. Orang-orang yang hilir mudik pun didominasi oleh orang asing, tidak didominasi oleh warga lokal seperti di daerah tempat kami menginap. Sayang menurut saya pribadi, Ittaewon sedikit kurang bersih untuk ukuran Seoul. Kalau dibandingkan dengan Jakarta sih ya Ittaewon hitungannya tetap bersih dan rapi.

Berjalan di Itaewon serasa berjalan di tempat yang paling beda di Seoul. Di sana, sangat mudah menemukan makanan halal. Tentunya, kami berani jajan dan makan siang dengan lebih leluasa di sana. Bahan makanan dari Indonesia pun banyak dijual pada beberapa toko yang kami kunjungi. Setelah kenyang jajan, kami berjalan menuju Seoul Central Mosque, masjid terbesar di Seoul yang sudah berdiri sejak 1976. Letak Masjid tersebut ternyata agak jauh dari Stasiun Ittaewon, dan jalanannya naik-turun seperti perbukitan. Di sana, kami sholat dan istirahat sejenak melepas penat.

Setelah segar, kami kembali berkeliling Ittaewon dan menemukan kenyataan bahwa barang-barang di sana itu murah-murah. Saya sarankan, bagi teman-teman yang sedang ke Seoul dan sempat ke Ittaewon, sebaiknya beli souvenir atau oleh-oleh di sana saja, bisa ditawar dan murah. Tapi jangan harap untuk menemukan deretan toko kosmetik, toko perawatan tubuh, toko pernak-pernik K-Pop di sana yaaaaa. Sepengetahuan saya, itu susah di cari di Ittaewon.

Tak terasa hari sudah sore, maka kami mulai berjalan kembali ke Stasiun Ittaewon. Tujuan kami selanjutnya adalah Banpo Bridge atau Jembatan Banpo. Dari Stasiun Ittaewon, kami naik naik kereta S.M.R.T. jalur 6 (coklat) arah Stasiun Yaksu untuk turun di Stasiun Yaksu. Dari Stasiun Yaksu, kami naik kereta Seoul Metro jaur 3 (oranye) arah Stasiun Oksu untuk turun di Stasiun Express Bus Terminal. Stasiun Express Bus Terminal ini luas sekali dan terletak di tengah-tengah GoTo Mall. Kami pun berjalan-jalan sejenak melihat toko-toko di sana.

Setelah selesai jalan-jalan, kami berusahan berjalan menuju Jembatan Banpo dengan bantuan GPS. Kali ini, perjalanan kami agak sulit karena area Stasiun Express Bus Terminal bergabung dengan pertokan dan Terminal Bis juga, jadi banyak pintu keluar dan sinyal GPS terkadang kurang akurat. Anak kami yang nampaknya kelelahan, mulai menangis dan marajuk, gaswat daaahhh x_x.

Berjalan kaki dari Stasiun Express Bus Terminal sampai Jembatan Banpo ternyata cukup jauh dan melelahkan. Kami sempat berhenti untuk jajan di GS25 dan 7-Eleven yang kami lewati. Beruntung anak kami mulai tenang setelah mendapat es krim, dan udara di luar ternyata cukup sejuk. Kami melewati deretan perkantoran yang lama-kelamaan berganti menjadi deretan rumah susun. Lalu, sesuai dengan petunjuk jalan, kami masuk melewati terowongan bersama rombongan turis lain, sampai di Taman Banpo Hangang yang terletak di pinggir Sungai Han, bagian bawah Jembatan Banpo. Ahhhhh, akhirnya sampai juga :D.

Jembatan Banpo atau lengkapnya Jembatan Banpodaegyo adalah jembatan yang menghubungkan Distrik Seocho dan Distrik Yongsan yang dipisahkan oleh Sungai Han. Pada malam hari, kedua sisi jembatan ini memberikan pertunjukkan yang disebut Moonlight Rainbow Fountain (달빛무지개 분수). Pertunjukkan ini dimulai sekitar pukul 8 malam dan berlangsung selama 20 menit.

Karena kami tiba lebih awal, maka kami duduk dulu sambil menyantap bekal yang sudah istri saya siapkan. Kami dapat makan sambil memasukkan kaki kami ke dalam Sungai Han. Taman Banpo Hangang memang benar-benar terletak di tepi Sungai Han. Kami menyaksikan matahari terbenam di sana. Pemandangan sore itu sungguh indah.

Tak lama kemudian, pertunjukan Moonlight Rainbow Fountain. Air mancur keluar dari samping Jembatan Banpo diiringi dengan musik dan lampu warna-warni. Bentuk air berubah-ubah seperti seolah-olah sedang menari. Kami menonton pertunjukkan sambil berjalan menyusuri Taman Banpo Hangang terus menyeberang ke pusat perbelanjaan yang terletak di pulau kecil dekat Taman tersebut. Tidak ada hal yang terlalu spesial dari pusat perbelanjaan tersebut, selain pemandangan Sungai Han dan Jembatan Banpo yang indah apabila dilihat dari bagian luar pusat perbelanjaan tersebut.

Setelah puas berjalan-jalan di sekitar Jembatan Banpo, kami kembali berjalan menuju Stasiun Express Bus Terminal. Dari sana, kami naik kereta Seoul Metro jaur 3 (oranye) arah Stasiun Oksu untuk turun di Stasiun Dongdaemun History & Culture Park. Kami kemudian langsung berjalan menuju penginapan untuk beristirahat. Kami belum ada waktu untuk menyetrika dan pakaian bersih kami masih banyak. Maka kami, hanya memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci, menyalakannya dan langsung tidur. Esok akan menjadi hari yang panjang pada Hari Keempat Wisata Korea – Gunung Seorak & Naksansa.

Baca juga:
Persiapan Wisata Korea 2017
Ringkasan Objek Wisata Korea Selatan
Hari Pertama Wisata Korea – Incheon, Namsan Tower & K Star Road
Hari Kedua Wisata Korea – Naminara Republic, Petite France & The Garden of Morning Calm
Hari Keempat Wisata Korea – Gunung Seorak & Naksansa
Hari Kelima Wisata Korea – One Mount Snow Park, The War Memorial of Korea & Myeong-dong
Hari Keenam Wisata Korea – Gyeongbokgung, Bukchon & Changdeokgung
Hari Ketujuh Wisata Korea – Gwangjang & Cheonggyecheon
Hari Kedelapan & Kesembilan Wisata Korea – Everland & Incheon