Thor: Love and Thunder (2022)

Thor: Love and Thunder (2022) adalah film solo ketiga dari Thor Odison (Chris Hemsworth), sang dewa petir. Tentunya film ini adalah bagian dari MCU (Marvel Cinematic Universe) sehingga ada sedikit kesinambungan dengan film-film MCU sebelumnya. Sebagai pengantar, Thor telah menjadi superhero yang memenangkan berbagai perang besar. Beberapa diantaranya membuat Thor harus kehilangan Mjolnir, palu kesayangan Thor. Setelah Mjolnir hancur, Thor memperoleh senjata baru yang disebut Stormbreaker. Sekilas memang mirip dengan Mjolnir, namun bedanya, Stormbreaker mampu memanggil bifrost. Bifrost merupakan kekuatan untuk berkelana ke berbagai tempat dan dimensi dalam waktu singkat. Bagaimana nasib pecahan Mjolnir? Menjadi salah satu objek wisata di Bumi.

Tanpa Thor sadari, sebuah permintaan tulus darinya telah membuahkan jembatan hubungan antara Mjolnir dengan Jane Foster (Natalie Portman). Ketika Jane datang untuk melihat pecahan Mjolnir, seketika itu pula Mjolnir menyatu dan mengubah Jane menjadi Thor. Seketika Jane dapat memiliki kostum dan semua kekuatan Thor. Hanya saja, dibalik semua itu, Jane sebenarnya sekarat.

Dimana Thor? Setelah memenangkan peperangan besar melawan Hela dan Thanos, ia berkelana bersama The Guardians of the Galaxy. Namun beberapa peristiwa genting membuat Thor untuk kembali ke Bumi dan pada akhirnya bertemu dengan Jane.

Mereka harus berhadapan dengan Gorr (Christian Bale), sang penjagal dewa. Satu per satu dewa-dewi yang ada di semesta, berhasil Gorr bunuh. Berawal dari sebuah kekecewaan dan kebencian terhadap dewa, Gorr berhasil mengangkat necrosword. Dengan senjata tersebut, Gorr memiliki kekuatan besar yang mempu membunuh para dewa.

Awalnya saya pikir, Thor: Love and Thunder (2022) merupakan peralihan karakter Thor menjadi Jane. Saat ini MCU sedang melakukan penyegaran dengan mengganti dan menambah deretan superhero-nya. Hampir semua superhero MCU lawas sudah memiliki film “peralihan”. Saya pikir, inilah saatnya Thor memiliki pengganti. Aahhh ternyata dugaan saya kurang tepat.

Agak ambigu apakah Jane menjadi karakter pangganti Thor pada film-film MCU berikutnya. Pada film ini, Jane memang memiliki porsi yang cukup besar. Namun ternyata terdapat karakter lain yang muncul dan mendampingi Thor pada bagian akhirnya. Kata-kata Love pada judul Thor: Love and Thunder (2022) ternyata memiliki arti tersendiri. Wah keren juga, ini adalah hal yang tidak saya duga.

Selain itu, adegan pertarungannya terbilang seru. Memainkan kombinasi dengan warna hitam putih membuat Thor: Love and Thunder (2022) terlihat semakin menarik. Warna-warni nuansa 80-an pun terlihat sangat dominan di mana-mana. Mirip seperti Thor: Ragnarok (2017), film ketiga Thor ini menggunakan atribut dan lagu yang berhubungan dengan budaya 80-an. Semua terlihat bagus, jadi saya pribadi tidak ada masalah dengan ini.

Gorr berhasil tampil sebagai tokoh antagonis yang ganas. Temanya agak horor tapi agak tanggung. Karakter yang satu ini memiliki potensi untuk tampil lebih ganas lagi. Namun yaaah mungkin pihak produser melarang ini. Kalau terlalu menyeramkan, nanti Thor: Love and Thunder (2022) gagal masuk ketegori film PG13. Kalau sampai masuk ke kategori R atau NC-17, otomatis jumlah penontonnya lebih dibatasi lagi. Sayang sekali kalau kualitas sebuah film dibatasi oleh faktor komersil seperti ini.

Selain unsur horor, kali ini unsur komedinya banyak sekali. Semuanya bertebaran dimana-mana. Komedinya bukan komedi yang membuat penonton terawa terpingkal-pingkal ya, cukup senyum-senyum saja. Sayangnya otomatis Thor: Love and Thunder (2022) terlihat menjadi film yang tidak terlalu serius.

Dengan demikian, Thor: Love and Thunder (2022) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Kabarnya Thor masih akan memiliki lagi setelah Thor: Love and Thunder (2022). Jadi dari beberapa deretan superhero lawas MCU, sementara ini hanya Thor masih akan terus hadir, entah sampai kapan. Semoga film keempatnya bisa lebih bagus lagi.

Ehem ehemmm …. Sedikit tambahan, Marvel dan Disney seperti biasa tak henti-hentinya berusaha untuk memasukkan unsur LGBT ke dalam film-filmnya. Tak terkecuali untuk Thor: Love and Thunder (2022). Film ini mengisahkan percintaan Thor dan Jane. Kemudian ada pula hubungan antara Thor dengan Mjolnir dan Stormbreaker yang sudah seperti mahluk hidup saja, bagian ini tergolong lucu yaaa. Di antara hubungan-hubungan tersebut, disisipikan hubungan LGBT yang dibawakan oleh 2 karakter lain. 2 karakter yang rasa sih kalaupun tidak ada, tidak akan terlalu berpengaruh terhadap jalan cerita utama. Saya jadi merasa, fungsi keberadaan mereka yah hanya sebagai bahan untuk menyisipkan pesan LGBT. Kali ini pesannya cukup terlihat jelas, bukan hanya sekilas hehehe. Yah walaupun film ini termasuk PG13 yang artinya anak umur 13 tahun ke atas boleh menonton. Saya pribadi tidak menyarankan untuk membawa anak-anak untuk menonton film ini. Biarlah orang yang sudah cukup umur dan matang untuk dapat mengambil sikap mengenai pesan LGBT yang muncul. Jangan anak-anak di bawah umur yang masih polos. Sekian terimakasih, hohohoho.

Sumber: http://www.marvel.com

Thor: Ragnarok (2017)

Thor, sang dewa petir, adalah salah satu superhero Marvel Comics yang diambil dari mitologi nordik. Karakter-karakter dan lingkungan di sekitar Thor pun diambil dari mitologi nordik. Nah dalam mitologi nordik, terdapat peristiwa yang disebut Rangnarok. Konon Ragnarok adalah peristiwa hancur dan terbakarnya Asgard, kerajaan tempat Thor berasal. Kejatuhan Asgard disertai dengan gugurnya beberapa dewa pada mitologi nordik. Peristiwa legendaris inilah yang menjadi inti cerita film solo ketiga Thor, Thor: Ragnarok (2017).

Ramalan akan datangnya Ragnarok memang sudah lama diramalkan dan Thor (Chris Hemsworth) berusaha sekuat tenaga agar ramalan tersebut tidak terjadi. Setelah kematian Loki (Tom Hiddleston) peristiwa pada Thor: The Dark Wolrd (2013), sepertinya Thor tidak memiliki ambisi lain selain mencegah datangnya Ragnarok. Dalam usahanya mencegah Ragnarok, Thor memperoleh informasi bahwa Odin (Anthony Hopkins), ayah Thor, tidak ada di Kerajaan Asgard. Nah kalau begitu, siapakah sebenarnya yang saat ini sedang duduk di singgasana kerajaan Asgard?

Ternyata biang keladinya adalah Loki, saudara tiri Thor yang licik dan sudah menjadi tokoh antagonis utama pada Thor (2011) dan The Avengers (2012). Loki memang sudah menimbulkan berbagai kekacauan, namun semakin hari tokoh ini semakin menjadi antihero. Kriminal jahat yang masih memiliki kebaikan jauh di lubuk hatinya. Hal itu terlihat pada Thor: The Dark World (2013) dimana Thor dan Loki saling tolong menolong meskipun Loki tetap berlaku curang dan memiliki agenda sendiri. Hubungan benci tapi sayang antara Thor dan Loki akan kembali terlihat pada Thor: Ragnarok (2017). Berarti Loki bukanlah tokoh antagonis pada Thor: Ragnarok (2017)?

Loki bukanlah tokoh antagonis pada film layar lebar ketiga Thor ini. Ternyata anak Odin bukan hanya Thor dan Loki saja. Ada 1 anak lagi yang terbuang dan dipenjara oleh Odin. Hela (Cate Blanchett), sang dewi kematian, adalah anak tertua Odin yang hanya akan bebas dari penjara ketika Odin tewas. Odin menjadikan dirinya sebagai kunci penjara bagi putrinya sendiri. Kenapa Odin begitu tega? Di sinilah sejarah kelam Asgard mulai terkuak, mengenai bagaimana Asgard mampu menjadi kerajaan kaya raya yang sangat kuat dan berkuasa.

Pada pertemuan pertamanya dengan Hela, Thor dan Loki kalah telak sampai-sampai Mjolnir milik Thor, Hela hancurkan tak tersisa. Padahal Mjolnir adalah senjata andalan Thor yang sangat kuat. Tak hanya itu, pada pertemuan pertama tersebut, Thor dan Loki terlempar jauh ke Planet Sakaar. Hhhmmmmm, bagi yang gemar membaca komik Hulk atau menonton Planet Hulk (2010), tentunya sudah mengenal apa itu Planet Sakaar.

Di Planet Sakaar, Thor yang sudah kehilangan Mjolnir, dipaksa untuk bertarung hidup-mati di sebuah area gladiator oleh penguasa Sakaar, Grandmaster (Jeff Goldblum). Thor harus berhadapan dengan juara milik Grandmaster yaitu Hulk (Mark Ruffalo). Seperti pada Planet Hulk (2010), kondisi Planet Sakaar memungkinkan Hulk untuk mengambil alih kendali atas tubuh Bruce Banner dalam waktu yang sangat lama. Sejak peristiwa pada Avengers: Age of Ultron (2015) berakhir, Hulk sudah bertahun-tahun tinggal dan menjadi juara arena gladiator di Planet Sakaar. Berbeda dengan perlakuan penduduk Bumi, Hulk merasa ia lebih diterima dan dipuja oleh penduduk Planet Sakaar. Pada Thor: Ragnarok (2017) ini kita tidak hanya akan melihat Hulk ketika akan berkelahi saja. Hulk memiliki dialog dan porsi tampil yang lebih banyak dibandingkan film-film layar lebar Marvel sebelumnya.

Tidak hanya Hulk, di Planet Sakaar, Thor bertemu pula dengan Loki dan Scrapper 142 (Tessa Thompson). Siapa itu Scrapper 142? Ia adalah mantan pasukan elit Asgard yang gemar mabuk-mabukan. Kekalahannya ketika melawan Hela dahulu kala, membuatnya “lari dari kenyataan”.

Terdamparnya Thor di Planet Sakaar tidaklah percuma. Sebab, di sana ia menemukan teman lama dan baru yang bersedia membantu Thor menyelamatkan Asgard dari Hela yang telah memperoleh dukungan dari Skurge (Karl Urban) dan ratusan mayat hidup tentara Asgard. Hela memang memiliki ambisi jahat, tapi apakah kemunculan Hela memang akan menimbulkan Ragnarok?

Melihat konsep Asgard dan Ragnarok yang berbelok di akhir cerita, mampu menjadi nilai plus film ini. Jalan ceritanya menarik dan tidak membingungkan, bahkan bagi penonton yang belum pernah menonton film superhero Marvel sebelumnya. Selain itu, film ini sudah seperti film action comedy, adegan komedinya cukup banyak dan memang dapat membuat saya tertawa. Bisa jadi Thor: Ragnarok (2017) adalah salah satu film terlucu dari Marvel. Walaupun banyak adegan komedinya, adegan pertarungan pada film ini tetap seru kok, terutama ketika tubuh Thor diisi oleh petir dan adegan perkelahian yang diiringi lagu Immigrant Song milik Led Zeppelin :).

Cerita yang lucu dan menarik, plus adegan perkelahian yang seru, dibalut dengan nuansa 80-an, semuanya ditampilkan dari lagu dan visual dari film ini. Thor: Ragnarok (2017) memang jadi mirip sekali dengan Guardians of the Galaxy (2014) & Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017). Apalagi mayoritas latar belakang Thor: Ragnarok (2017) adalah Sakaar, Asgard dan luar angkasa, bukan Bumi seperti 2 film Thor sebelumnya. Namun hal ini bukanlah masalah besar, sebab Thor: Ragnarok (2017) tetap mampu memberikan hiburan yang menyenangkan bagi saya. Film ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: marvel.com/thor