The Dry (2020)

The Dry (2020) merupakan film Australia yang memceritakan penyelidikan 2 buah kasus di sebuah kota kecil. Film ini dibuat berdasarkan novel karangan Jane Harper. Tokoh utamanya adalah Aaron Falk (Eric Bana) yang sehari-hari berkerja sebagain agen AFP (Australia Federal Police). Ia terbilang cukup sukses dan beberapa kali masuk berita akibat prestasinya. Pada suatu hari Aaron harus pergi ke Kota Kiewarra untuk menghadiri pemakaman sahabatnya semasa kecil. Tak terelakan, ia pun harus berhadapan dengan kasus pembunuhan yang terjadi ketika Aaron masih remaja di Kiewarra.

Aaron menjadi tersangka utama walaupun ia tidak ditahan karena kurang cukup bukti. Keluarga korban pun berhasil memprovokasi warga kota untuk menteror dan mengusir Aaron dan keluarganya. Pada akhirnya, Aaron terpaksa meninggalkan Kiewarra akibat tuduhan pembunuhan yang diarahkan kepadanya tersebut. Sebuah masa lalu yang pahit.

Kiewarra sendiri sebenarnya merupakan kota kecil tempat Aaron tumbuh. Karena kekeringan yang parah, banyak terdapat kasus kebakaran hutam. Banyak pula sungai dan danau yang kering, termasuk lokasi tempat pembunuhan yang dituduhkan kepada Aaron di masa lampau.

Sahabat Aaron pun ditemukan tewas di danau yang kering. Semakin lama, Aaron semakin melihat berbagai kejanggalan pada kematian sahabatnya. Ia kemudian memiliki keyakinan bahwa kematian sahabatnya tersebut masih berkaitan dengan kasus yang dulu membuatnya meninggalkan kota. Dengan dibantu oleh polisi lokal, Aaron melakukan penyelidikan di tengah-tengah warga kota yang ingin mengusirnya lagi.

Yang keren di sini adalah bagaimana Aaron menunjukkan kemampuannya sebagai agen AFP yang profesional. Ia tetap bertindak sesuai hukum meski mendapatkan berbagai provokasi. Ini adalah bagian film yang membuat saya gemas. Apalagi ketika siapa pelaku sebenarnya berhasil terungkap, baaah, menggemaskan. Akhir dari kisah The Dry (2021) termasuk tidak terduga looh.

Perilaku beberapa warga yang menyebalkan dan bagaimana penyelidikan dikembangkan, berhasil membuat saya tidak tertidur ketika menonton film minim aksi bertempo lambat ini. Banyak informasi yang tidak langsung dibeberkan. Siapa saja yang meninggal saja, tidak langsung dibeberkan dengan tegas. Semua diinfokan dengan lambat dan tersirat. Saya pun benar-benar harus menyimak, kalau tidak sopasti ketinggalan.

Namun, karena temponya lambat, otomatis film ini memang sangat mudah dipahami. Ceritanya enak untuk diikuti dan membuat saya penasaran. Hanya saja berberapa adegan flashback-nya agak membosankan. Entah mengapa bagian tersebut digarap dengan kurang menarik dan terkadang muncul di momen yang kurang tepat.

Film ini sebaiknya tidak ditonton ketika kita sedang kelelahan. Bisa-bisa tertidur di tengah film heheheh. Tapi kalau sedang tidak terlalu lelah, The Dry (2020) masih bisalaah ditonton tanpa tertidur. Temponyaa memang lambat dan minim aksi tapi alur penyelidikan Aaron itu enak untuk diikuti. Saya rasa The Dry (2020) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.screenaustralia.gov.au

The Poison Rose (2019)

Mengambil latar belakang Los Angeles pada 1978, The Poison Rose (2019) mengisahkan kisah klasik detektif ala Hollywood. Film ini sepertinya mencoba menjadi seperti film-film sejenis Mantese Falcon (1941) atau Chinatown.

Semua bermula ketika Carson Phillips (John Travolta) kembali ke kampung halamannya untuk menangani sebuah kasus. Di kota tersebut ia justru terlibat ditengah-tengah sebuah kasus pembunuhan yang melibatkan anak dari mantan kekasihnya. Tanpa Carson sadari, semua yang ia hadapi ternyata berkaitan dan memberikan sebuah kenyataan yang tidak terduga.

Cerita detektif pada film ini sedikit klise  dengan beberapa kejutan di bagian akhirnya. Kasus yang Carson hadapi memang terasa berputar-putar dan penuh kejutan. Tapi kok anehnya, saya tidak terkejut hehehehe. Lika-liku penyelidikan beserta kejutannya sudah ada di sana. Sayang penyajiannya kurang greget sehingga terasa hambar.

Tema femme fatale, sepertinya memang menjadi judul dan tema film ini. Wanita cantik, menyeret si tokoh utama dalam sebuah masalah. Hal ini mengigatkan saya pada beberapa film noir yang saya tonton. Sepertinya Poison Rose (2019) berambisi menjadi neo noir, tapi hasilnya tidak terlalu spesial.

Secara garis besar, Poison Rose (2019) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini adalah film detektif yang biasa-biasa saja, walaupun bertaburan dengan bintang Hollywood ternama.

Sumber: http://www.lionsgatepublicity.com/home-entertainment/the-poison-rose

 

Film Seri Franklin & Bash

Franklin Bash 1

Mirip seperti film seri Law & Order, film seri Franklin & Bash adalah film yang mengupas drama pengadilan di Amerika Serikat. Umur film seri Franklin & Bash pun belum setua film seri Law & Order, baru sekitar 3 musim sebab seingat saya film seri ini baru mulai tayang pada tahun 2011, sampai sekarang pun episode terbarunya masih terus muncul :). DIbandingkan dengan Law & Order, kisah persidangan yang ditampilkan Franklin & Bash lebih santai, genre film seri Franklin & Bash sendiri adalah drama komedi :D.

FRANKLIN & BASH Franklin Bash 4 Franklin Bash 8 Franklin Bash 9

Sesuai judulnya, film seri ini mengisahkan bagaimana 2 pengacara slengehan, Elmo “Jared” Franklin (Breckin Meyer) & Peter Bash (Mark-Paul Gosselaar), membela klien mereka di persidangan. Kasus yang dihadapi bermacam-macam, biasanya sih agak unik-unik mulai dari perebutan batu meteor, perebutan mayat, sampai perebutan hak asuh atas seekor anjing ×_×. Metode pembelaan yang dipraktekkan pun agak eksentrik dan rasanya tidak mungkin deh beneran terjadi di dunia nyata. Well, tapi itulah yang membuat Franklin & Bash menarik untuk ditonton ; ).

Franklin Bash 11 Franklin Bash 7 Franklin Bash 6 Franklin Bash 5

Sebenarnya, siapa sih si Franklin & si Bash itu? Franklin adalah pemuda doyan pesta yang memiliki rasa percaya diri tinggi namun agak kekanak-kanakan. Rasanya karakter Franklin lebih dominan dibanding Bash, Franklin memiliki sifat kepemimpinan yang lebih besar dibandingkan dengan Bash. Bash sendiri relatif lebih dewasa dan berkepala dingin bila dibandingkan dengan Franklin. Kedua pengacara ini sudah bersahabat sejak lama sekali sehingga mereka pun mampu menyelesaikan berbagai masalah yang menghadang dengan penuh kekompakan.

Franklin Bash 10

FRANKLIN & BASH

Dalam menangani kasusnya, uang & kemenangan seakan bukanlah sebuah target bagi Franklin & Bash. Yang penting, semua pihak dapat memperoleh keadilan, melakukan hal yang dirasa benar adalah filosofi kedua sahabat itu. Hal ini tentunya bertentangan dengan firma tempat Franklin & Bash bekerja. Sebuah firma hukum tentunya berorientasikan kepada profit. Disinilah terdapat intrik-intrik politik kantor yang menjadi bumbu penyedap tambahan bagi film seri Franklin & Bash.

Kasus hukum yang unik, metode pembuktian pengadilan yang unik beserta pembawaan Franklin & Bash yang humoris mendorong saya untuk memberikan film seri ini nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Serial Perception

Perception 1

Serial atau film seri Perception adalah salah satu film seri yang kadang saya tonton di channel Fox Crime. Film seri ini baru mulai tayang pada 2012 lalu dan belum dinyatakan tamat sampai saya menulis tulisan ini. Perception bukanlah film yang bersambung, setiap episode mengisahkan kasus yang berbeda. Kasus tersebut ditangani oleh seorang profesor ahli dibidang neuroscience yang menginap penyakit paranoid schizophrenia, Dr. Daniel J. Pierce (Eric McCormack). Pierce bertindak sebagai konsultan yang membantu seorang agen FBI, Katherine “Kate” Rose Moretti (Rachel Leigh Cook), dalam menyelesaikan berbagai kasus FBI.

Perception 4 Perception 5 Perception 7

Perception 3

Perbedaan Perception dengan film seri bertemakan detektif lainnya adalah terletak pada karakter protagonisnya, Dr. Pierce. Pierce yang jenius namun sakit, memecahkan berbagai kasus FBI di Chicago dengan ditemani oleh berbagai tokoh halusinasi yang muncul. Setiap kasus memicu kemunculan tokoh halusinasi Pierce yang hanya dapat dilihat oleh Pierce saja tentunya. Kejelian & analisa Pierce dalam melihat sebuah kasus dari sudut pandang yang berbeda terkadang dituangkan melalui karakter halusinasi tersebut.

Perception 2 Perception 6

Pierce memang memiliki kemampuan berfikir yang menonjol namun penyelidikan sebuah kasus, tentunya membutuhkan karakter lain yang secara fisik dan mental kuat untuk mengimbangi kelemahan Pierce yang memang “sakit”. Kate hadir mengisi peranan tersebut, dia memang seorang wanita namun Kate cukup kuat untuk melakukan pengejaran dan menembak seseorang dengan pistolnya. Kate sendiri sebenarnya adalah mantan murid Pierce yang sempat jatuh cinta pada Pierce. Entah apakah film seri Perception akan mengambil alur seperti film seri Bones dan Castle atau tidak. Pada film seri Bones & Castle, kedua karakter utama menjalin cinta, bahkan pada film seri Bones, mereka sampai memiliki anak.

Perception 8 Perception 9

Perception memang bukanlah film seri favorit saya, tapi toh saya masih tetap betah di depan TV ketika episode-episode serial ini tayang di channel yang saya tonton. Kasus dan cerita yang disajikan terkadang menarik, terkadang biasa saja, keunikan Pierce dalam menganalisa kasus memang unik namun terkadang tidak menambah nilai plus bagi suatu episode Perception. Olehkarena itulah Perception hanya dapat memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Lumayanlaaah buat hiburan di rumah seteah seharian penat pacaran dengan laptop di kantor :P.

Serial Law & Order

Law Order 13

Pada waktu era tahun 90-an, saya sedang gemar-gemarnya menonton film seri kungfu Condor Heroes di RCTI. Sayangnya, sebelum film seri tersebut ditayangkan, saya “terpaksa” menonton film seri yang bercerita mengenai penanganan berbagai kasus di pengadilan, Law & Order judulnya. Terus terang saya sering mengantuk, tertidur, batal melihat film kungfu gara-gara Law & Order.

Saya terkejut bukan main ketika bertahun-tahun kemudian, ketika saya mulai berlangganan TV kabel, saya masih menemukan serial atau film seri Law & Order diputar di TV. Gila, film seri yang satu ini tidak ada matinya yaaaa. Law & Order bukanlah film seri yang bersambung, jadi 1 episode mengisahkan 1 kisah sampai tuntas pada episode tersebut. Berbeda dengan respon saya ketika masih SD dulu, kali ini saya justru cukup terhibur dengan kisah-kisah persidangan yang dihadirkan Law & Order, mungkin karena sekarang saya sudah dewasa dan dapat mengerti mengenai apa saja yang dikisahkan Law & Order.

Film seri Law & Order termasuk salah satu film seri terlama yang sempat tayang di stasiun TV Amerika. Film karangan Dick Wolf ini sudah mulai tayang sejak 1990. Sayangnya, sejak 2010 lalu, Law & Order dinyatakan tamat dan tidak ada episode barunya. Berbeda dengan film-film detektif yang beredar, Law & Order tidak hanya mengisahkan penyelidikan dan penangkapan tersangka oleh polisi. Film ini juga mengisahkan bagaimana tersangka diadili, karena adakalanya seorang tersangka dinyatakan bebas setelah ditangkap polisi. Sebagian dari suatu episode Law & Order mengisahkan bagaimana detektif pembunuhan kepolisian New York, Lennie Brisco (Jerry Orbach) dan partnernya, menyelidiki dan menangkap tersangka utama dari kejahatan terjadi di New York, bagian ini sudah jamak ada pada berbagai film detektif. Kemudian sebagian lagi dari episode tersebut mengisahkan bagaimana jaksa wilayah New York, Jack McCoy (Sam Waterston), menuntut tersangka utama yang sudah ditangkap di pengadilan, pembuktian tindak kriminal di pengadilan ternyata penuh intrik dan tidak semua tersangka yang ditangani McCoy dinyatakan bersalah. Beberapa kasus yang diangkat pada episode-episode film seri ini, ternyata diilhami dan diambil dari kasus kriminal yang benar-benar terjadi di dunia nyata sehingga kisah-kisahnya lebih realistis.

Law Order 12 Law Order 14 Law Order 7

Karena popularitas dan keberhasilannya memenangkan berbagai penghargaan, film seri Law & Order menghasilkan beberapa film seri spin off seperti Law & Order: Special Victim Unit, Law & Order: Criminal Intent, Law & Order: LA dan Law & Order: Trial by Jury.

Law & Order: Criminal Intent mulai tayang pada sekitar tahun 2001 dan episode terakhirnya tayang pada 2011 lalu. Film seri yang diciptakan pula oleh Dick Wolf ini mengisahkan tentang bagaimana kesatuan kejahatan besar kepolisian New York memecahkan berbagai kasus besar yang menyita perhatian masyarakat. Agak berbeda dengan Law & Order, pada Law & Order: Criminal Intent porsi cerita di pengadilannya kecil sekali. Memang ketika para detektif sedang menyelidiki suatu kasus, jaksa wilayah kerap hadir tapi kisah pada Law & Order: Criminal Intent sering diakhiri dengan pengakuan bersalah dari si tersangka. Ko bisa ngaku salah? Nah disinilah kelebihan film seri ini. Para detektif yang menyelidiki kasus tersebut memiliki kecerdikan dan keahlian yang menonjol dalam menekan tersangka untuk mengaku. Bukan dengan kekerasan tentunya, melainkan dengan penempanan pertanyaan disertai argumen dan bukti-bukti di saat dan tempat yang tepat. Walaupun kasus yang ditangani rasanya sih relatif biasa saja, saya terhibur dengan taktik interogasi yang dihadirkan Law & Order: Criminal Intent terutama oleh detektif Robert Goren (Vincent D’Onofrio).

Law Order 9

Law Order 11 Law Order 1 Law Order 2

Law Order 8

Law Order 3 Law Order 4 Law Order 5 Law Order 6

Kalau kasus-kasus yang ditampilkan pada Law & Order: Criminal Intent relatif beragam, berbeda dengan film seri Law & Order: Special Victim Unit, kasus-kasus yang ditampilkan pada Law & Order: Special Victim Unit umumnya berhubungan dengan kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, banyak hal-hal yang agak tabu plus memprihatinkan ditampilkan pada film seri ini. Korban memang tidak meninggal, namun korban tentunya mengalami siksaan batin. Jatah munculnya kisah jalannya sidang pada Law & Order: Special Victim Unit lebih besar ketimbang Law & Order: Criminal Intent. Biasanya dikisahkan cerita bagaimana si tersangka ditangkap kemudian diadili dan divonis bersalah atau tidak bersalah. Aroma film seri Law & Order lebih terasa kental pada Law & Order: Special Victim Unit. Cerita-cerita yamg ditampilkan menarik tapi tidak terlalu istimewa, lumayaaan saja.

Law Order 10

Law Order 16 Law Order 18 Law Order 19 Law Order 17 Law Order 20

Law Order 15

Sampai sekarang saya masih menonton episode terbaru dari Law & Order: Special Victim Unit karena film seri ini ternyata belum dinyatakan tamat. Sejak 1999 sampai tulisan ini saya buat, film seri ini masih terus menelurkan episode baru. Law & Order: Special Victim Unit total telah hadir selama 16 musim, whoooaa, sepertinya lama kelamaan akan menyusul film seri originalnya, Law & Order, yang mampu bertahan selama 20 musim.

Well, film seri yang bertahan lebih lama belum tentu menjadi favorit saya sebab rasanya film seri Law & Order dan film seri Law & Order: Special Victim Unit layak mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sedangkan film seri Law & Order: Criminal Intent rasanya lebih layak mendapat nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”, walaupun film seri ini hanya bertahan selama 10 musim, sayang yaaaa. Sementara itu untuk film seri spin off lainnya seperti Law & Order: LA dan Law & Order: Trial by Juri, saya belum bisa bilang apa-apa sebab belum saya tonton satupun episodenya. Yaaah mungkin kapan-kapan saya tulis ulasannya kalau sudah saya tonton ;).

Serial Bones

Bones 1

Film seri Bones termasuk serial yang sudah lama hadir di lauar kaca, sejak sekitar tahun 2005. Sampai sekarang pun serial Bones masih terus ada dan kisahnya tetap menarik untuk diikuti. Bones tidak termasuk telenovela yang bersambung terus, setiap episode Bones jarang ada yang bersambung. Kalaupun bersambung, paling hanya 2 episode saja :).

Kenapa judul serial ini Bones? Karena tokoh utama film seri ini bernama Dr. Temperance Brennan (Emely Deschanel) yang dijuluki bones. Brennan dijuluki bones karena keahliannya dalam ilmu tulang. Bones menggunakan keahliannya untuk menyelidiki berbagai kasus pembunuhan bersama dengan Seeley Booth (David Boreanaz), seorang agen FBI. Bones sendiri sebenarnya bekerja di Institut Jeffersonian, bukan FBI. Awalnya pun FBI hanya sesekali meminta bantuan Institut Jeffersonian. Namun lama kelamaan, setiap ada kasus yang melibatkan jasad manusia yang unik, Booth dan Bones ditugaskan untuk melakukan penyelidikan.

Bones 2 Bones 3 Bones 4 Bones 5 Bones 9 Bones 12 Bones 15

Sifat Bones yang terlalu logis, kurang mampu bersosialisasi, atheis ternyata cocok ketika dipertemukan dengan Booth yang beragama, mahir bersosialisasi dan dapat membaca prilaku manusia. Pertemuan keduanya menimbulkan dialog-dualig ringan yang lucu, tapi tidak sampai membuat saya tertawa lebar yaaa, Bones kan tetap termasuk film seri dengan latar belakang kriminal, bukan film komedi full seperti Big Bang Theory. Paling tidak kelucuan sesaat tersebut dapat menjadi bumbu penyedap setelah penonton terkadang dibuat jijik dengan keadaan jasad yang harus diperiksa oleh Bones. Namun bagaimanapun juga, keadaan jasad yang unik itulah yang juga membuat saya mau tetap menonton film seri Bones karena penasaran, kok bisa ya mayatnya jadi seperti itu? 😉

Bones 2 Bones 6 Bones 7 Bones 8

Bones 13 Bones 11

Kecocokan dan kekompakan 2 insan yang berbeda sifat tersebut ternyata berlanjut ke jenjang pernikahan sampai memiliki seorang anak, entah di season berapa saya lupa :’D. Hal ini terjadi pula kepada 2 rekan Bones di Institut Jeffersonian yaitu Angela Montenegro (Michaela Conlin) dan Dr. Jack Hodgins (T. J. Thyne). Angela adalah ahli komputer yang biasanya bertugas untuk membuat simulasi canggih akan seperti wajah korban ketika hidup atau simulasi bagaimana korban tewas. Sementara itu Hodgins adalah ahli mineral dan spora yang senang mereka-reka akan teori konspirasi. Angela dan Hidgins juga akhirnya menikah dan dikarunia anak pada season . . . entah saya tidak hafal :P.

Bones 10

Selain Angela dan Hidgins sebenarnya ada karakter-karakter lain yang hilir mudik atau tetap ada sampai season terbaru saat ini. Karakter-karakter tersebut antara lain adalah Dr. Camille Saroyan (Tamara Taylor), Dr. Lance Sweets (John Francis Daley), Dr. Gordon Wyatt (Stephen Fry), Dr. Zack Addy (Eric Millegan) dan lain-lain. Alasan menghilang atau munculnya beberapa karakter tersebut bermacam-macam, ada yang pensiun, tewas, bahkan ada yang berubah menjadi “jahat”. Ajaib, seorang rekan Bones yang sudah muncul selama sekitar 3 season tiba-tiba menjadi tokoh antagonis.

Kisah-kisah yang ditampilkan film seri Bones cukup menghibur, alur cerita sebenarnya mirip dengan serial-serial detektif lainnya dimana terdapat sebuah kasus kriminal dan tokoh protagonis melakukan investigasi sampai kasusnya terselesaikan. Perbesaan pada film seri Bones ada pada keanehan mayat yang ditemukan dan kisah cinta antara Bones & Booth serta bagaimana keduanya berkomunikasi. Proses analisa pada film seri inipun relatif tidak secepat dan sesakti pada film seri CSI jadi masih agak masuk akal :). Cerita pada episode-episode akhir setiap season pun cukup mengejutkan hasilnya. Sepertinya semua karakter pada film ini dapat “menghilang” kecuali Bones & Booth. Secara garis besar, Bones layak mendapat nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sampai saat ini, saya sendiri masih menonton film seri ini di Fox atau Fox Crime.