Spider-Man: Homecoming (2017)

Spider-Man

Film-film superhero Marvel sudah beberapa kali berjaya di layar lebar dan mereka semua masuk ke dalam sebuah Cinematic Universe. Dengan demikian semua film-film superhero Marvel memiliki latar belakang cerita yang berkaitan sebab mereka semua seolah berada di dalam dunia yang sama, Marvel Cinematic Universe. Ironisnya, hak cipta Spider-Man berada di tangan Sony sehingga Marvel tidak dapat serta merta menarik Spider-Man ke dalam film-film mereka. Bukankah Spider-Man merupakan salah satu tokoh komik Marvel yang paling populer? Kok bisa hak ciptanya justru milik perusahaan lain?

Dulu, Marvel hanyalah perusahaan penerbit komik yang hampir bangkrut. Untuk memperoleh dana segar, Marvel menjual hak cipta salah satu tokoh andalannya, Spider-Man, kepada Sony. Kehidupan memang seperti roda, bertahun-tahun kemudian Marvel yang sudah bertransformasi menjadi Marvel Studios, ternyata meraup banyak keuntungan melalui film-film superhero mereka. Sayang oh sayang semuanya terasa kurang lengkap tanpa kehadiran Spider-Man, salah satu simbol Marvel yang terlanjur dimiliki Sony. Melalui sebuah perjanjian, akhirnya Sony rela “berbagi” Spider-Man dengan Marvel. Apa yang Marvel dapat? Semua keuntungan dari film terkait The Avengers yang menghadirkan Spider-Man, adalah milik Marvel. Apa yang Sony dapat? Semua keuntungan dari film solo Spider-Man akan masuk ke Sony meskipun film tersebut merupakan bagian dari Mavel Cinematic Universe.

Selama memiliki hak cipta Spider-Man, Sony sudah beberapa kali meraup keuntungan yang melimpah. Seingat saya, sudah ada 5 film Spider-Man produksi Sony yang menguasai box office. 3 film Spider-Man yang dibintangi Tobey Maguire dan 2 film Spider-Man yang dibintangi Andrew Garfield. Semuanya menampilkan Spider-Man atau Peter Parker disaat mencapai usia 20-an, jadi di sana dikisahkan petualangan Spider-Man disaat ia SMA atau kuliah atau bekerja sebagai fotografer. Bagaimanakah Spider-Man pada Spider-Man: Homecoming (2017)?

Tokoh Spider-Man yang baru yang sekali lagi merupakan reboot dari versi sebelumnya, pertama kali diperkenalkan pada Captain America: Civil War (2016). Tony Stark atau Iron Man (Robert Downey Jr.) mengajak Peter Parker (Tom Holland) untuk menangkap Captain Amerika dan kawan-kawan yang Stark dianggap memberontak dan membahayakan umat manusia. Walaupun Peter baru berusia 15 tahun, Tony melihat potensi di dalam diri Peter. Pada saat itu Peter dikisahkan sudah memiliki kemampuan merayap bak laba-laba, tapi ia belum memiki jaring laba-laba, kostum dan pengalaman. Stark memberikan kostum canggih Spider-Man beserta perlangkapan jaring laba-laba kepada Peter dan membiarkan Peter menyimpannya setelah peristiwa pada Captain America: Civil War (2016) usai.

Spider-Man

Spider-Man

Tapi karena minimnya pengalaman Peter, Stark meminta agar Peter menggunakan kostum dan perlengkapan yang Stark berikan untuk melakukan kebaikan di sekitar lingkungan Peter saja. Peter harus berlatih dari bawah, menangani masalah-masalah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu berbahaya. Dalam perjalanannya, Peter menemukan sebuah kasus penjualan senjata gelap yang menggunakan teknologi alien dari bekas-bekas pertempuran The Avengers pada film-film Marvel Cinematic Universe sebelumnya. Peter merasa bahwa inilah kesempatan baginya untuk membuktikan diri di hadapan Tony Stark. Meskipun gerak-gerik dan penggunaan kostumnya masih Stark batasi, Peter tetap berusaha untuk menangkap komplotan penjual senjata yang ternyata dipimpin oleh Adrian Toomes (Michael Keaton). Aahhhh, aktor mantan pemeran Batman sekarang menjadi penjahat? Melihat Opa Keaton, saya masih teringat dengan karakter Batman yang ia mainkan dahulu kala.

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Apakah, Toomes, karakter yang Michael Eaton memiliki kekuatan super? Sayangnya, tidak. Toomes dapat berubah menjadi Vulture ketika ia menggunakan kostum canggih yang menggunakan teknologi luar angkasa. Terus terang rasanya Vulture bukanlah lawan yang tangguh bagi Spider-Man, apalagi ada Iron Man yang terus mengawasi Spider-Man di sana meskipun kostum dan special effect pada Spider-Man: Homecoming (2017) terbilang bagus.

Spider-Man

Spider-Man

Saya rasa daya tarik dari Spider-Man: Homecoming (2017) justru di sisi ceritanya. Di sana memang tidak dikisahkan mengenai asal mula Peter memperoleh kekuatannya, tapi hal ini seperti justru membuat saya bertanya-tanya akan alur ceritanya akan seperti apa. Berbeda dengan Spider-Man versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield, Spider-Man versi Tom Holland ini tidak mengambil plot komik Spider-Man klasik. Kali ini yang diambil adalah campuran antara plot Spider-Man klasik dengan plot Spider-Man versi Miles Morales. Miles Morales merupakan remaja kulit hitam yang menggunakan nama Spider-Man setelah Peter Parker tiada. Aaahhh syukurlah plot komik versi Miles Morales tidak 100% dipergunakan. Saya kurang suka dengan komik yang rasa agak “Asia-Africa washing”, jadi karakter Spider-Man yang biasanya diisi orang kulit putih, diganti dengan orang non kulit putih, katanya sih demi kesamaan ras dan bla bla bla bla. Aahhhh bagi saya, Spider-Man itu ya Peter Parker, orang kulit putih, sudah dari awalnya begitu yaa tidak usah diubah-ubah. Silahlan buat superhero baru yang tokoh utamanya orang keturunan Afrika atau Asia :).

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Karena Spider-Man: Homecoming (2017) menggunakan bagian dari plot Spider-Man versi Miles Morales, maka kali ini Peter Parker memiliki teman sekolah yang secara tidak langsung terlibat dalam perseteruan antara Spider-Man dan Vulture. Di sana ada Ned Leeds (Jacob Batalon, Liz Allan (Laura Harrier), Michelle Jones (Zendaya Maree Stoermer Coleman) dan Eugene “Flash” Thompson (Tony Revolori). Tokoh-tokoh yang di komik menjadi teman sekolah Miles Morales, menjadi teman sekolah Peter di Spider-Man: Homecoming (2017). Tidak seperti Spider-Man klasik dimana hanya ada Mary Jane Watson dan Henry Osborn saja bukan? :).

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Spider-Man

Selain masalah “menjadi Spider-Man”, Peter pun harus menghadapi masalah remaja pada umumnya. Ada masalah bullying, pergaulan dan cinta monyet. Yah judul filmnya saja menggunakam kata “homecoming” bukan? Homecoming merupakan pesta dansa memperingati keberadaan sekolah yang biasa dihadiri seluruh murid dan alumni. Di pesta dansa ini pulalah Peter memperoleh kejutan yang membuatnya sedikit serba salah. Inilah yang membuat Spider-Man: Homecoming (2017) nampak menarik meskipun lawan utamanya tidak seganas tokoh antagonis film-film Marvel Cinematic Universe lainnya.

Cerita yang menarik dan mengandung unsur kejutan, dibalut dengan kostum dan special effect yang bagus, membuat Spider-Man: Homecoming (2017) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Melihat bagian akhir film ini, Spider-Man hampir dapat dipastikan akan hadir di film Avenger berikutnya dengan kostum yang agak berbeda, agak mirip dengan kostum Spider-Man milik Miles Morales di komik Utimate Spider-Man.

Sumber: spidermanhomecoming.com

Birdman (2014)

Birdman1

Saya termasuk penonton film yang sering tidak setuju dengan juri-juri Oscar. Beberapa film yang menurut para juri Oscar bagus dan memenangkan penghargaan sebagai film terbaik, justru mendapat penilaian yang kurang bagus dari saya. Secercah harapan bahwa pada akhirnya film yang memenangkan penghargaan sebagai filn terbaik Oscar akan saya sukai pun muncul ketika Birdman (2014) memenangkan penghargaan film terbaik Oscar 2015 dan berbagai penghargaan lain. Dari judulnya sih yaaa mirip-mirip Superman, Batman atau Spiderman. Apalagi di trailer-nya saya melihat sesosok superhero terbang di sebuah kota. Biasanya saya relatif suka dengan  film-film yang bertemakan superhero ;). Masalahnya, apakah Birdman (2014) sesuai dengan ekapektasi saya?

Birdman2

Birdman

Ouch! Birdman pada film Birdman (2014) ternyata merupakan tokoh superhero yang Riggan Thomson (Michael Keaton) perankan di masa lampau. Jadi Birdman bukanlah superhero seperti Superman dan kawan-kawan :'(. Pada film yang disutradarai oleh Alejandro G. Iñárritu ini, dikisahkan bahwa setelah pensiun dari memerankan superhero Birdman, Riggan bermain sebagai seorang aktor teater di Broadway. Ia merasa hampa, tidak mampu berprestasi lagi seperti dulu. Riggan berambisi untuk membuat sesuatu yang “wow.

Birdman5

Dalam kesehariannya, Riggan bekerja bersama Samantha Thomson (Emma Stone), anak Riggan yang mantan pecandu. Disini diperlihatkan hubungan ayah-anak yang kurang harmonis.

Birdman6

Birdman7

Ketidakharmonisan hubungan terjadi pula pada hubungan antara Riggan dengan aktor baru yang egois dan brengsek, Mike Shiner (Edward Norton). Bah, karakter yang Mas Norton perankan benar-benar terkesan menyebalkan.

Birdman11

birdman broadway theatre michael keaton edward norton

_AF_6405.CR2

Dalam menghadapi berbagai masalah yang datang, Riggan selalu ditemani oleh sosok pahlawan bertopeng yang hanya dapat ia lihat dan dengar seorang, sosok tersebut adalah sosok Birdman. Bisikan-bisikan dari Birdman selalu hadir menemani dan memotivasi Riggan agar Riggan terus berupaya untuk mencapai kejayaan.

001_BM_SG_00665.JPG

Birdman3

Birdman8

Amat sangat tidak sesuai dengan ekspektasi saya, Birdman (2014) ternyata adalah film drama. Saya akui kadar drama pada film Birdman (2014) sangat kental, karakter-karakternya pun terlihat sangat kuat, mungkin inilah yang membuat Birdman (2014) memenangkan banyak penghargaan dari para juri yang berjiwa seni tinggi.

Sayang sekali jiwa seni saya mungil sehingga bagi saya pribadi, Birdman (2014) nampak sebagai film orang stres yang tidak jelas jalan ceritanya. Ketika sampai pada bagian tengah film, saya sudah bisa bahwa akhir film ini pasti tidak jelas. Weleh-weleh, tebakan saya benar ternyata. Oh yaaa, background suara drum yang ada sepanjang film cukup anoying bagi saya, tak ada sound effect lainnya apa :(.

Mohon maaf para juri Oscar yang terhormat, sekali lagi, kita tidak sependapat. Birdman (2014) bagi saya hanya layak untuk mendapat nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus” v(^_^)v.

Sumber: www.birdmanthemovie.com

RoboCop (2014)

RoboCop 1

RoboCop bukanlah karakter yang asing bagi saya. Ketika saya masih kecil dulu, saya sempat menonton aksi RoboCop dalam RoboCop (1987), RoboCop 2 (1990), RoboCop 3 (1993) dan serial RoboCop: The Series. Pada awal tahun 2014 lalu, RoboCop hadir kembali dalam RoboCop (2014). Namun sayang sekali saya baru sempat menontonnya menjelang awal tahun 2015 ini di stasiun TV Fox Movies Premium karena banyak teman-teman saya yang berpendapat bahwa RoboCop (2014) itu standard dan biasa-biasa saja.

RoboCop (2014) bukanlah kelanjutan dari film-film RoboCop sebelumnya. Kisah RoboCop pada RoboCop (2014) mengalami reboot. Awal mula bagaimana RoboCop lahir kembali diceritakan dengan versi yang agak berbeda dengan dukungan special effect terkini tentunya.

Dikisahkan 2 detektif kepolisian Detroit, Alex Murphy (Joel Kinnaman) dan Jack Lewis (Michael K. Williams), sedang menyelidiki sebuah kasus kriminal yang melibatkan beberapa polisi korup. Pada suatu insiden, mobil Alex meledak dan Alex terluka parah sehingga ia kehilangan sebagian besar anggota tubuhnya :(.

Disinilah Omnicorp hadir untuk menawarkan sebuah proposal kepada Clara Murphy (Abbie Cornish), istri Alex, untuk memberikan Alex bagian-bagian tubuh sehingga Alex dapat beraktifitas seperti biasa kembali. Setelah mendapatkan persetujuan dari Clara, para peneliti Omnicorp yang dipimpin oleh Dr. Dennett Norton (Gary Oldman) melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, memasukkan seorang manusia ke dalam robot. Sudah dapat kita tebak, Alex bertransformasi menjadi RoboCop :).

RoboCop 15

RoboCop 17

RoboCop 18

RoboCop 11

RoboCop 8

RoboCop 2

RoboCop 10

Kenapa Omnicorp bersedia melakukan ini? Profit tentunya. Selama ini Omnicorp telah berhasil memproduksi robot tempur untuk dipergunakan di luar negeri. Namun penggunaan robot-robot tersebut tidak dapat diimplementasikan di Amerika Serikat karena tidak mendapat izin dari senat. Senat dan rakyat masih khawatir akan bahayanya menggunakan robot tempur di dalam negeri. Robot tetaplah robot, tidak ada jiwanya. Membuat RoboCop adalah usaha OmniCorp agar perusahaan yang dipimpin oleh Raymond Sellars (Michael Keaton) ini dapat mematahkan kekhawatiran rakyat & senat Amerika Serikat.

RoboCop 9

RoboCop 7

RoboCop 16

Dalam prosesnya, manusia yang memiliki jiwa memang tidak seakurat dan secepat mesin dalam beraksi & mengambil keputusan karena manusia masih memiliki emosi dan pertimbangan dari sisi kemanusiaan. Konflik antara sisi kemanusiaan Alex dengan perintah yang Alex dapat sebagai RoboCop ciptaan Omnicorp terlihat dengan jelas pada RoboCop (2014). Intrik politik pada RoboCop (2014) pun cukup menarik untuk diikuti sebab penyampaiannya tidak membosankan :).

RoboCop 12

RoboCop 4

Bila dibandingkan dengan RoboCop versi jaman dulu, RoboCop versi RoboCop (2014) memang lebih ramping dan lebih lincah. Karena ramping, terkadang RoboCop menjadi mirip seperti orang yang menggunakan baju besi, bukan robot. Syukurlah ketika Mas Joel bergerak, gerakan-gerakannya mirip gerakan robot sehingga kesan bahwa RoboCop “kurang robot” semakin luntur.

RoboCop 5

RoboCop 3

RoboCop 13

RoboCop 6

Terus terang saya lebih suka RoboCop (2014) dibandingkan film-film RoboCop sebelumnya sehingga RoboCop (2014) layak untuk mendapat nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Oh iyaa, RoboCop (2014) tidak sesadis film-film RoboCop sebelumnya lhoo, jadi yaaa relatif lebih aman ditonton bersama dengan pasangan :).

Sumber: http://www.robocop.com & http://www.omnicorp.com