Melihat judul Taxi Driver (모범택시), pada awalnya saya pikir serial ini akan berkisah mengenai perjuangan supir taksi atau romansa sang supir taksi dengan anak konglomerat :P. Aahhh lambat laun, ternyata Taxi Driver berbicara mengenai kejahatan dan balas dendam. Sebuah topik klise yang kali ini diangkat dengan cara yang berbeda.
Kim Do-gi (Lee Je-hoon) dan rekan-rekannya bekerja pada sebuah perusahaan taksi. Namun dibalik semua ini ternyata mereka melakukan aksi balas dendam mewakili korban dan keluarga korban. Sering kali terjadi, pelaku kejahatan dapat lolos dari jeratan hukum. Terkadang, pelaku kejahatan mendapatkan hukuman yang ringan. Padahal penderitaan korban dan keluarga dirasa tidak sebanding dengan itu semua. Disinilah Do-gi dan kawan-kawan hadir. Taksi spesial mereka ini, menerima pesanan balas dendam tanpa pandang bulu.
Beberapa adegan balas dendamnya memang memuaskan. Namun beberapa diantaranya kurang memuaskan. Kok ya hukumannya hanya begitu saja? Pada setiap kasus yang ditangani, terkuak kronologis kejahatan yang memilukan bagi korban. Do-gi dan kawan-kawan biasanya melakukan penyamaran untuk mencari lebuh detail lagi siapa saja yang benar-benar bersalah. Di sini terkuak lagi tindakan-tindakan jahat dari para pelaku. Jadilah penonton semakin sebal dengan para pelaku.
Hukuman yang Do-gi dan kawan-kawan berikan biasanya tidak langsung bunuh saja. Mereka memilih menggunakan cara yang sulit. Si pelaku kejahatan entah disekap atau dijebak agar mau berubah ataaauuu agar terkadang lebih menderita. Pada dasarnya mereka masih mencoba metode yang tepat agar para pelaku memperoleh hukuman yang lebih adil. Metodenya pun masih belum sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga usaha Do-gi kadang justru menguntungkan pihak lain yang tak kalah jahatnya.
Serial ini bukan hanya balas dendam melulu. Terdapat perdebatan apakah perbuatan Do-gi itu salah karena melawan hukum? Hukum sendiri masih tidak sempurna dan masih tidak bisa adil pada beberapa kasus. Jadi, tindakan main hakim ini apakah dapat dibenarkan? Tarik ulur mengenai hal-hal di atas terus menerus terjadi pada episode-episodenya Taxi Driver.
Taxi Driver memberikan suguhan berbagai kisah balas dendam dengan nuansa yang berbeda. Dengan demikian Taxi Driver layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.
Kisah pada serial Flower of Evil atau 악의, diawali dengan sebuah keluarga yang nampak bahagia. Keluarga tersebut terdiri dari Baek Hee-sung (Lee Joon-gi), Cha Ji-won (Moon Chae-won), dan anak mereka yaitu Baek Eun-ha (Jung Seo-yeon). Hubungan mereka dengan orang tua Baek Hee-sung memang kurang baik. Namun hal seperti ini kadang terjadi pula pada keluarga-keluarga lain pada umumnya. Tidak ada yang nampak janggal di sini.
Dibalik keluarga yang sepertinya normal ini, ternyata terdapat rahasia yang cukup kelam. Belasan tahun silam, Baek Hee-sung ternyata terlahir dengan menggunakan nama Do Hyun-soo. Sebuah nama yang pernah terkenal karena berhubungan dengan kematian seorang kepala desa dan kasus pembunuhan berantai.
Belasan tahun silam, mendiang ayah Do Hyun-soo terbukti telah menyiksa dan membunuh beberapa wanita dengan ciri khas yang unik. Ia pun memperoleh julukan sebagai pembunuh berantai Yeonju. Reputasu yang seburuk itu tentunya mempengaruhi kehidupan anak-anaknya. Terlebih Do Hyun-soo yang memang memiliki kelainan. Do Hyun-soo memiliki kesulitan dalam mengenali, merasakan dan mengekspresikan perasaannya. Berbagai gosip-pun berhembus di sekitar kediaman keluarga Hyun-soo. Mulai dari suka membunuh hewan sampai kerasukan roh halus. Semua dituduhkan kepada Do Hyun-soo, hanya karena ia berbeda. Tidak heran, ketika sang kepala desa ditemukan tewas di kediaman keluarga Hyun-soo, Do Hyun-soo langsung dijadikan tersangka utama.
Di masa kini, Do Hyun-soo sudah mengubur masa lalunya. Ia berhasil melarikan diri dan memulai hidupnya dari awal sebagai Baek Hee-sung. Dengan identitas baru ini, ia berhasil menjaga semua rahasia masa lalunya dari istri, anak, mertua dan orang-orang sekitarnya. Sebenarnya semua ini sangat berisiko tinggi karena istri Do Hyun-soo adalah seorang detektif yang handal.
Dunia sempurna milik Do Hyun-soo seketika terancam hancur. Cha Ji-won, istri Do Hyun-soo, harus menangani beberapa kasus pembunuhan yang ciri-cirinya sangat mirip dengan kasus pembunuhan berantai Yeonju. Detektif Cha dan timnya pun harus membongkar kembali kasus Yeonju yang memang masih menyisakan banyak pertanyaan. Pertanyaan yang erat hubungannya dengan Baek Hee-sung atau Do Hyun-soo. Bagaimanapun juga, mendiang ayah kandung Do Hyun-soo adalah si pembunuh berantai Yeonsu yang terkenal.
Selama menjalin hubungan dengan detektif Cha Ji-won, Baek Hee-sung atau Do Hyun-soo berhasil menyembunyikan jati dirinya rapat-rapat. Ia berhasil tampil sebagai suami dan ayah yang penyayang dan baik hati. Dengan kemampuan manipulasi yang sangat baik, semua berhasil ditutupi dengan sempurna. Di sini akting aktor-aktor yang memerankan Do Hyun-soo dan atau Baek Hee-sung memang sangat baik. Mereka dapat menunjukan perubahan karakter dengan sangat meyakinkan. Saya berhasil dibuat percaya bahwa Do Hyun-soo memang memiliki kemampuan untuk menyembunyikan semua ini dari pengamatan dan insting detektif Cha Ji-won yang yang handal. Mungkinkah semua terjadi akibat rasa cinta Cha yang sangat besar? Padahal selama ini, Do Hyun-soo sendiri tidak terlalu yakin mengenai perasaannya terhadap Cha Ji-won. Apakah ini cinta?
Ternyata, pertanyaan mengenai cinta-cintaan inilah yang menjadi topik utama Flower of Evil. Do Hyun-soo terlahir dengan ciri-ciri yang menyerupai ciri-ciri calon psikopat. Apalagi, ayah kandungnya sendiri terbukti melakukan berbagai tindakan keji. Kalau di film-film kriminal lain sih, karakter Do Hyun-soo sopasti menjadi si pembunuh berantai. Namun pada Flower of Evil, ada sesuatu yang membuat Do Hyun-soo bisa saja berbelok atau berubah. Perasaan dan hubungan Do Hyun-soo dan Cha Ji-won seolah diuji dengan terpaan badai yang sangat dahsyat.
Terdapat berbagai adegan saling menutupi terkait kasus yang Cha Ji-won tangani. Diam-diam, Do Hyun-soo pun harus mencaritahu, siapakah pelaku pembunuhan yang baru saja terjadi. Semua ternyata bermuara pada kasus-kasus lama yang melibatkan mendiang ayah Do Hyun-soo. Kasus-kasus penuh misteri yang dapat terurai dengan tidak terlalu sulit. Serial ini memang memiliki banyak misteri dan adegan thriller. Namun tidak ada yang spektakuler di sana. Beberapa memang tidak dapat diduga, namun semua selesai dengan cepat. Lalu hadirlah misteri baru yang kemudian dapat mudah terurai juga. Karakter antagonis pada serial ini memang miaterius, tapi tidak nampak sebagai seseorang yang kuat. Sakit jiwa sih iya, tapi memiliki kekuatan untuk melawan? Sayang jawabnya adalah tidak. Perlawan sang antagonis hanya ada sedikit, itupun di akhir dan cepat melempem seperti kerupuk di kotak terbuka yang lupa ditutup.
Bagian misteri dan thriller lumayan menghibur, tapi cukup sampai kata menghibur saja. Bagian drama romantis memang menjadi hidangan utama Flower of Evil. Sayangnya beberapa bagian drama romantisnya terasa draging dan membosankan. Di sana tak ada komedi atau lucu-lucuan yang imut ya. Jadi memang pure drama romantis cinta-cintaan yang diselimuti kabut misteri dan thriller pada beberapa bagiannya.
Saya sendiri cukup menikmati berbagai episode dari Flower of Evil. Patut diakui, ada beberapa misteri dan plot twist yang menyenangkan di sana. Namun sisi drama romantisnya memang sedikit membosankan bagi saya pribadi. Mungkin, ketika memutuskan untuk menonton serial ini, saya mengharapkan sebuah tontonan yang menegangkan dan penuh misteri, bukan drama romantis hehehe. Bagaimanapun juga, yang harus saya akui adalah kenyataan bahwa akting para aktor utamanya terbilang menonjol dan layak untuk ditonton loooh. Dengan demikian, Flower of Evil layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.
The Glory (더 글로리) merupakan serial asal Korea Selatan yang berbicara mengenai balas dendam dan perundungan. Di Korea Selatan sendiri, kasus perundungan atau bullying menjadi sesuatu yang memalukan. Sudah ada artis dan atlet yang karirnya hancur akibat bullying. Bukan karena peran mereka sebagai korban, melainkan sebagai pelaku. Sentimen negatif masyarakat bagi para pelaku bullying terbukti membuat karir seseorang hancur lebur. Ini bukanlah hal yang diduga akan terjadi bagi pelaku bully di tahun-tahun 2000-an awal. Sehingga, saat ini, ada beberapa tokoh ternama yang hancur dikecam masyarakat setelah diketahui bahwa ia merupakan pelaku bullying ketika masih sekolah dulu. Kurang lebih hal inilah yang menjadi latar belakang The Glory.
Pada tahun 2000-an awal, Moon Dong Eun (Song Hye-kyo) menjadi korban bully yang sangat parah dari sekelompok teman sekolahnya. Tidak hanya di sekolah, kelompok pelajar laknat ini melanjutkan perilaku norak mereka di rumah Dong Eun. Hal ini diperparah oleh perilaku kurang terpuji guru dan orang tua Dong Eun. Semua bukti bullying yang dikumpulkan oleh perawat sekolah seakan hanya menjadi angin lalu. Mental dan fisik Dong Eun hancur akibat bullying berkepanjangan ini. Semua terjadi hingga pada akhirnya Dong Eun keluar dari sekolah dan mengubur mimpinya untuk menjadi seorang arsitek.
Hidup memang seolah tak adil bagi Dong Eun. Para pelajar yang dulu mem-bully-nya sekarang hidup bahagia dan sukses. Beberapa diantaranya bahkan terkenal dan masuk TV. Oknum guru yang berperan dalam kasus bullying Dong Eun pun, bahkan berhasil memperoleh penghangaan dan pemerintah dan menikmati hidup damai sebagai pensiunan guru. Dong Eun memantau pergerakan orang tua nya sama seperti ia memantau pergerakan para pem-bully. Entah apa yang akan Dong Eun lakukan pada orang tuanya sendiri.
Di sini The Glory dengan cerdas membuat aksi bullying terlihat berada ambang dibatas antara mustahil dan mungkin. Sangat berbeda dengan film-film Indonesia dan India yang sering kali berlebihan untuk adegan-adegan seperti ini. Peristiwa bullying pada Glory ternyata memang diambil dari kasus-kasus bullying yang memang nyata pernah terjadi di Korea Selatan.
Potongan aksi bullying ini sering kali muncul pada The Glory. Penonton pun membuat semakin memihak Dong, Eun, meski apa yang ia lakukan tidak 100% benar. Si tokoh utama memang masih mengalami trauma sampai bertahun-tahun setelah peritiwa buruk tersebut terjadi. Dong Eung pun selama ini mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membalas dendam bagi semua pihak yang bertanggung jawab terhadap aksi bullying yang menimpanya.
Perlahan tapi pasti, selama bertahun-tahun Dong Eun menyiapkan rencana balas dendam. Ia tidak ingin semuanya langsung mati terbunuh begitu saja. Dong Eun ingin pula menghancurkan hidup para pelaku. Balas dendam ini harus perlahan agar lebih terasa :’D.
Sebenarnya, dalam perjalanannya, Dong Eun menemukan persahabatan dan cinta. Semua itu berusaha ia buang jauh-jauh agar dapat tetap fokus menjalankan rencanya. Sebenarnya ia memiliki pilihan untuk melupakan semua aksi bullying dan memaafkan semuanya. Kemudian menjalankan hidup normal bebas dari semua kebencian. Pilihan lainnya adalah menyiksa semua pihak yang terlibat, sampai habis. Secara moral, pilihan memaafkan memang yang paling baik. Tapi terus terang pilihan ini agak klise dan sangat membosankan. Melihat Dong Eun membalas dendam memang sangat memuaskan. Terlebih lagi, adegan aksi bullying di masa lampau selalu muncul pada setiap episodenya hehehehe. Gemes saya melihatnya.
Sementara ini The Glory berhasil menjadi serial balas dendam favorit saya. Balas dendam tidak hanya langsung pukul atau tembak sampai mati saja, hehehe. Serial ini sudah selayaknya untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.
Serial Revenge of Others (3인칭 복수) merupakan serial asal Korea Selatan yang bercerita mengenai misteri pembunuhan di sebuah sekolah. Ok Chan Mi (Shin Ye-eun) rela pindah sekolah dari Busan ke Seoul demi menyelidiki kematian saudara kembarnya. Kepolisian Seoul menyatakan bahwa ini adalah kasus bunuh diri. Semua orang percaya dan menerima hal itu kecuali Ok Chan Mi.
Sekilas, lingkungan sekolah saudara kembar Ok Chan Mi, seperti lingkungan sekolah biasa. Lama kelamaan Chan Mi menemukan berbagai masalah di dalam lingkungan tersebut. Mulai dari bullying, pelecehan, sampai cinta terlarang. Semua dibungkus dibalik budaya ketimuran yang tidak sevulgar budaya barat.
Serial ini memiliki beberapa misteri yang terus menerus muncul secara bergantian. Misterinya tidak mengadung teka-teki yang rumit sehingga semua terbilang mudah dipahami. Sayangnya, terkadang yah misterinya terlalu mudah ditebak. Semua serba ringan karena Revenge of Others berbicara pula mengenai permasalahan remaja.
Kisah percintaan dan bullying ternyata cukup dominan juga pada serial ini. Bagian paling memuaskan pada serial ini justru pada beberapa adegan yang membahas bullying. Bukan ketika misterinya terungkap. Lucunya, bullying dan misteri pembunuhannya, bukanlah bagian yang menjadi sebab akibat langsung. Entah serial ini mau bercerita mengenai misteri pembunuhan atau permasalahan remaja.
Karena latar belakangnya adalah sekolahan, jadi masuk akal kalau permasalahan remaja ikut hadir disana. Walaupun memang agak overdosis. Selain itu terdapat beberapa bagian yang lumauan menegangkan dan menbuat saya penasaran. Bagaimanapun juga, Revenge of Others tetap menarik untuk diikuti. Serial ini mampu menjadi hiburan ringan di saat penat. Saya rasa Revenge of Others layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksinum 5 yang artinya “Lumayan”.
Bullying atau perundungan menjadi sebuah topik yang sudah sering diangkat ke layar kaca dan layar lebar. Ketika pertama kali melihat serial Weak Hero Class 1, saya pikir ini akan menjadi kisah from zero to hero. Anak yang menjadi korban bullying perlahan berhasil melawan si pelaku. Ah ternyata saya salah besar.
Pada Weak Hero Class 1 atau 약한영웅 Class 1, dikisahkan bagimana seorang Yeon Si-Eun (Park Ji-Hoon) menghadapi bullying. Ia hanyalah seorang anak sekolah yang ingin serius belajar, mendapatkan nilai bagus, lalu diterima kuliah di kampus ternama. Namun dalam perjalanannya, Si-Eun harus berhadapan dengan bullying. Berbeda dengan film mengenai bullying lainnya, Si-Eun sudah melakukan perlawanan yang sangat memuaskan sejak episode pertama.
Yang saya paling suka dari Weak Hero Class 1, si tokoh utama tidak menderita terlalu lama. Bisa jadi justru tokoh-tokoh antagonis yang menjadi bulan-bulanan target bullying mereka. Si-Eun menggunakan kecerdasan dan kenekadannya dalam menghadapi para pem-bully. Tanpa bekal ilmu kebal atau kesaktian ala superhero, Si-Eun berhasil membuat mereka semua gentar. Bagian ini terasa sangat memuaskan dan menyenangkan. Agak brutal sih, tapi ok loh. Bagusnya lagi, hal ini terjadi beberapa kali :D.
Sikap Si-Eun ini berhasil membuatnya memiliki teman …. dan musuh baru tentunya. Serial inipun akhirnya mengisahkan pula berbagai efek dari bullying. Selain itu, penyebab bullying terjadi pun ada di sana. Disinilah unsur drama Weak Hero Class 1 terasa semakin mengental. Saya pun mulai mengantuk pada bagian ini hehehe.
Serial asal Korea Selatan ini memang memiliki bagian yang sangat seru dan menyenangkan. Namun ada pula beberapa bagian yang sedikit membosankan. Bagaimanapun juga saya rasa Weak Hero Class 1 masih layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artiny “Bagus”.
Sejak melihat trailernya, saya sudah tertarik untuk menonton serial Big Mouth. Serial asal Korea Selatan yang menggunakan judul빅마우스 di negara asalnya. 빅마우스 sendiri sebenarnya berarti Big Mouse, bukan Big Mouth. Judul Big Mouse sebenarnya lebih cocok ya dijadikan sebagai judul. Film ini memang banyak mengisahkan misteri yang mengelilingi Big Mouse. Ia adalah karakter misterius yang sangat berkuasa di dunia kriminal. Dengan jaringan yang luas di mana-mana, siapapun bisa jadi merupakan mata-mata Big Mouse. Apakah Big Mouse jahat? Kalau menurut saya Big Mouse itu seperti antihero. Tokoh kriminal yang berseteru dengan tokoh-tokoh lain yang lebih jahat dan kejam darinya. Terdapat pejabat dan pengusaha yang diam-diam lebih jahat dari Big Mouse.
Di tengah-tengah perselisihan antara Big Mouse dengan berbagai pihak, muncul Park Chang-ho (Lee Jong-suk). Ia adalah pengacara sederhana yang banyak hutangnya dan jarang memenangkan kasus hukum. Hal ini diperburuk ketika Chang-ho tiba-tiba harus mendekam di penjara akibat kecelakaan mobil yang penuh rekayasa. Seketika itupulalah Chang-ho harus menjalani hidup yang berbeda. Di penjara, terjadi banyak hal yang menunjukkan bahwa Chang-ho merupakan Big Mouse. Masalahnya apakah ia benar-benar Big Mouse atau bukan?
Di sini terdapat banyak sekali misteri yang menyenangkan untuk disaksikan. Mulai dari kenapa Chang-ho dijebak, siapa Big Mouse, sampai rahasia besar sekelompok penguasa yang sudah ditutupi lebih dari puluhan tahun. Berbagai karakter dan berbagai pihak bisa saling membantu dan berhianat dalam hitungan detik. Adu strategi dan keberuntungan terlihat jelas di sana. Saya pun agak ragu menebak siapa yang paling jahat dari yang jahat.
Mayortitas ceritanya dilihat dari sudut pandang Chang-ho. Pembawaan karakter Chang-ho yang mendadak menjadi Big Mouse pun sangat menarik untuk disaksikan. Ia nampak berhasil menyelesaikan berbagai masalah yang datang dengan sangat cerdas. Bagian menyebalkan dimana karakter utama tersiksa, tidak terlalu banyak.
Di luar penjara, ada istri Chang-ho yang sangat setia, yaitu Ko Mi-ho (Im Yoon-ah). Romansa Mi-ho dan Chang-ho menjadi bagian yang mengharukan untuk ditonton. Mi-ho tidak hanya diam menunggu, ia pun melakukan penyelidikan mandiri bersama rekan-rekan Park lainnya.
Misteri ada, romansa ada, naaah komedi juga ada loh. Porsi komedi pada Big Mouth terbilang cukuplah porsinya. Masih ok sebagai selingan. Jadi serial ini tidak terus menerus membahas hal-hal yang serius.
Serial Big Mouth terbilang komplet. Ada tawa, haru dan ketegangan di sana. Unsur misteri dan tokoh utamanya berhasil membuat serial ini semakin greget. Saya rasa Big Mouth sudah sepantasnya untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Serial ini mengambil latar belakang sebuah negara yang dipenuhi oleh korupsi dan pelanggaran hukum. Sesuatu yang agak fiksi yaaa. Karena selama saya di Korea dulu, yaah Korea itu sangat tertib dan taat hukum. Jadi, setelah menonton Big Mouth, jangan beranggapan bahwa di Korea Selatan seperti itu keadaannya :’D.