1917 (2019)

Perang Dunia I yang terjadi antara 1914 sampai 1918 merupakan peristiwa besar yang sudah beberapa kali diangkat ke layar lebar. Setelah beberapa kali membesut film James Bond, Sam Mendes kali ini berusaha mengakat sejarah kelam tersebut dalam 1917 (2019). Film ini mengambil latar belakang peperangan di wilayah Prancis pada bulan April 1917. Pada saat itu wilayah Utara Prancis sudah diduduki oleh pasukan Jerman. Pasukan Inggris datang ke dalam wilayah tersebut untuk membantu Prancis memukul mundul Jerman.

Pada suatu pagi yang cerah, Kopral William “Will” Schofield (George MacKay) & Kopral Thomas “Tom” Blake (Dean-Charles Chapman) dari Angkatan Darat Inggris, mendapat perintah penting dari Jendral mereka. Tom dan Will ditugaskan untuk menyampaikan sebuah pesan penting kepada 1 Batalion Inggris yang sedang memukul mundur pasukan Jerman masuk terus ke dalam wilayah Utara Prancis.

Berdasarkan pengamatan dari udara, pasukan Jerman sudah menyiapkan jebakan bagi Batalion Inggris tersebut. Pesan berupa perintah untuk mundur, harus cepat Will dan Tom sampaikan agar korban jiwa di pihak Inggris dapat dihindarkan.

Perjalanan Tom dan Will tidaklah mudah karena mereka harus menyusup ke dalam medan perang hanya berdua saja. Tidak ada pasukan lain yang ditugaskan mengawal mereka. Di sana, Tom dan Will dihadapkan kepada realita kejamnya perang. Betapa banyaknya kehidupan yang dirusak oleh perang yang mereka hadapi. Perjalanan mereka pun menunjukkan bahwa tentara itu hanya manusia biasa yang punya rasa takut dan belas kasihan.

Sebenarnya hal di atas cukup klise dan sudah ditampilkan oleh berbagai film perang. Jalan ceritanya pun sebenarnya sangat sederhana. 2 prajurit pergi menembus medan perang untuk mengantarkan sebuah pesan. Tidak ada plot twist dan tidak ada pula tokoh antagonis utama pada 1917 (2019). Lalu apa yang membuat film ini berbeda?

1917 (2019) memiliki visual yang sangat indah karena ditampilkan dengan menggunakan 2 long continuous shot. Jadi penonton dibuat seolah terus mengikuti pergerakan tokoh utama tanpa terpotong. Melihat 1917 (2019) terkadang seperti melihat video game tipe FPS (First-Person Shooter) dengan gambar yang sangat nyata :D. Visual memang menjadi nilai plus film perang yang satu ini. Tapi bagaimana dengan ceritanya?

Terlepas dari visualnya yang keren, ada beberapa bagian dari 1917 (2019) yang terbilang menegangkan. Tapi ada pula bagian yang temponya terlampau lambat dan sedikit membosankan. Akibat penggunaan long continuous shot, maka kadang saya merasa bosan melihat film ini dari 1 sudut pandang saja. Bagi saya pribadi, jalan ceritanya tidak terlalu berhasil memikat penontonnya. Adegan aksinya pun terbilang biasa saja.

Maka, saya rasa 1917 (2020) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. 1917 (2020) lebih menyenangkan bila ditonton di layar lebar dengan cahaya yang gelap. Sebaiknya jangan menonton film ini di smartphone yang berlayar kecil.

Sumber: http://www.universalpictures.com/movies/1917