
Pada penghujung 2019 ini, hadir penutup dari sebuah trilogi sekuel dari Trilogi Star Wars, yaitu Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Seperti kedua film pendahulunya, Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Last Jedi (2017), film yang kembali disutradarai oleh J. J. Abrams ini mengambil latar belakang bertahun-tahun setelah Trilogi Star Wars berakhir. Trilogi Star Wars terdiri dari 3 film karya George Lucas yang legendaris. Bertahun-tahun kemudian, Disney membeli hak cipta Star Wars dan mulai membuat trilogi sekuel sebagai kelanjutan dari Trilogi Star Wars. Diawali dari Star Wars: The Force Awakens (2015), kemudian dilanjutkan oleh Star Wars: The Last Jedi (2017), lalu ditutup oleh Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Sayang sekali kedua film Star Wars sebelum Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), sudah memperoleh kritikan pedas dari mayoritas fans garis keras Star Wars. Beberapa justru lebih memilih Star Wars tamat pada Trilogi Star Wars dan tidak ada trilogi kedua. Wah wah wah, mampukah Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) menjawab semua kritikan dan keraguan yang telah muncul?


Pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), Rey (Daisy Ridley), Poe Dameron (Oscar Issac) & Finn (John Boyega) berburu sebuah alat yang dapat menemukan lokasi Kaisar Palpatine (Ian McDiarmid), biang keladi dari segala kekacauan terjadi selama ini. Palpatine kembali muncul ke permukaan setelah menjadi antagonis utama pada Trilogi Prekuel Star Wars dan Trilogi Star Wars.

Dalam perjalanannya tentunya terjadi petempuran hebat antara pasukan pemberontak pimpinan Leia Organa (Carrie Fisher) dengan pasukan First Order pimpinan Kylo Ren (Adam Driver). Tak lupa Kylo pun terus mengejar Rey baik lewat telepati maupun langsung. Ia berusaha mempengaruhi agar Rey berbalik arah menjadi Sith. Rey pun masih berharap agar Kylo menemukan kebaikan dan kembali menjadi Jedi. Pertarungan antara Jedi dan Sith sangat kental mewarnai film yang satu ini.



Pada dunia Star Wars, terdapat individu-individu yang memiliki bakat atau sensitif terhadap sebuah kekuatan yang disebut The Force. Sith adalah mereka-mereka yang memanfaatkan The Force dengan kebencian dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat jahat mahluk hidup. Sedangkan Jedi adalah mereka-mereka yang memanfaatkan The Force dengan kasih sayang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan. Pada Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Last Jedi (2017) dikisahkan bahwa Rey dan Leia bisa dibilang merupakan Jedi terakhir yang masih hidup. Kylo dan Palpatine merupakan Sith kuat yang terus merekrut orang-orang baru agar bergabung menjadi Sith.
Para Jedi dan tokoh utama pada Trilogi Star Wars, berguguran pada sekuel kedua trilogi ini. Tentunya seorang tokoh legendaris Star Wars akan tewas lagi pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Siapa tokohnya sih mudah sekali ditebak, lha hanya dia seorang saja yang masih tersisa :’D. Yang ternyata gagal saya tebak adalah siapakah Rey sebenarnya. Pada film penutup ini, identitas Rey mulai terkuak dan agak mengejutkan. Terjawab sudah mengapa kekuatan The Force milik Rey kuat sekali.


Pada film ini, saya menikmati pertarungan fisik dan mental antara Sith dan Jedi. Semuanya tersaji dengan visual yang cantik dan memukau. Dari segi cerita, film ini mengingatkan saya pada film terakhir pada Trilogi Star Wars. Agak mirip tapi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Hal ini menjadi perdebatan karena banyak kritikus yang kurang suka dengan hal ini. Saya pribadi? Suka sekali, bagus dan masuk akal kok alurnya.



Kalau dilihat sebagai sebuah film Star Wars, Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) memang seolah mampu berdiri sendiri dengan sebuah cerita yang lumayan bagus. Namun kalau disatukan dengan dua film sebelumnya sebagai sebuah trilogi sekuel, maka kesan yang saya dapat adalah … berantakan.
Trilogi sekuel Star Wars terdiri dari 3 film yaitu Star Wars: The Force Awakens (2015), Star Wars: The Last Jedi (2017) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) disutradarai oleh J. J. Abrams, sedangkan Star Wars: The Last Jedi (2017) disutradarai oleh Rian Johnson. Lucunya, ada beberapa hal yang “ditanamkan” oleh J. J. Abrams pada Star Wars: The Force Awakens (2015), tidak dilanjutkan atau digunakan oleh Rian Johnson pada Star Wars: The Last Jedi (2017). Nah kini, pada film penutupnya, J. J. Abrams seperti membalas Rian Johnson dengan tidak menyentuh beberapa hal yang sudah “ditanamkan” oleh Rian Johnson pada Star Wars: The Last Jedi (2017). Lihat saja berapa lama karakter Rose Tico (Kelly Marie Tran) muncul pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) :P. Rose seolah seperti pemain figuran saja di sana hohohohoho. Bukankah ketiga film tersebut seharusnya saling berkesinambungan? Perbedaan siapa yang menyutradarai seharusnya tidak menjadi alasan. Coba saja lihat film-film MCU (Marvel Cinematics Universe). Film-film tersebut sukses besar menghasilnya kesinambungan dibawah bendera Disney. Disney sukses besar ketika membuat film-film MCU. Kenapa mereka gagal pada Star Wars? Disney seolah-olah beberapa kali merubah roadmap atau rancangan besar dari trilogi sekuel Star Wars. Mungkinkah ini karena kritikan pedas fans berat Star Wars.
Kylo Ren adalah satu-satunya karakter yang konsisten dan berkesinambungan pada ketiga film tersebut. Finn dan Rey nampak sekali berubah-ubah arahannya. Misteri akan identitas Rey pun dibuat sebagai sebuah senjata pamungkas. Well, itu memang berhasil bagi saya pribadi. Meskipun setelah menonton Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), saya jadi kurang setuju dengan judulnya :’D.

Secara garis besar, Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) berhasil memberikan hiburan yang menyenangkan bagi saya. Kekurangan dalam plot dan ketidaksinkronan dengan film sebelumnya, cukup impas terbayar dengan adegan aksi yang menyenangkan dan akhir yang lumayan diluar dugaan saya. Saya bulan penggemar berat franchise Star Wars, saya hanya dapat memberikan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Saya sadar betul J. J. Abrams mengubah dan tidak memanfaatkan beberapa hal baru dari film Rian Johnson, tapi justru itulah yang saya suka. Terus terang saya kurang suka dengan kemana sekuel trilogi ini dibawa oleh Rian Johnson. Syukurlah J. J. Abrams tidak melanjutkannya :P.
Sumber: http://www.starwars.com
Menyukai ini:
Suka Memuat...