Hari Kedua Wisata Korea – Naminara Republic, Petite France & The Garden of Morning Calm

Setelah kemarin berpetualang di tengah kota Seoul pada Hari Pertama Wisata Korea – Incheon, Namsan Tower & K Star Road, kali ini kami akan pergi sedikit jauh ke Timur Laut dari Seoul, yaitu Naminara Republic, Petite France dan The Garden of Morning Calm. Jadwal wisata hari ini agak ketat, maka sejak pagi kami sudah mandi, menyiapkan bekal dan makan sarapan. Baik bekal maupun sarapan, dimasak oleh istri saya di dalam Apartemen mungil yang kami sewa ;). Setelah semua siap, untuk berangkat ke daerah Gapyeong.

Loh kenapa Gapyeong? Karena ketiga objek wisata tujuan kami dapat diraih dengan praktis dan ekonomis dengan menggunakan Gapyeong City Tour Bus ;). Seperti kemarin, kami masuk ke Stasiun Dongdaemun History & Culture Park untuk naik kereta Seoul Metro jalur 2 (hijau) arah Stasiun Sindang untuk turun di Stasiun Wangsinmi. Lalu dari Stasiun Wangsinmi kami naik kereta Korail jalur Gyeongui–Jungang (hijau tosca) arah Stasiun Cheongnyangni untuk turun di Stasiun Sangbong. Dari Stasiun Sangbong, kami naik kereta Korail jalur Gyuongchun (hijau pinus) arah Stasiun Mangu untuk turun di Stasiun Gapyeong. Ahhhhhh, mungkin perjalanan naik kereta ini terlihat rumit yaaa. Pada kenyataannya, semua terasa mudah karena banyak petunjuk jalan dan untuk berpindah jalur, kami tak perlu keluar Stasiun, semua sudah terintegrasi walaupun pemilik jalur keretanya berbeda.

Begitu keluar dari Stasiun Gapyeong, kami pergi ke kantor dan halte Gapyeong City Tour Bus yang terletak di seberang Stasiun untuk mengambil jadwal berhenti bis terbaru Ini sangat penting karena hari itu kami akan berkeliling menggunakan Gapyeong City Tour Bus. Jalur bis ini melewati gerbang feri Naminara Republic (Pulau Nami), Petite France dan The Garden of Morning Calm pada jam-jam tertentu. Dengan sekali membeli tiket Gapyeong City Tour Bus, kami dapat menggunakan layanan bis tersebut selama seharian ;).

Di dalam Gapyeong City Tour Bus, terdapat pemandu wisata yang menjelaskan mengenai tempat pemberhentian bis yang sedang dituju, dalam bahasa Inggris. Bis ini nyaman dan memang efisien bagi wisatawan yang hedak keliling daerah Gapyeong selama sehari. Tak terasa kami sudah tiba di gerbang Gapyeong Wharf. Di sana, terdapat 2 pilihan untuk menyeberang ke Pulau Nami, yaitu apakah akan naik kapal feri atau flying fox hohohoho. Sebenarnya seru juga sih kalau naik flying fox, tapi karena barang bawaan kami banyak dan akan sulit kalau kami terpisah, maka kami lebih memilih untuk naik kapal feri. Kami pun bergegas menuju antrian loket feri penyeberangan Pulau Nami di sana. Setelah membeli tiket, kami kemudian naik kapal feri yang bentuknya unik, untuk menyeberang ke Pulau Nami yang terletak di tengah-tengah Sungai Han. Perjalanan ini cukup menyenangkan karena kami melihat banyak hal unik di sana :D.

Hhhhmmmm, sebenarnya apa sih Pulau Nami itu? Naminara Republic (나미나라공화국) atau Namiseom atau Pulau Nami sebenarnya merupakan pulau yang terbentuk dari genangan air Sungai Han. Hal ini terjadi ketika Pemerintah membangun Bendungan Cheongpyeong pada tahun 1944. Nama Nami sendiri diambil dari nama Jendral Nami yang tewas akibat dituduh berhianat pada masa pemerintahan Raja Sejo dari Dinasti Joseon. Tuduhan tersebut tidak terbukti benar dan konon kuburan Jendral Nami berada di salah satu area yang saat ini menjadi bagian dari Pulau Nami.

Pada tahun 1960-an, Pulau Nami dibeli oleh seorang pengembang dan membangun taman wisata untuk menarik turis. Nama Pulau Nami sendiri konon mulai populer ketika Winter Sonata hadir di layar kaca pada 2002 lalu. Pulau Nami menjadi lokasi syuting serial drama Korea yang konon cukup populer di eranya. Sebenarnya, saya sendiri kurang tahu apa itu Winter Sonata, saya bukan pengikut serial drakor (drama Korea) hehehehe.

Pulau yang indah ini nampak bersih dan teratur. Di sana kita dapat melihat deretan pohon chestnut dan mulberry yang menjadi icon Pulau Nami. Di sela-sela pepohonan tersebut, terdapat pula taman kecil dan binatang-binatang seperti tupai, bebek, angsa, kelinci, kalkun dan lain-lain. Mayoritas binatang-binatang di sana, dibiarkan bebas berkeliaran. Anak kami paling senang dengan tupai-tupai yang berlarian di tengah-tengah pepohonan :).

Pulau ini kami jelajahi dengan berjalan kaki. Sebenarnya ada penyewaan sepeda, story tour bus dan kereta amal UNICEF. Tapi jadwalnya kurang pas dan kami merasa bahwa Pulau Nami tidak terlalu besar. Justru lebih enak berjalan kaki sambil sesekali mengejar tupai yang datang menghampir. Penunjuk jalannya banyak dan sangat komunikatif, tidak akan tersesatlah pokoknya.

Kalau saya lihat dari papan penunjuk jalan dan pernak-pernik dekorasi, sepertinya Pulau Nami banyak dikunjungi oleh turis asal Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sangat berbeda dengan kondisi di luar Pulau Nami, begitu kami masuk ke sana, banyak sekali papan penunjuk dalam bahasa Indonesia. Mushola dan makanan halal saja dapat dengan mudah kita temui di dalam sana. Pulau Nami seolah menjadi sebuah negara sendiri di tengah-tengah Sungai Han. Konsep taman hiburan yang satu ini memang membuat seolah-olah para wisatawan berkunjung ke sebuah negara fantasi yang bernama Naminara Republic. Naminara Republic memiliki bendera, lagu kebangsaan, perangko dan mata uang sendiri loh :D. Semuanya dapat dibeli sebagai souvenir. Tapi kami sendiri lebih memilih lukisan karikatur sebagai souvenir. Di sana terdapat banyak pelukis karikatur yang dapat langsung melukis dengan cepat, hasil langsung jadi dan dapat dibawa pulang ;).

Tak terasa, waktu hampir menunjukkan pukul 12 siang dan kami belum makan siang. Kali ini bekal yang telah kami siapkan, tidak kami makan. Kami justru mampir ke Asian Family Restaurant Dongmoon di sana. Restoran ini menyajikan aneka hidangan halal. Kami pun lebih memilih untuk memesan hidangan khas Korea yang aneh-aneh di sana hehehehe. Rasanya lumayan enaaak, agak mirip Mujigae siy. Setelah mengganti popok anak kami dan sholat di mushola lantai 2 Asian Family Restaurant Dongmoon, kami bergegas berjalan menuju Dermaga untuk menyeberang kembali ke arah Halte Gapyeong City Tour Bus. Kami kembali naik Gapyeong City Tour Bus dan turun di pemberhentian Petite France yang terletak di sebelah barat daya dari Pulau Nami.

Petite France (쁘띠프랑스) merupakan sebuah taman hiburan dengan tema Prancis tempo dulu. Di sana terdapat lebih dari 15 bagunan yang menggabarkan budaya Perancis. Di dalam setiap bangunan tersebut, terdapat berbagai macam terkait Prancis. Ada benda-benda antik khas Prancis, orgel dan kerajinan-kerajinan seni khas Prancis lainnya. Tidak ada unsur Korea-Korea-an di sana. Hal yang berhubungan dengan Korea pada taman ini adalah fakta bahwa taman ini pernah menjadi tempat syuting serial drama Korea Secret Garden, Beethoven Virus dan My Love from the Star. Hhhmmmm 3 film seri yang saya baru ketahui namanya ketika mengunjungi Petite France hehehehehe.

Petite France sebenarnya menghadirkan pertunjukan boneka dan tarian. Tapi karena kami datang terlalu siang, kami tidak dapat menyaksikan pertunjukan tersebut. Saya pribadi tidak menyesal karena memang lebih baik berlama-lama di Pulau Nami dibandingkan Petite France. Objek yang dapat kami nikmati di Petite France memang tidak sebanyak dan sebaik Pulau Nami. Tapi Petite France memang tetap layak untuk dikunjungi karena di sana kami yang belum pernah ke Prancis ini, dapat menyaksikan berbagai hal yang unik juga.

Hari menjelang sore dan kami langsung bergegas keluar dari Petite France, menuju Halte Gapyeong City Tour Bus. Kami kembali naik Gapyeong City menuju The Garden of Morning Calm yang ternyata terletak agak jauh dari Petite France. Akhirnya kami tiba di The Garden of Morning Calm, kurang lebih 1,5 jam sebelum taman tersebut tutup :’D. Kalau kita ikut paket travel, memang biasanya dalam 1 hari hanya mengunjungi Pulau Nami dan Petite Prance saja, atau Pulau Nami dan The Garden of Morning Calm saja. Jarang yang bisa langsung 3 dalam 1 hari. Kenapa kok kami mau saja mendatangi 3 tempat tersebut dalam 1 hari? Pertimbangan kami sangat sederhana, Petite France dan The Garden of Morning Calm sepertinya tidak semenarik Pulau Nami. Jadi kami memang hanya akan singgah sesaat saja Petite France dan The Garden of Morning Calm, cukup 1 sampai 2 jam saja. Toh semuanya berada di sekitar daerah Gapyeong dan dapat diraih dengan menggunakan Gapyeong City Tour Bus. Kapan lagi kami mau ke arah Gapyeong? ;).

Sesuai prediksi, The Garden of Morning Calm (아침고요수목원) berisi aneka tumbuhan khas Korea. Kami dapat mengelilingi taman sambil ditemani oleh musik yang lembut dan cocok untuk bersantai. Wah, ibu saya pasti senang sekali kalau di ajak ke sana :D. Pecinta tanaman wajib datang ke sana deh. Karena kami datang di awal musim semi, beberapa tanaman sudah mengeluarkan warna yang bagus dan tidak dapat kami temukan di indonesia. Andaikan kami datang sebulan lagi, taman ini pasti akan nampak lebih cantik. Saya menyarankan untuk mampir ke The Garden of Morning Calm pada musim semi dan dingin. Loh kok musim dingin? Banyak tanaman akan ditutupi salju, tapi menjelang sore, akan ada festival lampu yang indah di sana ;).

Ketika kami keluar dari The Garden of Morning Calm, langit sudah gelap dan kami naik bis terakhir Gapyeong City Tour Bus. Tujuan kami berikutnya adalah pulang ke apartemen tempat kami menginap. Bis terakhir ini tidak melewati Stasiun Gapyeong, tapi melewati Stasiun Cheongpyeong. Yaah tak apalah, toh semua jalur kereta di sana sudah terintegrasi, pada saat itu, saya yakin bahwa tidak akan ada masalah.

Dari Stasiun Stasiun Cheongpyeong, kami naik kereta Korail jalur Gyuongchun (hijau pinus) arah Stasiun Mangu untuk turun di Stasiun Sangbong. Dari Stasiun Sangbong, kami naik kereta Korail jalur Gyeongui–Jungang (hijau tosca) arah Stasiun Hoegi untuk turun di Stasiun Wangsimi. Dari Stasiun Wangsimi, kami naik kereta Seoul Metro jalur 2 (hijau) arah Stasiun Sindang untuk turun di Stasiun Dongdaemun History & Culture Park. Nah, saat itulah kami baru menyadari bahwa pintu Exit 11 dari Stasiun Dongdaemun History & Culture Park, langsung mengarah ke Lotte Hi-Mart yang terletak di sebelah Apartemen tempat kami menginap, woooowww. Exit 11 ini nyaman sekali karena dilengkapi oleh tangga berjalan dan AC. Sayang Exit 11 ini memiliki jam buka tutup yang mengikuti jam buka tutup Lotte Hi-Mart atau Lotte FITIN. Jadi, kalau kami berangkat terlalu pagi, Exit 11 tentunya masih tertutup.

Malam itu kami memilih untuk tidak jajan di luar. Kami menyantap makan malam buatan istri saja ;). Setelah makan, kami mencuci pakaian kotor kami dengan mesin cuci yang terdapat di dalam unit apartemen. Praktis, tinggal dipencet dan ditinggal tidur, esok pagi pasti sudah bersih dan kering, tak usah ditunggu hehehehe. Hari kedua ini sudah menjadi hari yang melelahkan. Maka hari ketiga esok akan menjadi hari yang relatif lebih longgar. Esok kami akan berangkat lebih siang pada Hari Ketiga Wisata Korea – Ihwa, Ewha, Itaewon & Banpo.

Baca juga:
Persiapan Wisata Korea 2017
Ringkasan Objek Wisata Korea Selatan
Hari Pertama Wisata Korea – Incheon, Namsan Tower & K Star Road
Hari Ketiga Wisata Korea – Ihwa, Ewha, Itaewon & Banpo
Hari Keempat Wisata Korea – Gunung Seorak & Naksansa
Hari Kelima Wisata Korea – One Mount Snow Park, The War Memorial of Korea & Myeong-dong
Hari Keenam Wisata Korea – Gyeongbokgung, Bukchon & Changdeokgung
Hari Ketujuh Wisata Korea – Gwangjang & Cheonggyecheon
Hari Kedelapan & Kesembilan Wisata Korea – Everland & Incheon