Wisata Singapura Hari Keempat

Singapura

Setelah pada Wisata Singapura Hari Ketiga kami lelah berkeliling sampai larut malam, pada hari keempat iniĀ  kami bangun agak siang dan langsung bersiap-siap, membeli bekal dan sarapan. Kami mulai berangkat sekitar pukul 9 pagi. Lah, berangkat kemana? Belanja, belanja dan belanja. Acara kami di hari terakhir kami ini adalah belanja.

Mustafa Centre menjadi tujuan pertama kami hari itu. Sebenarnya, untuk pergi ke Mustafa Centre dari Lavender, akan lebih cepat bila menggunakan bus nomor 133 dan sedikti berjalan kaki. Namun karena kami membawa bayi dan MRT Singapura sangat nyaman, jadi kami memutuskan untuk tetap menggunakan MRT walaupun harus berpindah jalur sebanyak 3 kali untuk jarak yang tidak terlalu jauh. Dari Stasiun Lavender, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Joo Koon untuk berhenti di Stasiun Bugis. Dari Stasiun Bugis, kami naik MRT jalur biru ke arah Stasiun Bukit Panjang untuk berhenti di Stasiun Little India. Dari Stasiun Little India, kami naik MRT jalur ungu ke arah Stasiun Punggol untuk berhenti di Stasiun Farrer Park. Dari Stasiun Farrer Park, kami keluar di Exit H dan berjalan kaki menuju Mustafa Centre yang terletak di Jalan Syed Alwi. Sepanjang jalan kami melihat dekorasi bermorif burung, ini mungkin karena kami berada di tengah-tengah kampung India yang mayoritas warganya merayakan Dipali atau Festival Cahaya, sebuah hari raya bagi umat Hindu.

Hhhhhmmm tak lama, kami berhasil menemukan Mustafa Centre, bangunannya cukup besar dan memanjang, itulah kondisi Mustafa Centre di tahun 2016, entah seperti apa kondisinya sekarang. Toko raksasa yang dimiliki oleh Mustaq Ahmad ini buka 24 jam dan menjual aneka ragam barang elektronik, pakaian, oleh-oleh, makanan kecil, cokelat, mainan anak, jam tangan dan lain-lain. Saya rasa, hampir semua kebutuhan sehari-hari ada di sana. Kami akhirnya memberi pakaian, makanan kecil, cokelat dan mainan anak yang saat itu belum kami temui di Indonesia. Dari segi harga, sepertinya harganya terbilang standard. Kelebihan dari berbelanja di Mustafa Centre adalah jam bukanya, kenyamanan toko dan kelengkapannya. Oh yaaa, Mustafa Centre itu seperti supermarket, jadi harganya sudah tetap dan tidak dapat ditawar. Kalau mau membeli barang yang dapat ditawar, kita harus pergi ke Bugis …. tujuan belanja kami selanjutnya ;).

Dari Mustafa Centre, kami pulang dahulu ke hotel untuk memasukkan barang belanjaan ke dalam hotel. Kami kembali memilih menggunakan MRT karena lebih nyaman dan praktis, aaah kami sudah ketagihan naik MRT nampaknya :’D. Dari Stasiun Ferrer Park kami naik MRT jalur ungu ke arah Stasiun Harbour Front untuk berhenti di Stasiun Little India. Dari Stasiun Little India, kami naik MRT jalur biru ke arah Stasiun Expo untuk berhenti di Stasiun Bugis. Ahhhh, sebenarnya Bugis merupakan tujuan belanja kami berikutnya, tapi barang belanjaan yang banyak, memaksa kami untuk pulang ke hotel dulu. Dari Stasiun Bugis, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Lavender.

Setelah merapihkan belanjaan, kami membawa koper dan semua barang bawaan kami untuk check-out dan menitipkan barang-barang tersebut kepada petugas hotel. Kami akan mengambil barang-barang tersebut lagi, ketika kami akan berangkat ke Airport. Untuk menuju Bugis, dari Stasiun Lavender, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Joo Koon untuk berhenti di Stasiun Bugis. Dari stasiun Bugis kami berjalan ke arah pertokoan Bugis yang terletak di sekitar Bugis Junction. Pertokoan Bugis memang tidak mengunakan AC dan tidak selengkap Mustafa Centre, tapi harga oleh-oleh di Bugis dapat ditawar dan harganya lebih miring asalkaaaaaan, jangan langsung membeli di toko yang dekat dengan jalan raya. Untuk barang yang sama, tapi toko yang lebih sempit dipojokan, kami memperoleh harga yang sangat murah dibandingkan toko-toko di tempat lain. Untuk masalah harga, pertokoan Bugis memang relatif lebih unggul dibandingkan tempat lain di Singapura asalkan tekun berkelana ke pojokan dan lantai atas pertokoan tersebut. Tapi soal kenyamanan, kelengkapan, ketersediaan dan kepraktisan, Mustafa Centre lebih unggul.

Kami selesai belanja di sekitar Bugis, kami segera naik MRT jalur hijau dari Stasiun Bugis ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Lavender. Sesampainya di Hotel V Lavender, kami mengambil barang-barang yang dititikan kepada pihak Hotel dan membereskan aneka belanjaan dari Bugis, ke dalam koper dan kardus yang sudah disiapkan. Apa tujuan selanjutnya? Pulaaaang!

Dari Stasiun Lavender, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Expo. Dari Stasiun Expo, kami langsung naik MRT yang berhenti di Stasiun Changi Airport. Ahhhhh, liburan kami akhirnya berakhir dan kami harus kembali ke Jakarta. 4 hari yang menyenangkan dan penuh petualangan bagi keluarga kecil saya. Melihat perjalanan ini, nampaknya kami siap untuk pergi ke negara lain yang lebih menantang. Saya mungkin akan melakukan persiapan-persiapan seperti yang pernah saya lakukan pada Persiapan Wisata Singapura 2016Ā untuk tujuan lainnya. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya! šŸ™‚

Sumber:
http://www.tripadvisor.com
insideretail.asia
tripzilla.com
trvl.com
http://www.singapore-guide.com

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga

Wisata Singapura Hari Ketiga

Singapura

Tak terasa petualangan keluarga kecil saya sudah sampai di hari ketiga :D. Setelah pada Wisata Singapura Hari KeduaĀ kami sudah puas berwisata di Pulau Sentosa, kali ini kami berencana untuk mengunjungi Singapore Zoo, River Safari dan Singapore Flyer. Kali ini kami bangun lebih siang dari hari kedua. Sekitar pukul 9 kami baru berangkat menuju Singapore Zoo & River Safari yang letaknya sedikit lebih jauh dari objek-objek yang sudah kami kunjungi. Untuk mencapai Singapore Zoo & River Safari, kami harus menggunakan LRT/MRT dan bus. Sebelumnya, tak lupa kami terlebih dahulu sarapan dan membeli bekal makanan halal di kios-kios kecil yang terletak di samping Hotel.

Kemudian kami bergegas menuju Stasiun Lavender untuk pergi ke arah Stasiun Joo Koon dan berhenti di Stasiun City Hall. Dari Stasiun City Hall kami pindah jalur dan naik MRT ke arah Jurong East untuk turun di Stasiun Ang Mo Kio. Sesuai arahan website penujukan jalan gothere.sg, kami keluar melalui Exit C dan berjalan menuju Ang Mo Kio Interchange (54009). Penunjuk jalannya cukup jelas sehingga kami tidak tersesat. Ā Ang Mo Kio Interchange (54009)Ā wujudnya mirip Sentral Pemberhentian Bus Way di Jakarta, hanya saja ukurannya lebih besar, bersih, rapih dan sepi, praktis hampir tidak ada antrian di sana. Berbeda dengan bus konvensional di Indonesia, semua bus di Singapura hanya dapat berhenti di Bus Stop atau Bus Interchange saja, yaaaah mirip bus way yaa. Pembayarannya dapat menggunakan tiket yang harus dibeli di loket, dapat pula menggunakan STP/E-Link di dalam bus. Karena kami sudah memiliki kartu E-Link, maka kami langsung menuju tempat menunggu bus nomor 138 yang pemberhentian terakhirnya adalah Singapore Zoo & River Safari.

Singapore Zoo dan River Safari lokasinya bersebelahan, yaitu di dalam area reservoir dan hutan yang berada di bagian utara Singapura. Kedua sama-sama dikelola oleh Wildlife Reserve Singapore bersama-sama dengan Night Safari dan Jurong Bird Park. Jurong Bird Park lokasinya agak jauh dari Singapore Zoo dan kawan-kawan sehingga untuk menuju ke sana harus menggunakan jalur bus yang berbeda. Di Indonesia sendiri sudah banyak taman burung sih sebenarnya, kami sendiri kurang tertarik untuk mengunjungi Jurong Bird Park. Tapi andaikan lokasinya ada di dekat Singapore Zoo, mungkin kami akan mempertimbangkan untuk masuk ke dalam setelah selesai dari Singapore Zoo dan River Safari.

Berbeda dengan Jurong Bird Park, Night Safari berada di satu lokasi yang sama dengan Singapore Zoo, hanya saja bukanya di malam hari. Saya rasa ini mirip safari malamnya Taman Safari. Hanya saja, konon Night Safari lebih tertata sehingga lebih bagus dari safari malamnya Taman Safari. Saya pribadi kurang suka dengan safari malamnya Taman Safari sebab kok ya binatangnya tidak terlihat. Taman Safari lebih menarik untuk dikunjungi di siang hari. Sebenarnya saya tertarik untuk mengunjungi Night Safari, namun karena bukanya malam, lokasinya relatif jauh dari hotel dan kami membawa bayi mungil kami, maka kami mengurungkan niat kami dan lebih memilih untuk pergi mengunjungi Singapore Flyer di sore atau malam hari nanti.

Sebenarnya kami sudah berencana untuk membeli tiket Singapore Zoo dan River Safari secara on-line melalui situs resmi mereka. Kalau membeli lewat sana, ada diskon dan promo. Tapi karena kesibukan dan ragu-ragu, kami memilih untuk membeli tiket masuk langsung di tempat saja. Ternyata promo dan diskon yang diperoleh bila membeli on-line, dapat kami peroleh juga bila membeli langsung di loket :’D. Di sana kami langsung membeli paket tiket Singapore Zoo + River Safari. Untuk Singapore Zoo kami membeli pula tiket tram. Dengan membeli tiket tram maka kami dapat menggunakan tram sepuasnya selama berada di dalam area Singapore Zoo. Ada 4 stasiun tram dimana pemilik tiket tram dapat naik-turun sepuasnya. Sedangkan untuk River Safari, kami tidak membeli tiket River Safari Cruise meskipun kami sadar betul bahwa berkeliling kebun binatang sepuasnya dengan perahu, adalah salah satu kelebihan River Safari. Batas tinggi minimal untuk menaiki River Safari Cruise adalah 1,06 meter. Kami datang bersama anak kami yang tingginya di bawah 1,06 meter. Anak di bawah batas minimal tersebut tidak boleh dipangku pula, jadi anak kami benar-benar tidak bisa naik. Untunglah di dalam River Safari terdapat kapal besar yang rutenya mengelilingi reservoir. Semua boleh menaiki kapal tersebut, tidak ada batasan tinggi badan atau umur. Semua pengunjung River Safari boleh menaiki kapal tersebut tanpa membayar biaya tambahan.

Setelah selesai membeli tiket, kami langsung memasuki Singapore Zoo. Di sana kami melihat jerapah, gajah, kangguru, tapir, babirusa, flamingo, pinguin, orang utan, harimau, singa dan lain-lain. Pengunjung dapat berjalan melewati berbagai area binatang dengan pagar pemisah yang tidak terlalu besar atau tinggi sehingga penggunjung dapat melihat dengan jelas aneka satwa yang ada di sana.

Saya rasa semua binatang ayang ada di Singapore Zoo dapat kita jumpai pula di Indonesia, kecuali … Inuka! Oh siapa Inuka? Ia adalah beruang kutub pertama yang berhasil dilahirkan di negara beriklim tropis. Wujud Inuka yang besar sungguh mempesona, inilah alasan kenapa saya setuju kami berkunjung ke Singapore Zoo :D.

Tidak hanya berkeliling melihat binatang, pengunjung Singapore Zoo disuguhkan pula oleh berbagai acara seperti acara memberi makan Inuka, acara splash safari, acara animal friends, acara elephants work & play, dan acara rainforest fights back. Acara-acara tersebut dikemas dengan apik dan bagus. Favorit keluarga kami adalah acara elephants work & play karena di sana kami dapat memberi makan gajah-gajah dan berfoto dengan mereka. Anak saya sangat senang memberi makan gajah-gajah lucu tersebut :). Beruntung kami membeli tiket tram di loket depan tadi. Dengan bantuan tram kami dapat hemat waktu dan tenaga. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami dapat mengelilingi Singapore Zoo dan menghadiri semua acara tambahan yang diselenggarakan :).

Sekitar pukul 2 siang kami baru keluar dari Singapore Zoo dan masuk ke dalam River Safari yang terletak tepat di sebelah Singapore Zoo. Walaupun hanya dapat menaiki kapal besar saja, kami tetap mengunjungi River Safari karena di sana terdapat Kai Kai dan Jia Jia, sepasang panda raksasa yang diimport dari Cina. Kami mengunjungi Singapura pada tahun 2016, saat ini Taman Safari Indonesia belum memiliki panda. Ketika kami memasuki River Safari, kami tidak langsung bertemu Kai Kai atau Jia Jia, akantetapi kami terlebih dahulu melihat aneka binatang lau dan sungai. Agak berbeda dengan Singapore Zoo, River Safari memang lebih fokus ke arah binatang air atau binatang yang hidup di dua alam. Jadi kami berjalan menyusuri lorong-lorong yang kanan dan kirinya dipenuhi kolam penuh dengan berbagai binatang. Memang sih River Safari nampak bersih dan rapi, tapi yaa rasanya tidak terlalu istimewa. Di ujung lorong tersebut, kami menemukan antrian untuk memasuki area panda. Area panda hanya boleh dimasuki bergantian dan dilarang berbicara keras atau berisik di sana. Setelah mengantri sekitar setengah jam, kami akhirnya memasuki area panda :D. Di sana kami melihat panda merah yang lincah bergerak ke sana ke mari. Kemudian kami melihat Kai Kai dan Jia Jia sedang bermalas-malasan sambil memakan daun. Keduanya nampak lucu, apalagi pemisah antara pengunjung dengan binatang hanyalah pagar pendek saja, keduanya nampak jelas terlihat :).

Setelah keluar dari area panda, kami ikut mengantri untuk menaiki kapal besar yang akan berputar mengelilingi reservoir. Reservoir yang dikelilingi sebenarnya hanya seperti danau besar dengan aneka tumbuhan di sekitarnya, tidak ada yang spesial di sana.

Kami kira, setelah dari area reservoir, tidak ada lagi yang dapat dilihat di River Safari. Ternyata setelah dari area reservoir, terdapat area kolam raksasa dimana kami dapat berjalan di lorong yang terdapat di bagian bawah kolam tersebut. Jadi kami dapat berjalan dengan melihat kolam di sisi kanan, kiri dan atas kami,Ā yaaaah semacam Sea World laaah :). Luasnya memang tidak sebesar Sea World Ancol, tapi yaaah lumayanlah bisa dijadikan tempat istirahat sejenak dan menyejukkan badan. Area tersebut dilengkapi AC yang lumayan sejuk :).

Sekitar pukul 5 sore, kami kelar dari River Safari menuju halte bus yang terletak tak jauh dari pintu masuk Singapore Zoo dan River Safari. Di sana sudah banyak calon penumpang lain yang menunggu bus 138 yang akan berhenti diĀ Ang Mo Kio Interchange (54009). Setelah kami tiba diĀ Ang Mo Kio Interchange (54009) dengan menaiki bus 138, kami berjalan kaki menuju stasiun MRT terdekat yaitu Stasiun Ang Mo Kio. Dari Stasiun Ang Mo Kio, kami menggunakan MRT jalur merah ke arah Stasiun Marina South Pier untuk berhenti di Stasiun Newton. Di Stasiun Newton kami menggunatakn MRT jalur biru ke arah Stasiun Expo untuk berhenti di Stasiun Promenade. Kami lalu keluar melaui Exit A dan menjalan kaki ke arah Singapore Flyer. Perjalannya ternyata agak berbelok dan beberapa kali menyeberang jalan, untunglah kami sebelumnya sempat menanyakan arah kepada petugas Stasiun. Salah satu kelebihan Singapura adalah, kemampuan para petugas Stasiun memberikan informasi. Mereka beberapa kali menawarkan bantuan yang sangat bermanfaat bagi turis seperti kami.

Kami tiba di Singapore Flyer sekitar pukul setengah 8 malam. Pada puncak bagunan Singapore Flyer terdapat kincir raksasa dengan ketinggian sampai 165 m di atas permukaan tanah. Pada bagian bawah kincir raksasa tersebut terdapat taman, restoran, pijat ikan, simnulator pesawat dan penjual souvenir. Sayang ketika kami tiba di sana, mayoritas sudah tutup karena terlalu malam. Kami akhirnya mampir ke 7-Eleven untuk makan malam setelah sebelumnya membeli tiket kincir raksasa di lantai 1. Setelah kenyang, kami naik ke lantai 3 untuk naik kincir Singapure Flyer.

Setelah sekitar 15 menit mengantri, akhirnya kami bertiga masuk bersama 4 orang lainnya ke dalam kabin kincir. berbeda dengan kincir di Indonesia, kabin kincir milik Singapore Flyer ini sangat luas sekali. Pantas saja terdapat opsi untuk makan malam di dalam kincir. Anak saya tertawa dan mengoceh kesenangan di dalam kabin tersebut. Istri saya yang awalnya agak takut dan hanya berani duduk di tengah, akhirnya berani berjalan-jalan ke pinggir kabin untuk menikmati cahaya lampu Singapura dari atas. Di sana kami dapat melihat sebagian objek yang kali lewati pada perjalanan kami di hari pertama kami yaitu mulai dari Garden by the Bay, Marina Bay Sands, Jembatan Helix, Merlion, Esplanade dan Sungai Singapura. Whaaa, ini merupakan kincir raksasa paling tinggi, besar dan luas yang pernah saya naiki. Pemandangan yang bagus memang sepadan dengan harga tiket yang lumayan mahal :’D.

Ahhhh, setelah puas berputar dan melihat Singapura dari atas, kami akhirnya pulang sekitar pukul 10 malam dari Singapore Flyer. Kondisi jalanan memang sepi, tapi masih terlihat turis berlalu lalang sehingga kami tidak khawatir. Keluar dari gedung Singapore Flyer, kami langsung berjalan menuju Stasiun Promenade. Dari Stasiun Promenade, kami naik MRT jalur biru ke arah Stasiun Bukit Panjang untuk berhenti di Stasiun Bugis. Dari Stasiun Bugis, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Lavender yang posisinya berada di bawah hotel tempat kami menginap. Ahhhhh, akhirnya bisa beristirahat. Sepertinya keesokan harinya kami akan bangun lebih siang lagi padaĀ Wisata Singapura Hari Keempat hehehehe.

Sumber:
travel.nationalgeographic.com
http://www.flickr.com/photos/adforce1/
landtransportguru.net
http://www.riversafari.com.sg
http://www.visitsingapore.com
http://www.zoo.com.sg
thewanderingmum.com
nerdnomads.com
wrscomsg.wordpress.com

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Keempat

Wisata Singapura Hari Kedua

Singapura

Setelah lelah berwisata padaĀ Wisata Singapura Hari Pertama, hari kedua kami mulai sedikit lebih siang dari rencana di itenari yang sudah disusun. Kami keluar dari hotel pukul 8 lewat untuk sarapan sekaligus membeli bekal di rumah makan halal tak jauh dari hotel tempat kami menginap.

Setelah selesai sarapan dan membungkus bekal, kami berjalan kaki ke Stasiun MRT Lavender. Akan kemanakah kami? Pada hari kedua ini kami akan berwisata ke Pulau Sentosa yang penuh akan berbagai atraksi dan objek wisata seperti Universal Studio, Madame Tussauds, Trick Eye, Adventure Cove Waterpark, Fort Siloso, Wings of Time dan lain-lain. Mengingat keterbatasan waktu, kami hanya akan mengunjungi Universal Studio dan menonton Wings of Time saja.

Untuk menuju ke Pulau Sentosa sebenarnya ada 3 cara yaitu:

  1. Jalur darat menggunakan mobil sewaan atau taksi atau grabcar. Cara ini relatif mahal tapi dapat berkeliling pulau sepuasnya dengan nyaman dan sesuka hati. Kalau mau sedikit berhemat, bisa saja masuk ke ke dalam pulau dengan taksi atau grabcar tapi begitu ada di dalam pulau, kita menggunakan bus sentosa atau kereta gantung atau Sentosa Express yang masing-masing ada stasiunnya.

Wisata Singapura

  1. Menggunakan kereta gantung yang berangkat dari Mount Faber Station di Faber Peak. Dari Mount Faber Station, kita dapat naik kereta gantung dengan jalur Mount Faber Line yang kemudian akan berhenti di Stasiun Harbourfront dan Stasiun Sentosa. Apabila ingin keliling Sentosa dengan kereta gantung, maka kita dapat menggunakan kereta gantung jalur Sentosa Line yang akan berhenti di Stasiun Merlion, Stasiun Imbiah Lookout dan Stasiun Siloso Point. Menaiki kereta gantung tentunya memakan biaya yang relatif besar dan tetap harus antri di setiap stasiun, tapi akan memberikan pengalaman yang menyenangkan ;).

  1. Menggunakan Sentosa Express dari Vivo City Mall. Sentosa Express merupakan monorel internal Pulau Sentosa yang dapat kita gunakan untuk masuk dan mengelilingi Pulau Sentosa. Sentosa Express akan berhenti di Stasiun Sentosa, Stasiun Waterftont, Stasiun Imbiah dan Stasiun Beach. Rasanya ini merupakan pilihan transportasi paling ekonomis yaaa.

Sarana transportasinya sangat lengkap dan banyak pilihannya. Sebenarnya kami ingin menggunakan opsi kedua yakni menggunakan kereta gantung. Namun karena faktor cuaca kami mengurungkan niat kami.

Sejak di Indonesia, ramalan cuaca memang menunjukkan bahwa kami berwisata ke Singapura di saat musim hujan datang. Hari pertama kami lalui dengan memandang langit cerah, tidak ada hujan. Sayang di hari kedua ini hujan turun sejak pagi, hicks :(. Seram juga yah kalau naik kereta gantung di saat hujan deras. Berhubung pilihan pertama terlalu mahal, maka kami memilih pilihan ketiga yaitu Sentosa Express. Toh dengan datangnya hujan, sepertinya kami terpaksa memilih untuk mengunjungi dua atau tiga lokasi dari beberapa lokasi yang awalnya kami rencanakan.

Untuk mencapai Stasiun Sentosa Express yang terdapat di Level 3 Vivo City Mall, kami menaiki MRT East West Line (jalur hijau) dari Stasiun MRT Lavender arah Stasiun MRT Koon untuk turun di Stasiun MRT Outram Park. Di Stasiun Outram Park, kami pergi ke tempat menunggu MRT North East Line (jalur ungu) untuk pergi ke arah Stasiun MRT Harbour Front. Tempat menunggu MRT untuk jalur yang berbeda, sering sekali terletak di lantai yang berbeda pula, walaupun terletak di Stasiun MRT yang sama. Bahkan pada beberapa kasus, lokasinya sedikit jauh tapi masih dalam 1 gedung pusat perbelanjaan, yaaah secara halus kita disuruh putar-putar lihat dagangan heheheh. Tapi saya tidak menemukan masalah akan hal ini karena penunjuk jalannya jelas sekali, hampir dipastikan kita tidak akan tersesat :).

Stasiun MRT Harbour Front ternyata terletak di lantai bawah Vivo City Mall. Kami harus beberapa kali menaiki tangga berjalan untuk mencapai Stasiun Sentosa Express yang ada di Level 3. Sesampainya di atas, selain membeli tiket monorel, saya menukarkan e-ticket Universal Studio Singapore (USS) dan Wings of Time (WOT) dengan tiket fisik. Berhubung harga tiket USS dan WOT via online lebih murah ketimbang langsung membeli di tempat, saya memilih membeli tiket secara online di agen yang terpercaya, bukan langsung di website USS ya, entah kenapa tiket USS di agen justru bisa lebih murah. Saya sendiri membeli e-ticket untuk tanggal tertentu agar lebih murah harganya. Andaikan saya membeli e-ticket open date maka harganya akan lebih mahal tapi saya bisa datang di tanggal berapa saja dalam rentang waktu tertentu. E-ticket yang diperoleh harus di-print dan ditukarkan dengan tiket fisik agar dapat digunakan untuk masuk. Penukaran dapat dilakukan di Vivo City Mall level 3, Loket Tiket Imbiah Lookout, Loket Tiket Stasiun Beach, Loket Tiket Stasiun Waterfront, Loket Tiket Merlion Plaza dan Faberpeak Ticketing KiosK. Saya memilih menukarkannya di Vivo City Mall karena penukarannya dapat dilakukan bersamaan dengan pembelian tiket monorail. Andaikan saya menggunakan kereta gantung, saya akan menukarkannya di Faberpeak Ticketing KiosK.

Setelah menyelsaikan masalah pertiketan, kami masuk ke dalam Stasiun Sentosa Express dan menunggu kereta yang lama kemudian muncul. Kondisi di dalam kereta monorel tak jauh berbeda dengan kereta MRT/LRT, sama-sama bersih, nyaman dan stroller friendly :D. Kemudian kami turun di Stasiun Imbiah untuk melihat Merlion Sentosa, Tiger Tower dan Taman Kupu-Kupu Serangga. Sayang, karena hujan turun dengan derasnya, maka kami hanya sempat berfoto di dekat Merlion Sentosa saja. Selanjutnya kami menyantap bekal yang kami beli di restoran dekat hotel, lapaarrrr :).

Agak melenceng dari intenari, kami memutuskan untuk langsung menggunakan monorel dari Stasiun Imbiah menuju Stasiun Waterfront tanpa melihat-lihat atraksi lain. Ketika turun dari Stasiun Waterfront, kami baru menyadari bahwa salah sepatu anak saya hilang entah kemana. Waduh, kami terpaksa kembali lagi ke Stasiun Imbiah, area sekitar Merlion Sentosa dan Stasiun Sentosa Express untuk mencari sepatu tersebut. Hasilnya? Tidak ketemu, weleh-weleh, padahal itu sepatu baru pemberian eyangnya. Daripada kehabisan waktu, kami memilih untuk melaporkan ini kepada petugas loket di Stasiun Sentosa Express dan menghentikan pencarian. Bagaimana nasib sepatu anak saya yang hanya 1 buah? Jawabnya akan hadir pada bagian akhir tulisan ini ;). Kami melanjutkan acara kami dengan kembali menaiki monorel sampai Stasiun Waterfront. Di sana kami turun dan berjalan menuju bola USS untuk berfoto-foto terlebih dahulu. Bola USS yang terdapat di depan gerbang USS memang sering menjadi objek foto-foto bagi wisatawan, baik yang memang akan masuk USS maupun yang hanya lewat untuk foto-foto saja di bagian luar hehehehe. Beruntung ketika kami tiba di sana, hujan sudah mulai reda, sehingga kami tidak usah terus menerus menggunakan payung, cukup topi saja.

Walaupun terdapat gerimis yang datang dan pergi, USS tetap dapat dinikmati karena sebagian bagain dalam USS memiliki langit dan sebagian wahananya pun berada di dalam ruangan tertutup. Penghalang kami justru tinggi anak saya yang di bawah 120 cm dan umur anak saya yang masih di bawah 2 tahun. Dari sekian banyak wahana, hanya wahana Shreek 4D Adventure yang boleh dimasuki oleh anak di bawah 2 tahun dan tidak ada batasan tinggi badan. Ketika memasuki wahana-wahana lainnya, saya dan istri terpaksa memasuki wahana dengan cara bergantian dan menggunakan single rider. Dengan masuk ke wahana dengan jalur single rider yang lebih sepi, maka kami dapat menikmati wahana tapi tidak dapat memilih hendak duduk di mana. Yaaah yang penting bisa menaiki wahana tanpa antri terlalu panjang. Sayang tidak semua wahana memiliki jalur single rider, wahana-wahana populer yang penuh biasanya memiliki jalur single rider.

Dari berbagai wahana yang dinaiki, saya paling senang dengan wahana Transformer the Ride dan Revenge of the Mummy. Transformer the Ride merupakan simulator 4D dengan kursi yang bergerak-gerak, sedangkan Revenge of the Mummy sebenarnya merupakan roller coaster indoor dengan tema misteri. Terdengar sederhana bukan? Tema film dan penataan yang apik membuat kedua wahana tersebut nampak luar biasa dan membuat saya ketagihan hehehehe.

Sebenarnya semua wahana di sana kurang lebih ada di Dufan. Roller coaster, 3G simulator, 4D simulator, wahana sejenis arung jeram dan lain-lain terdapat di dalam area dengan tema tertentu. Pada dasarnya USS terbagi ke dalam 7 area yaitu Hollywood, New York, Sci-Fi City, Ancient Egypt, The Lost World, Far Far Away dan Magadascar. Di dalam setiap area terdapat wahana-wahana yang sebenarnya secara jenis sudah ada di area lain. Sebagai contoh, roller coaster terdapat di area Sci-Fi City, Ancient Egypt dan The Lost World. Tapi tema, penataan dan wujud yang berbeda membuatnya terlihat dan terasa berbeda meskipun pada dasarnya yaaaa sama-sama roller coaster :’D. Untuk roller coaster, Battlestar Galactica: Human Vs Cyclon yang terdapat di area Sci-Fi City merupakan roller coaster paling menantang di USS. Antrian yang panjang membuat kami batal menaiki wahana ini. Jalur singer rider memang ada, tapi tetap penuh khusus wahana yang satu ini hohohoho.

USS tidak hanya menawarkan wahana saja, akantetapi terdapat berbagai pertunjukkan di setiap sudut USS dengan jadwal tertentu. Hal inilah yang masih diikuti oleh bayi mungil kami. Berikut jadwalnya:

  • Pertunjukkan tari dan musik, Pantages Hollywood Theater di area Hollywood yang diadakan setiap hari pada pukul 11:00, 13:15, 15:30 dan 17:30.
  • Pertunjukkan speciall effect dengan tema air, Waterworld Show, di area The Lost World yang diadakan setiap hari pada pukul 12:30, 15:00 dan 17:30.
  • Pertunjukkan komedi, Donkey Live, di area Far Far Away Land yang diadakan setiap setengah jam sekali dari pukul 10:45 – 18:45.

Terkadang, pada pertunjukkan tersebut terdapat sesi foto, saran saya ikut mengantrilah, jangan takut harus membayar. Sebab kita tetap diperbolehkan berfoto menggunakan kamera sendiri kok, tapi kalau mau membeli hasil jepretan kamera pihak USS ya sah-sah saja, bebas dan tidak mengikat :D. Berbicara tentang foto-foto, seluruh area USS menggunakan tema film atau acara TV yang cukup terkenal. Saya menemukan banyak spot foto-foto di sepanjang area USS :D.

Tak terasa matahari mulai terbenam dan sudah saatnya kami meninggalkan USS. Kami keluar dan bergegas menuju Stasiun Waterfront. Dari Stasiun Waterfront, kami menaiki monorel dan berhenti di Stasiun Beach untuk menonton pertunjukkan Wings of Time (WoT) yang diadakan di pinggir pantai. Jadi kita duduk di kursi-kursi pinggir pantai untuk menonton sebuah pertunjukkan laser. Sebenarnya sih bisa saja menonton gratisan dari kejauhan tapi kurang jelas. Pertunjukannya terbilang bagus, meskipun tetap saja tidak sebagus pertunjukan Chine Folk Culture Village Show yang pernah saya tonton di Shenzhen. Berbagai gambar dari laser di angkasa yang diberikan WoT memang memukau tapi kalau dilihat dari segi cerita dan jenis, yaa relatif sederhana.

Setelah selesai menonton pertunjukkan WoT, kami segera pergi ke … McDonalds, lapar, hehehehe. Beberapa orang menyarankan untuk singgah di restoran Taste of Asia, tapi kami terlalu lelah dan lapar untuk mencari letak restoran tersebut. Berhubung yang ada di depan mata McDonalds, yaaa kami makan McDonalds saja hohohohoho.

Selesai dari McDonalds, kami pergi menuju Stasiun Beach untuk pergi ke Stasiun Sentosa. Di sana kami kembali menanyakan perihal sepatu anak saya yang hilang di pagi hari. Respon petugas malam Stasiun Sentosa jauh lebih baik ketimbang respon petugas pagi yang terkesan acuh. Mba-mba petugas yang mahir berbicara bahasa melayu berhasil mengusahakan agar sepatu anak saya dapat kembali. Akhirnya kami diminta untuk datang ke kantor keamanan yang terdaoat di Stasiun Imbiah karena sepatu tersebut diduga ditemukan di sana. Begitu bertemu dengan pihak keamanan Stasiun Imbiah, kami langsung dapat mengenali sepatu anak kami tersebut. Ahhhh, bisa ketemu juga sepatu cinderella ini hehehehe. Awalnya saya sudah tidak berharap banyak loh. Setelah mengisi beberapa dokumen, kami kembali ke Stasiun Sentosa untuk berterima kasih kepada Mba-Mba petugas yang membantu kami. Tak lupa saya mengisi koesioner yang berisikan ucapan terima kasih khusus bagi mba-mba petugas Stasiun Sentosa yang mau mengusahakan pencarian sepatu anak kami. Terima kasih mbaaaaa :D.

Ahhhh, dengan bantuan gothere.com, kami kembali ke Hotel dengan rute Stasiun Harbourfront – Stasiun Outram – Stasiun Lavender. Ahhh hari sudah sangat malam dan waktunya bagi kami untuk beristirahat. Pada Wisata Singapura Hari Ketiga, kami akan ke kebun binatang dan kincir angin raksasa, hohohoho.

Sumber:
http://www.sentosa.gov.sg
http://www.buschartersingapore.com
http://www.thethemeparkguy.com
insideuniversal.net
http://www.rwsentosablog.com
http://www.themeparkinsider.com
nahaowan.com
http://www.wingsoftime.com.sg
http://www.businesstimes.com.sg
http://www.onefabergroup.com
http://www.sgtrains.com

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga
Wisata Singapura Hari Keempat

Wisata Singapura Hari Pertama

Singapura

Setelah melalui persiapan seperti pernah saya tulis pada Persiapan Wisata Singapura 2016Ā dan Ringkasan Objek Wisata Singapura, akhirnya saya dan keluarga kecil saya berangkat menuju Singapura dengan menggunakan Garuda dari Bandara Soekarno Hatta Terminal sekitar pukul 6 pagi. Terbang bersama Garuda dengan tiket diskonan Travel Fair terasa nyaman. Jarak antar kursinya luas dan dapat makanan, yaah lumayanlah bisa mengganjal perut kami yang sebenarnya sudah sarapan pizza di dalam taksi menuju bandara hehehe. Kalau dilihat di itenari kami, makan siang kami sepertinya akan telat, diatas jam 12, jadi makanan yang kami peroleh di pesawat ini sangat berguna ;).

Kami tiba di Bandara Changi sekitar pukul 9 pagi. Setibanya di sana, kami langsung mengurus imigrasi. Untuk pemegang passport negara anggota ASEAN seperti Indonesia, tidak perlu datang menggunakan VISA. Langsung saja ke bagian imigrasi dengan membawa form imigrasi yang sudah diisi (dibagikan di pesawat atau tersedia di Changi) dan passport, gampang kok, tidak berteletele, langsung lolos :).

Setelah imigrasi, mau apalagi? Kami tidak langsung mengambil koper yang disimpan di bagasi pesawat, tapi kami langsung wisata Changi hehehehe. Di dalam area bandara ini terdapat taman-taman lho. Kami pergi ke taman kupu-kupu dan taman bunga matahari yang lumayan bagus, bersih dan terawat. Pada saat itu, Bandara Changi dihiasi pula oleh taman-taman kecil yang dihiasi oleh burung-burung berwarna ungu. Ada apa ya ini? Oh ternyata hiasan tersebut dibuat untuk memperingati hari raya Diwali, hari raya umat Hindu yang asing di telinga saya karena di Indonesia sendiri hari raya tersebut tidak dirayakan seheboh ini. Ketika berkeliling menuju taman-taman tersebut saya melihat berbagai fasilitas gratisan Bandara Changi mulai dari kursi pijat, internet, mini cinema, sampai video games. Lengkap sekali yaaa, Soekarno Hatta masih kalah jauh.

Setelah selesai berkeliling, kami pergi ke tempat pengambilan bagasi. Barang bawaan kami tidak hilang, masih utuh, hanya saja pengambilannya dilakukan di loket khusus karena pesawat kami sudah lama mendaratnya. Dengan mengikuti petunjuk jalan yang terlihat jelas, kami pergi menuju loket LRT/MRT yang berada di area Bandara. Di sana kami mengisi ulang kartu EZ-Link yang kami pinjam dari sepupu istri saya. Seperti e-money, jadi kuota EZ-Link yang saya beli akan berkurang setiap digunakan. Sebenarnya ada opsi lain yang dapat digunakan untuk membayarĀ biaya penggunaan LRT/MRT di Singapura selain dengan EZ-Link. Singapore Tourist Pass merupakan opsi yang sempat kami pertimbangkan karena dengan membeli Singapore Tourist Pass yang berlaku selama 3 hari, maka kami dapat menggunakan fasilitas LRT/MRT sepuasnya tanpa harus khawatir kehabisan kuota. Tapi yaaa, ada harga ya ada rupa, Singapore Tourist Pass harganya relatif tinggi juga bagi orang-orang yang tidak terlalu banyak menggunakan LRT/MRT selama di Singapura. Itulah yang menjadi alasan utama kenapa kami memutuskan untuk menggunakan EZ-Link ketimbang Singapore Tourist Pass. Kalau dilihat dari itenari yang sudah disusun, kami tidak akan terlalu sering menggunakan LRT/MRT.

Kami berangkat dari Stasiun MRT Changi Airport menuju Hotel tujuan kami pada sekitar pukul 11:30. Dengan menggunakan East-West Line (jalur hijau), kami berhenti di Stasiun MRT Tanah Merah. Dari Stasiun MRT Tanah Merah, kami menggunakan East-West Line (jalur hijau) ke arah Stasiun MRT Joo Koon atau Stasiun MRT Tuas Link. Karena Hotel tempat kami menginap tepat berada di atas Stasiun MRT Lavender, maka kami berhenti dan turun di Stasiun MRT Lavender. Membawa koper-koper, stroller dan anak di bawah 1 tahun di dalam MRT tidaklah sulit. MRT-nya nyaman, bersih dan aman. Petunjuk jalannya pun jelas dan tidak membingungkan. Sejauh ini, sarana transportasi dari Bandara menuju Hotel terbilang mudah :D.

Kami tiba di Stasiun MRT Lavender sekitar pukul 12:15. Dari Stasiun tersebut, kami hanya tinggal naik ke lantai atas untuk check-in di Hotel menggunakan voucher Traveloka diskonan, hehehehe. Di mana kami menginap? Kami menginap di Hotel V Lavender. Kenapa kok memilih Hotel tersebut? Karena akses MRT yang super dekatĀ dan terletak di wilayah yang konon aman, yaah pokoknya bukan di red district ;). Selain itu Hotel V Lavender terletak dekat sekali dengan McDonalds, 7-Eleven dan gerai makanan halal. Tidak semua McDonalds di dunia ini halal lho, tapi syukurlah cabang-cabang McDonalds Singapura sudah memiliki sertifikat halal dari MUIS (Islamic Religious Council of Singapore). Dengan demikian, saya dan keluarga dapat makan di McDonalds yang terletak tepat di seberang Hotel :D.

Kami selesai check-in sekitar pukul 12:45, hampir jam 1 siang, untunglah di pesawat tadi kami mendapatkan makanan. Kami berangkat dengan berjalan kaki menuju tempat makan yang banyak direkomendasikan oleh beberapa rekan food blogger, yaitu Sup Tulang Deen Biasa. Dengan berbekal peta offline google map Singapura yang ada di dalam handphone ber-GPS saya, kami dapat menemukan restoran tersebut tanpa kesulitan. Kami memang memilih untuk tidak membeli paket internet di Singapura. Cukup mengandalkan peta dan data offline yang sudah di-download plus handphone ber-GPS. GPS handphone akan tetap berfungsi walaupun sayaĀ tidak berlangganan paketĀ internet ;). Bagaimana kalau tersesat? Tanya saja, mayoritas penduduk Singapura dapat berbahasa Inggris kok ;).

Setibanya di Sup Tulang Deen BiasaĀ yang terletak di JalanĀ Sultan Nomor 95, kami langsung memesan sup tulang merah. Seperti apa bentuk sup tulang merah? Hidangan ini terdiri dari beberapa potongan besar tulang kambing yang disiram oleh kuah merah yang sedikit gurih. Daging kambing yang melekat pada tulangnya empuk dan lumayan banyak jadi cukup mengenyangkan. Kami menyantap sup tersebut dengan potongan roti yang dicelupkan ke dalam kuah merah sup tersebut. Rasanya sedikit gurih, relatif flat, yaaa lumayanlaah. Tapi ketika kami membayar, aaawww, yah harganya jadi lumayan terutama ketika dikoversikan ke rupiah heheheh :’D.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Malay Heritage Centre di daerah Kampong Glam dengan berjalan kaki. Sekitar 170 tahun yang lalu, Malay Heritage Centre ini merupakan istana dari Sultan Singapura yang keturunan Melayu. Sekarang, tempat tersebut menjadi museum dan pusat berbagai kegiatan kebudayaan Melayu di Singapura. Saya masih dapat melihat bangunan istana yang cukup sederhana di sana. Di bagian halaman, terdengar musik Melayu diperdengarkan dan ada beberapa penari yang sepertinya sedang melakukan gladi resik untuk suatu acara, anak saya ikut berjoget sambil mesem-mesem di sana. Tak lupa kami berfoto halaman tersebut, sepertinya itu adalah lokasi umum untuk berfoto. Sebelum pergi meninggalkan Malay Heritage Centre, tak lupa kami masuk ke area souvenir untuk . . . menumpang berteduh, hehehehe. AC di area souvenirnya lumayan dingin. Lumayan bisa istirahat sesaat ;).

Tepat di seberang Malay Heritage Centre, terdapat Masjid Sultan yang merupakan masjid paling terkenal di Singapura. Tempat ini sufdah sejak dulu menjadi pusat kegiatan umat muslim di Singapura. Terus terang kami tidak masuk ke dalam masjid sebab kami sudah sholat jamak di hotel dan waktu masih menunjukkan sekitar pukul 3 sore. Kami hanya berfoto-foto saja di bagian depan masjid. Selain menjadi lokasi foto-foto bagi para turis narsis, bagian depan masjid menjadi lokasi bagi beberapa restoran dan toko souvenir. Nah berdasarkan pengalaman saya kemarin, harga souvenir di sana terbilang paling murah meskipun tidak terlalu banyak macamnya.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami ke arah Arab St. dan Haji Lane untuk melihat-lihat cafe, toko dan hiasan mural yang terdapat di tembok. Penataan toko dan cafe terlihat rapi dan elok di mata. Mural-muralnya menjadi bonus bagi para pengunjung yang melintas :).

Selanjutnya kami melakukan perjalanan yang lumayan jauh bagi pejalan kaki, yaitu perjalanan menuju Stasiun MRT Bugis sekaligus melihat-lihat daerah pertokoan di Bugis yang terkenal murah meriah :D. Kami tiba di sana sekitar pukul setengah lima sore dan melihat-lihat sebentar pertokoan di daerah Bugis, yaaahh survey-survey sekilas, kemungkinan kami akan ke Bugis lagi di hari terakhir apabila di daerah lain memang murahnya tidak bisa mengalahkan Bugis :D. Setibanya di Stasiun MRT Bugis, kami langsung naik MRT Downtown Line (jalur biru) yang ke arah Stasiun MRT Chinatown untuk turun di Stasiun MRT Bayfront. Tak lama kami tiba di Stasiun MRT Bayfront untuk selanjutnya keluar dan berjalan menuju Gardens by the Bay.

Gardens by the Bay merupakan taman dengan konstruksi unik yang nampak cantik terutama di malam hari. Ketika saya tiba di sana, lampu-lampu belum menyala padahal sudah hampir masuk waktu sholat Magrib. Kami pikir, kami harus membayar untuk masuk ke dalam Gardens by the Bay. Ternyata hanya beberapa area saja yang dipungut bayaran. Kamipun memutuskan untuk berkeliling di area yang gratis tapi dengan menaiki trem. Temnya gratis? Ya bayarlah, masak semuamuanya gratisan :P. Kami memutuskan untuk menaiki trem karena dengan menaiko trem kami dapat mengistirahatkan kaki kami sambil berkeliling area di mana Super Tree Grove berada. Saya rasa maskot dari Gardens by the Bay adalah Super Tree Grove dan itu dapat kami nikmati tanpa harus membayar biaya masuk. Saya pribadi terus terang tidak terlalu tertarik untuk masuk sebab saya sehari-hari tinggal di Indonesia yang iklim, lingkungan dan tanamannya mirip dengan Singapura, yaah mungkin bagian dalamnya begitu-begitu saja. Andaikata ada waktu lebih, mungkin kami akan ikut membeli tiket masuk ke dalam OCBC Skyway, Flower Dome & Cloud Forest. Tapi sayang waktu tak berpihak kepada kami karena waktu sudah menunjukkan sekitar pukul setengah delapan malam.

Kami melanjutkan perjalan dengan berjalan kaki menuju Marina Bay Sands. Kami masuk ke dalam area mall yang dilengkapi sungai pada bagian tengahnya. Kita dapat menyewa perahu untuk menaiki perahu mengelilingi sungai buatan tersebut. Saya lihat toko-toko di dalam mall ini merupakan toko-toko mewah yang menjual barang-barang banded. Karena harga yang terlampau jauh di atas budged kami, maka kami hanya jalan sambil lihat-lihat saja di sana. Kami berjalan terus sampai ke lantai paling atas mall tersebut. Di sana terdapat pintu keluar menuju jembatan helix.

Jembatan helix merupakan salah satu jembatan unik yang Singapura miliki. Jembatan yang nampak cantik di malam hari tersebut, menghubungkan antara area Marina Centre dengan Marina South. Kami menyeberangi jembatan tersebut sambil berfoto-foto untuk seterusnya berjalan ke arah Patung Merlion. Sepanjang perjalanan kami melihat Singapore River yang dikelilingi oleh Marina Bay Sands, Garden by the Bay, Esplanade. Pemandangan yang lumayan bagus di malam hari yang cerah dan tidak terlalu dingin :).

Sebenarnya pada jam-jam tertentu, terdapat pertunjukan laser dari Marina Bay Sands yang dapat dilihat dari seberang sungai tempat kami berdiri. Tapi karena waktunya tidak pas, maka kami memilih untuk langsung saja melanjutkan perjalanan menuju icon utama Singapura, Patung Merlion. Patung Merlion yang terdapat tak jauh dari Hotel Fullerton ini nampak cantik dengan berbagai hiasan lampu dan suasana pinggir sungai yang asri. Patung ini terletak di dalam area Merlion Park di mana diadakannya beberapa pertunjukkan seni jalanan. Kami ikut menonton sambil menikmati suasana yang ada dan mengistirahatkan kaki kami yang sudah bekerja keras sepanjang hari hehehehe.

Kalau melihat itenari, kami seharysnya melanjutkan perjalanan menuju ke arah Clarke Quay untuk menonton Singapore River Festival. Sayang kami harus mengurungkan niatan tersebut karena waktu menunjukkan pukul 9 malam dan kami sudah kelelahan, plus kami membawa bayi yang baru berumur kurang lebih setahun.

Tujuan kami selanjutnya adalah Hotel tentunya. Aaaaahhh kami kemudian segera berjalan menuju Stasiun MRT terdekat yaitu Stasiun MRT Raffles Place. Perjalanan menuju Stasiun MRT Raffles Place lumayan panjang namun nyaman karena kami melalui tengah-tengah pusat perbelanjaan yang AC-nya dingin. Tak apalah disuruh melihat-lihat dagangan mereka, toh lorong-lorongnya bersih dan sejuk. Setibanya di Stasiun MRT Raffles Place, kami menaiki MRT Downtown Line (jalur hijau) ke arah Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun MRT Lavender.

Setibanya di Stasiun MRT Lavender, kami mampir dulu di McDonalds dekat Hotel untuk makan malam. Aaahhh, tanpa kami sadari kami belum makan karbohidrat lagi sejak siang, hanya jajan-jajan saja. Pantas di Patung Merlion tadi, kok rasanya seperti kekurangan tenaga. Belajar dari kesalahan di hari pertaman ini, setiap pagi kami harus membeli bekal nasi atau kentang. Toh di sekitar Hotel banyak makanan halal, tinggal pilih ;). Setelah kenyang, kami langsung pulang untuk mandi, sholat dan beristirahat agar besok kami siap untuk melanjutkan perjalanan wisata Singapura kami pada Wisata Singapura Hari Kedua.

Sumber:
changiairport.com
http://www.vhotel.sg
malayheritage.org.sg
http://www.travelhackergirl.com
http://www.archdaily.com
http://www.thousandwonders.net
hwww.gardensbythebay.com.sg
http://www.esplanade.com
http://www.meritushotels.com
http://www.facebook.com/MUIS.SG/posts/10151836686296329

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga
Wisata Singapura Hari Keempat

Persiapan Wisata Singapura 2016

Singapura

Pertengahan 2016 lalu, saya beserta istri dan anak saya berlibur ke Singapura. Kenapa Singapura? Tidak terlalu jauhnya jarak antar objek wisata, relatif baiknya keamanan di sana dan transportasi yang ramah stroller menjadi utama sebab anak saya baru berumur 1 tahun. Selain itu bahasanya menggunakan bahasa Inggris sehingga kalaupun tersesat, kami akan mudah bertanya dan membaca tanda jalan. Dengan demikian, kami bisa berjalan-jalan keliling Singapura tanpa bantuan pemandu wisata meskipun memang agak repot dan harus melakukan persiapan yang matang. Tapi lumayanlah bisa berhemat sebab di Singapura hampir semuanya serba bayar dan relatif mahal bagi saya pribadi.Ā Berdasarkan pengalaman kemarin, berikut hal- hal yang sebaiknya dipersiapkan dan dipertimbangkan ketika hendak berlibur ke Singapura:

1. Passport dan Visa

Bagi warga negara ASEAN seperti Indonesia, Visa tidak diperlukan untuk masuk ke Singapura. Tapi passport ya tetap wajib ada, paling tidak berlaku 6 bulan lagi. Tidak ada ketentuan harus menggunakan 3 nama ataupun harus passport elektrik, bebas :). Belum membuat passport? Sekarang mudah kok, bagaimana caranya pernah saya bahas padaĀ Perpanjang Passport di Kanim Bekasi.

2. Tiket Pesawat atau Feri

Pada sekitar 2003 saya pernah masuk ke Singapura lewat Batam dengan menggunakan feri. Tiket ferinya memang murah sih, tapi saya harus naik pesawat dulu dari Banten/Jakarta ke Singapura karena saya tinggal di Jakarta. Mau bagaimanapun harus beli tiket pesawat. Nah untuk perjalanan 2016 kemarin, saya menggunakan tiket promosi Citilink yang harganya jadi lebih murah daripada tiket pesawat ke Padang atau Bali. Saran saya jeli-jelilah ketika ada Travel Fair, lihat syarat-syarat promonya dan pastikan Travel Fair tersebut merupakan Travel Fair benaran, bukan Travel Fair jadi-jadian :P. Dengan boomingnya Travel Fair yang diadakan sebuah maskapai penerbangan, sekarang ini tiba-tiba hadir beberapa Travel Fair yang menjual harga tiket tapi masih tergolong mahal, yang ada kita malah diajak ikut membeli paket tour-nya :’D. Oh yaaa, ketika menentukan waktu keberangkatan dan membeli tiket pesawat, jangan lupa untuk cek ramalan cuaca dan perkiraan musim terutama ketika akan membawa anak kecil. Repot juga kalau ke sana ketika kondisinya sedang hujan sepanjang hari.

3. Booking Penginapan

Penginapan bukanlah hal yang saya dapatkan di Travel Fair sebab saya masih kurang tahu mau menginap di daerah mana. Berhubung saya hanya pergi bersama istri dan anak saya yang masih 1 tahun maka saya mempertimbangkan hal-hal berikut:

  1. Tingkat keamanan.
  2. Tingkat kebisingan.
  3. Jarak dari stasiun MRT/LRT terdekat (saya berencana untuk menggunakan MRT saja selama di Singapura).
  4. Jarak dari objek wisata yang dituju.
  5. Jarak dari restoran yang menyediakan makanan halal atau jarak dari 7 Elevan terdekat (7 Eleven banyak cabangnya dan menyediakan makanan halal yang dapat dijadikan bekal).

Karena untuk mempertimbangkan hal-hal di atas kami perlu banyak bertanya dan baca-baca, maka kami tidak memperoleh penginapan di Travel Fair, tidak sempat. Akhirnya kami memperoleh penginapan berbulan-bulan berikutnya melalui Traveloka yang kebetulan sedang memberikan diskon cukup besar heheheh.

4. Tiket MRT/LRT

Selama di Singapura, kami berencana untuk menggunakan MRT/LRT saja karena mayoritas objek wisata terletak tidak jauh dari Stasiun-Stasiun MRT. Untuk objek wisata yang jauh seperti Singapore Zoo atau Jurong, sarana transportasi bus dapat dipergunakan.

Bagaimana metode pembayarannya? Kami memilih menggunakan kartu EZ-Link yang dapat diisi ulang. Kami meminjam kartu EZ-Link milik sepupu istri saya dan melakukan isi ulang di Bandara Changi. Bagi yang belum punya EZ-Link, dapat pula langsung membelinya di Bandara Changi atau 7 Eleven cabang Singapura. Ataaaauu dapat pula meminjam kartu EZ-Link milik anggota group facebook Backpaker Dunia, silahkan berkenalan dan menghubungi salah satu anggotanya, mereka baik-baik kok, asal kartunya dirawat dan dikembalikan setelah selesai dipakai yaaa :).

Bagi teman-teman yang berencana melakukan banyak sekali perjalanan dengan menggunakan LRT/MRT/bus, dapat pula menggunakan kartu Singapore Tourist Pass yang dapat dibeli di Airport Changi dan beberapa Stasiun MRT besar. Dengan menggunakan Singapore Tourist Pass, maka teman-teman dapat menggunakan bus/MRT/LRT sepuasnya dalam jangka waktu tertentu sesuai paket yang dibeli. Kalau kartu EZ-Link, penggunaannya berdasarkan kuota yang dibeli, bukan unlimited seperti Singapore Tourist Pass.

Selain opsi di atas, ada pula teman saya yang memilih menggunakan kartu single trip, jadi dia harus membayar di Ā setiap stasiun yang akan dinaiki. Saya sendiri kurang suka dengan opsi ini karena dengan demikian waktu akan habis untuk mengantri terutama di jam sibuk.

Saya lebih memilih untuk menggunakan kartu prabayar EZ-Link daripada kartu bufee Singapore Tourist Pass karena kebetulan, berdasarkan itenari kami, biaya transportasi kami akan lebih murah bila menggunakan kartu EZ-Link. Untuk perbandingan tarifnya, bisa dilihat di situs resminya yaitu home.ezlink.com.sg dan thesingaporetouristpass.com.sg.

5. Peta

Untuk peta saya mendownload peta offline Singapura di aplikasi Google Maps Android. Kemudian saya pun menyimpan file peta jalur MRT/LRT di dalam handphone saya. Ini saya lakukan karena saya tidak berminat untuk membeli SIM Card di Singapura, cukup menjadi fakir Wi-Fi saja, toh semuamua tentang Singapura dapat didownload dan di simpan di handphone. GPS-pun akan tetap berfungsi di handphone meskipun tidak tersambung ke jaringan internet. Toh Singapura itu kecil, relatif aman dan mayoritas penduduknya mahir berbahasa Inggris hehehehe.

Untuk berjaga-jaga tak lupa kami mengambil peta jalur MRT/LTR/bus dan peta objek wisata yang dapat dengan mudahnya ditemukan di Bandara Changi, semua informasi relatif lengkap tersedia di sana.

6. SIM Card

Untuk komunikasi, saya hanya berbekal kartu SIM Card Indonesia saya yang internetnya dimatikan. Toh saya tidak akan update foto-foto narsis di akun media sosial saya :P. Selain itu sebagaimana sudah saya jabarkan pada poin 5 bahwa untuk navigasi saya akan melihat peta dan bertanya, mudah dan murahhhhh ;). Menjadi fakir wi fi tidak menjadi kendala walaupun kami berpergian bersama-sama anak kecil :).

7. Stroller

Bagi yang hendak membawa bayi atau anak kecil ke Singapura, jangan ragu untuk membawa stroller sebab jalanan Singapura dan transportasi umumnya terbilang sangat ramah stroller bahkan pada jam-jam sibuk. Jangan bandingkan transportasi Singapura dengan Jakarta yaaa, kita masih ketinggalan jauh. Saya pribadi kemarin membawa stroller Chocollate Pockit Recline yang ringan dan kecil ketika dilipat.

8. Gendongan Bayi

Tidak hanya stroller, pada waktu itu kami membawa pula gendongan bayi karena anak saya tidak terus menerus seharian mau di stroller. Mengingat yang namanya berwisata pastilah banyak jalan kakinya, maka sebaiknya teman-teman menggunakan gendongan bayi yang ergonomis dan nyaman. Ada harga, ada rupa sih, tidak semua gendongan bayi itu nyaman lhoo. Ketika sedang tidak dipakai, gendongan bayi bisa saya ikatkan ke stroller :).

9. Gothere.sg

Apa itu gothere.sg? Itu adalah website yang akan memberikan infomasi mengenai angkutan umum apa saja yang harus kami naiki untuk mencapai suatu tempat. Jadi gothere.sg akan menginformasikan bahwa untuk mencapai objek A, kami harus naik MRT sampai B arah C kemudiam berhenti di stasiun D dan keluar melalui pintu X. Informasinya detail sekali dan sangat berguna bagi wisatawan asing. Saya menggunakan gothere.sg ketika menyusun itenari dan saya pun sering membuka gothere.sg ketika mendapat wi fi gratisan hehee.

9. Itenari

Itenari atau rencana perjalanan wisata merupakan hal vital yang harus disusun agar wisata kita menjadi efektif. Saya biasa browsing dahulu objek-objek apa saja yang akan dikunjungi, lalu saya plotkan di dalam sebuah itenari lengkap dengan cara menuju objek tersebut dengan jamnya. Yaaah pada prakteknya nanti kami sendiri memang tidak 100% mengikuti itenari yang saya buat tapi paling tidak, ada pakem-pakem yang dapat kami ikuti sehingga kami tidak akan kebingungan mau ke mana ketika sudah tiba di Singapura. Berikut contoh itenari yang saya gunakan pada 2016 kemarin:

Hari Jam Kegiatan
4-Nov 6:10 Berangkat dari Soekarno Hatta terminal 2
9:00 Tiba di Changi Terminal 3, urus Imigrasi & jalan keliling Changi
11:30 Changi Airport – Hotel V Lavender dengan East-West Line (hijau) MRT Changi Airport – MRT Tanah Merah – MRT Lavender
12:00 Tiba di Hotel V Lavender dan menitipkan koper (check in pukulĀ 14:00)
12:15 Makan Siang di Sup Tulang Deen Biasa, Jl. Sultan No 95
12:30 Keliling Malay Heritage Centre, Kampong Glam, Masjid Sultan, Arab st, Haji Lane, Bugis
16:00 Bugis-Garden By The Bay (MRT Bugis – MRT Bayfront (arah MRT Chinatown)
16:20 Keliling Garden By The Bay
18:00 Keliling area Marina Bay Sands, Helix Bridge, Fontain of Youth, Foodcourt Makansutra, Esplanade, Merlion Park, Raffles Landing Site, Singapore River Festival
20:30 Kembali ke hotel
5-Nov 7:00 Lavender – Sentosa (MRT Lavender – MRT Outram Park arah MRT Joo Koon – MRT Harbourfront – Exit E dan Jalan ke Vivocity/Sentosa Station – Beach Station
7:20 Keliling Southernmost Point of Continental Asia
8:30 Beach Station – Imbiah menggunakan bus 1 warna hijau
8:40 Keliling Merlion Walk, Merlion Sentosa, Tiger Tower, tukar tiket wings of time
9:50 Keliling Universal Studio
19:15 Waterfront Station – Beach Station
19:40 Menonton Wings of Time dan makan di Tastes of Asia
21:30 Pulang ke Hotel (Beach Station – Sentosa Station – Jalan ke MRT Harbourfront – MRT Outram Park arah MRT Punggol – MRT Lavender arah MRT Pasir Ris – Exit B)
6-Nov 7:00 Hotel – Singapore Zoo (MRT Lavender – MRT City Hall arah MRT Joo Koon – MRT Ang Mo Kio arah MRT Jurong East – Exit C dan jalan ke bus stop Ang Mo Kio Interchange (54009), Ang Mo Kio Avenue 8 – Bus 138 – Singapore Zoo)
9:00 Keliling Singapore Zoo
12:30 Keiling River Safari
15:00 River Safari – Singapore Flyer (Singapore Zoo Bus Stop (48131) – Bus 138 – Ang Mo Kio Interchange, Ang Mo Kio 8- MRT Ang Mo Kio – MRT Newton arah MRT Marina South Pier – MRT Promenade arah MRT Chinatown)
17:00 Keliling Singapore Flyer
19:00 Acara bebas dan kembali ke hotel
7-Nov 7:00 Hotel – Mustafa Centre (Busstop at after Kallang Road (07371), Lavender St – Bus 67 – After Allenby Road, Jalan Besar, 4 stop later)
7:30 Keliling Mustafa Centre
9:45 Mustafa Centre – Orchard (Busstop After Allenvy Road (07319) – Bus 65 – Orchard Boulevard)
10:00 Keliling di Orchard, Fort Channing, Bugis, acara bebas
15:30 Hotel – Changi (MRT Lavender – MRT Tanah Merah arah MRT Pasir Ris – MRT Changi Airport – Exit A
16:00 Tiba di Changi
17:35 Changi Terminal 3 – Soeta Terminal 2

Manusia boleh berencana tapi Allah yang memutuskan, pada kenyataannya tidak semua kisah perjalanan saya sesuai dengan itenari yang saya buat sendiri. Selengkapnya akan saya ceritakan padaĀ Wisata Singapura Hari Pertama,Ā Wisata Singapura HariĀ Kedua,Ā Wisata Singapura HariĀ Ketiga &Ā Wisata Singapura Hari Keempat.

10. Tiket Atraksi

Mayoritas tiket atraksi-atraksi yang ada di Singapura dapat kita beli lewat internet. Bisa langsung ke website resminya, bisa juga melalui pihak reseller atau pihak ketiga seperti penjual tiket di groupon (sekarang fave), kaskus, travel. Berdasarkan pengalaman kemarin, membeli melalui website resmi akan terkena tarif yang sama seperti beli langsung di tempat meskipun ditulis harga promo atau diskon ini itu :P. Harga tiket akan lebih murah jika membelinya di pihak ketiga, tapi hati-hati yaa, biasanya ada aturan yang harus diterima seperti tiket akan dikirim H-1, tiket harus diambil manual di Singapura, dan lain-lain. Jeli-jelilah melihat ulasan tentang pihak ketiga tersebut agar tidak salah pilih.

10. Contekan & Coretan

Ketika saya sedang mempersiapkan hal-hal di atas, saya membuat coretan untuk setiap objek yang saya print untuk dijadikan contekan. Isinya kurang lebih mengenai informasi penting dari objek-objek yang masuk ke dalam itenari dan objek-objek cadangan. Yaa mana tau tiba-tiba terjadi suatu hal, kami tetap dapat manfaatkan kunjungan wisata kami dengan optimal. Berikut contoh coretan yang saya buat tahun 2016 lalu:

Untuk yang versi lengkapnya, bisa dilihat padaĀ Ringkasan Objek Wisata Singapura.

Sekian sedikit tips dari saya, semoga bermanfaat terutama bagi teman-teman yang berencana mengunjungi Singapura tanpa menggunakan paket tour lengkap.

Sumber:
home.ezlink.com.sg
thesingaporetouristpass.com.sg
http://www.smrt.com.sg
Gothere.sg
TribunTravel.com
batampos.co.id
http://www.medanbisnisdaily.com
http://www.changirecommends.com
Streetdirectory.com
geekculture.co

Baca juga:
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga
Wisata Singapura Hari Keempa