John Rambo (2008)

Melalui First Blood (1982), Rambo: First Blood Part II (1985) dan Rambo III (1988), Rambo berhasil menjadi salah satu karakter terpopuler ketika saya kecil dulu. Dengan hanya seorang diri, Rambo dapat mengalahkan banyak pasukan musuh. Yaah saya tahu ini sangat tidak masuk akal. Tapi Rambo memang hadir di era ketika film action sedang berjaya dimana banyak sekali film-film action dengan tokoh utama yang sakti mandraguna :’D. Bahkan saya yang ketika film Rambo pertama saja belum lahir, masih dapat mendengar gaum kesaktian Rambo.

Terus terang ketiga film pertama Rambo gagal menjadi film favorit saya. Saya kurang suka dengan First Blood (1982). Sementara itu Rambo: First Blood Part II (1985) dan Rambo III (1988) nampak lebih seru dan menyenangkan. Semua sama-sama bercerita mengenai John Rambo (Sylvester Stalone) yang menggunakan keahliannya sebagai anggota pasukan khusus, untuk bergerilya di hutan dengan panah dan senjata seadanya, membunuh semua yang dia anggap sebagai musuh.

Bertahun-tahun kemudian, hadir Rambo (2008) atau John Rambo (2008) atau Rambo IV (2008) atau Rambo: The Fight Continues (2008). Wuaaah, 20 tahun setelah film ketiga Rambo, barulah muncul film Rambo lagi. Pada film ini, Rambo tentunya sudah uzur yah hehehehe.

Setelah terlibat perang Vietnam dan Afganistan, John Rambo hidup damai di pinggiran Thailand, jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Di sini tentunya tidak akan ada lagi karakter Kolonel Sam Trautman yang datang membawa misi atau bimbingan bagi Rambo. Nampaknya karakter tersebut ikut hilang seiring dengan tewasnya aktor yang memerankan Trautman.

Masalah mendatangi Rambo melalui Sarah Miller (Julie Benz). Sarah berhasil mengajak Rambo untuk mengantarkan sekelompok misionaris dalam sebuah misi kemanusiaan ke dalam wilayah Myanmar yang pada saat itu masih di bawah kekuasaan junta militer.

Ketidakstabilan politik Myanmar menjadikan negara tersebut sebagai negara yang kurang aman, terutama bagi warga asing seperti Rambo dan kawan-kawan. Sudah bisa ditebak, misi kemanusiaan Sarah mengalami kekerasan dari bandit dan oknum militer Myanmar. Sebagai satu-satunya anggota rombongan yang memiliki latar belakang militer, praktis hanya Si Rambo uzur inilah yang dapat melakukan perlawanan :’D.

Diluar dugaan saya, Rambo di sini memang tetap nampak superior tapi dengan kapasitas yang lebih masuk akal. Ada titik dimana Rambo terlihat masih manusia, bukan dewa perang yang sakti mandraguna.

Ada beberapa pihak yang menyayangkan kenapa kok John Rambo (2008) menampilkan adegan kekerasan yang relatif vulgar? Saya rasa, John Rambo (2008) memang bukan film anak-anak karena hal tersebut. Namun kekerasan yang ditampilkan masih tidak terlalu gory atau memuakan kok. Porsinya masih dapat diterima dan behasil membuat peperangan pada John Rambo (2008) nampak lebih realistis dan seru, terutama pada bagian dimana Rambo memegang senapan mesin, yahhh inilah adegan favorit saya pada John Rambo (2008).

Karena adegan peperangan yang seru, saya rasa John Rambo (2008) berhasil menjadi film Rambo favorit saya dan layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Lucunya, 11 tahun setelah John Rambo (2008) dirilis, hadir Rambo: Last Blood (2019). Sayapun memutuskan untuk menulis mengenai John Rambo (2008), setelah menonton Rambo: Last Blood (2019). Loh kok begitu?

Yahhh, menonton ton Rambo: Last Blood (2019) membuat saya teringat bahwa saya pernah suka dengan film Rambo. Sungguh mengecewakan, Rambo: Last Blood (2019) adalah salah satu film terburuk yang pernah saya tonton. Dengan plot cerita yang absurd dan membosankan, Opa Rambo hadir kembali membantai mafia Meksiko dengan bergerilya di gua bawah tanah. Apaaa?? Kemana hutannya?? Mana unsur militernya?? Ini benar nama karakter utamanya Rambo atau Ambo atau Ram mungkin? Ahh salah ketik itu :P. Ini seperti film balas dendam biasa yang karakter utamanya diberi nama Rambo supaya ada yang tertarik untuk menontonnya :P. Daripada saya menulis mengenai film terburuk Rambo, lebih baik saya menulis mengenai film terbaik Rambo yang saya ingat saja. Semoga Rambo: Last Blood (2019) benar-benar menjadi the last.

Sumber: http://www.lionsgate.com/franchises/rambo-franchise