Serial Mandalorian

Di dalam dunia Star Wars, ternyata terdapat satu kesatria lagi selain Jedi dan Sith, yaitu Mandalorian. Mandalorian memang tidak memiliki ilmu telekinesis seperti Jedi dan Sith. Namun para Mandalorian terkenal akan kemampuannya bertempur dengan dilengkapi oleh berbagai peralatan tempur yang canggih. Sebagian besar dari perlengkapannya terbuat dari bahan beskar. Beskar sendiri merupakan logam yang sangat kuat, namun langka dan mahal. Budaya Mandalorian memang sangat berhubungan erat dengan dunia militer. Jadi bahan semahal Beskar pun rela mereka bayar demi meraih kejayaan di medan tempur.

Bagi penonton Star Wars tentunya mengetahui bahwa Galactic Empire memiliki hubungan yang erat dengan Sith. Sementara itu Rebel Alliance atau New Republic memiliki hubungan yang erat dengan Jedi. Jadi, dimana posisi Mandalorian? Pada awalnya, para mandalorian bersekutu dengan para Sith untuk mengalahkan Jedi. Namun pada akhirnya Galactic Empire dan Sith yang menyerang Planet Mandalore dan melakukan genosida terhadap Mandalorian.

Planet Mandalore telah lama sekali menjadi rumah bagi para Mandalorian. Sejak serangan besar dari Galactic Empire, para mandalorian yang selamat, terpencar ke seluruh galaksi. Sebagian besar memilih berprofesi sebagai pemburu bayaran. Begitu pula yang tokoh utama Serial Mandalorian lakukan.

Din Djarin (Pedro Pascal) merupakan seorang Mandalorian yang handal dalam melakukan perburuan. Namun, berburu dan mendapatkan hadiah bukanlah segala-galanya bagi Djarin. Ia adalah seorang Mandalorian dengan hati nurani. Di tengah-tengah sikapnya yang dingin, Djarin rela berkorban demi sesuatu yang dianggap benar. Ia bahkan rela kehilangan segala-galanya demi menyelamatkan seorang bayi Jedi.

Berdasarkan sejarah masa lalu, para Jedi memiliki hubungan yang buruk dengan beberapa mandalorian. Latar belakang Serial Mandalorian sendiri adalah antara Star Wars Episode VI: Return of the Jedi (1983) dan Star Wars Episode VII: Star Wars: The Force Awakens (2015). Rebel Alliance dan Jedi yang dipimpin Luke Skywalker baru saja mengalahkan Galactic Empire dan Sith terkuat mereka. Keruntuhan Galactic Empire hanya menunggu waktu saja. Namun jauh di luar pusat kekuasaan Rebel Alliance, pecahan Galactic Empire masih ada dan terus merencanakan sesuatu. Inilah yang harus Djarin Sang Mandalorian hadapi.

Saya suka dengan jalan cerita Mandalorian. Sekilas memang seperti game RPG ya. Hampir di setiap Planet, Djarin memperoleh misi atau quest untuk mendapatkan apa yang Djarin inginkan. Misinya sendiri beraneka ragam dan jauh dari kesan membosankan. Semakin lama, petualangan Djarin semakin menyenangkan untuk ditonton. Kerennya, semua ini dilakukan tanpa dialog yang panjang dari Sang Mandalorian. Ia bahkan hampir tidak pernah membuka helmnya. Apa tidak gerah dan gatal ya? :,)

Pada awalnya, adegan pertempurannya terbilang lumayan. Saya menikmati tontonan ketika para tokoh serial ini saling tebak dan saling pukul. Apalagi persenjataan Mandalorian terbilang unik, agak berbeda dengan karakter lain. Semua semakin menarik ketika mulai hadir Jedi lengkap dengan pedang lasernya. Terakhir, muncul pula Dark Saber, wah wah wah apa ini?

Akhir-akhir ini saya agak kecewa dengan beberapa film Star Wars yang saya tonton. Saya selalu berfikir bahwa Star Wars tidak akan seru kalau tokoh utamannya bukan Sith atau Jedi. Serial Mandalorian mengubah segalanya. Star Wars bukan hanya mengenai Jedi dan Sith saja. Saya rasa serial yang satu ini layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Kesuksesan Mandalorian melahirkan spin-off baru seperti The Book of Boba Fett. Mungkin suatu saat nanti saya akan menonton spin-off ini.

Sumber: http://www.starwars.com

Star Wars: The Rise of Skywalker (2019)

Pada penghujung 2019 ini, hadir penutup dari sebuah trilogi sekuel dari Trilogi Star Wars, yaitu Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Seperti kedua film pendahulunya, Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Last Jedi (2017), film yang kembali disutradarai oleh J. J. Abrams ini mengambil latar belakang bertahun-tahun setelah Trilogi Star Wars berakhir. Trilogi Star Wars terdiri dari 3 film karya George Lucas yang legendaris. Bertahun-tahun kemudian, Disney membeli hak cipta Star Wars dan mulai membuat trilogi sekuel sebagai kelanjutan dari Trilogi Star Wars. Diawali dari Star Wars: The Force Awakens (2015), kemudian dilanjutkan oleh Star Wars: The Last Jedi (2017), lalu ditutup oleh Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Sayang sekali kedua film Star Wars sebelum Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), sudah memperoleh kritikan pedas dari mayoritas fans garis keras Star Wars. Beberapa justru lebih memilih Star Wars tamat pada Trilogi Star Wars dan tidak ada trilogi kedua. Wah wah wah, mampukah Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) menjawab semua kritikan dan keraguan yang telah muncul?

Pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), Rey (Daisy Ridley), Poe Dameron (Oscar Issac) & Finn (John Boyega) berburu sebuah alat yang dapat menemukan lokasi Kaisar Palpatine (Ian McDiarmid), biang keladi dari segala kekacauan terjadi selama ini. Palpatine kembali muncul ke permukaan setelah menjadi antagonis utama pada Trilogi Prekuel Star Wars dan Trilogi Star Wars.

Dalam perjalanannya tentunya terjadi petempuran hebat antara pasukan pemberontak pimpinan Leia Organa (Carrie Fisher) dengan pasukan First Order pimpinan Kylo Ren (Adam Driver). Tak lupa Kylo pun terus mengejar Rey baik lewat telepati maupun langsung. Ia berusaha mempengaruhi agar Rey berbalik arah menjadi Sith. Rey pun masih berharap agar Kylo menemukan kebaikan dan kembali menjadi Jedi. Pertarungan antara Jedi dan Sith sangat kental mewarnai film yang satu ini.

Pada dunia Star Wars, terdapat individu-individu yang memiliki bakat atau sensitif terhadap sebuah kekuatan yang disebut The Force. Sith adalah mereka-mereka yang memanfaatkan The Force dengan kebencian dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat jahat mahluk hidup. Sedangkan Jedi adalah mereka-mereka yang memanfaatkan The Force dengan kasih sayang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan. Pada Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Last Jedi (2017) dikisahkan bahwa Rey dan Leia bisa dibilang merupakan Jedi terakhir yang masih hidup. Kylo dan Palpatine merupakan Sith kuat yang terus merekrut orang-orang baru agar bergabung menjadi Sith.

Para Jedi dan tokoh utama pada Trilogi Star Wars, berguguran pada sekuel kedua trilogi ini. Tentunya seorang tokoh legendaris Star Wars akan tewas lagi pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Siapa tokohnya sih mudah sekali ditebak, lha hanya dia seorang saja yang masih tersisa :’D. Yang ternyata gagal saya tebak adalah siapakah Rey sebenarnya. Pada film penutup ini, identitas Rey mulai terkuak dan agak mengejutkan. Terjawab sudah mengapa kekuatan The Force milik Rey kuat sekali.

Pada film ini, saya menikmati pertarungan fisik dan mental antara Sith dan Jedi. Semuanya tersaji dengan visual yang cantik dan memukau. Dari segi cerita, film ini mengingatkan saya pada film terakhir pada Trilogi Star Wars. Agak mirip tapi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Hal ini menjadi perdebatan karena banyak kritikus yang kurang suka dengan hal ini. Saya pribadi? Suka sekali, bagus dan masuk akal kok alurnya.

Kalau dilihat sebagai sebuah film Star Wars, Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) memang seolah mampu berdiri sendiri dengan sebuah cerita yang lumayan bagus. Namun kalau disatukan dengan dua film sebelumnya sebagai sebuah trilogi sekuel, maka kesan yang saya dapat adalah … berantakan.

Trilogi sekuel Star Wars terdiri dari 3 film yaitu Star Wars: The Force Awakens (2015), Star Wars: The Last Jedi (2017) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) disutradarai oleh J. J. Abrams, sedangkan Star Wars: The Last Jedi (2017) disutradarai oleh Rian Johnson. Lucunya, ada beberapa hal yang “ditanamkan” oleh J. J. Abrams pada Star Wars: The Force Awakens (2015), tidak dilanjutkan atau digunakan oleh Rian Johnson pada Star Wars: The Last Jedi (2017). Nah kini, pada film penutupnya, J. J. Abrams seperti membalas Rian Johnson dengan tidak menyentuh beberapa hal yang sudah “ditanamkan” oleh Rian Johnson pada Star Wars: The Last Jedi (2017). Lihat saja berapa lama karakter Rose Tico (Kelly Marie Tran) muncul pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) :P. Rose seolah seperti pemain figuran saja di sana hohohohoho. Bukankah ketiga film tersebut seharusnya saling berkesinambungan? Perbedaan siapa yang menyutradarai seharusnya tidak menjadi alasan. Coba saja lihat film-film MCU (Marvel Cinematics Universe). Film-film tersebut sukses besar menghasilnya kesinambungan dibawah bendera Disney. Disney sukses besar ketika membuat film-film MCU. Kenapa mereka gagal pada Star Wars? Disney seolah-olah beberapa kali merubah roadmap atau rancangan besar dari trilogi sekuel Star Wars. Mungkinkah ini karena kritikan pedas fans berat Star Wars.

Kylo Ren adalah satu-satunya karakter yang konsisten dan berkesinambungan pada ketiga film tersebut. Finn dan Rey nampak sekali berubah-ubah arahannya. Misteri akan identitas Rey pun dibuat sebagai sebuah senjata pamungkas. Well, itu memang berhasil bagi saya pribadi. Meskipun setelah menonton Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), saya jadi kurang setuju dengan judulnya :’D.

Secara garis besar, Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) berhasil memberikan hiburan yang menyenangkan bagi saya. Kekurangan dalam plot dan ketidaksinkronan dengan film sebelumnya, cukup impas terbayar dengan adegan aksi yang menyenangkan dan akhir yang lumayan diluar dugaan saya. Saya bulan penggemar berat franchise Star Wars, saya hanya dapat memberikan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Saya sadar betul J. J. Abrams mengubah dan tidak memanfaatkan beberapa hal baru dari film Rian Johnson, tapi justru itulah yang saya suka. Terus terang saya kurang suka dengan kemana sekuel trilogi ini dibawa oleh Rian Johnson. Syukurlah J. J. Abrams tidak melanjutkannya :P.

Sumber: http://www.starwars.com

Star Wars: The Last Jedi (2017)

Last Jedi

Star Wars: The Last Jedi (2017) merupakan film kesembilan dari deretan film-film Star Wars yang pernah hadir ke layar lebar dan memiliki fans dari berbagai generasi. Apakah Star Wars: The Last Jedi (2017) mampu menandingi kesuksesan para pendahulunya? Mengambil latar belakang setelah peristiwa pada Star Wars: The Force Awakens (2015), Star Wars: The Last Jedi (2017) mengisahkan perseteruan antara The First Order yang dipimpin oleh Snoke (Andy Serkins), dengan kawanan pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Leia Organa (Carrie Fisher).

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Snoke dan tentaranya, ingin menguasai alam semesta dengan teror dan ketakutan. Saat ini hanya Leia dan sekelompok kecil pemberontak saja yang masih berani menentang Snoke. Dalam perjalannya, Leia didukung oleh Poe Dameron (Oscar Issac), Finn (John Boyega) dan Rose Tico (Kelly Marie Tran). Poe merupakan pilot X-Wing pemberani yang bersedia melakukan apapun demi kekalahan The First Order. Rose merupakan mekanik kapal yang baru saja kehilangan saudara perempuannya ketika sedang berperang melawan The First Order. Finn merupakan mantan anggota The First Order yang membelot. Rose, Finn dan Poe harus bekerja sama ketika armada terakhir yang dimiliki para pemberontak, selalu berhasil dilacak oleh pihak The First Order.

Last Jedi

Last Jedi

Sisa pemberontak yang masih ada memang selalu dalam pelarian. Mereka membutuhkan sosok kuat yang inspiratif agar penduduk alam semesta mau bangkit dan berani ikut menentang The First Order. Leia berharap kakaknya, Luke Skywalker (Mark Hamill), bersedia membantunya memimpin para pemberontak melawan The First Order. Luke merupakan kesatria Jedi terakhir yang mengasingkan diri di sebuah planet terpencil. Pada Star Wars: The Force Awakens (2015),  para pemberontak mengutus Rey (Daisy Ridley) untuk pergi mencari Luke. Nahhhhh akhirnya, pada Star Wars: The Last Jedi (2017) Rey berhasil menemui Luke dan memperoleh … penolakan demi penolakan. Luke masih dibayangi oleh sebuah kegagalan yang membuat The First Order semakin kuat. Murid sekaligus tangan kanan Snoke, Kylo Ren (Adam Driver), ternyata merupakan keponakan sekaligus murid Luke. Luke mengajarkan Kylo segala sesuatu yang Luke ketahui terkait The Force.

Last Jedi

Last Jedi

Sedikit pengantar bagi teman-teman yang belum pernah menonton film Star Wars. The force merupakan sebuah kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh pribadi-pribadi tertentu. Bagaikan 2 mata pisau, The force memiliki sisi gelap dan sisi terang. Sith adalah pengguna the force dari sisi gelap/kejahatan, sedangkan jedi adalah pengguna the force dari sisi terang/kebaikan. Luke merupakan seorang pendekar jedi legendaris yang kisahnya mendasari mayoritas film-film Star Wars. Sedangkan Snoke adalah tokoh sith yang baru saya dengar keberadaan mulai pada Star Wars: The Force Awakens (2015). Yang pasti Snoke sudah berhasil menggiring Kylo Ren menjadi seorang sith. Seorang jedi bisa saja berubah menjadi sith, dan sebaliknya bisa saja seorang sith berubah menjadi jedi. Jadi bukan tidak mungkin Kylo Ren dapat ditarik kembali ke jalan yang benar, kembali menjadi seorang jedi. Toh ayah Luke yang sempat lama menjadi sith, dapat berubah kembali ke jalan yang lurus diakhir hayatnya.

Kali ini, Rey menjadi tokoh yang berupaya mengembalikan Kylo kembali ke jalan yang benar. Rey hadir sebagai seorang yatim piatu yang mampu mengendalikan the force. Walaupun potensi dan kekuatan Rey sangat besar, Rey masih baru dan belum terasah, sehingga bisa saja justru Rey yang akan tergoda untuk menjadi sith. Asal muasal dan indentitas orang tua Rey bisa jadi menjadi faktor yang Snoke dan Kylo gunakan untuk mempengaruhi Rey.

Last Jedi

Last Jedi

Saya rasa upaya saling mempengaruhi ini menjadi bagian cerita yang lebih dominan dan menarik ketimbang peperangan antara kelompok pemberontak dan tentara Snoke. Memang sih, kostum dan special effect film ini tetap terbilang bagus terutama pada bagian pertempuran. Tapi sebuah film tidak akan memiliki makna kalau isinya hanya perang-perangan saja.

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Syukurlah Star Wars: The Last Jedi (2017) tidak hanya berisikan peparangan luar angkasa dan duel antara pengguna the force saja. Saya menyaksikan beberapa kejutan dan trik pada jalan cerita film ini. Kejutan dan trik tak terduga yang mengubah cara pandang penonton terhadap beberapa tokoh utama. Wah pokoknya Star Wars: The Last Jedi (2017) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Bagi yang belum pernah menonton film Star Wars sebelumnya, tidak perlu khawatir sebab film ini cukup komunikatif dan informatif sehingga saya rasa tidak akan ada yang kebingungan ketika menonton Star Wars: The Last Jedi (2017) ;).

Sumber: http://www.starwars.com

Rogue One (2016)

rogue1

Para pecinta Star Wars tentunya sudah memadati bioskop-bioskop mulai minggu ini sebab telah hadir film terbaru Star Wars yaitu Rogue One (2016). Awalnya saya kira Rogue One (2016) merupakan kelanjutan dari Star Wars Episode VII, Star Wars: The Force Awakens (2015). Ternyata saya salah besar saudara-saudara karena Opa George Lucas ternyata kembali menghadirkan prekuel dari trilogi Star Wars yang pertama >_<.

rogue2

Rogue One (2016) mengambil sebuah peristiwa penting yang terjadi diantara Star Wars Episode III: Revenge of the Sith (2005) dan Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Pada periode waktu tersebut, terdapat pertikaian antara Galactic Empire dan Rebel Alliance. Tersebar kabar bahwa Galactic Empire telah membangun sebuah senjata pemusnah Planet yang dapat memberikan kemenangan kepada Galactic Empire. Informasi akan senjata ini berada di tangan Bodhi Rook (Riz Ahmed), seorang pilot Galactic Empire yang membelot dengan membawa pesan rahasia dari Galen Erso (Mads Mikkelsen) kepada Saw Gerrera (Forest Whitaker). Galen Erso merupakan ketua tim ilmuwan yang membangun senjata supernya Galactic Empire. Saw Garrera sendiri merupakan mantan anggota Rebel Alliance yang dikucilkan karena tindakannya yang Rebel Alliance nilai terlalu ekstrim.

rogue14

Kenapa Galen mengirim pesan kepada Saw? Karena Saw merupakan sahabat Galen yang menolong anak Galen, Jyn Erso (Felicity Jones), ketika Direktur Orson Krennic (Ben Mendelsohn) datang untuk menangkap Galen. Krennic adalah pejabat Galactic Empire yang bertanggung jawab terhadap pembuatan senjata super pemusnah Planet milik Galactic Empire. Galen memang bekerja bagi Galactic Empire tapi di bawah paksaan, bukan sukarela. Masalahnya apakah dunia tahu? Di mata Rebel Alliance, Galen tetaplah seorang ilmuwan Galactic Empire yang harus dibunuh.

rogue8

Rebel Alliance mengirim Cassian Andor (Diego Luna) untuk menemukan Bodhi Rook dan menemukan Galen. Sayang Bodhi berada di tangan Saw yang kurang bersahabat bagi siapapun kecuali … Jyn Erso, anak Galen Erso. Maka Jyn ikut diajak pula untuk menemani Andor tanpa mengetahui misi Andor sesungguhnya.

rogue10

rogue6

rogue12

Dalam perjalannya, Andor dan Jyn yang ditemani oleh robot K-SO2 (Alan Tudyk), bertemu dengan Chirrut Îmwe (Donnie Yen) dan Jiang Wen (Baze Malbus). Keduanya memiliki kemampuan tempur yang bagus dan dapat menjadi kekuatan tambahan bagi Jyn. Aksi perkelahian yang Chirrut tampilkan nampak menonjol dan bagus. Sekilas, Chirrut seolah seperti seorang Jedi buta. Apakah akan ada penampakan Jedi atau Sith pada Rogue One (2016)? Jawabannya ya tapi kurang memuaskan bagi saya pribadi. Rogue One (2016) lebih menitik beratkan pada kisah senjata super Galactic Empire, bukan kisah mengenai kesatria Jedi. Yaaah judulnya saja diambil dari nama pesawat yang Jyn dan kawan-kawan naiki. Rogue One memang adalah nama dari pesawat kargo yang Jyn dan kawan-kawan gunakan pada bagian akhir film.

rogue3

rogue16

rogue15

rogue9

rogue5

rogue11

rogue4

Dengan didukung oleh special effect dan kostum yang bagus, Rogue One (2016) memang menghasilkan visual dan adegan pertempuran luar angkasa yang bagus. Namun keabsenan perseteruan antara Jedi dan Sith nampaknya membuat Rogue One (2016) menjadi kurang berbumbu bagi saya. Ini agak berbeda dengan film-film Star Wars lainnya yang selalu menampilkan drama antara kesatria Jedi dan kesatria Sith. Intrik mengenai keberpihakan Andor apakah ia akan mengikuti perintah atau tidak, relatif terlalu mudah ditebak, tidak ada kejutan di sana. Akhir kata, Rogue One (2016) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Lumayanlaaah sambil menunggu Star Wars episode VIII yang mungkin akan hadir di 2017.

Sumber: http://www.starwars.com/films/rogue-one

Star Wars: The Force Awakens (2015)

Force Awakens 1

A long time ago in galaxy far far away….

Kalau kata-kata di atas muncul pada bagian awal film yang teman-teman tonton, maka pastilah teman-teman sedang menonton film Star Wars, film fiksi ilmiah legendaris besutan Opa George Lucas. Pada tanggal 18 Desember tahun ini, hadir film layar lebar Star Wars terbaru, Star Wars: The Force Awakens (2015). Film ini dapat dikatakan sebagai Star Wars episode VII karena Star Wars: The Force Awakens (2015) mengambil latar belakang 30 tahun setelah duel antara Darth Vader dengan Luke Skywalker berakhir pada Star Wars Episode VI: Return of the Jedi (1983).

Luke Skywalker (Mark Hamill) menghilang setelah mengalami sebuah tragedi dengan murid yang ia latih. Dengan hadirnya First Order sebagai pengganti Galactic Empire yang dulu Luke tumbangkan, dunia membutuhkan seorang jedi, tentunya Luke adalah yang dicari sebab Luke adalah jedi terakhir yang hidup. Mirip seperti Galactic Empire, First Order dipimpin dan dihuni oleh sith, prajuritnya pun menggunakan seragam stormtrooper ala Galactic Empire. Siapa lawan First Order? Kaum pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Leia Organa (Carrie Fisher), saudara dari Luke sekaligus istri dari Han Solo (Harrison Ford).

Force Awakens 2

Force Awakens 8

Kaum pemberontak mengirim pilot terbaiknya, Poe Dameron (Oscar Isaac), untuk melacak keberadaan Luke. Ketika Poe berhasil menemukan sepotong peta yang mampu menunjukkan keberadaan Luke, sepasukan storntrooper yang dipimpin oleh seorang sith, Kylo Ren (Adam Driver), berhasil menangkap Poe. Sebelum tertangkap, Poe berhasil menitipkan peta tersebut pada droid BB-8 yang wujudnya mirip droid R2-D2 pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Aaahhhh perjalanan BB-8 selanjutnya pun mirip perjalanan R2-D2 pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Dalam perjalanannya BB-8 kemudian bertemu dengan Rey (Daisy Ridley) dan Stormtrooper FN-2187 / Finn (John Boyega). Siapakah kedua mahluk ini? Finn merupakan mantan stormtrooper bawahannya Kylo Ren yang kabur dan berhianat. Sedangkan Rey adalah pengumpul barang-barang bekas dengan masa lalu yang misterius.

Force Awakens 7

Force Awakens 13

Force Awakens 15

Force Awakens 5

Force Awakens 3

Force Awakens 10

Rey & Finn kemudian berencana untuk mengantarkan BB-8 dan peta akan keberadaan Luke kepada kaum pemberontak. Dalam perjalannya mereka bersinggungan Han Solo, Chewbacca (Peter Mayhew) dan Kylo Ren. Tak disangka Rey & Finn semakin terlibat ke dalam petikaian antara First Order dengan kaum pemberontak. Kisah selanjutnya, silahkan tonton sendiri, saya tidak akan menulis spoiler di sini :).

Saya melihat awal kisah Star Wars: The Force Awakens (2015) memiliki banyak kemiripan dengan Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Sebuah pesan penting dititipkan kepada sebuah droid, kemudian droid tersebut bertemu dengan orang-orang yang akan terlibat lebih jauh terkait dengan infromasi yang droid tersebut bawa. Latar belakangnya saja sama-sama gurun, pakaian yang Rey kenakan pun mengingatkan saya akan salah satu karakter utama pada Star Wars Episode IV: A New Hope (1977), aaahhh sepertinya sudah bisa ditebak siapakah Rey sebenarnya.

Force Awakens 16

Force Awakens 9

Petualangan Rey terbilang seru walaupun plotnya benar-benar plot klasik Star Wars, yaitu terdapat peperangan antara kesatria jedi dan kesatria sith. Jedi dapat berubah menjadi sith dan sebaliknya pun sith dapat berubah menjadi jedi karena keduanya sama-sama mengendalikan kekuatan yang disebut the force. Jedi mengambil segala kebaikan yang ada di dalam diri untuk mengendalikan the force, sementara itu sith menjadikan segala kejahatan yang ada di dalam diri untuk mengendalikan the force. Sith dan jedi pada film-film Star Wars biasanya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat lhooo, ;). Perkelahian antara sith dengan jedi yang menggunakan pedang laser selalu menjadi daya tarik tersendiri yang membuat saya ingin menonton film Star Wars.

Force Awakens 17

Force Awakens 14

Force Awakens 4

Force Awakens 11

Satu lagi plot klasik Star Wars yang terdapat pula pada Star Wars: The Force Awakens (2015), terdapatnya senjata mutakhir yang mampu menghancurkan planet. Kalau dulu ada Death Star, sekarang ada juga senjata yang mirip seperti itu dan pasti melibatkan pertempuran dengan pesawat-pesawat luar angkasa, yaaah jadulnya saja Star Wars, perang antar bintang :D. Mirip seperti pendahulunya, Star Wars: The Force Awakens (2015) menampilkan pertempuran yang komplet meskipun terdapat banyak “kebetulan yang menyenangkan” pada beberapa bagiannya. Tokoh protagonisnya beberapa kali memperoleh hal-hal yang mereka butuhkan atau mereka cari dengan relatif mudah padahal kalau dipikir pakai logika yaa seharusnya itu susah diperoleh, entah sudah pergi ke dukun mana kok mereka hoki terus yaaa? :P.

Force Awakens 6

Force Awakens 18

Force Awakens 19

Karena Star Wars selalu hadir dalam bentuk trilogi seperti Trilogi Star Wars original dan Trilogi Prequel Star Wars, saya yakin Star Wars: The Force Awakens (2015) akan mampu hadir sebagai awal dari trilogi yang keren. Jangan harap semua lawan Rey akan tewas pada Star Wars: The Force Awakens (2015) karena akan ada film keduanya, hehehehe ;).

Pada film-film Star Wars sebelumnya, Luke Skywalker selalu menjadi tokoh utama yang tak tergantikan. Untuk menggantikan Luke bukanlah hal yang mudah, olehkarena itulah dibutuhkan kisah transisi seperti Star Wars: The Force Awakens (2015). Saya melihat Star Wars: The Force Awakens (2015) menjadi jembatan bagi Luke, Han Solo dan kawan-kawan yang sudah tua untuk pensiun dan digantikan oleh generasi baru yang masih muda dan segar seperti Rey, Finn dan Poe. Saya kurang tahu apakah Opa Lucas dan Opa Abrahams sedang latah atau tidak. Mereka menggantikan peranan Luke menjadi Rey yang perempuan. Sepertinya hal ini dipengaruhi oleh trilogi-trilogi yang sukses dengan mengusung tokoh wanita sebagai tokoh utamanya seperti Trilogi Hunger Games, Trilogi Twilight dan film Divergent (2014) yang belum lengkap menjadi trilogi. Bagi saya pribadi, Luke Skywalker tetap tidak tergantikan dan Star Wars: The Force Awakens (2015) rasanya masih belum sebaik film-film pada Trilogi Star Wars original. Namun bagaimanapun juga, Star Wars: The Force Awakens (2015) berhasil menghibur penontonnya dan mampu mengobati kerinduan penggemar Star Wars akan sebuah kisah baru yang segar. Terlebih lagi kita dapat menyaksikan aksi Iko Uwais, Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman pada film tersebut, meskipun tidak sampai 5 menit hehehehe. Geng Kanjiklub yang mereka perankan serasa hanya “numpang lewat” saja memang. Dengan demikian, Star Wars: The Force Awakens (2015) masih layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. May the Force be with you.

Sumber: www.starwars.com/films/star-wars-episode-vii-the-force-awakens