Rumble (2021)

Dahulu kala ada masanya saya gemar menonton pertandingan WCW dan WWE. Pertandingan gulat yang dibumbui berbagai drama. Maklum, baik WCW maupun WWE sama-sama menampilkan pertarungan gulat dengan hiburan sebagai tujuan utamanya. Bagaimana kalau WWE bekerjasama dengan perusahaan film untuk membuat sebuah animasi? Lahirlah Rumble (2021) yang temanya memang tidak jauh dari pertandingan di dalam ring.

Hanya saja, yang bertarung di dalam ring bukanlah The Rock atau Hulk Hogan. Melainkan berbagai monster yang muncul di Bumi. Dikisahkan bahwa berbagai monster datang ke Bumi dan berhasil berbaur dengan manusia. Para monster hadir dengan wujud yang unik beserta berbagai kelebihan lainnya. Mereka pun meraih popularitas ketika bertarung di dalam ring. Penampilan para monster ini sangat menarik bagi penduduk Bumi lainnya.

Setiap monster yang bertarung di liga profesional, bertarung mewakili sebuah kota. Kota tersebut tentunya meraih keuntungan dari penjualan tiket, baju dan lain-lain. Stoker adalah kota kecil yang sangat terkenal karena pertarungan monster ini. Kota ini telah memiliki monster dan pelatih yang legendaris. Ketika sedang ada di puncak, monster yang mewakili Stoker mendadak membelot dan pergi untuk mewakili kota lain. Sebuah kota yang ditopang oleh anak dari seorang pengusaha ternama.

Tanpa monster andalannya, keuangan Stoker sangat terancam. Tanpa monster yang memegang sabuk juara, pendapatn Stoker tentunya menukik turun. Stadium dan tempat latihan mosnter miliki kota tersebutkan terpaksa dijual.

Winnie Coyle (Geraldine Vuswanathan) adalah anak dari pelatih legendaris yang dulu pernah membuat Stoker berjaya. Ia pun tidak rela kejayaan Stoker hancur di depan matanya. Sejak kecil, Winnie dibesarkan di lingkungan arena para monster. Maka ia pun sebenarnya memiliki keahlian untuk melatih monster. Winnie pun pergi untuk mencarikan monster baru bagi Stoker.

Di kota seberang, Winnie menemukan Steve (Will Arnett), seorang monster yang selalu kalah di dalam ring. Winnie melihat bakat terpendam Steve. Itulah mengapa Winnie bersikeras untuk membawa Steve mewakili Stoker. Steve yang seperti bukan siapa-siapa, diharapkan untuk dapat menyelamatkan Stoker dari kebangkrutan.

Kisah from hero to zero pada Rumble (2021) memang mudah ditebak. Namun pembawaannya sangat menghibur dan jauh dari kata bosan. Saya suka dengan bagaimana masa lalu Steve terkuak. Kemudian masalah yang dihadapi Steve dan Winnie pun terasa nyaman ditonton. Tidak terlalu menyebalkan dan tidak terlalu lambat.

Tetdapat beberapa hal yang mengingatkan saya akan WWE pada film ini. Mulai dari ringnya, sampai komentatornya. Saya pun melihat ada beberapa drama ala WWE yang muncul di sana. Menonton Rumble (2021) seperti membangkitkan nostalgia masa lalu. Saya memang sudah tidak pernah menonton WWE lagi.

Saya ikhlas untuk memberikan Rumble (2021) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Bagi yang dahula kala sempat menonton SmackDown di TV Nasional, mungkin akan sedikit teringat aka beberapa hal ketika menonton Rumble (2021)

Sumber: http://www.paramountplus.com

The Invisible Man (2019)

Sejak pertama kali hadir melalui novel karya H. G. Wells tahun 1897, karakter The Invisible Man sudah hadir di dalam berbagai film. Semuanya bercerita mengenai keberhasilan seorang peneliti dalam membuat tubuhnya menghilang. Sayangnya, penemuan tersebut dipersalahgunakan untuk memenuhi kepentingan pribadi si peneliti. Jadi jelas sudah, Invisible Man selalu hadir sebagai tokoh antagonis.

Hal serupa terjadi kembali pada The Invisible Man (2019), hanya saja saya melihat beberapa usaha sehingga film tersebut memiliki jalan cerita yang tidak sama persis. Kisah pada The Invisible Man (2019) dilihat dari sisi Cecilia Kass (Elisabeth Moss). Cecilia bukanlah seorang ilmuwan. Ia hanyalah seorang gadis yang melarikan diri dari sebuah hubungan yang buruk.

Mantan pacar Cecilia merupakan seorang ilmuwan jenius yang kaya raya, namun ia sangat keras dan posesif. Wajar bila Cecilia melarikan diri dan mengalami trauma akibat hubungan tersebut. Namun sang ilmuwan sepertinya tidak dapat melupakan Cecilia dan rela melakukan berbagai tindakan nekat untuk mendapatkan Cecilia kembali. Ada sesuatu di dalam diri Cecilia yang sangat ia dambakan.

Bagi Cecilia sendiri, ini merupakan mimpi buruk yang tidak berujung. Bahkan ketika ada kabar bahwa sang ilmuwan tewas, teror yang Cecilia hadapi justru semakin memburuk. Mantan pacar Cecilia seolah-olah selalu ada di dekat Cecilia dan membuat Cecilia nampak buruk dihadapan orang banyak. Cecilia bahkan harus menjadi terdakwa bagi kejahatan yang tidak ia lakukan.

Penderitaan yang Cecilia hadapi nampak jelas dari akting Elisabeth Moss yang prima. Ia berhasil memerankan seseorang yang terus menerus mengalami teror dan trauma. Masalahnya, The Invisible Man (2019) seolah-olah berikan teror dan fitnah saja. Gangguan-gangguan yang Cecilia hadapi memenuhi sebagian besar porsi film ini.

Semua gangguan tersebut membuat Saya benar-benar tidak sadar bahwa The Invisible Man (2019) ternyata merupakan film from zero to hero. Semua tragedi yang Cecilia hadapi telah mengubahnya menjadi seseorang yang berbeda. Tapi saya tidak melihat evolusi dari seorang Cecilia. Semua seolah-olah terjadi dengan tiba-tiba. Akhir dari The Invisible Man (2019) memang terbilang bagus sekali, sayang momen tersebut terasa singkat.

Masih ingat dengan The Mummy (2017)? Aaahhh, ternyata The Invisible Man (2019) merupakan bagian dari Dark Universe besutan Universal Pictures. Pantas saja kisah The Invisible Man (2019) seolah seperti mengisahkan pembentukan sebuah karakter. Meski tidak sebombastis The Mummy (2017), The Invisible Man (2019) nampak lebih berkualitas dan menarik untuk ditonton. Saya rasa The Invisible Man (2019) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Sebuah denyut nadi baru bagi masa depan Dark Universe.

Sumber: http://www.universalpictures.com/movies/the-invisible-man

 

 

Serial The Witcher

Saya belum pernah membaca novel The Witcher, apalagi main video game The Witcher. Walaupun untuk video game saja sudah ada sejak 2007 dan novelnya sudah ada sejak 1993, Wuaaah sudah lama juga yaaa. Selama itupulalah saya tidak pernah mengetahui keberadaan The Witcher. Netflix adalah yang memperkenalkan The Witcher kepada saya. Sejak 2019, Netflix menayangkan film seri The Witcher di aplikasinya.

Seperti apa sih The Witcher itu? Serial ini mengambil latar belakang yang mirip dengan abad pertengahan di Eropa, eranya kerajaan Eropa berjaya. Kerajaan-kerajaan manusia berdiri di atas sebuah benua yang konon dahulu kala dikuasai oleh monster dan mahluk-mahluk dongeng seperti peri dan kurcaci.

Di sana, Geralt of Rivia (Henry Cavill) berkelana untuk melawan monster-monster yang mengganggu manusia. Kemampuan Geralt sebagai seorang Witcher memungkinkannya untuk melakukan berbagai sihir yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa. Kalau saya lihat, Witcher itu berbeda dengan penyihir. Witcher memadukan kemampuan sihir dengan kemampuan berkelahi karena tubuh Witcher lebih kebal terhadap sihir tertentu dan relatif lebih kuat dari manusia pada umumnya.

Teorinya, seorang Witcher akan memperoleh imbalan dari setiap monster yang ia bunuh. Masalahnya, bagi Geralt, pengertian monster itu bukan hanya terpatri pada mahluk buas yang menyeramkan. Bukankah manusia sendiri dapat berperilaku seperti monster?

Melihat The Witcher, saya jadi teringat pula pada Game of Thrones. Kondisi yang diperlihatkan sangat mirip. Sebuah benua dengan berbagai pihak yang licik dan saling bunuh. Di sana terdapat pula berbagai adegan sadis dan dewasa lengkap dengan masalah-masalah yang gelap dan tabu.

Beruntung Serial The Witcher memiliki tokoh utama yang dijadikan patokan moral pada film ini. Sebagai tokoh utama, Geralt bukanlah orang suci, ia banyak pula melakulan berbagai hal yang dianggap dosa kalau dilihat dari sudut pandang agama. Namun jauh di lubuk hatinya, Geralt memiliki moral yang baik. Saya rasa hal inilah yang membuat Geralt berbeda. Ia dapat melakukan hal yang benar du tengah-tengah dunia yang penuh kenistaan. Sikapnya yang dingin dan cuek berhasil diperankan dengan sempurna oleh Hendry Cavill. Saya sama sekali tidak melihat Superman pada serial ini. Cavill benar-venar sudah menjadi seorang Witcher handal bernama Geralt. Jelas sudah karakter inilah bintang dari Serial The Witcher :).

 

Sebenarnya terdapat 2 karakter utama lain selain Geralt. Yennefer of Vengerberg (Anya Chalotra) dan Putri Cirilla (Freya Allan). Yennefer adalah penyihir dengan keteguhan hati yang kuat. Sementara itu Cirilla merupakan pewaris tahta kerajaan yang memiliki sebuah bakat khusus.

Saya kagum dengan bagaimana cara Serial The Witcher mengisahkan Geralt bersama dengan Cirilla dan Yennefer. Setiap episode tidak selalu dibuat dengan alur maju. Terdapar alur maju mundur terkait karakter-karakter di dalamnya. Semuanya dapat ditampilkan dengan sangat menarik dan jauh dari kata membingungkan hehehehe.

Sayang adegan perkelahian pada serial ini seperti belum didukung oleh dana yang mumpuni. Pertarungan antara Gerald dan monster-monster tidak terlalu spektakuler. Padahal bukankah profesi Gerald itu adalah pemburu monster? Terkadang monster-monster yang ada ditunjukkan dalam wujud yang masih menyerupai fisik manusia. Memiliki 2 kaki, 2 tangan, tapi wajahnya dibuat agak berbeda. Tidak ada bentuk monster yang ekstrim di sana. Beruntung adegan perkelahian antara Gerald dengan sesama manusia justru nampak keren, walaupun agak sadis.

 

Salah satu pesan moral dari The Witcher memang terkait wujud monster yang patut diwaspadai. Seburuk apapun wujudmu, kamu tidak dapat dianggap sebagai monster apabila masih ada kebaikan di dalam hatimu :). Saya sudah tidak sabar menanti episode terbaru dari The Witcher. Serial ini sopasti pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”

Sumber: http://www.netflix.com

Hellboy (2019)

Banyak yang bertanya-tanya apakah Hellboy masuk ke dalam deretan superhero DC Comics atau Marvel Comics? Yah, jawabannya bukan keduanya :P. Dark Horse Comics adalah penerbit dari buku-buku komik Hellboy. Dari buku, superhero yang saty ini sudah 2 kali hadir di layar lebar melalui Hellboy (2004) dan Hellboy II: The Golden Army (2008) yang disutradarai oleh Guillermo del Toro. Walaupun saya tidak terlalu suka dengan kedua film Hellboy tersebut, keduanya mendapatkan sambutan hangat dari para kritikus. Hal ini membawa angin segar bagi film ketiga Hellboy.

Tak terasa 10 tahun berlalu sejak Hellboy II: The Golden Army (2008) dirilis. Film ketiga Hellboy yang sedang digarap, mengalami pergantian sutradara dan pemeran utama. Alih-alih menjadi sebuah trilogi, Hellboy justru mengalami reboot. Hellboy (2019) akan menjadi awal baru bagi franchise superhero yang satu ini.

Berbeda dengan Hellboy (2004), asalmula hadirnya Hellboy (David Harbour) tidak dikisahkan pada bagian awal film. Sejak bagian awal film, Hellboy dikisahkan sudah bekerja pada B.P.R.D. (Bureau for Paranormal Research and Defense) bersama dengan ayah angkatnya, Tevor Bruttenholm (Ian McShane). Sebagai bagian dari B.P.R.D. , Hellboy memburu berbagai hal-hal supranatural yang dapat merusak perdamaian di Bumi. Semua ia lakukan dengan menggunakan kekuatan fisiknya plus pistol di tangan kiri dan tangan tangannya yang sangat keras.

Dari berbagai perkelahian dan konflik yang Hellboy lalui, ia mendapatkan banyak musuh terutama dari kaum monster dan supranatural. Kali ini ia harus berhadapan dengan seorang musuh lama yang berusaha membangkitkan Vivian Nimue Sang Ratu Darah (Milla Jovovich). Siapakah Nimue itu? Ia merupakan seorang penyihir yang konon tidak dapat dibunuh sehingga akhirnya penyihir tersebut dimutilasi dan bagian-bagian tubuhnya disembunyikan di berbagai penjuru dunia. Kehadiran Nimue dahulu dimusuhi oleh manusia karena manusia tidak ingin para monster dapat hidup bebas di permukaan Bumi. Masalahnya, bukankan Hellboy sendiri berasal dari golongan yang manusia anggap sebagai monster? Manusia mana yang tidak takut melihat wujud Hellboy.

Konflik yang Hellboy hadapi kali ini merupakan konflik klasik ala Hellboy. Bagi yang sudah membaca buku komik Hellboy, tentunya sudah mengetahui bahwa Hellboy merupakan campuran antara keturunan raja manusia dan iblis yang lepas dari neraka. Tanduk patah dan tangan keras yang Hellboy miliki bukanlah hal yang sepele. Keduanya merupakan bagian dari sebuah kekuatan dahsyat yang terpendam di dalam diri Hellboy. Banyak yang meramalkan bahwa Hellboy ditakdikan untuk membawa neraka ke Bumi dengan tanduk yang sudah pulih dan tangan kerasnya memegang leher naga yang ia tunggangi. Apakah Hellboy akan tetap menjaga Bumi atau mengikuti ramalan orang lain?

Sebuah pertanyaan yang sedikit banyak sudah dapat ditebak jawabannya :’D. Saya tidak melihat banyak kejutan atau twist pada Hellboy (2019). Jalan ceritanya banyak dibubuhi oleh masa lalu Hellboy yang dikisahkan dengan sangat jelas. Beberapa flashback pada film ini sangat detail dan tidak membingungkan. Saya tidak menemukan masalah di sana, karena tidak semua penonton sudah membaca komik Hellboy bukan?

Bagaimana dengan adegan aksinya? Film superhero komik mana sih yang tidak ada adegan aksinya. Di luar dugaan, adegan aksinya sangat menghibur dan seperti sungguhan karena hadirnya beberapa adegan … sadis. Wow, sadis? Yaaaa, Hellboy (2019) penuh dengan adegan sadis yang tidak pantas untuk disaksikan oleh anak-anak. Pada beberapa bagian aksi dan perkelahian, adegan sadis tersebut memang berhasil menambah keseruan pada Hellboy (2019). Tapi pada beberapa bagian lainnya, saya merasa bahwa adegan sadis pada Hellboy (2019), bukanlah hal yang perlu dan justru membuat saya mual. Sang sutradara sedikit kelebihan dalam membubuhkan adegan gory atau sadis pada Hellboy (2019).

Walaupun adegan sadisnya agak banyak, saya lebih menikmati Hellboy (2019) dibandingkan Hellboy (2004) dan Hellboy II: The Golden Army (2008). Dengan demikian, saya ikhlas untuk memberikan Hellboy (2019) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Bisa ditebak bagaimana nilai saya terhadap Hellboy (2004) dan Hellboy II: The Golden Army (2008), sopasti di bawah 3 hohoho.

Sumber: http://www.hellboy.movie

Annihilation (2018)

Terus terang saya tidak tertarik untuk menontin Annihilation (2018) ketika melihat judul, poster dan sinopsis singkatnya. Saya pikir film ini paling hanya film kelas B mengenai serangan laba-laba raksasa atau semut raksasa atau serangga-serangga lainnya, pokoknya serba raksasa :’D. Poster dan judul film ini sama sekali tidak menarik, padahal mereka bisa saja menunjukkan poster yang menggambarkan mengenai selubung pelangi. Wha apaan tuh?

Fokus Annihilation (2018) ternyata bukan monster-monsteran, walaupun … yah memang ada monster sih di film ini. Fokus film ini adalah bagaimana 5 orang ilmuwan wanita berusaha menyingkap misteri dari sebuah selubung berwarna pelangi yang menyelimuti sebuah daerah. Selubung ini mengitari daerah tersebut seperti perisai yang tidak dapat diintip dari luar.

Kejadian ini terjadi sejak masuknya sebuah benda asing dari luar angkasa, menembus atmosfer Bumi, dan menghantam sebuah mercusuar di suatu daerah. Mulai saat itulah muncuk selubung berwarna-warni menyelimuti mercusuar tersebut. Lama kelamaan, selubung ini semakin melebar sampai melewati hutan dan sebuah perkampungan.

Pihak pemerintah tentunya tidak tinggal diam. Mereka merahasiakan fenomena misterius ini dan terus mengirimkan manusia ke dalam selubung tersebut demi memperoleh jawaban. Merekapun menamakan daerah yang sudah tertutup selubung sebagai daerah x, daerah misterius yang patut diwaspadai. Apa yang terjadi di dalam daerah x? Apakah itu berbahaya? Selama ini mereka selalu gagal karena tidak ada manusia yang berhasil keluar dari daerah x. Secercah harapan muncul ketika Kane (Oscar Issac) berhasil keluar dari daerah x. Sayang Kane mengalami gagal organ dan langsung dirawat secara intensif tanpa sempat memberikan informasi apapun.

Lena (Natalie Portman), istri Kane, ikut mendaftarkan diri untuk masuk ke dalam daerah x. Ia berharap untuk dapat menemukan obat bagi suaminya. Latar belakang Lena yang mantan tentara dan sekarang ahli biologi di sebuah Universitas, membuatnya diizinkan untuk masuk ke dalam daerah x bersama-sama Dr. Ventress (Jennifer Jason Leight), Anya Thorensen (Gina Rodriguez), Josie Radek (Tessa Thompson) dan Cass Sheppard (Tuva Novotny). Berbeda dengan ekspedisi-ekspedisi lainnya, kali ini pihak pemerintah mengirimkan 5 orang orang ilmuwan wanita ke dalam daerah x. Semakin lama, semakin terlihat bahwa kelima ilmuwan tersebut memendam masalah yang sifat dan efeknya merusak diri sendiri. Tak diduga, Lena pun memiliki rahasia yang akan terungkap di sana.

Topik utama dari Annahilation (2018) berkutat pada misteri daerah x. Hal ini membuat saya penasaran yang terus menonton film ini tanpa mengantuk. Film ini mengajak penontonnya untuk berfikir karena banyaknya keambiguan sampai akhir film. Saya rasa akan banyak penonton kebingungan sampai film ini berakhir. Akan terus ada perdebatan akan apa yang baru saja ditonton, sbuah keambiguan yang menarik untuk dibahas. Semuanya tidak akan secara gamblang dijelaskan, semuanya serba tersirat dan mengambang. Saya rasa Annahilation (2018) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimim 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini terlalu “mikir” dan “nyeni” bagi saya.

Bagi teman-teman yang mencari film hiburan dan sedang malas untuk banyak berfikir, hindarilah film ini :’D. Hindari pula versi novelnya, Annahilation (2018) diambil dari novel karya Jeff VanderMeer dengan judul yang sama. Annahilation adalah novel pertama dari Southern Reach Trilogy yang konon memang ceritanya penuh keambiguan x_x.

Sumber: http://www.annihilationmovie.com

Pacific Rim Uprising (2018)

Seperti sebagian besar kaum Adam, saya senang menonton film superhero atau robot. Maka, ketika Pacific Rim Uprising (2018) muncul, saya langsung menonton filmnya :). Pacific Rim Uprising (2018) mengambil jalan cerita setelah peristiwa pada Pacific Rim (2013), tapi Pacific Rim Uprising (2018) dapat diperlakukan sebagai film baru yang independen. Teman-teman yang belum menonton Pacific Rim (2013), tidak akan kebingungan ketika menonton Pacific Rim Uprising (2018).

Sebagai pengantar, dikisahkan bahwa dulu, sekelompok mahluk asing mengirimkan monster-monster raksasa yang disebut Kaiju, ke Bumi m Berbedatahunelalui portal-portal yang terdapat di bawah Lautan Pasifik. Kaiju datang membawa kehancuran bagi seluruh penduduk Bumi. Melalui PPDC (The Pan Pacific Defence Corps), umat manusia memberikan perlawanan sengit. Untuk melawan Kaiju PPDC menggunakan robot-robot raksasa yang disebut Jaeger. Untuk mengendalikan sebuah Jaeger, diperlukan minimal 2 orang pilot. Bumi kembali damai setelah para pilot Jaeger, dengan dibantu para ilmuwan, berhasil menutup celah-celah portal di sepanjang Lautan Pasifik sehingga Kaiju tidak dapat menyerbu Bumi lagi.

Pada Pacific Rim Uprising (2018), kejadian di atas sudah berlalu 10 tahun yang lalu. 10 tahun lamanya, Bumi sudah tidak melihat Kaiju lagi. PPDC tetap hadir untuk berjaga-jaga bila pada suatu hari Kaiju hadir kembali di Bumi. Dengan bekerja sama dengan Shao Industries, PPDC memperoleh Jaeger-Jaeger baru yang lebih aman karena pengendaliannya seperti drone, semua dapat dikendalikan dari jarak jauh. Liwen Shao (Jing Tian) dan Dr. Newt Geiszler (Charlie Day) merupakan sutradara dibalik pengembangan Jaeger baru tersebut. Pemahaman Newt terhadap Kaiju dan Jaeger sudah tidak diragukan lagi karena dia dan Dr. Hermann Gottlieb (Burn Gorman) merupakan 2 ilmuwan yang memegang peranan penting ketika Jaeger berhasil menutup celah-celah pintu masuk Kaiju 10 tahun yang lalu. Keduanya sama-sama berhasil masuk ke dalam pikiran Kaiju dan pencipta Kaiju.

Pertempuran terakhir pada Pacific Rim (2013) telah merenggut nyawa para pilot Jaeger termasuk Jendral Stacker Pentecost (Idris Elba). Nama Pentecost harum dan identik dengan kisah heroik Stacker Pentecost dan kawan-kawan. Hal ini terkadang menjadi beban bagi anak kandung Stacker yaitu Jake Pentecost (John Boyega). Sayangnya, konflik dan masalah yang dihadapi Jake terasa hambar karena kurang dieksplotasi dengan baik. Padahal, Jake merupakan tokoh yang paling dominan pada Pacific Rim Uprising (2018). Jake bersama Nate Lambert (Scott Eastwood), mengemudikan Jaeger Gipsy Avenger yang legendaris. Loh, kemana pilot Gipsy Avenger sebelumnya? Bukankah mereka merupakan tokoh protagonis utama pada Pacific Rim (2013)? Yang muncul hanya Mako Mori (Rinko Kikuchi), ia pun hanya muncul sesaat sebagai pejabat tinggi PPDC. Nampaknya Pacific Rim (2013) mengikuti trend film-film sekuel zaman sekarang yang menghilangkan protagonis utama di film pertama dan kembali memunculkannya pada film ketiga … kalau ada :P. Protagonis utama Pacific Rim (2013), Raleigh Becket (Charlie Hunnam), benar-benar menghilang pada Pacific Rim Uprising (2018), ketenaran dan jasanya sama sekali tidak disebutkan. Hanya jasa Pentecost saja yang diagung-agungkan. Mungkinkah ia disimpan untuk film ketiga? …

Karakter-karakter bisa berganti, tapi Jaeger tetap akan selalu ada tentunya. Jaeger akan selalu menjadi magnet bagi film ini. Awalnya saya pikir Pacific Rim Uprising (2018) akan mengisahkan mengenai konflik antara perubahan sistem kemudi Jaeger yang dibawa oleh Shao Indistries. Perubahan yang tentunya akan mempengaruhi cara kerja PPDC, terutama pilot Jaeger.

Setelah saya menonton separuh Pacific Rim Uprising (2018), ternyata Shao Industries memang membawa masalah, tapi tidak diarah seperti yang saya duga. Dengan dibantu oleh pilot-pilot Jaeger junior yang minim pengalaman, Jake dan Nate harus berjibaku menghadapi kekacauan yang disebabkan oleh robot-robot canggih Shao Industries.

Sebagai pilot senior, Jake dan Nate memiliki beberapa murid yang sedang mereka ajar untuk menjadi pilot Jaeger. Amara Namani (Cailee Spaeny) merupakan salah satu murid Jake yang paling menonjol karena pengetahuannya yang sangat luas dan kemampuannya merakit Jaeger sendiri. Bersama-sama dengan Jake, Amara merupakan karakter protagonis yang dominan pada film ini. Masa lalu Amara pun mendapat jatah pada film ini, sebuah masa lalu yang harus Amara hadapi demi melangkah ke depan.

Peperangan yang Amara dan Jake hadapi didukung oleh special effect yang keren. Pertarungan yang melibatkan monster dan robot raksasa tentunya akan menjadi daya tarik yang kuat. Sayang, walaupun jalan ceritanya dibuat sedikit mengecoh, saya relatif lebih suka dengan jalan ceritanya Pacific Rim (2013).

n 

Perubahan karakter utama yang memiliki nasib kurang lebih sama saja, rasanya menjadi sebuah kemubaziran. Jake pada Pacific Rim Uprising (2018) dan Raleigh pada Raleigh sama-sama harus menghadapi kesedihan akibat kehilangan keluarga dekat ketika mengemudikan Jaeger. Keduanya pun sama-sama “memberontak” terhadap kenyataan hidup yang ada.

Meskipun menurut saya kualitas Pacific Rim Uprising (2018) sedikit di bawah Pacific Rim (2013), rasanya Pacific Rim Uprising (2018) masih pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Saya harap film ketiganya bisa lebih bagus lagi ;).

Sumber: http://www.pacificrimmovie.com

The Mummy (2017)

Sejak berdiri pada 1912, Universal Studios sudah beberapa kali menelurkan film-film bertemakan monster seperti The Hunchback of Notre Dame (1923), The Phantom of the Opera (1925), Dracula (1931), Frankenstein (1931), The Mummy (1932), The Invisible Man (1933), Bride of Frankenstein (1935), Werewolf of London (1935), Abbott and Costello Meet Dr. Jekyll and Mr. Hyde (1953), Creature from the Black Lagoon (1954), The Mummy (1999) dan lain-lain. Nah tokoh-tokoh dari film tersebut akan dibuat ulang ke dalam beberapa film layar lebar yang saling berkaitan dan disebut Dark Universe. Jadi ceritanya ini mau dibuat seperti Marvel Universe dan DC Comics Universe yang cukup populer akhir-akhir ini.

The Mummy (2017) hadir sebagai film Dark Universe pertama yang hadir bioskop-bioskop tanah air. Apakah cerita film ini akan seperti Trilogi The Mummy yang dibintangi oleh Brendan Fraser di era 90-an dan awal 2000-an? The Mummy (2017) merupakan reboot dari Trilogi tersebut, tapi saya rasa hanya ada sedikit unsur yang mirip, sisanya jauh berbeda.

Pada The Mummy (1999), Nick Morton (Tom Cruise) secara tidak sengaja membebaskan Mumi Putri Ahmanet (Sofia Boutella) dari tidur panjangnya. Tindakan Nick membuatnya memperoleh sebuah kutukan. Ahmanet memilih dan menandai tubuh Nick sebagai tubuh yang pantas menampung Seth, dewa kematian pada mitologi Mesir.

Disini terjadi kejar mengejar karena Ahmanet harus menyelesaikan ritual untuk memasukkan Seth ke dalam tubuh Nick. Seperti pada Trilogi Mummy-nya Brendan Fraser, terdapat organisasi atau pasukan rahasia yang ikut membantu sang tokoh utama. Tapi pada The Mummy (2017), organisasi tersebut agak berbeda sebab organisasi inilah yang akan dijadikan benang merah Dark Universe. Yaaaah mirip S.H.I.E.L.D. kalau di Marvel Universe ;).

Pada organisasi tersebut, terdapat Henry Jeckyll (Russell Crowe) dan Jenny Halsey (Annabelle Wallis). Keduanya sama-sama ingin membantu Nick untuk lepas dari kutukan Ahmanet, tapi cara yang Henry usulkan bertolakbelakang dengan Jenny. Bagi yang pernah menonton atau membaca cerita mengenai Dr. Jeckyll, maka pastilah tahu kisah dan kutukan apa yang Henry Jeckyll derita ;).

The Mummy (2017) memang mengangkat tema mistik yang erat hubungannya dengan horor, tapi rasanya film ini bukanlah film horor. Adegan aksi nampak dominan pada film ini. Sesekali terdapat humor pula di sana. Sayangnya, walaupun dibumbui oleh adegan aksi yang bagus, saya agak mengantuk ketika menonton film ini, aksinya yaa mayoritas kejar-kejaran saja. Selentingan humor yang terkadang Nick munculkan pun tidak terlalu lucu.

Saya lihat karakter Nick di sini dimaksudkan sebagai seorang bajingan yang baik hati. Tapi kok ya rasanya agak janggal dan aneh jadinya. Kemudian saya tidak melihat “cinta” antara Nick dan Jenny. Tanpa adanya romansa yang menonjol di antara keduanya, bagian akhir film ini nampak kurang masuk akal.

Tidak ada rasa penasaran yang dapat memukau saya ketika menonton The Mummy (2017). Semuanya dibeberkan dari awal film, sama sekali tidak ada misteri di sana. Padahal kalau dipikir-pikir, materi film ini cukup bagus lho, hanya saja penyampaiannya terlalu “to the point”. Film bertemakan hal-hal mistik seperti ini seharusnya memiliki unsur misteri disetiap bagian. Saya rasa film ini dibuat seperti seolah-olah ini merupakah kisah awal seorang superhero dalam wujud monster. Tapi pendekatannya kurang pas sehingga film pertama Dark Universe ini gagal menunjukkan keunikan Dark Universe itu sendiri.

Rasanya The Mummy (2017) hanya dapat memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Merupakan awal yang mengecewakan bagi Dark Universe, tapi terus terang saya tetap menantikan dan akan menonton film Dark Universe berikutnya. Mungkin pada akhirnya kumpulan monster-monster dari beberapa film Dark Universe akan bergabung melawan sesuatu yang besar, hal ini tetap menarik untuk diikuti.

Sumber: http://www.themummy.com

Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children (2016)

peregrine1

Pada pertengahan 2016 ini, Tim Burton menghadirkan film Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children (2016) yang dibuat berdasarkan novel karangan Ransom Riggs dengan genre dark fantasy. Aahhhh genre ini memang genre favoritnya Opa Tim Burton. Bisa dilihat dari film-film yang pernah digarap, semuanya memiliki ciri khas tertentu.

Pada Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children (2016) kita dibawa ke dalam dunia fantasi dimana pada periode waktu tertentu, terdapat anak-anak berkemampuan khusus. Karena kemampuan khusus mereka, mereka diburu oleh segerombolan monster jahat yang dipimpin oleh Barron (Samuel L. Jackson). Barron dan kawan-kawan membutuhkan bola mata anak-anak tersebut untuk merubah wujud mereka agar menyerupai manusia.

peregrine11

peregrine12

Sudah menjadi tugas seorang Ymbryne untuk melindungi anak-anak tersebut. Seorang Ymbryne mampu berubah menjadi burung peregrine dan mampu menguasai waktu. Ia akan membuat sebuah looping waktu sebagai tempat aman bagi anak-anak tersebut. Setiap hari, seorang Ymbryne akan membawa anak-anak untuk mengulang hari sehingga setiap hari akan memiliki tanggal yang sama dan umur anak-anak tersebut tidak akan berkurang, tapi ingatan dan pengalaman dari anak-anak tersebut tetap berjalan seperti biasa.

peregrine5

peregrine2

Alma LeFay Peregrine (Eva Green) merupakan salah satu Ymbryne yang membuat looping waktu pada tanggal 3 September 1943 di Wales. Setiap hari, anak-anak di bawah asuhan Peregrine akan menghadapi keadaan Wales di tanggal 3 September 1943. Di sana terdapat Emma Bloom (Ella Purnell) yang mampu memanipulasi udara, Millard Nullings (Cameron King) yang memiliki kemampuan tembus pandang, Enoch O’Connor (Finlay MacMillan) yang mampu menghidupkan berbagai mahluk, Olive Abroholos (Lauren McCrostie) yang mampu mengendalikan api, Bronwyn Buntley (Pixie Davis) yang super kuat, Fiona Frauenfeld (Georgia Femberton) yang mampu mengendalikan tanaman, Hugh Apiston (Milo Parker) yang memiliki ribuan lebah di perutnya, Claire Densmore (Raffiella Chapman) yang memiliki mulut monster di bagian belakang kepalanya, Horace Sommuson (Hayden Keeler-Stone) yang mampu memproyeksikan sebuah mimpi melalui matanya, Victor Buntley (Louis Davison) yang super kuat namun sudah dalam bentuk mayat dan si kembar misterius (Joseph & Thomas Odwell) dengan kemampuan yang hanya ditampilkan pada bagian akhir film ini hohohohoho.

peregrine6

Selama ini, keberadaan akan Peregrine dan anak-anak tersebut, telah menjadi dongeng yang  Abraham “Abe” Portman (Terence Stamp) ceritakan setiap malam kepada cucunya, Jacob “Jake” Portman (Asa Butterfield). Abe kerap bercerita bagaimana ia dulunya menjadi bagian dari keluarga Peregrine. Bahkan Abe pun menunjukkan foto-foto sebagai cara agar dongengnya nampak lebih nyata bagi Jake.

peregrine9

Jake selalu menganggap bahwa Abe hanyalah kakek pikun yang mengalami dimensia sampai pada suatu saat Jake menemukan kakeknya tewas dengan bola mata yang sudah hilang. Perlahan Jake mengalami kejadian-kejadian yang menunjukkan bahwa dongeng Abe ternyata benar-benar ada. Jake pun akhirnya bertemu dan berteman dengan anak-anak yang ada di dongeng Abe tanpa menyadari bahwa Jake pun memiliki sebuah kemampuan khusus, kemampuan spesial yang dibutuhkan oleh anak-anak untuk bertahan dari serangan Barron dan monster-monsternya.

peregrine7

peregrine4

peregrine3

peregrine10

peregrine13

peregrine8

Awalnya saya kira kekuatan Jake ini benar-benar luar biasa, yaah macam Neo-nya The Matrix (1999). Ternyata kekuatan Jake hanyalah bagian kecil dari kekuatan yang diperlukan untuk melawan Barron dan kawan-kawan. Jake sangat bergantung pada kemampuan teman-teman barunya yang menurut saya tidak terlalu keren. 

Menurut saya justru kekuatan si kembar yang misteriuslah yang sebenarnya bisa langsung dipergunakan untuk melumpuhkan Barron, kenapa kok digunakannya hanya di akhir film? Apa karena mereka masih anak-anak? Ahhh itu bukan alasan sebab walaupun wujud mereka anak-anak, pengalaman hidup dan ingatan mereka trus berjalan. Terus menerus menjadi anak-anak tanpa harus bekerja seolah menjadi fantasi yang menyenangkan, tapi apakah mereka tidak pernah merasa kebosanan? Apakah mereka tidak pernah ingin mendapatkan semacam kesusksesan dalam bentuk lain? Saya rasa dunia fantasi yang dibangun pada film ini memiliki banyak lubang kelemahan di mana-mana. Jalan cerita yang melibatkan perjalanan waktu ini menemui terlalu banyak kekompleksan sehingga penonton menjadi malas memikirkan perubahan-perubahan jalur waktu yang ada, jadi yaaa tidak terlalu menarik.

Akantetapi perlu saya akui bahwa kelebihan-kelebihan dari anak-anak spesial yang ditampilkan pada Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children (2016) memang nampak cantik karena dibalut dengan special effect yang memukau. Ditambah lagi kehadiran ciri khas filmnya Tim Burton yang sedikit gelap namun tetap enak dipandang, semakin mengkompensasi beberapa kelemahan film tersebut.

Tokoh Peregrine nampak sedikit eksentrik dan memiliki beberapa kemiripin gaya dengan tokoh-tokoh yang Jhonny Depp perankan pada beberapa film Tim Burton terdahulu. Kalau saya boleh memilih, Depp tetap berhasil menjadi tokoh eksentrik yang lebih baik dibandingkan pemeran Peregrine, Eva Green. Eva Green seolah meniru apa yang Depp pernah lakukan.

Walaupun memiliki kelemahan dimana-mana, Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children (2016) dapat diselamatkan oleh visual yang cantik dan jalan cerita yang sebenarnya terbilang lumayan. Film ini masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: www.foxmovies.com/movies/miss-peregrines-home-for-peculiar-children

Godzilla (2014)

Godzilla 1

Godzilla atau Gojira (ゴジラ) sebenarnya adalah tokoh monster raksasa yang diciptakan oleh Inhiro Honda pada tahun 1954. Sejak itu, Godzilla semakin mendunia dan hadir dalam bentuk film, novel sampai video game. Godzilla sebenarnya adalah gabungan dari gorila & ikan hiu, kemampuan bertarungnya di darat bagaikan gorila, kemampuannya untuk berenang dan menjadikan laut sebagai habitatnya bagaikan ikan hiu. Tapi baik ikan hiu maupun gorila tentunya tidak ada yang dapat mengeluarkan laser dari mulut, hanya Godzilla yang bisa tentunya. Bentuk dan ukuran Godzilla pun lebih mirip dinosaurus atau mahluk sejenis purba. Godzilla kadang digambarkan sebagai mahluk perusak, kadang sebagai mahluk pelindung. Nah pada film Godzilla (2014) yang baru saya tonton akhir pekan lalu, rasanya Godzilla digambar sebagai mahluk perusak sekaligus sebagai mahluk pelindung.

Godzilla 4

Cerita diawali dengan cuplikan bagaimana manusia berusaha untuk membuduh Godzilla. Berbagai uji coba senjata nuklir yang pemerintah lakukan ternyata merupakan upaya pemerintah untuk membunuh Godzilla. Pemberitaan mengenai Godzilla ditekan agar tidak naik ke permukaan, toh Godzilla sendiri lebih senang menyendiri di bagian laut yang sangat dalam, mendekati inti Bumi, tidak naik ke permukaan tempat banyak manusia tinggal.

Keadaan damai ini terusik ketika sebuah mahluk purba misterius lain menetas & memporakporandakan Hawaii, Las Vegas, San Francisco dan beberapa kota lain yang dilewati. Syukurlah tidak ada Indonesia yaaa :P. Mahluk purba ini disebut MUTO (Massive Unidentified Terrestrial Organism). Bentuknya sebesar Godzilla, namun habitatnya tidak di air, MUTO berkeliaran mencari nuklir. Nuklir? Ya, nuklir, kalau saya senang makan pizza atau ayam, well MUTO senang makan nuklir, kami memiliki selera yang jauh berbeda :’P.

Godzilla 10

Lha terus Godzilla ngapain? Yaaa si Godzilla-nya datang ke permukaan untuk memburu MUTO tanpa alasan yang jelas, tokoh profesor pada film ini hanya mengatakan bahwa Godzilla memiliki insting untuk memburu MUTO, seleksi alam. Godzilla datang membawa keseimbangan. Alasan yang menurut saya kurang ok, Godzilla toh tidak makan MUTO, begitu pula sebaliknya. Setahu saya, kalau ada binatang memburu binatang lain yoo pasti buat dimakan, bukan buat iseng-iseng saja, aneh :P.

Godzilla 2 Godzilla 9

Sudah dapat ditebak, Godzilla (2014) sopasti didukung oleh special effect yang mantab karena film ini harus menampilkan Godzilla & MUTO yang besaaaaaaar sekali. Sayang, pertarung keduanya kurang seru, mungkin kalau jaman dulu seru yaaa. Di sela-sela pertempuran Godzilla & MUTO hadir drama beberapa tokoh yang berjuang untuk menghancurkan MUTO & Godzilla, tentunya disertai dengan cerita mengenai keluarganya dan lain-lain. Yaaaaa menurut saya hadirnya tokoh-tokoh ini agak datar yaaa, flat, tidak ada gregetnya.

Godzilla 12

Godzilla 7 Godzilla 8 Godzilla 5 Godzilla 11 Godzilla 3

Kisah Godzilla (2014) ini relatif mudah ditebak dan begitu-begitu saja. Olehkarena itulah saya hanya dapat memberi Godzilla (2014) nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Bolehlaaaa untuk dijadikan hiburan bagi anak-anak, tapi tidak bagi saya :D.

Sumber: http://www.godzilla-movies.com/

Pacific Rim (2013)

Pacific RimSejak tahun lalu, saya sering melihat trailer film Pacific Rim, baik di bioskop maupun di channel Warner Tv. Kelihatannya menarik, ceritanya tentang robot-robot raksasa yang di dalamnya dikendalikan oleh manusia biasa, musuhnya seperti musuhnya ultraman, monster-monster segede gaban yang datang menginvasi Bumi. Tapi monster-monster di Pacific Rim lebih cerdas dibandingkan monster-monster musuhnya Ultraman. Mereka muncul tidak hanya muncul di Jepang, tapi mereka muncul juga di Amerika, Hongkong, Manila dan lain-lain. Kalau monster yang ada di film Ultraman sih pasti mangkalnya di Jepaaang terus, padahal sudah tahu di Jepang ada Ultraman, ya pasti kalah. Coba sekali-kali ke Jakarta, langsung menang mungkin :P. Anyway, kemarin Pacific Rim mulai diputar di bioskop dan saya langsung beli tiket bioskopnya, nampaknya saya termasuk orang yang termakan  iklan trailer Pacific Rim hehehehe sekaligus melepas penat selepas kemarin dibantai di sidang Tesis huhuhuhu. Pusing dari kemarin melihat angka-angka, sekarang saatnya bersenang-senang :lol:.

Pacific Rim 16Pacific Rim 19 Pacific Rim 17

Pacific Rim 9Pacific Rim 18Pacific Rim sebenarnya merupakan sebutan bagi wilayah-wilayah yang ada di pinggiran samudera pasifik, termasuk Amerika, Meksiko, Peru, Australia, Indonesia, Jepang Korea dan lain-lain. Nah, pada film Pacific Rim yang disutradarai oleh Guillermo del Toro ini dikisahkan bahwa pada suatu hari muncul muncul monster-monster berukuran raksasa dari dalam samudera pasifik, monster-monster itu disebut Kaiju. Kaiju muncul dan merusak semua yang mereka lewati apapun itu. Kaiju mengakibatkan rusaknya harta benda & nyawa manusia. Manusia tentunya tidak tinggal diam. Umat manusia melawan Kaiju dengan menciptakan robot-robot yang besarnya sebesar Kaiju. Robot-robot yang dinamai Jaeger ini dikendalikan oleh manusia, 1 robot dikendalikan oleh lebih dari 1 orang manusia. Pada umumnya anggota tim pengendali Jaeger terdiri dari 2 orang, namun di dalam film ada yang 1 tim terdiri dari 3 orang. Otak dan pikiran 1 manusia tidak mampu mengendalikan 1 Jaeger. Kemampuan tempur Jaeger ditentukan pula oleh kemampuan tempur pengendalinya. Otak dan pikiran para anggota tim pengendali sebuah Jaeger dikalibrasikan dan dihubungkan sehingga satu sama lain bisa masuk ke pikiran rekan setimnya, sehingga semua anggota tim bergerak seirama dengan Jaeger yang dikendalikan. Oleh karena itu diperlukan kerjasama & kekompakan di dalam tim juga.

Pacific Rim 11 Pacific Rim 10 Pacific Rim 7 Pacific Rim 5 Pacific Rim trailer - videoPeperangan antara Kaiju dan Jaeger berlangsung beberapa tahun dan para Jaeger berhasil mempertahankan Bumi. Namun lama kelamaan durasi serangan Kaiju semakin sering & ukuran Kaiju yang menyerang juga semakin besar. Satu per satu Jaeger hancur dikalahkan Kaiju. Waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat Jaeger lama kelamaan tidak bisa mengimbangi jumlah Jaeger yang hancur. Apabila ini dibiarkan, manusia akan kalah & Bumi dikuasai Kaiju.

Pacific Rim 8 Pacific Rim 3 Pacific Rim 20 Pacific Rim 6Pacific Rim 4Pacific Rim bercerita mengenai perjuangan, darah dan air mata para pengendali Jaeger yang dipimpin oleh Marshal Stacker (Idris Elba). Stacker dibantu oleh Raleigh (Charlie Hunnam), Mako (Rinko Kikuchi), Herc (Max Martini) & Chuck ( Robert Kazinsky) dalam menjalankan sebuah misi terakhir yang akan menentukan kelanjutan peperangan antara Jaeger & Kaiju. Di lain tempat sepasang peneliti, Newton (Charlie Day) & Gottlieb (Burn Gorman) menemukan rahasia dari Kaiju, mengapa Kaiju semakin hari semakin kuat, mengapa Kaiju datang ke Bumi melalui patahan di dasar samudera pasifik. Akankah Jaeger menang? Yaaa udah ketebak sih so paasti menang, tapi bagaimana & apa yang dikorbankan untuk meraih kemenangan tersebut? Monggo filmnya ditonton sendiri :mrgreen:.

Pacific Rim 14 Pacific Rim 13 Pacific Rim 12 Pacific Rim 15Pacific Rim mengingatkan saya akan film Ultraman dan Transformer. Special effect yang ditampilkan kereeen. Adegan peperangannya seru meski dari segi cerita sih biasa saja. Tapi saya tetap ejoy menonton Pacific Rim tanpa dihinggapi rasa kantuk. Di akhir film, saya sempat berfikir bahwa semua karakter di Pacific Rim tewas semua, ternyata tidak juga, masih ada yang selamat karena pengorbanan rekan seperjuangannya. Secara keseluruhan, Pacific Rim layak mendapat nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Saya tidak menyesal menonton Pacific Rim di bioskop, worthed ko :).

Sumber: http://www.pacificrimmovie.com