John Rambo (2008)

Melalui First Blood (1982), Rambo: First Blood Part II (1985) dan Rambo III (1988), Rambo berhasil menjadi salah satu karakter terpopuler ketika saya kecil dulu. Dengan hanya seorang diri, Rambo dapat mengalahkan banyak pasukan musuh. Yaah saya tahu ini sangat tidak masuk akal. Tapi Rambo memang hadir di era ketika film action sedang berjaya dimana banyak sekali film-film action dengan tokoh utama yang sakti mandraguna :’D. Bahkan saya yang ketika film Rambo pertama saja belum lahir, masih dapat mendengar gaum kesaktian Rambo.

Terus terang ketiga film pertama Rambo gagal menjadi film favorit saya. Saya kurang suka dengan First Blood (1982). Sementara itu Rambo: First Blood Part II (1985) dan Rambo III (1988) nampak lebih seru dan menyenangkan. Semua sama-sama bercerita mengenai John Rambo (Sylvester Stalone) yang menggunakan keahliannya sebagai anggota pasukan khusus, untuk bergerilya di hutan dengan panah dan senjata seadanya, membunuh semua yang dia anggap sebagai musuh.

Bertahun-tahun kemudian, hadir Rambo (2008) atau John Rambo (2008) atau Rambo IV (2008) atau Rambo: The Fight Continues (2008). Wuaaah, 20 tahun setelah film ketiga Rambo, barulah muncul film Rambo lagi. Pada film ini, Rambo tentunya sudah uzur yah hehehehe.

Setelah terlibat perang Vietnam dan Afganistan, John Rambo hidup damai di pinggiran Thailand, jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Di sini tentunya tidak akan ada lagi karakter Kolonel Sam Trautman yang datang membawa misi atau bimbingan bagi Rambo. Nampaknya karakter tersebut ikut hilang seiring dengan tewasnya aktor yang memerankan Trautman.

Masalah mendatangi Rambo melalui Sarah Miller (Julie Benz). Sarah berhasil mengajak Rambo untuk mengantarkan sekelompok misionaris dalam sebuah misi kemanusiaan ke dalam wilayah Myanmar yang pada saat itu masih di bawah kekuasaan junta militer.

Ketidakstabilan politik Myanmar menjadikan negara tersebut sebagai negara yang kurang aman, terutama bagi warga asing seperti Rambo dan kawan-kawan. Sudah bisa ditebak, misi kemanusiaan Sarah mengalami kekerasan dari bandit dan oknum militer Myanmar. Sebagai satu-satunya anggota rombongan yang memiliki latar belakang militer, praktis hanya Si Rambo uzur inilah yang dapat melakukan perlawanan :’D.

Diluar dugaan saya, Rambo di sini memang tetap nampak superior tapi dengan kapasitas yang lebih masuk akal. Ada titik dimana Rambo terlihat masih manusia, bukan dewa perang yang sakti mandraguna.

Ada beberapa pihak yang menyayangkan kenapa kok John Rambo (2008) menampilkan adegan kekerasan yang relatif vulgar? Saya rasa, John Rambo (2008) memang bukan film anak-anak karena hal tersebut. Namun kekerasan yang ditampilkan masih tidak terlalu gory atau memuakan kok. Porsinya masih dapat diterima dan behasil membuat peperangan pada John Rambo (2008) nampak lebih realistis dan seru, terutama pada bagian dimana Rambo memegang senapan mesin, yahhh inilah adegan favorit saya pada John Rambo (2008).

Karena adegan peperangan yang seru, saya rasa John Rambo (2008) berhasil menjadi film Rambo favorit saya dan layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Lucunya, 11 tahun setelah John Rambo (2008) dirilis, hadir Rambo: Last Blood (2019). Sayapun memutuskan untuk menulis mengenai John Rambo (2008), setelah menonton Rambo: Last Blood (2019). Loh kok begitu?

Yahhh, menonton ton Rambo: Last Blood (2019) membuat saya teringat bahwa saya pernah suka dengan film Rambo. Sungguh mengecewakan, Rambo: Last Blood (2019) adalah salah satu film terburuk yang pernah saya tonton. Dengan plot cerita yang absurd dan membosankan, Opa Rambo hadir kembali membantai mafia Meksiko dengan bergerilya di gua bawah tanah. Apaaa?? Kemana hutannya?? Mana unsur militernya?? Ini benar nama karakter utamanya Rambo atau Ambo atau Ram mungkin? Ahh salah ketik itu :P. Ini seperti film balas dendam biasa yang karakter utamanya diberi nama Rambo supaya ada yang tertarik untuk menontonnya :P. Daripada saya menulis mengenai film terburuk Rambo, lebih baik saya menulis mengenai film terbaik Rambo yang saya ingat saja. Semoga Rambo: Last Blood (2019) benar-benar menjadi the last.

Sumber: http://www.lionsgate.com/franchises/rambo-franchise

Hellboy (2019)

Banyak yang bertanya-tanya apakah Hellboy masuk ke dalam deretan superhero DC Comics atau Marvel Comics? Yah, jawabannya bukan keduanya :P. Dark Horse Comics adalah penerbit dari buku-buku komik Hellboy. Dari buku, superhero yang saty ini sudah 2 kali hadir di layar lebar melalui Hellboy (2004) dan Hellboy II: The Golden Army (2008) yang disutradarai oleh Guillermo del Toro. Walaupun saya tidak terlalu suka dengan kedua film Hellboy tersebut, keduanya mendapatkan sambutan hangat dari para kritikus. Hal ini membawa angin segar bagi film ketiga Hellboy.

Tak terasa 10 tahun berlalu sejak Hellboy II: The Golden Army (2008) dirilis. Film ketiga Hellboy yang sedang digarap, mengalami pergantian sutradara dan pemeran utama. Alih-alih menjadi sebuah trilogi, Hellboy justru mengalami reboot. Hellboy (2019) akan menjadi awal baru bagi franchise superhero yang satu ini.

Berbeda dengan Hellboy (2004), asalmula hadirnya Hellboy (David Harbour) tidak dikisahkan pada bagian awal film. Sejak bagian awal film, Hellboy dikisahkan sudah bekerja pada B.P.R.D. (Bureau for Paranormal Research and Defense) bersama dengan ayah angkatnya, Tevor Bruttenholm (Ian McShane). Sebagai bagian dari B.P.R.D. , Hellboy memburu berbagai hal-hal supranatural yang dapat merusak perdamaian di Bumi. Semua ia lakukan dengan menggunakan kekuatan fisiknya plus pistol di tangan kiri dan tangan tangannya yang sangat keras.

Dari berbagai perkelahian dan konflik yang Hellboy lalui, ia mendapatkan banyak musuh terutama dari kaum monster dan supranatural. Kali ini ia harus berhadapan dengan seorang musuh lama yang berusaha membangkitkan Vivian Nimue Sang Ratu Darah (Milla Jovovich). Siapakah Nimue itu? Ia merupakan seorang penyihir yang konon tidak dapat dibunuh sehingga akhirnya penyihir tersebut dimutilasi dan bagian-bagian tubuhnya disembunyikan di berbagai penjuru dunia. Kehadiran Nimue dahulu dimusuhi oleh manusia karena manusia tidak ingin para monster dapat hidup bebas di permukaan Bumi. Masalahnya, bukankan Hellboy sendiri berasal dari golongan yang manusia anggap sebagai monster? Manusia mana yang tidak takut melihat wujud Hellboy.

Konflik yang Hellboy hadapi kali ini merupakan konflik klasik ala Hellboy. Bagi yang sudah membaca buku komik Hellboy, tentunya sudah mengetahui bahwa Hellboy merupakan campuran antara keturunan raja manusia dan iblis yang lepas dari neraka. Tanduk patah dan tangan keras yang Hellboy miliki bukanlah hal yang sepele. Keduanya merupakan bagian dari sebuah kekuatan dahsyat yang terpendam di dalam diri Hellboy. Banyak yang meramalkan bahwa Hellboy ditakdikan untuk membawa neraka ke Bumi dengan tanduk yang sudah pulih dan tangan kerasnya memegang leher naga yang ia tunggangi. Apakah Hellboy akan tetap menjaga Bumi atau mengikuti ramalan orang lain?

Sebuah pertanyaan yang sedikit banyak sudah dapat ditebak jawabannya :’D. Saya tidak melihat banyak kejutan atau twist pada Hellboy (2019). Jalan ceritanya banyak dibubuhi oleh masa lalu Hellboy yang dikisahkan dengan sangat jelas. Beberapa flashback pada film ini sangat detail dan tidak membingungkan. Saya tidak menemukan masalah di sana, karena tidak semua penonton sudah membaca komik Hellboy bukan?

Bagaimana dengan adegan aksinya? Film superhero komik mana sih yang tidak ada adegan aksinya. Di luar dugaan, adegan aksinya sangat menghibur dan seperti sungguhan karena hadirnya beberapa adegan … sadis. Wow, sadis? Yaaaa, Hellboy (2019) penuh dengan adegan sadis yang tidak pantas untuk disaksikan oleh anak-anak. Pada beberapa bagian aksi dan perkelahian, adegan sadis tersebut memang berhasil menambah keseruan pada Hellboy (2019). Tapi pada beberapa bagian lainnya, saya merasa bahwa adegan sadis pada Hellboy (2019), bukanlah hal yang perlu dan justru membuat saya mual. Sang sutradara sedikit kelebihan dalam membubuhkan adegan gory atau sadis pada Hellboy (2019).

Walaupun adegan sadisnya agak banyak, saya lebih menikmati Hellboy (2019) dibandingkan Hellboy (2004) dan Hellboy II: The Golden Army (2008). Dengan demikian, saya ikhlas untuk memberikan Hellboy (2019) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Bisa ditebak bagaimana nilai saya terhadap Hellboy (2004) dan Hellboy II: The Golden Army (2008), sopasti di bawah 3 hohoho.

Sumber: http://www.hellboy.movie

The Hateful Eight (2015)

Hateful Eight 1

Selama ini saya pribadi tidak pernah menganggap film cowboy sebagai film action. Selain Django Unchained (2012), film-film cowboy yang saya pernah lihat selalu penuh dengan perbincangan di sana dan di sini, mana action-nya?? Paling hanya sebentar saja ada adegan baku tembak dar der dor, selanjutnya yaaa bincang-bincang lagi dengan topik yang membosankan. Entah mengapa saya selalu tertidur ketika menonton film-film model begini ;(. Bagaimana dengan The Hateful Eight (2015)? Film cowboy terbaru garapan Quentin Tarantino?

Film ini mengambil latar belakang beberapa tahun setelah perang saudara di Amerika berakhir. Pihak utara (serikat) yang tidak mendukung perbudakan akhirnya mengalahkan pihak selatan (konfederasi) yang mendukung perbudakan. Major Marquis Warren (Samuel L. Jackson) merupakan mantan tentara pihak utara yang sudah beralih profesi menjadi bounty hunter. Profesi ini mengharuskan Warren untuk memburu penjahat agar ia dapat menukarkannya dengan sejumlah uang di kantor Sherif setempat.

Pada suatu hari di tengah-tengah sebuah badai salju yang datang tak terduga, Warren terpaksa menumpang kereta kuda yang ditumpangi oleh John “The Hangman” Ruth (Kurt Russell) dan Daisy Domergue (Jennifer Jason Leigh). John adalah bounty hunter yang selalu menangkap buruannya hidup-hidup untuk kemudian dihukum gantung, itulah mengapa ia dijuluki The Hangman. Sementara itu Daisy merupakan hasil tangkapan John yang hendak John bawa ke kota Red Rock untuk dieksekusi.

Hateful Eight 6

Hateful Eight 5

Kemudian kereta kuda yang sudah ditumpangi oleh John, Daisy dan Warren berpapasan dengan Chris Mannix (Walton Goggins), anak dari salah satu pemimpin konfederasi yang terkenal pada saat perang saudara berlangsung dulu. Mannix mengaku bahwa ia adalah sheriff baru kota Red Rock. Tanpa kehadirannya, John tidak dapat menukarkan imbalan dan Daisy tidak akan dapat dieksekusi. Akhirnya Mannix menjadi orang keempat di dalam kereta kuda tersebut.

Melihat badai yang semakin parah, mereka akhirnya singgah dulu di Minnie’s Haberdashery, tempat peristirahatan yang biasa dikunjungi oleh orang-orang yang hendak menuju Red Rock tapi terjebak badai atau kelelahan. Sesuai namanya, Minnie’s Haberdashery dimiliki oleh seorang wanita bernama Minnie. Tapi di sana mereka justru bertemu Bob (Demián Bichir), seorang Meksiko yang mengaku bahwa ia adalah pegawai baru Minnie yang bertugas untuk mengurus Minnie’s Haberdashery selama Minnie pergi ke rumah ibunya. Di dalam Minnie’s Haberdashery, sudah terdapat 3 karakter lain yang sedang berlindung dari badai salju. Di sana ada Oswaldo Mobray (Tim Roth), Joe Gage (Michael Madsen) dan Jendral Sanford “Sandy” Smithers (Bruce Dern). Oswaldo mengaku bahwa ia adalah eksekutor hukuman gantung di Red Rock, bisa jadi dialah yang akan menggantung Daisy sesampainya Daisy di Red Rock. Sandy merupakan mantan Jendral pasukan konfederasi yang datang untuk menguburkan anaknya. Joe Gage tidak mengaku sebagai siapa-siapa, Joe Gage adalah Joe Gage, ia hanya orang yang kebetulan melewati Minnie’s Haberdashery.

Hateful Eight 11

Hateful Eight 2

Hateful Eight 7

Hateful Eight 8

Hateful Eight 4

Hateful Eight 3

Sejak awal John Ruth selalu super waspada dan sangat curiga terhadap 7 karakter lain yang ada di sekitarnya. Ia curiga bahwa satu atau beberapa orang yang berlindung di Minnie’s Haberdashery merupakan kawan Daisy yang berusaha membebaskan Daisy. Apakah kecurigaan John benar atau ia hanya paranoid saja? Pertanyaan itulah yang membuat saya menonton The Hateful Eight (2015) sampai habis, tanpa mengantuk. Beberapa karakter ternyata memang berbohong atas sesuatu hal dan beberapa dari mereka ternyata memiliki keterkaitan satu sama lain dengan karakter lain, namun tidak semuanya berhubungan dengan tawanan John Ruth.

Hateful Eight 9 Hateful Eight 10

Film ini tetaplah merupakan film cowboy pada umumnya, kebanyakan berbicara dan jarang action-nya, namun interaksi antar karakter pada The Hateful Eight (2015) memang menjadi daya tarik tersendiri. Bagi saya, The Hateful Eight (2015) relatif lebih baik ketimbang film cowboy Quentin Tarantino sebelumnya, Django Unchained (2012). Saya melihat beberapa ciri khas Quentin pada kedua film tersebut, yaitu menggunakan musik tahun 69-an atau 70-an dengan kualitas suara rekaman kuno, teks yang menggunakan gaya tulisan teks-teks pada film zaman dulu, penuh kekerasan, terdapat banyak kata-kata kasar, alur maju undur dan dipisah dalam beberapa chapter seperti mini seri. Namun rasanya The Hateful Eight (2015) tidak sesadis Django Unchained (2012), The Hateful Eight (2015) pun lebih sedikit action-nya ketimbang Django Unchained (2012). Tapi tetap saja saya lebih suka The Hateful Eight (2015) ketimbang Django Unchained (2012). Ternyata ada juga film cowboy minim action yang menarik :). The Hateful Eight (2015) rasanya pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: thehatefuleight.com

Punisher: War Zone (2008)

Punisher War Zone 1

The Punisher adalah salah satu tokoh komik Marvel yang komiknya sudah terbit sejak saya masih kecil. Karakter ini sebenarnya tidak memiliki kekuatan super, ia ahli dalam menggunakan berbagai senjata dan mahir berkelahi. Rasa dendam dan haus akan darah para penjahatlah yang menjadi kekuatan utama The Punisher. Pembunuhan anak dan istrilah yang membuat Frank Castle berubah menjadi The Punisher. Dengan nama The Punisher, Frank berburu membunuh para penjahat yang ia temui, Ia bertindak di luar koridor hukum.

Punisher War Zone 4

Punisher War Zone 8

Punisher War Zone 10

Pada 2008 lalu hadir kisah The Punisher di layar lebar untuk yang ketiga kalinya. Namun film yang berjudul Punisher: War Zone ini tidak berhubungan dengan 2 film The Punisher lainnya. Kali ini The Punisher alias Frank Castle (Ray Stevenson) melakukan kesalahan ketika ia sedang memburu Billy Russoti (Dominic West). Dalam insiden tersebut, The Punisher tidak sengaja membunuh polisi yang sedang menyamar menjadi anak buah Billy. Pada insiden itu pulalah Billy jatuh ke dalam mesin yang membuat fisiknya rusak, sejak saat itulah Billy berubah menjadi Jigsaw yang wajahnya menyeramkan.

Punisher War Zone 3

Punisher War Zone 7

Punisher War Zone 6

Dengan dibantu oleh saudaranya yang agak kurang waras, James Russoti alias Loony Bin Jim alias LBJ (Doug Hitchinson), Jigsaw berniat membalas dendam keoada The Punisher dengan menyelidiki dimana markas persembunyian The Punisher dan berusaha melukai semua orang yang berhubungan dengan The Punisher.

Sementara itu Frank mulai berfikir untuk berhenti menjadi The Punisher karena ia dihantui oleh rasa bersalah telah salah membunuh orang. Frank mulai meragukan apakah tindakannya sebagai The Punisher selama ini benar?

Punisher War Zone 9

Punisher War Zone 5

Punisher War Zone 2

Film ini terbilang sadis dan tidak pantas ditonton oleh anak kecil, namun bagi saya pribadi adegan kekerasannya terbilang seru dan bagus, sadisnya bukan sadis menjijikan seperti film Saw (2004) kok ;). Jalan ceritanya pun tak terlalu datar, tidak membosankan. Secara keseluruhan Punisher: War Zone (2008) pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Saya lebih suka film ini ketimbang The Punisher (2004)

Sumber: www.punisherwarzonemovie.com

300: Rise of an Empire (2014)

300 Rise 1

Pada tahun 2006 lalu, saya sempat menonton film 300 (2006) yang menceritakan peperangan antara bangsa Yunani & bangsa Persia. Dikisahkan bangsa Yunani terpecah-pecah ke dalam berbagai negara kota. Negara kota yg terbesar adalah Sparta & Athena. Athena mengembangkan peradaban yang cinta damai dan tidak suka bertempur, mereka mengembangkab suatu sistem pemerintahan yang saat ini kita sebut demokrasi. Berkebalikan dengan Athena, Sparta mengembangkan budaya suka bertempur dan keras. Anak-anak Sparta sudah dididik untuk berkelahi sedari kecil, kota Sparta berisikan pejuang-pejuang yang haus darah.

Pada suatu masa, negri Persia yang dipimpin oleh raja Xerses berniat untuk menginvasi & menaklukkan Yunani. Xerses menebar ancaman bagi seluruh negara kota Yunani termasuk Sparta. Sudah dapat ditebak, bangsa Sparta pasti menolak mentah-mentah tawaran Raja Persia, Xerses, untuk tunduk & menyerah. Raja Sparta saat itu, Leonidas, memimpin 300 orang pejuang Sparta untuk menghalau ribuan tentara Persia yang datang. Pertempuran dilakukan sudut sempit sebuah ngarai yang disebut Gerbang Neraka. Karena lokasi pertempuran yang sempit, 300 pasukan Sparta dapat bertahan dan menghalangi pasukan Xerses sampai tetjadi sebuah penghianatan yang menyebabkan gugurnya raja Leonidas & ke-300 prajurit setianya. Keberanian 300 pejuang Sparta tersebut menjadi pemacu semangat bagi bangsa Yunani untuk melawan Persia yang jumlah kekuatan tempurnya di atas Yunani.

300 Rise 2

Nah pada bulan Maret ini, kelanjutan dari kisah pertempuran antara Yunani dengan Persia hadir kembali dalam film yang berjudul 300: Rise of an Empire (2014). Saya tergoda melihat trailer 300: Rise of an Empire (2014), sepertinya baguuuss, lebih bagus dari 300 (2006) mungkin. Jadi, ketika teman saya memberitahukan bahwa 300: Rise of an Empire (2014) sudah tayang di bioskop, saya langsung mampir ke bioskop ketika ada kesempatan. Kebetulan ada bioskop XXI dengan rete harga yg murah, baru buka di dekat rumah ;).

Awalnya saya pikir 300: Rise of an Empire (2014) akan mengisahkan kejadian setelah peristiwa di 300 (2006) berakhir. Ternyata 300: Rise of an Empire (2014) mengisahkan kisah pada periode sebelum, saat & setelah peristiwa 300 (2006) berlangsung namun dari sisi pejuang negara kota Athena. Awalnya dikisahkan asal mula mengapa raja Persia, Xerses (Rodrigo Santoro), ingin sekali menaklukan Yunani. Ayah Xerses, Darius (Igal Naor), dibunuh oleh seorang prajurit Athena yang bernama Themistokles (Sullivan Stapleton) dalam sebuah pertempuran yang disebut pertempuran Marathon. Api amarah & dendam Xerses juga semakin membesar karena pengaruh tangan kanannya, Artemisia (Eva Green).

300 Rise 21

300 Rise 13

300 Rise 23

300 Rise 22

Artemisia adalah Jendral kesayangan ayah Xerses yang kemudian menjadi tangan kanan Xerses. Meskipun berdarah Yunani, Artemisia sangat membenci Yunani karena perbuatan orang-orang Yunani kepadanya & keluarganya di masa kecil. Provokasi Artemisia berhasil, Xerses mengerahkan pasukannya untuk menginvasi Yunani lagi. Xerses memimpin langsung pertempuran melayan Sparta yang diceritakan pada film 300 (2006). Sementara itu Artemisia memimpin pertempuran di laut melawan Athena & beberapa sekutunya.

R3_V10F_72613_CO3_PULLS_01rl_0042 300 Rise 20 300 Rise 3

Themistokles, pahlawan Athena pada perang Marathon, ingin menyatukan seluruh negara kota Yunani yang saat itu masih terpecah-pecah, Themistokles yakin bahwa Yunani akan menang melawan Persia bila Yunani bersatu, sementara itu beberapa politisi Yunani lainnya berpendapat skeptis, memang di atas kertaa, kekuatan tempur Yunani akan tetap di bawah Persia, namun penentu kemenangan suatu perang bukan hanya jumlah, perkiraan dan data di atas kertas saja. Akankah usaha Themistokles untuk menyatukan Yunani berhasil? . . …. dari awal film, saya yakin berhasil, tapi akankah tokoh protagonisnya, Themistokles, tewas diakhir cerita seperti Leonidas pada 300 (2006)? Pertanyaan yang akan terjawab setelah menonton 300: Rise of an Empire (2014) sampai habis :).

R3_V10F_72613_CO3_PULLS_01rl_0025

300 Rise 12 300 Rise 15

Saya senang menonton 300: Rise of an Empire (2014) karena film ini bukanlah film action yang hanya mengumbar kekerasan & kesadisan saja, walaupun menurut saya film ini memang kurang pantas ditonton anak-anak di bawah 17 tahun, banyak darah-darah bertebaran dan adegan sadis dimana-mana. Selain menampilkan kekerasan, 300: Rise of an Empire (2014) juga menampilkan kecerdikan Themistokles dalam menghadapi armada laut pimpinan Artemisia yang jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang armada laut yang dipimpin, perang taktik antara Themistokles & Artemisia cukup menarik & membuat saya betah duduk menonton film ini.

300 Rise 7 300 Rise 9 R1_V10D3_80613_CO3_PULLS_01rl_0012

300 Rise 17

300: Rise of an Empire

Cerita yang diangkat pada 300: Rise of an Empire (2014) diambil dari sejarah peperangan antara Yunani & Persia yang benar-benar terjadi di masa lampau, hanya saja cerita tersebut sudah diramu & dimodifikasi dengan versi yang berbeda, maklum 300: Rise of an Empire (2014) bukanlah film dokumenter jadi tidak 100% asli berdasarkan sejarah. Ada hal-hal tertentu yang dilebih-lebihkan & tidak ada di masa lampau.

300 Rise 6 300 Rise 4 300 Rise 5 300 Rise 8 300 Rise 10 300 Rise 11

Mirip seperti 300 (2006), film 300: Rise of an Empire (2014) juga menggunakan special efect yang membuat alam & latar belakang lokasi cerita menjadi lebih dramatis & lebay heheheheh. Awan, langit, ombak & penampakan alam lainnya nampak berbeda dengan film-film lainnya. Kostom yang dipergunakan juga menunjang tampilan latar belakang tersebut. Hanya saja sayangnya efek cipratan darahnya terlalu berlebihan sehingga cipratan darah tersebut tidak nampak asli.

Sebenarnya pada awalnya justru tampilan yang sangat mendramatisir tersebutlah yang menarik saya untuk menonton, tak disangka ternyata 300: Rise of an Empire (2014) memiliki cerita lebih bagus & menghibur dibanding 300 (2006). Olehkarena itulah 300: Rise of an Empire (2014) layak mendapat nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”.

Sumber: www.300themovie.com

Gallowwalkers (2013)

Gallowwalkers

Secara tidak sengaja pada masa liburan lebaran ini saya menemukan filmnya Wesley Snipes yang agak asing namanya, galow galau apaaaa gituu, hehhehehehe, judul filmnya adalah Gallowwalkers. Bukankah Om Snipes saat ini sedang dipenjara? masih aja ada filmnya yang keluar. Gallowwalkers ternyata sudah mulai syuting sejak 2006 dan pertama kali tayang pada akhir 2012 di festival FILM4 FrightFest Inggris. Kemudian baru pada 2013 inilah theatrical dan DVD-nya di-release ke pasaran.

Gallowwalkers 2 Gallowwalkers 3 Gallowwalkers 4 Gallowwalkers 5

Pada Gallowwalkers, Wesley Snipes tampil sebagai Aman, seorang koboy negro yang misterius dan agak sadis. Snipes muncul dengan karakter yang sok’ cool, karakter yang sering Snipes mainkan di film-filmnya yang lain, cuek, diem tapi jago berkelahi dan menggunakan senjata. Aman adalah koboy yang terkutuk, ia dikutuk karena perbuatan ibunya yang telah membuat perjanjian terlarang demi menyelamatkan nyawa Aman. Kutukan Aman adalah setiap manusia yang Aman bunuh, akan hidup kembali menjadi mayat hidup. Nah, lawan Aman yang utama adalah sekelompok koboy mayat hidup yang dulu pernah Aman bunuh karena memperkosa kekasih Aman.

Gallowwalkers 6

GallowWalker Principal Photography Day 20 Gallowwalkers 8 Gallowwalkers 9

Singkat kata, film ini jelek, sadissss, 17 tahun ke atas. Wewwww, saya pikir saya akan melihat Blade (1998) versi koboy, ternyata saya salah. Kualitas Blade (1998) masih beberapa level di atas Gallowwalkers (2013). Adegan action-nya biasa-biasa saja, tidak terlalu bagus dan tidak jelek sekali. Special effect pun sangat minim saya lihat di film ini, sederhana sekali. Gallowwalkers banyak menampilkan kekerasan dan kesadisan, pemenggalam beberapa bagian tubuh dan darah menyembur di mana-mana tanpa ada kesatuan cerita yang jelas. Saya tidak ada masalah dengan film yang sadis, film seperti Ninja Assasin (2009) yang penuh darah saja saya suka. Tapi untuk Gallowwalkers, saya tidak menemukan unsur menariknya dari film ini. Ceritanya dangkal dan penuh khayalan yang …. tidak ada keren-kerennya, aneh. Pada bagian awal film, saya memang sempat dibuat penasaran, tapi kok semakin lama, semakin tidak menarik. Menurut saya Gallowwalkers hanya layak mendapat nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya jelek. Mungkin bagi pecinta film sadis atau horor akan berkata lain :).