DC League of Super-Pets (2022)

DC Comics terus berusaha memanfaatkan semua materi superhero yang mereka miliki. Kali ini DC Comics hadir dengan nuansa yang lebih cerah. Diambil dari Legion of Super-Pets, DC Comics menghadirkan DC League of Super-Pets (2022) ke layar lebar.

Film ini bercerita mengenai Kripto (Dwayne Johnson), anjing putih peliharaan Superman (John Krasinski). Sama seperti Superman, Kripto berasal dari Planet Kripton. Maka, Kripto memiliki kekuatan dan kelemahan yang sangat mirip dengan Superman.

Sayangnya, Kripto mempunyai masalah dalam bersosialisasi. Ia kesulitan untuk bergaul dan berteman dengan hewan lain di Bumi. Superman adalah satu-satunya sahabat yang ia miliki. Masalah datang ketika Superman hendak menikah. Kripto yang tidak memiliki teman lain, merasa tersingkirkan. Bagaimana cara Kripto belajar dalam hal persahabatan dan sosialisasi?

Semua terjadi melalui hadirnya masalah lain yang lebih besar. Seekor binatang berhasil memanfaatkan kekuatan kripton kuning untuk melumpuhkan Superman beserta seluruh anggota Justice League. Kripto bahkan harus kehilangan kekuatan supernya. Sebagai anjing biasa, bagaimana Kripto dapat menyelamatkan majikannya. Dengan bantuan hewan lain tentunya. Mau tak mau Kripto harus berteman.

Kripto meminta bantuan sekelompok hewan yang terkena radiasi kripton kuning. Hewan-hewan ini memiliki kekuatan super sendiri-sendiri. Namun mereka masih belum dapat mengendalikan kekuatan baru mereka. Di sinilah Kripto hadir sebagai anjing yang sudah lama memiliki kekuatan super.

Bersama-sama, mereka bahu-membahu menyelamatkan Justice League dan Bumi dari ancaman. Dalam perjalannya, mereka belajar mengenai persahabatan dan kepercayaan diri.

Dari segi cerita, DC League of Super-Pets (2022) lumayan menarik dan mudah dicerna. Adegan pekelahiannya lumayan ok. Humor-humornya lebih banyak berbicara mengenai bagaimana Kripto gagal memposisikan dirinya. Yah, sekilas humor-humornya mirip Bolt (2008). Tapi sayangnya tidak selucu Bolt (2008).

Sementara ini animasinya mirip seperti gaya-gaya serial animasi DC Comics seperti Batman The Animated Series. Hanya saja tentunya DC League of Super-Pets (2022) lebih halus dan cantik. Kemudian film ini nuansanya sangat cerah dan sangat berbeda dengan film-film DCEU (DC Extended Universe) yang sangat gelap. Namun saya tidak terlalu yakin film ini cocok untuk ditonton anak-anak Indonesia dengan keadaan dan budaya Indonesia saat ini.

Apabila dilihat dengan sangat teliti, film ini menyisipkan sedit unsur LGBT. Sedikitnya sedikit sekali yah. Kalaupun ada anak kecil yang menonton, sepertinya ia tidak akan menyadarinya. Hanya sepersekian detik di awal-awak film kok. Kemudian film inipun memiliki beberapa adegan ciuman. Semua tergantung kepada orang tua yang mendampingi yah.

Saya rasa DC League of Super-Pets (2022) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan” Bolehlah untuk dijadikan hiburan ramai-ramai :).

Sumber: http://www.dccomics.com

Zack Snyder’s Justice League (2021)

Selama ini Zack Snyder telah menjadi tokoh kunci dari terbentuknya DCEU (DC Extended Universe). DCEU sendiri secara singkat dapat dikatakan sebagai kumpulan dari film-film superhero DC Comics yang saling berhubungan. Hubungan-hubungan tersebut tentunya ada kalanya akan dijadikan satu pada sebuah titik. Kalau Marvel Comics memiliki The Avengers, maka DC Comics memiliki Justice League sebagai titik pemersatu DCEU. Justice League adalah sebuah perkumpulan yang terdiri dari berbagai superhero kenamaan yang pernah DC Comics buat. Tentunya versi film layar lebar dari Justice League, seharusnya menjadi perhelatan besar bagi Zack Snyder. Semua hal yang telah ia tanamkan atau sisipkan pada film-film DCEU sebelumnya, akan bertemu kembali pada titik ini. Namun, pada proses akhir dalam pembuatan film Justice League, keluarga Snyder harus menghadapi sebuah musibah. Pada Maret 2017, salah satu anak Snyder dikabarkan melakukan bunuh diri. Hal ini sangat memukul Snyder dan ia memutuskan untuk mundur dari proyek DCEU yang telah lama ia rintis.

Pihak studio terus melanjutkan proyek yang Snyder tinggalkan dan lahirlah Justice League (2017). Film yang satu ini gagal memperoleh sambutan yang meriah dari sebagain besar penonton. Bagi saya sendiri film tersebut yah hanya lumayan saja, tidak terlalu spesial. Agar DCEU dapat terus berjalan, film penting seperti Justice League (2017) diharapkan hadir sebagai film yang spektakuler. Justice League (2017) dapat dikatakan sebagai lambang “kematian” dari DCEU.

Beberapa tahun kemudian, terkuak bahwa hengkangnya Snyder di akhir proses produksi Justice League (2017), membuat film tersebut kurang optimal. Film tersebut dikabarkan agak melenceng dai visi Snyder. Banyak sekali detail yang diubah. Para fans menyuarakan agar pihak studio dan produser berkenan untuk merilis Justice League versi Snyder. Setelah melalui proses yang panjang, hadirlah Zack Snyder’s Justice League (2021).

Tidak tanggung-tanggung, durasi Zack Snyder’s Justice League (2021) adalah 4 jam. Ini jauh berbeda dengan film lepas lain yang rata-rata memiliki durasi rata-rata antara 1,5 jam sampai 2 jam. Dengan durasi sepanjang itu, Snyder’s Justice League (2021) tentunya berhasil memberikan detail yang lebih banyak. Saya lihat porsi The Flash (Ezra Miller) dan Cyborg (Ray Fisher) menjadi jaih lebih banyak. Pentingnya peranan kedua superhero tersebut terlihat menanjak drastis pada Snyder’s Justice League (2021). Padahal secara garis besar, cerita pada Zack Snyder’s Justice League (2021) dan Justice League (2017), tidak jauh berbeda.

Snyder membubuhkan berbagai detail kecil yang membuat Zack Snyder’s Justice League (2021) memiliki keterkaitan yang erat dengan film-film DCEU sebelumnya. Otomatis Snyder mengubah-ubah beberapa bagian cerita. Sebenarnya bagian yang diubah terasa tidak terlalu banyak, tapi memiliki makna yang luas. Kemudian, peranan superhero Justice League lain selain Superman, terasa jauh bermakna pada Zack Snyder’s Justice League (2021). Akhir ceritanya saja lebih memiliki klimaks. Nampak jelas bahwa film ini mampu menunjukkan bahwa semua anggota Justice League memang memiliki peranan masing-masing yang sama pentingnya. Mereka bukan hanya “bantalan” Superman saja. Dari segi cerita, Zack Snyder’s Justice League (2021) jauh lebih berkualitas dibandingkan Justice League (2017).

Apa saja sih yang Snyder ubah? Yang pasti rasio gambar film Zack Snyder’s Justice League (2021) menggunakan rasio 4:3 yang saat ini jarang digunakan film lain. Kemudian warna-warna pada film tersebut dibuat lebih gelap dan kelam. Humor-humor kecil pada Justice League (2017) pun dipangkas habis-habisan. Zack Snyder’s Justice League (2021) lebih banyak menunjukan bagaimana para superhero dan supervillain menggunakan kekuatannya. Tak lupa, peramu musik pada Zack Snyder’s Justice League (2021) dibuat berbeda pula.

Cerita boleh sama, tapi Snyder sukses memberikan rasa yang sangat berbeda pada Zack Snyder’s Justice League (2021). Durasi yang panjang, dipecah ke dalam beberapa Chapter kok. Saya sendiri mengambil istirahat sejenak ketika pertama kali menonton film tersebut. Zack Snyder’s Justice League (2021) sudah selayaknya memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Dengan kehadiran film ini, denyut nadi DCEU kembali berdetak ;).

Sumber: http://www.snydercut.com

Justice League: The Flashpoint Paradox (2013)

Melihat pembahasan mengenai film seri The Flash musim kedua, saya sering mendengar kata-kata Flashpoint Paradox, aaahhh ternyata itu judul seri komik dan film animasi DC Comics yang cukup populer dengan Flash sebagai tokoh sentralnya, tumben bukan Superman atau Batman hehehe. Biasanya film-film animasi DC didominasi oleh 2 nama tersebut.

Pada Justice League: The Flashpoint Paradox (2013), Batman dan Superman tetap ada kok, judulnya saja mengandung kata-kata Justice League. Tak hanya Flash alias Barry Allen (Justin Chambers), Superman alias Clark Kent (Sam Daly) dan Batman alias Bruce Wayne (Kevin Conroy), hadir pula Wonder Woman alias Diana (Vanessa Marshall), Aquaman alias Arthur Curry (Cary Elwes), Cyborg alias Victor Stone (Michael B. Jordan) dan Green Lantern alias Hal Jordan (Nathan Fillion), wah lengkap juga yahhh. Dikisahkan bahwa Flash dengan dibantu Justice League, berhasil menangkap Professor Eobard “Zoom” Thawne atau Reverse-Flash (C. Thomas Howell) dan beberapa supervillain lain yang ikut mengeroyok Flash. Baik di komik maupun di film, Zoom sering hadir sebagai musuh besar Flash, tak terkecuali pada Justice League: The Flashpoint Paradox (2013).

Setelah Zoom tertangkap, Barry Allen beristirahat dan kemudian terbangun dari tidur pendeknya. Setelah Barry bangun, ia menemukan dirinya berada di dunia yang berbeda. Barry mendadak kehilangan kekuatannya dan semua anggota Justice League mengalami takdir yang berbeda sehingga mereka pun bukan superhero yang Barry kenal. Batman bukanlah Bruce Wayne, Superman tidak dibesarkan oleh keluarga Kent, Hal Jordan tidak terpilih menjadi Green Lantern dan Cyborg menjadi tangan kanan presiden Amerika. Bagaimana dengan Wonder Woman dan Aquaman? Keduanya terlibat cinta segitiga dan perselingkuhan yang mengakibatkan perang besar antara bangsa Amazon dan Atlantis. Dunia yang satu ini diambang kehancuran akibat perseteruan antara kedua bangsa super tersebut. Manusia biasa hanya dapat menonton dan pasrah sebab superhero lain nampak tak berdaya. Di tengah-tengah kebingungan ini, Barry melihat ibunya yang seharusnya sudah meninggal. Pada dunia ini, ibu Barry ternyata masih hidup, aaah ada secercah kebahagiaan di sana.

Bagaimana semua ini bisa terjadi? Barry yakin bahwa Zoom telah pergi ke masa lalu dan mengubah masa lampau sehingga dunia menjadi sekacau ini. Dengan dibantu Batman, Barry berusaha mereplikasi kecelakaan yang merubah Barry menjadi Flash. Barry harus berlari sekencang mungkin, menembus kecepatan cahaya untuk pergi ke masa lalu untuk memperbaiki ini semua. Rencana hanyalah rencana, hal itu tak mudah diraih. Dalam perjalanannya, banyak tokoh-tokoh superhero yang tewas. Beberapa adegannya agak sadis ya bagi anak-anak. Justice League: The Flashpoint Paradox (2013) lebih cocok untuk ditonton oleh orang dewasa meskipun berwujud film animasi atau kartun.

Perbedaan akan nasib para superhero dan supervillain menarik untuk diikuti, beberapa bahkan mencengangkan untuk dilihat. Saya lihat terdapat kesedihan pada hubungan antara Flash dengan ibunya dan hubungan antara Bruce Wayne dengan keluarganya. Jadi film ini bukan hanya film kartun yang sarat adegan pukul-pukulan atau tembak-tembakan saja :). Apalagi terdapat sedikit kejutan pahit pada bagian akhir film ini, asalkan teman-teman tidak membaca sinopsis di beberapa tulisan yang tidak bertanggung jawab yaa. Entah kenapa untuk film yang satu ini, banyak orang memasukkan spoiler ke dalam sinopsis mereka. Sesuatu yang harusnya terungkap di akhir film justru diumbar di sinopsis :P.

Saya rasa Justice League: The Flashpoint Paradox (2013) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Ternyata, walaupun sejauh ini film-film DC Comics di layar lebar relatif kalah dibandingkan film-filmnya Marvel, DC Comics mampu menelurkan film animasi yang berkualitas. Ahhh kenapa yang seperti ini tidak saya lihat pada film-film bioskop DC Comics terbaru? ;’)

Sumber: http://www.dccomics.com/movies/justice-league-the-flashpoint-paradox-2013