Serial Vicenzo

Vicenzo (빈센조) merupakan serial asal Korea Selatan dengan karakter Vicenzo Cassano (Song Joong-ki) sebagai tokoh utamanya. Sekilas Vicenzo bukanlah nama orang Asia pada umumnya. Di sini Vicenzo adalah warga negara Italia keturunan Korea yang bekerja sebagai penasehat hukum keluarga mafia Italia. Ia pun memiliki status sebagai anak angkat pemimpin keluarga Cassano, salah satu keluarga mafia di Italia. Maka jelas sudah, Vicenzo bukan sekedar penasehat hukum biasa.

Di tengah-tengah perseteruan internal keluarga Cassano, Vicenzo memiliki untuk terbang ke Korea Selatan. Ia pulang ke tanah kelahirannya tanpa membawa pasukan atau pengawal. Penduduk Korea pun tidak menyadari bahwa ada seorang mafia yang berbahaya di antara mereka. Mau apa Vicenzo di Korea Selatan?

Ia hendak mengambil harta yang terpendam di bawah salah satu pertokoan di sana. Pada perjalannya, Vicenzo memperoleh pelajaran mengenai arti persahabatan dan cinta. Ia bertemu dengan teman baru dan lawan baru. Ia pun berhasil menemukan kebenaran mengenai orang tua kandungnya. Mengapa Vicenzo kecil ditempatkan di Panti Asuhan padahal ia masih memiliki seorang ibu.

Plot mengenai bagaimana Vicenzo mengajar semua lawannya terbilang menyenangkan untuk ditonton. Lawan-lawan Vincenzo, cenderung congkak, tidak sadar bahwa mereka sedang berhadapan dengan seorang petinggi mafia. Sayang plot terkait harta karun sedikit kurang menarik. Tapi kekurangan ini masih tertutupi sebab kisah perebutan harta karun memiliki porsi yang relatif kecil. Vicenzo lebih banyak bercerita mengenai perseteruan antara orang kecil melawan para penguasa.

Film seri ini tidak hanya menunjukkan adegan aksi. Sebab tak jarang Vicenzo berhasil menang karena taktiknya. Di sanalah terdapat berbagai adegan yang memuaskan. Sesuatu yang membuat saya terus menonton Vicenzo meskipun durasi per-episodenya dapat mencapai hampir 1,5 jam.

Diantara semua itu terdapat beberapa komedi yang bisa membuat saya tersenyum. Yaaah cukum senyum saja karena memang komedinya tidak terlalu lucu hohoho :’D.

Film seri ini berhasil menampilkan jalan cerita yang seru dengan menampilkan penyelesaian masalah yang cerdas. Dengan demikian Vicenzo layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Oh yaaa, jangan kaget kalau di tengah-tengah film, Vicenzo sering memakan permen Kopiko. Produk Indonesia yang satu ini memang memiliki kerjasama dengan studio pembesut Vicenzo. Sebuah iklan yang tidak terduga :).

Sumber: http://www.studiodragon.net

John Wick (2014)

John Wick

Terus terang saya sama sekali tidak tertarik menonton John Wick (2014). Ah, film apa itu? Paling isinya hanya John Wick (Keanu Reeves) pukul-pukulan dan tembak-tembakan saja. Saya baru menonton film ini di tahun 2017, setelah saya selesai menonton John Wick: Chapter 2 (2017), movie marathon yang terbalik urutannya, hehehehe. Ketika menonton John Wick (2014) dan John Wick: Chapter 2 (2017), saya tertarik dengan dunia yang berada di sekeliling John. Sebuah dunia bagi pembunuh bayaran di mana mereka memiliki kode dan aturan tersendiri.

John Wick

John Wick

Dunia dengan istilah, profesi dan aturan unik ini, kembali John masuki pada John Wick (2014). Berbeda dengan film-film aksi lainnya, si tokoh utama tidak pergi membalas dendam atas terbunuhnya istri atau pacar atau keluarga. John justru kembali menjadi pembunuh setelah sekelompok pemuda membunuh anjing kesayangan John. Awalnya saya kira ini adalah hal yang konyol, hanya anjing saja kok lebay begitu sih? Tapi melihat makna anjing tersebut bagi John, yah anehnya ini menjadi semakin masuk akal. Pada film pertama John Wick ini terdapat potongan kisah masa lalu John ketika ia hidup bersama istrinya yang ternyata mengidap penyakit berbahaya. Setelah wafat, mendiang istri John meninggalkan seekor anjing untuk menemani John agar John tidak kesepian. Yaaa, jadi anjing yang terbunuh tersebut memang memiliki makna yang mendalam bagi John. Di sini saya dapat melihat kesedihan John, sekaligus kemarahan John. Ia mengacak-acak mafia Rusia yang dianggap bertanggung jawab terhadap kematian anjing John.

John Wick

Film kedua John Wick, yakni John Wick: Chapter 2 (2017), mengisahkan permasalahan yang John hadapi setelah peristiwa pada John Wick (2014) selesai. Tapi ini bukan berarti John Wick (2014) bersambung atau menggantung looh, kedua film John Wick ini dapat diperlakukan sebagai 2 film yang terpisah. Lawan dan masalah yang dihadapi pada kedua film tersebut berbeda meskipun latar belakangnya sama.

Pada John Wick: Chapter 2 (2017), Santino D’Antonio (Riccardo Scamarcio) mendatangi kediaman John untuk menagih “hutang”. Dahulu kala, untuk keluar dari dunia kejahatan dan menikah, John harus menunaikan sebuah tugas yang mustahil untuk dilaksanakan. Ternyata, dulu John dibantu oleh Santino untuk menyelesaikan tugas tersebut. Bantuan Santino tidak gratis sebab John menjadi berhutang kepada Santino. Santino membawa medali berdarah yang dahulu John berikan sebagai simbol hutang.

Apa yang Santino inginkan? Santino merupakan salah satu kepala keluarga mafia Italia. Ia meminta John untuk membunuh saudarinya sendiri demi kedudukan yang lebih tinggi di dalam organisasi mafia Italia. Karena terikat kepada peraturan yang terlanjur disepakati, John terpaksa melaksanakan permintaan Santino. Keadaan tidak menguntungkan John ketika Santino berhianat dan mengirimkan banyak pembunuh bayaran untuk menghabisi John. Di sini penonton diperkenalkan lebih dalam lagi ke dalam dunia kriminal di sekitar John yang penuh intrik dan peraturan.

John Wick

John Wick

John Wick

Baik pada John Wick (2014) maupun John Wick: Chapter 2 (2017), saya melihat adegan aksi yang seru dengan visual yang bagus, tapi tidak berlebihan sehingga masih masuk akal. John tidak kebal dan super kuat, saya melihat raut muka John seperti kelelahan dan kesakitan, sebuah hal yang wajar ketika harus berhadapan dengan sekelompok anggota mafia dan pembunuh bayaran.

John Wick

John Wick

John Wick

John Wick

John Wick

John Wick

John Wick

John Wick

John Wick

Dari segi cerita, saya suka dengan bagaimana dunia kriminal John digambarkan. Sesuatu yang unik dan belum saya lihat pada film lainnya. Penggambaran bahwa tokoh John Wick adalah tokoh yang disegani pun nampak terlihat jelas dari mimik dan dialog lawan-lawan John, bukan hanya dari kalimat pengantar atau narasi film saja.

John Wick

John Wick

John Wick

Diluar dugaan, John Wick (2014) dan John Wick: Chapter 2 (2017), mampu memberikan hiburan yang bagus walaupun memang saya akui tidak ada kejutan atau twist pada jalan ceritanya. Tentunya, kedua film ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: http://www.johnwick.movie

The Bag Man (2014)

The Bag Man 1

Hari ini, saya baru saja selesai menonton film The Bag Man (2014), film bergenre thriller ini mengisahkan tentang pengalaman 1 malam Jack (John Cusack) di sebuah tempat yang terpencil. Apa tujuan Jack datang ke tempat tersebut? Jack ditugaskan oleh seorang bos mafia, Dragna (Robert De Niro), untuk datang ke sebuah Motel di tempat yang terpencil dengan membawa sebuah tas. Bersama dengan tas tersebut, Jack harus menunggu di kamar nomor 13 hingga Dragna tiba. Menurut kesepakatan, tas tersebut akan ditukarkan oleh sejumlah uang & Jack tidak boleh sekalipun melihat apa isi tas tesebut. Sekilas, misi ini sepertinya akan menjadi misi yang mudah bagi Jack, apa sih susahnya? Hanya menunggu saja.

The Bag Man 2

Well, ternyata pada malam tersebut, Jack bertemu karakter-karakter lain yang diam-diam atau terang-terangan ingin merebut tas yang Jack bawa. Sepanjang malam, Jack bertemu dengan seorang kerdil, negro bermata satu, agen pemerintah, sherif, pemilik Motel berkursi roda & seorang wanita misterius berkostum “ngejreng”, Rivka (Rebecca Da Costa). Apakah mereka semua jahat? Jack sendiri agak bingung & tidak dapat mempercayai siapapun. Walaupun Jack lama kelamaan semakin dekat dengan Rivka.

The Bag Man 5

kinopoisk.ru

The Bag Man 8

kinopoisk.ru

The Bag Man 6 The Bag Man (2014) John Cusack

Sepanjang menonton The Bag Man (2014), saya agak penasaran dengan apa isi tas yang dibawa Jack, namun sayangnya saya menemukan kenyataan yang kurang “wah” dari film ini. Ok memang apa isi tas tersebut tidak terduga oleh saya, tapi apa saya harus bilang “wow” gitu? Saya pun tidak merasakan adanya ketegangan yang harusnya disuguhkan oleh film bergenre thriller. Akting John Cusack & Robert De Niro memang tidak perlu dipertanyakan lagi kualitasnya, namun cerita yang kurang menggigit tentunya membuat hiburan yang The Bag Man (2014) coba suguhkan menjadi kurang nilainya. Olehkarena itulah saya hanya dapat memberikan The Bag Man (2014) nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Entah sedang bad mood atau tidak, akhir-akhir ini film yang saya tonton kok kurang bagus semua yah :(.