Setelah kemarin berkeliling di pusat kota pada Hari Ketujuh Wisata Korea – Gwangjang & Cheonggyecheon, di hari kedelapan ini kami akan pergi agak jauh keluar Seoul. Hari itu kami akan mengunjungi salah satu taman hiburan terbesar di Korea, Everland. Dalam 1 perjalanan wisata panjang, kami memang memberikan jatah minimal 1 objek wisata bagi anak kami. Kali ini, Everland-lah yang kami pilih walaupun lokasinya agak jauh dari tempat kami menginap. Hari itu kami berangkat agak pagi dengan membawa bekal seperti biasanya. Untuk mencapai Everland, kami harus naik kereta dan bus.
Kami berangkat dari Stasiun terdekat, yaitu Stasiun Dongdaemun History & Culture Park untuk naik Kereta Seoul Metro jalur 2 (hijau) arah Sindang dan turun di Stasiun Wangsimni. Dari Stasiun Wangsimni, kami naik Kereta Korail jalur Bundang (kuning) arah Stasiun Gangnam-Gu Office untuk turun di Stasiun Giheung. Sebuah perjalanan naik kereta yang cukup panjang. Sepanjang jalan kami melihat banyak manula Korea membawa sepeda untuk berolahraga di pinggir kota. Saya salut dengan semangat olahraga warga lokal.
Dari Stasiun Giheung kami masih harus naik Kereta Yongin Everline jalur Everline (hijau daun). Kereta ini nampak lebih kecil dan saya dapat berjalan ke ujung untuk melihat pemandangan dari bagian depan dan belakang kereta. Wah, sebuah pengalaman yang menyenangkan. Loh kemana masinisnya? Tidak ada :’D. Entah masinisnya di mana, sepertinya kereta yang beroperasi di jalur ini sudah beroperasi otomatis. Stasiun-Stasiun di Seoul pun memang sedikit sekali petugasnya. Semua sudah berjalan dengan otomatis dan dibantu mesin. Lha wong saya menyewa unit aparteme di daerah Dongdaemun saja, sudah 8 hari tapi belum pernah bertemu langsung dengan pemiliknya. Serah terima akses unit dilakukan dengan pemberian passport, mereka sudah tidak menggunakan kunci seperti di Indonesia :’D.
Kami akhirnya turun di Stasiun paling ujung yaitu Stasiun Jeondae-Everland. Nah dari Stasiun ini, kami keluar dan pergi ke halte bus untuk naik Bus gratisan yang akan mengantarkan kami menuju Everland. Pilihan transportasi seperti ini adalah pilihan yang paling ekonomis dan tidak terlalu repot. Mudah kok, tanda jalan dan petunjuk arahnya jelas. Hampir tidak mungkin kita salah halte bus atau naik bus yang salah ;). Kami naik bus tersebut sampai depan Everland persis.
Everland (에버랜드) merupakan taman hiburan outdoor yang dimiliki oleh Samsung. Kenapa kami memilih Everland dibandingkan Lotte World? Keduanya sama-sama besar dan dimiliko oleh konglomerat Korea Sekalan. Tapi Everland memiliki kebun binatang juga di dalamnya. Negatifnya adalah, Everland itu mayoritas atraksinya berada di luar ruangan. Nah kalau Lotte World itu atraksinya banyak juga yang di dalam ruangan jadi aman kalau kita datang di musim hujan. Kami sendiri sudah memperkirakan untuk datang ke Everland di saat cuaca sedang cerah, tidak ada hujan. Mirip seperti di Jepang, ramalan cuaca di Korea sana relatif akurat dan dapat dipercaya. Saya sendiri kurang tahu apa bedanya dengan yang di Indonesia, kok kadang saya kurang percaya. Masyarakat Korea akan siap keluar rumah membawa payung apabila lembaga ramalan cuaca mereka mengatakan bahkan hujan akan turun. Dan ajaibnya, yah hujan memang turun :’D.
Kami tiba di Everland di saat cuaca sedang sejuk tapi tak ada hujan. Suasana Everland yang asri dan kostum petugasnya yang unik, membuat tempat ini terasa spesial. Kami masuk dan melihat berbagai atraksi dari kelima zona yang ada. Pada dasarnya Everland dibagi ke dalam 5 zona yaitu Magic Land, European Adventure, American Adventure, ZooTopia dan Global Fair. Kelimanya memiliki tema dasar yang masing-masing berbeda. Kemudian tema dasar tersebut di tambahkan tema tambahan berdasarkan event yang selalu berubah. Kami datang ke sana ketika masih ada event Hallowen dan Red Flower. Jadi karnaval dan dekorasinya sebagian agak bernuansa zombie dan sebagian lagi bernuansa bunga-bunga merah. Wow, zombie? Beruntung dekorasinya tidak berlebihan sehingga anak kami tidak ketakutan di sana. Kami sendiri melihat karnaval Hallowen yang tidak nampak menyeramkan karena penuh nyanyian dan tari-tarian yang ramah anak.
Dari kelima zona yang ada, anak kami tentunya paling senang dengan ZooTopia. Zona ini pada dasarnya merupakan kebun binatang. Di sana, kami dapat melihat monyet, jerapah, gajah, burung, panda dan lain-lain. Kami dapat merasakan naik mobil amphibi yang dapat mengantarkan kami berkeliling untuk melihat binatang-binatang. Kemudian kami pun berkeliling melihat berbagai pertunjukan binatang yang ada. Pada dasarnya, ZooTopia memang berhasil memberikan beberapa hal yang tidak ada di Indonesia. Tapi kalau boleh jujur, Taman Safari Indonesia Cisarua tetap merupakan kebun binatang terbaik yang pernah saya kunjungi. Taman Safari itu lebih luas dan koleksi binatangnya lebih beraneka ragam.
Zona-zona lainnya seperti Magic Land, European Adventure, American Adventure dan Global Fair berisi berbagai atraksi permainan yang mayoritas memacu adrenalin. Wahana unggulan Everland adalah T-Express yang terdapat di Eropean Adventure. Kami sendiri hanya naik wahana yang dapat diikuti oleh anak kami yang berusia 1,8 tahun saat itu. Untunglah Everland memiliki banyak wahana yang masih dapat diikuti oleh anak kecil di bawah 2 tahun. Ini sangat berbeda dengan pengalaman kami di Universal Studio Singapore pada Wisata Singapura Hari Kedua. Wah wahana di Universal Studio Singapore sana, hampir tidak ada yang dapat dinaiki oleh anak berusia di bawah 2 tahun.
Entah mengapa, Everland hari itu nampak ramai, tapi antrian untuk masuk ke dalam wahana atau atraksi tidak terlalu lama. Jauh lebih lama kalau kami ke DuFan atau Universal Studio Singapore. Pihak Everland nampaknya berhasil membuat pengunjungnya untuk menikmati berbagai atraksi dengan waktu yang efisien. Tapi karena besarnya taman hiburan ini, kami tidak sempat menaiki semua wahana yang ada. Yahhh mungkin kapan-kapan kalau ada rejeki kami dapat berkunjung kembali ke sana.
Tak teraaa hari sudah malam dan kami pun mulai berjalan ke halte bus untuk naik bus menuju Stasiun Jeondae-Everland. Selanjutnya kami kembali berpindah-pindah jalur kereta di Stasiun Giheung dan Stasiun Wangsimni, sampai akhirnya kami turun di Stasiun Dongdaemun History & Culture Park. Kami langsung pulang ke penginapan untuk membereskan koper. Esok hari kami sudah harus pulang ke Indonesia :(.
Keeseokan harinya, kami membereskan berbagai perlengkapan yang kami gunakan di unit apartemen. Kami kemudian berpamitan dengan si pemilik via Whatsapp. Tidak perlu ada serah terima kunci fisik di sana karena akses unit apartemen tersebut menggunakan mesin ber-password. Lalu, kami menunggu Bus 6001 di Halte Bus Uljiro Co Op Residence yang berada tepat di depan apartemen.
Bus 6001 yang kami naiki, mengantarkan kami sampai ke Bandara Incheon. Sesampainya di sana, kami langsung check-in dan duduk santai sambil menunggu koper-koper kami diperiksa. Jadi, semua koper yang akan dimasukkan ke dalam bagasi, harus diperiksa dan kami harus siap menunggu di ruang tunggu sampai koper-koper kami dinyatakan lolos. Setelah koper-koper kami dinyatakan lolos, kami masuk ke dalam ruang pemeriksaan imigrasi untuk selanjutnya, masuk ke dalam area boarding walaupun waktu keberangkatan masih lama. Aaahhh di dalam sana kan banyak mainan anak san toko-toko, kami dapat bersantai di sana. Tak disangka, seketika, semua berubah menjadi keadaan yang menegangkan dan menyedihkan.
Smartphone istri saya hilang entah kemana :(. Saya sedih dan istri saya mulai berair matanya. Kok begitu? Harga smartphone tersebut bukan masalah, tapi kenangan yang ada di dalamnya yang kami sayangkan. Saat itu, otomatis kami hanya memiliki foto dan video perjalanan kami yang tersimpan di smartphone saya. Padahal mayoritas foto dan video kami selama 9 hari di Korea, tersimpan di dalam smartphone istri saya. Kami memang menyimpan kenangan-kenangan tersebut di smartphone saja, bukan untuk di-upload ke social media ya. Kami tidak berniat untuk meng-upload foto-foto wisata Korea kami di social media karena kami sudah bosan dengan social media, sudah bukan jamannya lagi, hehehehe. Semua foto wisata akan kami simpan dan sebagian akan kami cetak sebagai koleksi pribadi.
Karena kami baru menyadari hilangnya smartphone tersebut sesaat setelah lolos pemeriksaan imigrasi, maka kami yakin pasti smartphone tersebut pasti hilangnya di sekitar area check in atau ruang tunggu pemeriksaan koper atau ruang pemeriksaan imigrasi. Petugas imigrasi benar-benar kaku dan tidak mengizinkan kami untuk kembali keluar dari area boarding. Kami akhirnya diminta untuk melaporkan hal ini kepada pihak Asiana Airlines, sebagai maskapai yang akan membawa kami kembali ke Jakarta.
Berdasarkan ciri-ciri yang kami berikan, pihak Asiana memperoleh konfirmasi bahwa terdapat smartphone dengan ciri-ciri seperti itu di Loket Lost & Found yang terdapat di luar area boarding. Untuk memastikan dan mengambil barang temuan di Lost & Found, tidak dapat diwakilkan, harus si pemilik langsung. Dengan didampingi oleh petugas Asiana, istri saya bernegosiasi agar dapat keluar sebentar untuk memastikan apakah smartphone miliknya benar-benar ada di Lost & Found atau tidak. Proses yang sangat lama tersebut akhirnya usai dan istri saya dapat keluar menuju Lost & Found, dengan kawalan beberapa petugas tentunya. Ternyata, smartphone istri saya memang benar-benar ada di sana. Hore! 😀
Jadi, ada penumpang lain yang menemukan smartphone tersebut di ruang tunggu pemeriksaan koper. Beruntung penumpang tersebut jujur dan memberikannya kepada petugas bandara. Beruntung juga, petugas bandaranya jujur dan melaporkan hal ini kepada Lost & Found. Beruntung pangkat tiga, pihak Asiana sangat membantu kami dalam menghadapi semua proses ini. Sudah pesawatnya bagus, pelayanannya ok, sangat support terhadap masalah penumpangnya pula, Asiana benar-benar recommended lah pokoknya. Tak habis-habisnya kami berterima kasih kepada petugas Asiana Air yang hari itu membantu kami :D.
Kalau hal ini kejadian di Indonesia, wah tak tahulah bagaimana jadinya. Apalagi smartphone istri saya termasuk smartphone yang relatif baru dirilis kala itu. Awalnya saya agak pesimis karena saya masih ingat pengalaman buruk saya ketika kehilangan blackberry di Tembok Cina. Dimanapun berada, kita memang tetap harus waspada dan konsentrasi terhadap barang-barang bawaan kita. Keberadaan batita di dalam rombongan keluarga kecil kami memang memberikan tantangan lebih dan membutuhkan konsentrasi ekstra. Tapi kepergian kami tentunya tidak akan lengkap tanpa kehadiran bayi mungil kami. Tantangan kami untuk bepergian wisata seperti ini nampaknya akan meningkat karena setelah kami mendarat di Jakarta, istri saya ternyata mual-mual. Apakah ia sakit? Pada Hari Keempat Wisata Korea – Gunung Seorak & Naksansa, diakhir perjalanan kami menduga bahwa naik Gunung Seorak membuat ia kelelahan dan periode menstruasinya bergeser. Ahhhh ternyata kami salah, ia memang kelelahan dan itu menyebabkan muncul flek. Flek karena ternyata selama perjalanan ini, istri saya sudah 1,5 bulan mengandung anak kedua kami. Wwwuuuuuihhhhh, sebuah kejutan yang menyenangkan. Mungkin beberapa tahun ke depan, kami akan bepetualang lagi dengan tambahan 1 lagi bayi di dalam rombongan kami. Sampai jumpa di lain kesempatan hohohoohooho.
Baca juga:
Persiapan Wisata Korea 2017
Ringkasan Objek Wisata Korea Selatan
Hari Pertama Wisata Korea – Incheon, Namsan Tower & K Star Road
Hari Kedua Wisata Korea – Naminara Republic, Petite France & The Garden of Morning Calm
Hari Ketiga Wisata Korea – Ihwa, Ewha, Itaewon & Banpo
Hari Keempat Wisata Korea – Gunung Seorak & Naksansa
Hari Kelima Wisata Korea – One Mount Snow Park, The War Memorial of Korea & Myeong-dong
Hari Keenam Wisata Korea – Gyeongbokgung, Bukchon & Changdeokgung
Hari Ketujuh Wisata Korea – Gwangjang & Cheonggyecheon