Sejarah mencatat bahwa bangsa Turki pernah mencapai masa kejayaan ketika masih dipimpin oleh Kesultanan Utsmaniyah. Sultan Mehmed II Muhammad Al-Fatih adalah salah satu sultan dari Kesultanan Utsmaniyah yang terkenal karena kesuksesannya dalam menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Kisah penaklukan inilah yang diangkat oleh Faruk Aksoy dalam film produksi Turki yang berjudul Fetih 1453.
Pada Fetih 1453, dikisahkan awal mula kehidupan Mehmed II mulai dari kecil hingga dewasa. Sebagian besar film ini tentunya lebih banyak mengisahkan masa-masa invasi Kesultanan Utsmaniyah yang dipimpin Sultan Mehmed II (Devrim Evim), ke wilayah Konstantinopel yang dipimpin oleh Kaisar Constantine XI (Recep Aktuğ).
Sayang sekali walaupun judul film ini menggunakan kata-kata Fetih atau Al-Fatih, tapi kok porsi tokoh Al-Fatih atau Mehmed II sendiri kurang dominan di sini. Beliau harus berbagi porsi dengan Ulubatli Hasan (Ibrahim Çelikkol), sahabat Mehmed II yang bertempur di garis terdepan pada pertempuran di Konstantinopel. Kisah cinta segitiga antara Hasan, Era (Dilek Serbest) dan Giustiniani (Cengiz Coşkun) pun sampai ikut-ikutan ditampilkan. Yang lebih menyedihkan lagi, Fetih 1453 (2012) pun menampilkan percintaan ala Hollywood, peluk-pelukan, cium-ciuman dan hubungan badam di luar nikah yang dilakulan oleh Hasan dan Era x__x. Siapa sih Hasan itu? Apakah ada di sejarah? Mungkin judul film ini harus direvisi judulnya menjadi Mehmed II & Hasan. Kisah sampingan seperti ini seharusnya dikurangi porsinya dan disesuaikan dengan adat dan perilaku saat itu. Sebagai kesultanan Islam, pastilah zina merupakan hal yang tabu untuk dilakukan, apalagi bagi salah satu panglima perang sultan.
Tokoh Sultan Mehmed II pun nampak seperti raja biasa yang berambisi untuk memperluas wilayah kerajaannya. Memang taktik diplomatis Sultan Mehmed II dikisahkan dengan lumayan lengkap, tapi saya rasa kurang ada penjelasan di sana. Bagi penonton yang sama sekali tidak tahu akan sejarah atau posisi Kesultanan Utsmaniyah dan Konstantinopel, akan kebingungan mengikutinya, apalagi kalau teks terjemahannya agak error, film ini kan menggunakan bahasa Turki :’P.
Kalau dilihat dari aksi peperangannya, Fetih 1453 (2012) masih menggunakan special effect yang kurang cantik, masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan Red Cliff (2008). Kalaupun tidak mampu menampilka special effect yang halus, mbok ya taktik perang Sultan Mehmed II didramatisir dan diekspos lebih, jangan hanya perjuangan Hasan saja yang didramatisir. Para sejarawan mencatat bahwa keputusan Sultan Mehmed II ketika menyerang Teluk Golden Horn dianggap sebagai salah satu taktik perang yang menakjubkan di masanya lho, tapi kenapa pada Fetih 1453 (2012) hal tersebut terlihat seperti hal yang biasa?
Kemudian kenapa akhir dari Kaisar Constantine hanya begitu saja? Kalau melihat pada sejarah, Constantine ikut berperang di garis depan dan tewas pada pertempuran tersebut. Namun ada beberapa versi sejarah yang menyatakan bahwa Constantine tidak tewas pada pertempuran tersebut karena sampai saat ini, bagian kepala dari mayat Constantine tidak pernah dapat diketemukan.
Penampakan Constantine yang bergelimang kemewahan pada Fetih 1453 (2012) pun tidak sesuai dengan fakta karena keadaan Konstantinopel pada 1453 memang sudah melemah dan tidak terlalu kaya raya. Terdapat perseteruan internal di antara kaum Kriatinani, beberapa kerajaan di Eropa Barat pun sedang mengalami perang saudara atau perang dengan kerajaan tetangganya. Sultan Mehmed II memang cerdas karena menyerang di saat yang tepat.
Untunglah, toleransi yang Sultan Mehmed II terapkan tetap ditampilkan pada Fetih 1453 (2012). Rakyat Konstantinopel non muslin diperbolehkan untuk hidup normal seperti biasa, beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Hal yang jauh berbeda ketika Ratu Isabella menguasai Granada :(.
Berbeda dengan pendapat saya yang menyatakan bahwa Fetih 1453 (2012) kurang mengekspos Sultan Mehmed II, film ini justru sempat menyulut protes dari orang-orang Yunani, mereka merasa bahwa Fetih 1453 (2012) itu “lebay”, wah bagaimana dengan film 300 (2006), 300: Rise of An Empire (2014) dan lain-lain kalau begitu? Sepertinya film-film berlatar belakang Yunani tampil dengan lebih didramatisir deh, tapi bukan berarti lebih baik atau lebih buruk lho. Kalau Fetih 1453 (2012) dibandingkan dengan 300: Rise of An Empire (2014), terus terang saya lebih suka 300: Rise of An Empire (2014).
Secara keseluruhan, saya kurang puas dengan Fetih 1453 (2012). Saya berharap untuk melihat kepahlawanan dari Sultan Mehmed II, tapi yang saya peroleh justru hal lain yang agak menyimpang baik dari sisi sejarah maupun sisi religi. Maka dengan demikian, Fetih 1453 (2012) hanya mampu memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”.