Death on the Nile (2022)

Death on the Nile adalah salah satu novelnya Agatha Christie yang pernah saya baca. Hercule Poirot sang detektif ternama dari Belgia kembali hadir dengan beberapa kasus pembunuhan di Mesir. Poirot adalah karakter favorit saya dari beberapa karakter karangan Agatha Christie. Saya pun sempat menonton Death on the Nile (1976), tapi itu dulu sekali. Sebenarnya kisahnya tidak terlalu berkesan, jadi saya sudah agak lupa hehehe.

Setelah Murder at the Oriont Express (2017), Hercule Poirot (Kenneth Branagh) kembali berhadapan dengan sebuah misteri kasus pembunuhan. Sebenarnya keadaan yang Poirot hadapi agak mirip dengan yang ia hadapi pada Murder at the Oriont Express (2017). Dikisahkan bahwa Poirot sedang menikmati liburannya di Mesir. Ia bertemu seorang sahabat dan di sana ia memutuskan untuk bergabung pada sebuah paket perjalanan liburan. Poirot mengikuti paket wisata mengarungi Sungai Nil. Ia bersama beberapa tamu lainnya, berwisata menggunakan sebuah kapal mewah yang cantik. Tak lupa mereka pun mampir melihat Kuil Abu Simbel yang terkenal. Di tengah-tengah kegembiraan tersebut, bahaya diam-diam datang mengancam.

Semua tamu-tamu pada perjalanan ini ternyata saling mengenal. Pusat perhatian pada perjalanan tersebut adalah pada Linnet Ridgeway-Doyle (Gal Gadot). Ia merupakan wanita kaya raya yang sedang merayakan bulan madu. Semua tamu yang ada pada perjalanan tersebut memiliki hubungan dengan Linnet. Di mana ada uang, di sanalah semut-semut berdatangan.

Ketika terjadi beberapa pembunuhan di dalam kapal, Poirot harus menuntaskan semua prahara ini. Pembunuhan terjadi ketika kapal sedang berlayar di tengah sungai. Maka tersangka pembunuhannya sudah pasti diantara awak kapal dan penumpang yang ada. Saya suka dengan bagaimana Poirot menginterogasi dan menggali motif dari setiap penumpang. Terbukti bahwa semuanya memang memiliki motif untuk melakukan semua tindak kejahatan ini. Poirot pun terpaksa mengumumkan sebuah rahasia yang ia simpan ketika memutuskan untuk bergabung dengan rombongan wisata ini.

Saya suka dengan cerita-cerita penyelidikan seperti ini sebagai hiburan. Hanya saja kasus Poirot yang satu ini pada dasarnya memang tidak terlalu “Wah”. Death on the Nile (2022) sudah melakukan yang terbaik untuk menampilkan kasus ini. Mulai dari latar belakang Mesir yang cantik lengkap dengan kapal lawas yang mewah. Saya rasa Death on the Nile (2022) masih pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.20thcenturystudios.com

Accha, Indian Soul Food

Pertama kali saya menyantap makanan India adalah puluhan tahun yang lalu di Singapura. Saya kesulitan memotong roti cane menggunakan sendik dan garpy. Hehehehe. Maaf, namanya juga pertama kali. Roti cane biasanya dimakan dengan menggunakan tangan sih.

Kali ini saya menemukan restoran India bernama Accha yang memiliki banyak cloud kitchen. Artinya restoran ini memiliki banyak cabang tapi mayoritas bentuknya hanya dapur. Pemesanan dapat dilakukan dengan praktis melalui layanan ojeg online. Hanya saja, Accha masih terbatas di kota Jakarta-Bekasi-Tangerang, yaitu di daerah Tebet, Bendungan Hilir, Tomang, Pluit, Kelapa Gading, Mangga Besar, Cilandak, Kebon Jeruk, Cibubur, Jaka Setia, Pondok Aren, Margonda, BSD, Gading Serpong, Cicendo, dan Pelaspas.

Dari berbagai hidangan khas India yang ada di sana, saya baru mencicipi nasi biryani kambing, chicken kofta bites dan chicken tikka masala dengan naan. Ok sebagai besar namanya agak asing di telinga. Mari kita bahas satu per satu.

Nasi biryani kambing hadir dengan menggunakan beras basmati dan potongan daging kambing yang besar-besar dan super lembut. Aroma dan rasa khas biryaninya sangat agresif dan berani. Sayang lama kelamaan, rasanya jadi sedikit terlalu asin. Tapi potongan kambing yang relatif jumbo, membuat rasa kambingnya lebih mantab. Terlebih lagi, daging kambingnya tidak pringus.

Chicken tikka masala hadir dalam bentuk potongan ayam bakar yang dicelupkan di dalam semangkuk saus kari. Sausnya mirip bumbu dengan nasi biryani, rasanya gurih penuh rempah-rempah yang sangat berani. Potongan ayamnya pun besar-besar dan empuk, jadi rasa ayamnya benar-benar terasa. Tak lupa saya menggunakan butter naan sebagai pelengkap. Sekilas Naan sendiri agak mirip dengan roti canai. Keduanya sama-sama terbuat dari tepung gandum, namun ada sedikit perbedaan dalam proses pembuatannya. Roti canai akan lebih berminyak, sementara itu roti naan akan memiliki sedikit rasa yogurth. Naan pun nemiliki berbaga rasa. Tapi kali inu saya memilih menyantap naan original tanpa rasa-rasaan, yaitu butter naan. Mencolek naan ke dalam chicken tikka masala memberikan rasa yang unik dan beda. Yah, rasa dan aroma rempah khas India benar-benar terasa pada hidangan Accha ini.

Chicken kofta bites memiliki bentuk seperti bakso daging atau perkedel daging. Bentuknya memang bulat-bulat. Bulatan tersebut terbuat dari daging ayam dan berbagai bumbu rempah. Rasanya gurih dan lebih halus dibandingkan menu-menu sebelumnya. Bagi yang senang dengan rasa yang lebih berani, tersedia saus kari ala Accha untuk menemani kofta.

Menu-menu Accha memang unik dan kaya akan rasa. Hanya saja, dari beberapa hidangan yang saya cicipi, rasanya jadi agak mirip, hanya tekstur dan bentuknya saja yang berbeda. Rasa gurih memang dominan dan saya senang dengan makanan gurih, tapi terkadang gurihnya sedikit overpower. Saya rasa Accha layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.