Ketika Formula VLOOKUP Excel Gagal

Vlookup biasa digunakan untuk mencocokkan banyak data secepat kilat. Namun adalakalanya formula ini seolah kok gagal? Padahal kalau random checking satuan seharusnya cocok.  Seringkali hal ini terjadi karena ada karakter atau format yang sebenarnya beda. Jadi kalau dicocokkan, yaaa hasilnya tidak sesuai ekspektasi.

Dari berbagai kasus yang pernah saya temui, berikut penyebab dan cara menyelesaikannya:

  • Beda Format
    Tampilan boleh nampak sama, tapi terkadang kalau ada tipe format yang berbeda, maka =VLOOKUP kadang akan salah hasilnya. Ada baiknya kita samakan kedua data yang akan kita cocokkan dengan =VLOOKUP. Ada beberapa cara, mulai dari menggunakan Format Painter, sampai manual klik kanan cek Format Cells… Saya lebih senang menggunakan =TEXT. Jadi, sebelum menggunakan =VLOOKUP, gunakan formula =TEXT terlebih dahulu. Ini efisien untuk data yang jumlahnya banyak atau kalau ingin membuat gabungan formula nantinya.
    Kurang lebih beginilah penggunaannya: = TEXT(nilai yang ingin dicocokkan,format yang hendak diterapkan). Karena saya sering melakukan pencocokan data dalam bentuk angka, maka saya biasa menggunakan =TEXT(A1,”0000″). A1 adalah contoh sel yang nilainya hendak dicocokkan.
  • Spasi/Tab Setelah Kutip
    Setelah tanda kutip (‘), spasi/tab kadang tidak terlihat. Perbedaannya akan terlihat kalau deretan data tersebut dilihat satu persatu. Untuk mengatasinya bisa dengan copypaste deretan data tersebut ke Notepad atau aplikasi sejenis. Lalu lakukan Replace All supaya cepat. Kalau di Notepad bisa dengan menekan CTRL+H lalu masukkan spasi ( ) pada “Find What” dan kosongkan “Replace All”. Setelah setelah selesai, copypaste lagi kembali ke posisi semula pada Excel.
  • NBSP (Non-Breaking Space)
    NBSP adalah karakter HTML yang pernah terbawa ketika saya sedang mengolah data. Bentuknya sulit dibedakan dengan spasi biasa terutama untuk data yang panjang. Sepengetahuan saya, keberadaan NBSP di tengah-tengah data, dapat terdeteksi dengan lebih mudah oleh aplikasi Notepad++ atau aplikasi HTML lain. Kalau pakai aplikasi Notepad, hanya akan terlihat seperti spasi biasa. Untuk mengatasinya, sama seperti contoh di atas yaitu dengan melakukan Remove All.

Semoga bermanfaat.

Mengurus Perpanjangan SIM 2021 di SIM Keliling

Tidak terasa, sudah saatnya saya memperpanjang masa berlaku SIM saya pada tahun 2021 ini. Pada 2016 lalu saya memperpanjang di Pelayanan SIM Keliling pada tulisan Mengurus Perpanjangan SIM 2016. Saya pikir, kali ini saya dapat memperpanjang SIM lewat aplikasi online. Ohhh ternyata, aplikasinya belum siap. Saya pun akhirnya kembali memperpanjang di Pelayanan SIM keliling seperti 5 tahun yang lalu.

Jeda 5 tahun ternyata membuat beberapa peraturan sudah berubah. Saat ini, perpanjangan SIM dapat dilakukan kapan saja dan efektif berlaku 5 tahun setelah tanggal perpanjangan. Kita diperbolehkan memperpanjang kapan saja, bisa 6 bulan, 1 tahun, atau bahkan 2 tahun sebelum masa berlaku habis. Hanya saja masa berlakunya efektif ikut bergeser mengikuti tanggal kita memperpanjang SIM. Contohnya adalah, ketika masa berlaku SIM saya habis pada 1 April 2021, saya memilih memperpanjang pada 15 Februari 2021. Maka, otomatis masa berlaku SIM saya akan berakhir pada 15 Februari 2026. Jadi kedepannya, batas akhir masa berlaku SIM tidak akan selalu sama dengan tanggal ulang tahun.

Semua itu dapat saya lakukan selama kondisi SIM tidak habis masa berlakunya, tidak rusak dan tidak hilang. Kini SIM tidak dapat diperpanjang setelah masa berlakunya habis, walaupun hanya telat 1 hari sekalipun. SIM yang masa berlakunya sudah habis mengharuskan pemiliknya untuk mengikuti alur seperti membuat SIM baru.

Dengan demikian, saya memilih untuk memperpanjang SIM saya seminggu sebelum masa berlakunya habis. Selanjutnya memperpanjang dimana ya enaknya? Saya biasa memperpanjang di SIM Keliling karena lokasinya yang relatif dekat dengan Posisi SIM keliling pun sudah berubah-ubah. Untuk SIM Keliling yang ada di Jakarta, lokasinya ada di Mall Grand Cakung, Kantor Pos Lapangan Banteng, LTC Glodok, Kampus Trilogi Kalibata dan Jalan M. Saidi Raya. Sekarang SIM manapun boleh diperpanjang di mana saja. Jadi, SIM dari wilayah lain di luar Jakarta, bisa memperpanjang di SIM Keliling Jakarta, berlaku pula sebaliknya. Saya sendiro memilih untuk memperpanjang di SIM Keliling yang berada di Parkiran Mall Grand Cakung.

Pelayanan SIM keliling Mall Grand Cakung beroperasi pada 08:00 sampai 14:00 di hari kerja. Pada saat akhir pekan, mereka beroperasi pada 08:00 sampai 12:00. Saya tiba di sana pukul 08:00 tepat dan antriannya sudah cukup panjang :’D.

Hal yang pertama saya lakukan adalah mengantri nomor. Di sana, saya memgantri berdiri sampai ke meja petugas. Saya kemudiam menyerahkan SIM lama dan 2 lembar fotokopi KTP kepada petugas. Tak lupa saya menulis nama lengkap, tanda tangan tipe SIM dan golongan darah. Dari meja pertama itu saya memperoleh nomor urut. Kebetulan kemarin saya memperoleh nomor urut 48.

Selanjutnya saya ikut mengantri untuk masuk ke dalam mobil SIM Keliling. Saya duduk di kursi hijau yang tersedia, sesuai nomor urutnya. Saya bergeser dari kursi ke kursi sampai akhirnya saya sampai di kursi terdepan. Prosesnya mudah, saya hanya mengikuti arahan petugasnya saja. Setelah tiba gilirannya, saya masuk ke dalam mobil SIM Keliling untuk melakukan foto, tanda tangan dan pengamban sidik jari. Tak lupa pembayaran juga yaaaa.

Setelah keluar dari mobil SIM Keliling, saya menunggu di pelataran Mall sampai nama saya dipanggil melalui pengeras suara. Saya datang ke arah petugas yang memanggil untuk mengambil SIM baru saya. Ahhh selesai, prosesnya memang lama tapi tidak terlalu melelahkan karena semuanya diatur dengan tertib dan teratur. Sampai jumpa di tahun 2026, mungkin tata caranya sudah bergeser lagi nanti :’D.

Mengatasi Port Ethernet Laptop HP EliteBook 820 yang Bermasalah

Setelah penggunaan selama 5 tahun, akhirnya port ethernet Laptop HP EliteBook 820 saya pecah berkeping-keping :'(. Port tersebut memang selalu saya gunakan untuk connect ke LAN kantor, jadi yaaaah pada akhirnya gugur. Berbeda dengan port ethernet laptop-laptop saya sebelumnya, port ethernet HP 820 ini ada engsel cengkramannya, semacam katup penutup. Maka setiap saya gunakan, RJ45 yang saya masukkan tidak mudah lepas. Desain port ethernet yang mencengkram ternyata memiliki titik lemah juga kalau kita gunakan terus menerus. Cengkramannya lama-kelamaan melemah dan akan copot pada akhirnya. Dalam kasus saya, copot dan pecahhhhh, hiks.

Saya pergi ke service center HP yang ada di lantai bawah kantor saya dan saya mendapatkan kenyataan pahit. Laptop saya sudah di luar masa garansi. Kemudian suku cadang yang rusak harus inden 3 bulan. Kalaupun sudah ada, harga suku cadangnya diperkirakan sekitar 1,5 juta, weew.

Ok, saya ogah beli suku cadang yang terlalu mahal untuk bende sekecil itu. Maka saya memiliki 2 solusi yang sudah saya coba dan berhasil.

Solusi 1

Gunakan USB to Ethernet Adapter. Dengan tambahan alat ini, saya menggunakan port USB saya yang masih ok, sebagai pengganti port ethernet saya yang gugur. Namun kalau kita bekerja di perusahaan atau lokasi yang tim IT-nya melakukan filter berdasarkan Mac Address, maka USB to Ethernet Adapter akan gagal menjalankan fungsinya.

Sebagai contoh, kantor saya hanya mengijinkan perangkat tertentu yang boleh masuk ke dalam jaringan internal. Maka mereka melakukan filter dengan mendata Mac Address dari setiap pegawai yang ada. Pada database kantor, yang tercatat adalah Mac Address dari port ethernet laptop HP 820 saya yang sudah gugur. Maka langkah berikutnya yang saya harus lakukan adalah mendaftarkan ulang Mac Address kepada tim IT. Hal ini akan berhasil dengan mudah apabila kita bekerja hanya di 1 lokasi saja, dan tim IT-nya sangat responsif. Apabila kita berpindah-pindah lokasi kantor yang memiliki kebijakan yang sama, maka akan hal ini akan memakan waktu. Apalagi kalau kita sedang menghadapi deadline :(. Maka yang bisa kita lakukan adalah mengubah Mac Address dari USB to Ethernet Adapter agar sama dengan Mac Address port ethernet laptop yang sudah terdaftar.

Pada kasus ini saya menggunakan Windows 10 dan menggunakan USB to Ethernet Adapter merk TP-Link. Pertama-tama saya Command Prompt dan memasukkan command “ipconfig /all”. Kemudian saya mencatat Phisical Address dari Ethernet adapter. Ini merupakan Mac Address dari port ethernet bawaan laptop yang rusak.

Kemudian saya masuk ke menu Control Panel, lalu Network and Internet, lalu Network Connections. Dari sana, saya melakukam klik kanan dan men-Disable Ethernet bawaan laptop saya.

Gambar di atas adalah kondisi disaat USB to Ethernet Adapter belum dipasang. Nah ketika saya mentancapkan USB to Ethernet Adapter saya, di sana kebetulan terbaca Ethernet4. Pada bagian Device Name terlihat merk yang saya gunakan yaitu TP-Link. Saya kemudian meng-klik kanan Ethernet4 dan memilih Properties. Pada layar Properties saya memilih Configure.

Nah pada menu Advanced dan Network Address, saya mengganti Value dengan Mac Address port ethernet bawaan Laptop yang sudah saya catat pada langkah pertama di Command Prompt. Tinggal klik Ok, selesai deh.

Solusi 2

Solusi 1 terlalu panjang? Port USB-nya juga rusak? Tidak punya biaya untuk beli Adapter? 😛 Tenaaaang, ada solusi kedua wkwkwkwkwk. Silahkan ke toko aksesoris mobil dan belilah peredam suara mobil. Lhoh?? Kalau saya kemarin pakai Automat 3mm sisa hehehehe. Peredam tersebut digunakan untuk menempelkan pecahan port ethernet laptop saya. Kekuatan dan kelenturannya terbukti mempu menjadi perekat yang tepat ;). Kalau pakai lem, akan terlalu keras dan kurang lentur. Nah kalau pakai lakban atau selotip biasa, yah kurang kuat.

Kekurangan solusi yang kedua ini adalah katup slot SD card tertutup sehingga saya tidak dapat lagi menggunakan slot tersebut. Kalau potongannya kurang besar, maka selotip peredam akan mudah lepas. Bagi saya pribad ini bukan masalah besar karena saya jarang menggunakan SD Card. Kekurangan lainnya adalah bentuk laptop saya jadi kurang elok kalau dilihat dekat-dekat …. dari bawah. Aaahhh siapa pula yang mau lihat dari bawah hehehehe. Sampai saat ini saya masih awet menggunakan solusi yang kedua. Ini jauh lebih awet daripada menggunakan ganjalan atau selotip yang lebih tipis dan kurang lentur.

Solusi kedua sangat saya sarankan bagi temen-teman yang senasib dengan saya, yaitu kondisi dimana katup penutup port ethernetnya sudah pecah. Bagi teman-teman pemilik HP 820 yang port ethernetnya baru sampai tahap retak saja, sebaiknya gunakan solusi pertama. Peredam suara sangat lengket dan menimbulkan noda, sayangkan? Apalagi kalau nanti hendak dijual ;). Kabarnya sih penyakit HP 820 berikutnya adalah fan. Wew, yah namanya juga laptop tempur, setiap hari digunakan untuk mencari sesuap nasi, pasti ada bagian yang lama-lama loyo, hohohoho.

Membagi 1 File Excel ke Dalam Beberapa File Excel

Adakalanya kita butuh memecah 1 file excel ke dalam beberapa file excel. Jadi informasi yang ada di dalam file excel tersebut dipecah-pecah ke dalam beberapa file excel sesuai kebutuhan. Saya mengalami masalah ini ketika saya harus meng-upload ribuan baris data excel ke dalam sebuah database padahal sekali  upload hanya dapat membaca 50 baris data. Setelah putar sana putar sini, akhirnya saya menggunakan cara di bawah ini pada Microsoft Excel saya.

Pertama-tama, saya akan membagi data yang ada di dalam 1 Sheet, ke dalam beberapa Sheet tapi masih dalam 1 file Excel yang sama. Pada contoh kali ini saya memiliki data yang terdiri dari 1284 baris. Nah data ini akan saya pecah-pecah ke dalam beberapa Sheet dimana 1 Sheet terdiri dari 50 baris data.

Dari Excel, tekan Alt+F11 untuk membuka Visual Basic. Kemudian pilih Insert dan Module untuk membuka modul script VB.

Copy-paste command-command di bawah ini ke dalam modul script VB yang sudah terbuka

Sub SplitData()
Dim WorkRng As Range
Dim xRow As Range
Dim SplitRow As Integer
Dim xWs As Worksheet
On Error Resume Next
xTitleId = "AliefKasep"
Set WorkRng = Application.Selection
Set WorkRng = Application.InputBox("Range", xTitleId, WorkRng.Address, Type:=8)
SplitRow = Application.InputBox("Split Row Num", xTitleId, 5, Type:=1)
Set xWs = WorkRng.Parent
Set xRow = WorkRng.Rows(1)
Application.ScreenUpdating = False
For i = 1 To WorkRng.Rows.Count Step SplitRow
resizeCount = SplitRow
If (WorkRng.Rows.Count - xRow.Row + 1) < SplitRow Then resizeCount = WorkRng.Rows.Count - xRow.Row + 1
xRow.Resize(resizeCount).Copy
Application.Worksheets.Add after:=Application.Worksheets(Application.Worksheets.Count)
Application.ActiveSheet.Range("A1").PasteSpecial
Set xRow = xRow.Offset(SplitRow)
Next
Application.CutCopyMode = False
Application.ScreenUpdating = True
End Sub

 

Jalankan command dengan memilih Run atau menekan F5. Maka kemudian akan muncul pertanyaan mengenai data mana yang hendak dipecah-pecah. Dalam contoh ini saya memilih data dari cell A1 sampai G1284. Hal ini dapat dilakukan dengan memblok cell yang hendak dipilih.

Kemudian akan muncul pertanyaan, pemecahannya hendak dibuat per-berapa baris? Pada contoh ini saya membutuhkan pemecahan data setiap 50 baris.

Setelah itu, command-command VB berjalan dan membuat data yang tadinya terdiri dari 1284 baris terpecah-pecah ke dalam 25 Sheet. Setiap Sheet pada Sheet2 sampai Sheet 27 berisi 50 bari pecahan data dari Sheet1. Sheet1 masih utuh berisikan data awal yang belum dipecah dan masih terdiri dari 1284 baris.

Baiklah, dengan selesainya proses di atas maka pemecahan 1 Sheet ke dalam beberapa Sheet sudah selesai. Selanjutnya, saya ingin memecah Sheet-Sheet ini ke dalam beberapa file Excel yang terpisah. Langkah berikutnya adalah kembali membuka Visual Basic dengan menekan Alt+F11. Kemudian kembali buka modul dan copy-paste command-command di bawah ini.

Sub Splitbook()
'AliefCakep
Dim xPath As String
xPath = Application.ActiveWorkbook.Path
Application.ScreenUpdating = False
Application.DisplayAlerts = False
For Each xWs In ThisWorkbook.Sheets
xWs.Copy
Application.ActiveWorkbook.SaveAs Filename:=xPath & "\" & xWs.Name & ".xlsx"
Application.ActiveWorkbook.Close False
Next
Application.DisplayAlerts = True
Application.ScreenUpdating = True
End Sub

Jalankan command dengan menekan F5 dan Sheet-Sheet pada file tersebut sudah terpecah-pecah ke dalam beberapa file excel yang terpisah. Judul dan isi dari masing-masing file tersebut akan sama persis dengan Sheet-Sheet yang terdapat pada file awal.

Akhir kata, semoga bermanfaat (^_^).

 

Bagaimana Cara Naik Chao Praya Express di Bangkok?

Bangkok

Sejak dahulu kala, Sungai Chao Praya menjadi pusat kehidupan bagi masyarakat Bangkok. Tidak heran kalau penginggalan-peninggalan budaya dan sejarah kerajaan Thailand terletak di pinggir Sungai Chao Praya. Untuk langsung mencapai objek wisata ikonik Thailand seperti Grand Palace, Emerald Buddha, Wat Pho dan Wat Arun, kita dapat menggunakan Chao Praya Express.

Sejak 1971, perahu-perahu Chao Praya Express berlayar di sepanjang Sungai Chao Praya, dari Bangkok sampai Nonthaburi. Mereka tentunya berhenti di beberapa atau semua Dermaga di sepanjang Sungai Chao Praya, bergantung dari bendera perahu dan Dermaga. Kalau kita datang ke salah satu Dermaganya, akan terlihat bendera ditancapkan di ujung Dermaga. Warna dari bendera yang menancap, menunjukkan perahu Chao Praya berbendera warna apa saja yang akan berhenti di Dermaga tersebut.

Pada kapal Chao Praya Express biasanya terdapat bendera pula, kadang hanya 1, kadang 2, kadang malah polos hanya memasang bendera Thailand saja. Kalau ada perahu yang memasang bendera warna oranye dan hijau, maka ia akan berhenti di Dermaga yang memiliki bendera oranye dan hijau, hal yang sama berlaku pula bagi perahu lain yang memasang bendera dengan kombinasi dan variasi lainnya. Mirip seperti kereta, warna bendera ini dapat dikatakan sebagai penanda jalur perjalanan perahu. Hanya saja, karena pada dasarnya jalur yang dilalui tetap itu-itu saja, maka yang berbeda hanya lokasi berhentinya saja. Berikut peta jalur Chao Praya Express yang kemarin sering saya gunakan pula sebagai contekan ketika sedang ke sana.

Chao Praya

Dermaga yang dilalui oleh semua perahu adalah Dermaga Sathorn yang disebut Dermaga Centre. Kode nama dan angka dari Dermaga-Dermaga lainnya dilihat dan dihitung dari Dermaga Sathorn ini. Kode N atau North menunjukkan Dermaga yang terletak di sebelah utara dari Dermaga Sathorn. Kode S atau South menunjukkan Dermaga yang terletak di sebelah selatan dari Dermaga Sathorn. Kode angka setelah hutuf N atau S menunjukkan di Dermaga keberapa dihitung dari Dermaga Sathorn. Kode S1 menunjukkan Dermaga pertama yang terletak di selatan dari Dermaga Sathorn. Kode N23 menunjukkan Dermaga ke-23 yang terletak di utara dari Dermaga Sathorn.

Dari peta tersebut, terlihat pula bahwa pada dasarnya terdapat 5 jalur yang dipergunakan oleh perahu Chao Praya Express, berikut detailnya:

  1. Kapal Berbendera Kuning
    Rute: Sathorn (Centre) – Nonthaburi (N30)
    Waktu Operasional: Senin – Jumat. 06:15 – 08:20 dan 16:00 – 20:00
    Tarif : 20 THB
  2. Kapal Berbendera Hijau
    Rute: Pakkred (N33) – Nonthaburi (N30) – Sathorn (Centre)
    Waktu Operasional: Senin -Jumat. 06:10 – 08:10 dan 16:05 – 18:05
    Tarif: 13 / 20 / 32 THB (tergantung jarak)

  3. Kapal Berbendera Oranye
    Rute : Nonthaburi (N30) – Wat Rajsingkorn (S3)
    Waktu Operasional: Setiap hari. 06:00 – 19:00
    Tarif: 14 THB

  4. Kapal Tanpa Bendera
    Rute: Nonthaburi (N30) –
    Wat Rajsingkorn (S3)
    Waktu Operasional: Senin -Jumat. 06:45 – 07:30 dan 16:00 – 16:30
    Tarif: 9 / 11 / 13 THB (tergantung jarak)

  5. Kapal Berbendera Biru
    Rute: Sathorn (Centre) – Phra Arthit (N13)
    Waktu Operasional: 09:00 – 17:30
    Tarif : 50 THB sekali naik dan 180 THB untuk naik sepuasnya

Berbeda dengan kereta, pembelian tiket Chao Praya Express masih agak manual. Tiket dapat dibeli di loket atau di atas perahu. Tidak semua Dermaga memiliko loket, lokasi Dermaga-nya saja ada yang ngumpet di ujung pasar loh :’D. Kalau teman-teman kebetulan datang ke Dermaga dan tak ada loketnya, bayar saja di atas perahu. Jangan kaget yaaaa, kenek-kenek Chao Praya Express seperti ninja berkeliaran di bagian luar perahu hehehehehe.

Tapi hal ini dapat saya lihat di perahu selain perahu berbendera biru. Untuk membeli tiket perahu berbendera biru, kita harus membelinya di loket. Perahu berbendera biru ini hanya berhenti di Dermaga besar yang memiliki akses menuju objek wisata. Harganya memang lebih mahal, tapi perahunya lebih bagus, luas, tidak berdesakan dan ada pemandu wisata sepanjang perjalanan. Pemandu wisata akan menjelaskan semua objek yang dilalui perahu, dalam bahasa Inggris.

Saya pribadi, lebih sering naik perahu berbendera oranye karena mayoritas tujuan saya termasuk ada di jalurnya, dan harganya yang relatif lebih ekonomis. Namun andaikata saya melihat bahwa perahu berbendera oranye, kuning, hijau dan polos terlalu berdesak-desakkan, saya akan naik perahu berbendera biru saja. Kasihan anak saya yang umurnya masih di bawah 2 tahun :’D. Nah itulah cara naik Chao Praya Express, jangan lupa menaruh barang berharga di depan dan tempat yang sekiranya aman ;).

Sumber:
http://www.chaophrayaexpressboat.com
chaophrayatouristboat.com

Baca juga:
Hari Pertama Membawa Bayi Ketika Wisata Bangkok & Pattaya
Ringkasan Objek Wisata Bangkok & Pattaya
Bagaimana Cara Naik Kereta di Bangkok?
Persiapan Wisata Thailand 2017

Pengalaman Suntik Meningitis di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Meningitis

Sebentar lagi saya dan keluarga akan menunaikan ibadah umroh di Arab Saudi sana. Berdasarkan peraturan dari Pemerintah Arab Saudi, setiap Warga Negara Indonesia yang hendak memasuki wilayah Arab Saudi harus disuntik vaksi meningitis terlebih dahulu. Hal ini telah diatur pula oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13 Tahun 2016. Pemberian vaksin meningitis dilakukan maksimal 2 minggu sebelum keberangkatan karena vaksin tersebut baru bekerja efektif pada 10 sampai 14 hari setelah pemberian. Setelah pemberian vaksin, kita akan memperoleh buku kuning kecil yang disebut ICV (International Certifacate of Vaccination).

Kenapa sih kok harus suntik segala? Repot! Sepertinya tidak semua negara dikenakan peraturan ini bukan? Arab Saudi termasuk negara endemis Meningitis Meningokokus. Meningitis adalah sebuah penyakit yang berupa gejala peradangan yang menyerang lapisan selaput pelindung jaringan otak dan sumsum tulang belakang yang di akibatkan oleh bakteri atau virus, sebuah penyakit yang konon merenggut nyawa Olga Syahputra. Ketika dulu ke Mesir dan Turki, saya tidak pakai suntik-suntik seperti ini sih. Padahal bukankah kedua negara tersebut relatif dekat dengan Arab Saudi? Konon kita dapat membeli kartu kuning ICV secara ilegal, tanpa suntik lho, tapi hanya gosip yang tidak jelas kebenarannya ;). Ahhh, saya pribadi lebih memilih untuk mengikuti aturan saja lah. Toh saya yang sudah bertahun-tahun hidup di negara kepulauan tropis. Saya memang akan bertemu dengan berbagai manusia dari penjuru dunia di Mekah dan Madinah nanti, kota-kota di tengah gurun pasir dengan iklan dan keadaan yang berbeda dengan rumah saya. Tidak ada salahnya berjaga-jaga, meskipun saya yakin kuman penyakit di sana tidak semenyeramkan itu. Semua ada adalah tamu Allah yang sama-sama berniat untuk beribadah atas panggilan Allah.

Berhubung saya tinggal di wilayah Jabodetabek, maka saya mempertimbangkan untuk melakukan suntik meningitis di:

  • KKP Tanjung Priok Wilker Marunda, Jl. Raya Jayapura No. 1, Pelabuhan Marunda, Jakarta Utara, Telepon 021-44853773.
  • KKP Tanjung Priok Wilker Sunda Kelapa, Jln. Baruna Raya No. 1, Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Telepon 021-6917647.
  • KKP Kelas I Tanjung Priok, Jl. Raya Nusantara No. 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Telepon 021-43931045.
  • KKP Bandara Soekarno Hata, Jl. Area Perkantoran Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Telepon 021-5506068.
  • KKP Bandara Halim Perdana Kusuma, Jl. Jengki No. 45, RT/RW: 08/02, Kebon Pala, Cililitan, Jakarta Timur, Telepon 021-8000166.
  • Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Jl. MT Haryono Kav. 11, RT/RW: 01/06, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Telepon 021-29373377.
  • Rumah Sakit Persahabatan, Jl. Persahabatan Raya No. 1, Rawamangun, Jakarta Timur, Telepon 021-4891708.
  • Rumah Sakit Fatmawati, Jl. Rumah Sakit Fatmawati No. 1, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Telefon 021-7501524.
  • Rumah Sakit Haji Jakarta, Jl. Pondok Gede No. 4, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Telefon 021-8000694.
  • Asrama Haji Bekasi, Jl. Kemakmuran No. 72, Bekasi, Jawa Barat, Telefon 021-88960946.

Banyak orang menyarankan untuk suntik di KKP Pelabuhan Tanjung Priok karena di sana tidak ada batas kuota vaksin per hari dan relatif sepi. Beberapa mengatakan bahwa kalau proses di sana hanya 15 menit saja, asalkan jangan di pagi hari ketika loket baru dibuka. Datanglah agak siang sedikit tapi di bawah pukul 12 karena ada waktu makan siang petugas antara pukul 12 sampai 1 siang.

Walaupun KKP Pelabuhan Tanjung Priok terletak nun jauh di ujung dunia dari rumah, saya awalnya berniat untuk melakukan vaksin di sana. Tapi sebelum saya berangkat ke sana, saya tergoda untuk suntik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), setelah melihat sebuah tulisan di Kompasiana. Katanya sih suntik meningitis di RS PON lantai 4, datang sekitar pukul 06:40 saja dapat nomor urut 1 dan pukul 9-an sudah selesai suntik. Tidak perlu antri dari jam 4 seperti di KKP Halim. Wow! Fantastis! Amazing! Kalau saya lihat, tulisan tersebut terakhir diperbaharui pada bulan Juli 2017. Walaupun si penulis tidak mencantumkan bulan atau tahun dia suntik, saya mengasumsikan bahwa kejadian yang beliau tulis itu terjadi pada Juli 2017. Pada tulisan ini, saya mengisahkan vaksinasi meningitis yang saya lakukan pada bulan Januari 2018, ahhh hanya berbeda sekitar 6 bulan, sepertinya RS PON boleh nih. Apakah kondisinya masih sama???

Sehari sebelum kedatangan, kami menelefon pihak RS PON di 021-29373377 dan memperoleh informasi bahwa RS PON melayani penyuntikan vaksin meningitis setiap hari senin, rabu dan jumat di lantai 2. Pemberian nomor antrian dilakukan mulai pukul 6 pagi dan pemanggilan sesuai antrian dilakukan mulai pukul 8 pagi. Persyaratan yang wajib dibawa adalah fotokopi passport, fotokopi KTP dan foto 4 x 6. Hhhmmmm pelayanan suntik meningitis di RS PON sudah pindah dari lantai 4 ke lantai 2.

Keesokan harinya, saya dan orang tua saya datang ke RS PON dan mengambil nomor antrian di loket informasi lantai 1. Di sana kami memperoleh formulir yang harus diisi dan nomor antrian yang …….. mengejutkan. Betapa kagetnya kami ketika kami memperoleh nomor antriam 50-an padahal waktu baru menunjukkan pukul 06:15. Cetakan waktu yang tertera pada kertas nomor antrian agak aneh, ahhh mungkin salah yaaa. Jangan-jangan nomor antriannya mulai di angka 50. Setelah berbincang-bincang dengan satpam yang ada di sana, kami memperoleh informasi bahwa pelayanan suntik meningitis dipindahkan dari lantai 4 ke lantai 2 karena semakin bertambahnya peminat, dan ternyata pembagian nomor antrian memang dimulai pukul 6 pagi tapi sebelum pukul 6, sudah ada yang menumpuk berkas, jam 5 pagi juga sudah ada. Jiaaahhhh, kalau begini caranya, ya sama saja seperti KKP Halim dong. Jadi sebelum antrian dibuka, orang-orang ada yang sudah datang menumpuk berkas dan nomor antrian dibuat mengikuti siapa yang menumpuk berkas paling awal. Selain itu ada pula orang-orang yang sudah melakukan pendaftaran secara online di kespel.depkes.go.id, aaah kenapa tidak terpikirkan oleh saya. RS PON sendiri hanya memiliki kuota 100 vaksin per hari, jadi nomor urut 101 sudah hampir pasti tidak akan memperoleh vaksin. KKP lain yang sudah lama melayani suntik meningitis seperti KKP Halim, memiliki kuota 250 vaksin per hari. Sedangkan khusus KKP Pelabukan Tanjung Priok tidak memiliki batas kuota. Aaahhhh kenapa kami tidak tetap di rencana awal ya? Seharusnya kami mengacuhkan tulisan di Kompasiana tentang meningitis di RS PON yang saya baca, dan tetap ke KKP Tanjung Priok saja. Aahhh apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, terpaksa kami melanjutkan proses suntik meningitis di RS PON. Toh katanya kan pada sekitar bulan Juli 2017 tersebut dikatakan bahwa suntik di RS PON hanya akan memakan waktu 15 menit saja bukan? Sejauh apa sih bedanya setelah sekitar 6 bulan berselang?

Meningitis

Meningitis

Kami lalu menunggu di lantai 2 RS PON sambil memakan sarapan yang kami beli dari pedagang kaki lima tak jauh dari RS PON. Pemanggilan nomor antrian ternyata tidak dilakukan pada pukul 8 pagi, melainkan pada pukul 07:30. Kami baru dipanggil pada pukul 09:30 di loket penerimaan yang letaknya tepat di depan tangga berjalan. Disana kami mengembalikan formulir dan semua persyaratan yang sudah kami siapkan. Fotokopi KTP, fotokopi Passport dan 1 lembar foto 4 x 6 itu memang benar-benar syarat mutlak dan diminta. Disana kami ditawarkan apakah kami hendak suntik meningitis saja atau meningitis plus flu. Harga suntik meningitis adalah Rp. 305.000 dan harga suntik flu adalah Rp. 275.000.

Meningitis

Meningitis

Setelah memilih suntik apa saja yang hendak kami pilih, kami diarahkan menuju ke loket pembayaran yang letaknya berada di belakang loket penerimaan. Di depan loket tersebut, kami memberikan berkas dari loket sebelumnya, lalu kembali duduk menanti nama kami dipanggil. Kami dipanggil dan membayar pada pukul 09:30. Di sana mereka menerima debit BCA dan Mandiri, jadi saya tidak khawatir disaat saya sadar bahwa saya kehabisan uang tunai :’D.

Meningitis

Setelah selesai membayar kami diarahkan menuju ruang tunggu pemeriksaan yang berada di samping loket pembayaran. Di sana kami menyerahkan surat-surat dari loket pembayaran kecuali kertas kuitansi berwarna kuning karena kertas tersebut diperuntukkan bagi kami selaku pasien. Lalu kami kembali duduk menunggu dipanggil untuk ditensi. Kami dipanggil pada pukul 10:20 dan Alhamdulillah hasilnya bagus sehingga kami dapat melanjutkan ke langkah berikutnya. Apabila hasil tensinya kurang baik, maka harus diperiksa dan dicek agar tensinya baik, barulah dapat melanjutkan ke langkah selanjutnya. Setelah ditensi, kami kembali menunggu sampai akhirnya pada pukul 10:40, kami dipanggil ke dalam ruang dokter.

Meningitis

Di sana kami ditanyakan mengenai alergi dan riwayat penyakit. Untuk ibu-ibu muda, harus menyertakan hasil testpack. Hal ini untuk mendeteksi dini apakah yang bersangkutan sedang mengandung atau tidak. Untuk ibu hamil, setahu saya, setelah suntik, akan diberikan obat tambahan yang harus diminum setelah pulang dari Arab Saudi.

Selanjutkan kami dipersilahkan untuk kembali memgantri di depan ruangan penyuntikan yang letaknya tepat di samping ruangan sebelumnya. Kami mulai masuk ruangan penyuntikan pada sekitar pukul 11:10. Proses penyuntikannya cepat sekali, hanya saja proses administrasinya sedikit lama. Jadi setelah disuntik, si penyuntik harus mengisi beberapa data ke dalam kartu kuning atau ICV yang akan diberikan kepada kami. Proses ini selesai sekitar pukul 11:20.

Meningitis

Wah, kok saya selalu mencantumkan waktu yaaaa. Ya jelas, saya menulis sebagian besar tulisan ini, sambil menunggu dan mengantri :’D. Ini merupakan pengalaman saya pada akhir Januari 2018. Memang sih, agak di luar ekspektasi. Saya terlalu terlena membaca “lucky story” bisa suntik meningitis super cepat padahal orang yang berangkat ke Arab Saudi semakin bertambah jumlahnya dan aliran informasi sudah semakin cepat sehingga memang semakin hari, akan semakin banyak orang yang mengetahui bahwa RS PON menerima suntik meningitis. Walaupun begitu, saya tetap bersyukur Alhamdulillah proses suntik meningitis sudah terlampaui. Walaupun banyak menunggunya, ruang tunggu RS PON terbilang nyaman, bersih dan yang terpenting, saya selalu memperoleh tempat duduk dengan mudah :). Para petugas pun ramah dan sangat membantu sehingga kami tidak kebingungan mencari lokasi loket atau ruangan tertentu.

Ketika saya hendak keluar dari RS PON, saya bertemu sepupu saya yang tidak dapat kuota vaksin di RS PON karena datang terlalu siang. Untuk dapat suntik meningitis di RS PON memang harus datang pagi dan ikhlas menghabiskan waktu untuk mengantri. Bagi rekan-rekan yang hendak suntik meningitis, saya sarankan untuk mencoba datang ke KKP Tanjung Priok dan atau mendaftar terlebih dahulu secara online di kespel.depkes.go.id. Selamat mencoba! 🙂

Sumber: 
kespel.depkes.go.id
kkppriok.blogspot.com/p/pelayana-vaksin.html
mencegahpenyakit.com/pengertian-dan-definisi-penyakit-meningitis-serta-kenali-gejalanya/
http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=2274&id=kemenkes-ketatkan-pengawasan-international-certificate-of-vaccination-(icv)-meningitis.html

Wisata Singapura Hari Keempat

Singapura

Setelah pada Wisata Singapura Hari Ketiga kami lelah berkeliling sampai larut malam, pada hari keempat ini  kami bangun agak siang dan langsung bersiap-siap, membeli bekal dan sarapan. Kami mulai berangkat sekitar pukul 9 pagi. Lah, berangkat kemana? Belanja, belanja dan belanja. Acara kami di hari terakhir kami ini adalah belanja.

Mustafa Centre menjadi tujuan pertama kami hari itu. Sebenarnya, untuk pergi ke Mustafa Centre dari Lavender, akan lebih cepat bila menggunakan bus nomor 133 dan sedikti berjalan kaki. Namun karena kami membawa bayi dan MRT Singapura sangat nyaman, jadi kami memutuskan untuk tetap menggunakan MRT walaupun harus berpindah jalur sebanyak 3 kali untuk jarak yang tidak terlalu jauh. Dari Stasiun Lavender, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Joo Koon untuk berhenti di Stasiun Bugis. Dari Stasiun Bugis, kami naik MRT jalur biru ke arah Stasiun Bukit Panjang untuk berhenti di Stasiun Little India. Dari Stasiun Little India, kami naik MRT jalur ungu ke arah Stasiun Punggol untuk berhenti di Stasiun Farrer Park. Dari Stasiun Farrer Park, kami keluar di Exit H dan berjalan kaki menuju Mustafa Centre yang terletak di Jalan Syed Alwi. Sepanjang jalan kami melihat dekorasi bermorif burung, ini mungkin karena kami berada di tengah-tengah kampung India yang mayoritas warganya merayakan Dipali atau Festival Cahaya, sebuah hari raya bagi umat Hindu.

Hhhhhmmm tak lama, kami berhasil menemukan Mustafa Centre, bangunannya cukup besar dan memanjang, itulah kondisi Mustafa Centre di tahun 2016, entah seperti apa kondisinya sekarang. Toko raksasa yang dimiliki oleh Mustaq Ahmad ini buka 24 jam dan menjual aneka ragam barang elektronik, pakaian, oleh-oleh, makanan kecil, cokelat, mainan anak, jam tangan dan lain-lain. Saya rasa, hampir semua kebutuhan sehari-hari ada di sana. Kami akhirnya memberi pakaian, makanan kecil, cokelat dan mainan anak yang saat itu belum kami temui di Indonesia. Dari segi harga, sepertinya harganya terbilang standard. Kelebihan dari berbelanja di Mustafa Centre adalah jam bukanya, kenyamanan toko dan kelengkapannya. Oh yaaa, Mustafa Centre itu seperti supermarket, jadi harganya sudah tetap dan tidak dapat ditawar. Kalau mau membeli barang yang dapat ditawar, kita harus pergi ke Bugis …. tujuan belanja kami selanjutnya ;).

Dari Mustafa Centre, kami pulang dahulu ke hotel untuk memasukkan barang belanjaan ke dalam hotel. Kami kembali memilih menggunakan MRT karena lebih nyaman dan praktis, aaah kami sudah ketagihan naik MRT nampaknya :’D. Dari Stasiun Ferrer Park kami naik MRT jalur ungu ke arah Stasiun Harbour Front untuk berhenti di Stasiun Little India. Dari Stasiun Little India, kami naik MRT jalur biru ke arah Stasiun Expo untuk berhenti di Stasiun Bugis. Ahhhh, sebenarnya Bugis merupakan tujuan belanja kami berikutnya, tapi barang belanjaan yang banyak, memaksa kami untuk pulang ke hotel dulu. Dari Stasiun Bugis, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Lavender.

Setelah merapihkan belanjaan, kami membawa koper dan semua barang bawaan kami untuk check-out dan menitipkan barang-barang tersebut kepada petugas hotel. Kami akan mengambil barang-barang tersebut lagi, ketika kami akan berangkat ke Airport. Untuk menuju Bugis, dari Stasiun Lavender, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Joo Koon untuk berhenti di Stasiun Bugis. Dari stasiun Bugis kami berjalan ke arah pertokoan Bugis yang terletak di sekitar Bugis Junction. Pertokoan Bugis memang tidak mengunakan AC dan tidak selengkap Mustafa Centre, tapi harga oleh-oleh di Bugis dapat ditawar dan harganya lebih miring asalkaaaaaan, jangan langsung membeli di toko yang dekat dengan jalan raya. Untuk barang yang sama, tapi toko yang lebih sempit dipojokan, kami memperoleh harga yang sangat murah dibandingkan toko-toko di tempat lain. Untuk masalah harga, pertokoan Bugis memang relatif lebih unggul dibandingkan tempat lain di Singapura asalkan tekun berkelana ke pojokan dan lantai atas pertokoan tersebut. Tapi soal kenyamanan, kelengkapan, ketersediaan dan kepraktisan, Mustafa Centre lebih unggul.

Kami selesai belanja di sekitar Bugis, kami segera naik MRT jalur hijau dari Stasiun Bugis ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Lavender. Sesampainya di Hotel V Lavender, kami mengambil barang-barang yang dititikan kepada pihak Hotel dan membereskan aneka belanjaan dari Bugis, ke dalam koper dan kardus yang sudah disiapkan. Apa tujuan selanjutnya? Pulaaaang!

Dari Stasiun Lavender, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Expo. Dari Stasiun Expo, kami langsung naik MRT yang berhenti di Stasiun Changi Airport. Ahhhhh, liburan kami akhirnya berakhir dan kami harus kembali ke Jakarta. 4 hari yang menyenangkan dan penuh petualangan bagi keluarga kecil saya. Melihat perjalanan ini, nampaknya kami siap untuk pergi ke negara lain yang lebih menantang. Saya mungkin akan melakukan persiapan-persiapan seperti yang pernah saya lakukan pada Persiapan Wisata Singapura 2016 untuk tujuan lainnya. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya! 🙂

Sumber:
http://www.tripadvisor.com
insideretail.asia
tripzilla.com
trvl.com
http://www.singapore-guide.com

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga

Wisata Singapura Hari Ketiga

Singapura

Tak terasa petualangan keluarga kecil saya sudah sampai di hari ketiga :D. Setelah pada Wisata Singapura Hari Kedua kami sudah puas berwisata di Pulau Sentosa, kali ini kami berencana untuk mengunjungi Singapore Zoo, River Safari dan Singapore Flyer. Kali ini kami bangun lebih siang dari hari kedua. Sekitar pukul 9 kami baru berangkat menuju Singapore Zoo & River Safari yang letaknya sedikit lebih jauh dari objek-objek yang sudah kami kunjungi. Untuk mencapai Singapore Zoo & River Safari, kami harus menggunakan LRT/MRT dan bus. Sebelumnya, tak lupa kami terlebih dahulu sarapan dan membeli bekal makanan halal di kios-kios kecil yang terletak di samping Hotel.

Kemudian kami bergegas menuju Stasiun Lavender untuk pergi ke arah Stasiun Joo Koon dan berhenti di Stasiun City Hall. Dari Stasiun City Hall kami pindah jalur dan naik MRT ke arah Jurong East untuk turun di Stasiun Ang Mo Kio. Sesuai arahan website penujukan jalan gothere.sg, kami keluar melalui Exit C dan berjalan menuju Ang Mo Kio Interchange (54009). Penunjuk jalannya cukup jelas sehingga kami tidak tersesat.  Ang Mo Kio Interchange (54009) wujudnya mirip Sentral Pemberhentian Bus Way di Jakarta, hanya saja ukurannya lebih besar, bersih, rapih dan sepi, praktis hampir tidak ada antrian di sana. Berbeda dengan bus konvensional di Indonesia, semua bus di Singapura hanya dapat berhenti di Bus Stop atau Bus Interchange saja, yaaaah mirip bus way yaa. Pembayarannya dapat menggunakan tiket yang harus dibeli di loket, dapat pula menggunakan STP/E-Link di dalam bus. Karena kami sudah memiliki kartu E-Link, maka kami langsung menuju tempat menunggu bus nomor 138 yang pemberhentian terakhirnya adalah Singapore Zoo & River Safari.

Singapore Zoo dan River Safari lokasinya bersebelahan, yaitu di dalam area reservoir dan hutan yang berada di bagian utara Singapura. Kedua sama-sama dikelola oleh Wildlife Reserve Singapore bersama-sama dengan Night Safari dan Jurong Bird Park. Jurong Bird Park lokasinya agak jauh dari Singapore Zoo dan kawan-kawan sehingga untuk menuju ke sana harus menggunakan jalur bus yang berbeda. Di Indonesia sendiri sudah banyak taman burung sih sebenarnya, kami sendiri kurang tertarik untuk mengunjungi Jurong Bird Park. Tapi andaikan lokasinya ada di dekat Singapore Zoo, mungkin kami akan mempertimbangkan untuk masuk ke dalam setelah selesai dari Singapore Zoo dan River Safari.

Berbeda dengan Jurong Bird Park, Night Safari berada di satu lokasi yang sama dengan Singapore Zoo, hanya saja bukanya di malam hari. Saya rasa ini mirip safari malamnya Taman Safari. Hanya saja, konon Night Safari lebih tertata sehingga lebih bagus dari safari malamnya Taman Safari. Saya pribadi kurang suka dengan safari malamnya Taman Safari sebab kok ya binatangnya tidak terlihat. Taman Safari lebih menarik untuk dikunjungi di siang hari. Sebenarnya saya tertarik untuk mengunjungi Night Safari, namun karena bukanya malam, lokasinya relatif jauh dari hotel dan kami membawa bayi mungil kami, maka kami mengurungkan niat kami dan lebih memilih untuk pergi mengunjungi Singapore Flyer di sore atau malam hari nanti.

Sebenarnya kami sudah berencana untuk membeli tiket Singapore Zoo dan River Safari secara on-line melalui situs resmi mereka. Kalau membeli lewat sana, ada diskon dan promo. Tapi karena kesibukan dan ragu-ragu, kami memilih untuk membeli tiket masuk langsung di tempat saja. Ternyata promo dan diskon yang diperoleh bila membeli on-line, dapat kami peroleh juga bila membeli langsung di loket :’D. Di sana kami langsung membeli paket tiket Singapore Zoo + River Safari. Untuk Singapore Zoo kami membeli pula tiket tram. Dengan membeli tiket tram maka kami dapat menggunakan tram sepuasnya selama berada di dalam area Singapore Zoo. Ada 4 stasiun tram dimana pemilik tiket tram dapat naik-turun sepuasnya. Sedangkan untuk River Safari, kami tidak membeli tiket River Safari Cruise meskipun kami sadar betul bahwa berkeliling kebun binatang sepuasnya dengan perahu, adalah salah satu kelebihan River Safari. Batas tinggi minimal untuk menaiki River Safari Cruise adalah 1,06 meter. Kami datang bersama anak kami yang tingginya di bawah 1,06 meter. Anak di bawah batas minimal tersebut tidak boleh dipangku pula, jadi anak kami benar-benar tidak bisa naik. Untunglah di dalam River Safari terdapat kapal besar yang rutenya mengelilingi reservoir. Semua boleh menaiki kapal tersebut, tidak ada batasan tinggi badan atau umur. Semua pengunjung River Safari boleh menaiki kapal tersebut tanpa membayar biaya tambahan.

Setelah selesai membeli tiket, kami langsung memasuki Singapore Zoo. Di sana kami melihat jerapah, gajah, kangguru, tapir, babirusa, flamingo, pinguin, orang utan, harimau, singa dan lain-lain. Pengunjung dapat berjalan melewati berbagai area binatang dengan pagar pemisah yang tidak terlalu besar atau tinggi sehingga penggunjung dapat melihat dengan jelas aneka satwa yang ada di sana.

Saya rasa semua binatang ayang ada di Singapore Zoo dapat kita jumpai pula di Indonesia, kecuali … Inuka! Oh siapa Inuka? Ia adalah beruang kutub pertama yang berhasil dilahirkan di negara beriklim tropis. Wujud Inuka yang besar sungguh mempesona, inilah alasan kenapa saya setuju kami berkunjung ke Singapore Zoo :D.

Tidak hanya berkeliling melihat binatang, pengunjung Singapore Zoo disuguhkan pula oleh berbagai acara seperti acara memberi makan Inuka, acara splash safari, acara animal friends, acara elephants work & play, dan acara rainforest fights back. Acara-acara tersebut dikemas dengan apik dan bagus. Favorit keluarga kami adalah acara elephants work & play karena di sana kami dapat memberi makan gajah-gajah dan berfoto dengan mereka. Anak saya sangat senang memberi makan gajah-gajah lucu tersebut :). Beruntung kami membeli tiket tram di loket depan tadi. Dengan bantuan tram kami dapat hemat waktu dan tenaga. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami dapat mengelilingi Singapore Zoo dan menghadiri semua acara tambahan yang diselenggarakan :).

Sekitar pukul 2 siang kami baru keluar dari Singapore Zoo dan masuk ke dalam River Safari yang terletak tepat di sebelah Singapore Zoo. Walaupun hanya dapat menaiki kapal besar saja, kami tetap mengunjungi River Safari karena di sana terdapat Kai Kai dan Jia Jia, sepasang panda raksasa yang diimport dari Cina. Kami mengunjungi Singapura pada tahun 2016, saat ini Taman Safari Indonesia belum memiliki panda. Ketika kami memasuki River Safari, kami tidak langsung bertemu Kai Kai atau Jia Jia, akantetapi kami terlebih dahulu melihat aneka binatang lau dan sungai. Agak berbeda dengan Singapore Zoo, River Safari memang lebih fokus ke arah binatang air atau binatang yang hidup di dua alam. Jadi kami berjalan menyusuri lorong-lorong yang kanan dan kirinya dipenuhi kolam penuh dengan berbagai binatang. Memang sih River Safari nampak bersih dan rapi, tapi yaa rasanya tidak terlalu istimewa. Di ujung lorong tersebut, kami menemukan antrian untuk memasuki area panda. Area panda hanya boleh dimasuki bergantian dan dilarang berbicara keras atau berisik di sana. Setelah mengantri sekitar setengah jam, kami akhirnya memasuki area panda :D. Di sana kami melihat panda merah yang lincah bergerak ke sana ke mari. Kemudian kami melihat Kai Kai dan Jia Jia sedang bermalas-malasan sambil memakan daun. Keduanya nampak lucu, apalagi pemisah antara pengunjung dengan binatang hanyalah pagar pendek saja, keduanya nampak jelas terlihat :).

Setelah keluar dari area panda, kami ikut mengantri untuk menaiki kapal besar yang akan berputar mengelilingi reservoir. Reservoir yang dikelilingi sebenarnya hanya seperti danau besar dengan aneka tumbuhan di sekitarnya, tidak ada yang spesial di sana.

Kami kira, setelah dari area reservoir, tidak ada lagi yang dapat dilihat di River Safari. Ternyata setelah dari area reservoir, terdapat area kolam raksasa dimana kami dapat berjalan di lorong yang terdapat di bagian bawah kolam tersebut. Jadi kami dapat berjalan dengan melihat kolam di sisi kanan, kiri dan atas kami, yaaaah semacam Sea World laaah :). Luasnya memang tidak sebesar Sea World Ancol, tapi yaaah lumayanlah bisa dijadikan tempat istirahat sejenak dan menyejukkan badan. Area tersebut dilengkapi AC yang lumayan sejuk :).

Sekitar pukul 5 sore, kami kelar dari River Safari menuju halte bus yang terletak tak jauh dari pintu masuk Singapore Zoo dan River Safari. Di sana sudah banyak calon penumpang lain yang menunggu bus 138 yang akan berhenti di Ang Mo Kio Interchange (54009). Setelah kami tiba di Ang Mo Kio Interchange (54009) dengan menaiki bus 138, kami berjalan kaki menuju stasiun MRT terdekat yaitu Stasiun Ang Mo Kio. Dari Stasiun Ang Mo Kio, kami menggunakan MRT jalur merah ke arah Stasiun Marina South Pier untuk berhenti di Stasiun Newton. Di Stasiun Newton kami menggunatakn MRT jalur biru ke arah Stasiun Expo untuk berhenti di Stasiun Promenade. Kami lalu keluar melaui Exit A dan menjalan kaki ke arah Singapore Flyer. Perjalannya ternyata agak berbelok dan beberapa kali menyeberang jalan, untunglah kami sebelumnya sempat menanyakan arah kepada petugas Stasiun. Salah satu kelebihan Singapura adalah, kemampuan para petugas Stasiun memberikan informasi. Mereka beberapa kali menawarkan bantuan yang sangat bermanfaat bagi turis seperti kami.

Kami tiba di Singapore Flyer sekitar pukul setengah 8 malam. Pada puncak bagunan Singapore Flyer terdapat kincir raksasa dengan ketinggian sampai 165 m di atas permukaan tanah. Pada bagian bawah kincir raksasa tersebut terdapat taman, restoran, pijat ikan, simnulator pesawat dan penjual souvenir. Sayang ketika kami tiba di sana, mayoritas sudah tutup karena terlalu malam. Kami akhirnya mampir ke 7-Eleven untuk makan malam setelah sebelumnya membeli tiket kincir raksasa di lantai 1. Setelah kenyang, kami naik ke lantai 3 untuk naik kincir Singapure Flyer.

Setelah sekitar 15 menit mengantri, akhirnya kami bertiga masuk bersama 4 orang lainnya ke dalam kabin kincir. berbeda dengan kincir di Indonesia, kabin kincir milik Singapore Flyer ini sangat luas sekali. Pantas saja terdapat opsi untuk makan malam di dalam kincir. Anak saya tertawa dan mengoceh kesenangan di dalam kabin tersebut. Istri saya yang awalnya agak takut dan hanya berani duduk di tengah, akhirnya berani berjalan-jalan ke pinggir kabin untuk menikmati cahaya lampu Singapura dari atas. Di sana kami dapat melihat sebagian objek yang kali lewati pada perjalanan kami di hari pertama kami yaitu mulai dari Garden by the Bay, Marina Bay Sands, Jembatan Helix, Merlion, Esplanade dan Sungai Singapura. Whaaa, ini merupakan kincir raksasa paling tinggi, besar dan luas yang pernah saya naiki. Pemandangan yang bagus memang sepadan dengan harga tiket yang lumayan mahal :’D.

Ahhhh, setelah puas berputar dan melihat Singapura dari atas, kami akhirnya pulang sekitar pukul 10 malam dari Singapore Flyer. Kondisi jalanan memang sepi, tapi masih terlihat turis berlalu lalang sehingga kami tidak khawatir. Keluar dari gedung Singapore Flyer, kami langsung berjalan menuju Stasiun Promenade. Dari Stasiun Promenade, kami naik MRT jalur biru ke arah Stasiun Bukit Panjang untuk berhenti di Stasiun Bugis. Dari Stasiun Bugis, kami naik MRT jalur hijau ke arah Stasiun Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun Lavender yang posisinya berada di bawah hotel tempat kami menginap. Ahhhhh, akhirnya bisa beristirahat. Sepertinya keesokan harinya kami akan bangun lebih siang lagi pada Wisata Singapura Hari Keempat hehehehe.

Sumber:
travel.nationalgeographic.com
http://www.flickr.com/photos/adforce1/
landtransportguru.net
http://www.riversafari.com.sg
http://www.visitsingapore.com
http://www.zoo.com.sg
thewanderingmum.com
nerdnomads.com
wrscomsg.wordpress.com

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Keempat

Wisata Singapura Hari Kedua

Singapura

Setelah lelah berwisata pada Wisata Singapura Hari Pertama, hari kedua kami mulai sedikit lebih siang dari rencana di itenari yang sudah disusun. Kami keluar dari hotel pukul 8 lewat untuk sarapan sekaligus membeli bekal di rumah makan halal tak jauh dari hotel tempat kami menginap.

Setelah selesai sarapan dan membungkus bekal, kami berjalan kaki ke Stasiun MRT Lavender. Akan kemanakah kami? Pada hari kedua ini kami akan berwisata ke Pulau Sentosa yang penuh akan berbagai atraksi dan objek wisata seperti Universal Studio, Madame Tussauds, Trick Eye, Adventure Cove Waterpark, Fort Siloso, Wings of Time dan lain-lain. Mengingat keterbatasan waktu, kami hanya akan mengunjungi Universal Studio dan menonton Wings of Time saja.

Untuk menuju ke Pulau Sentosa sebenarnya ada 3 cara yaitu:

  1. Jalur darat menggunakan mobil sewaan atau taksi atau grabcar. Cara ini relatif mahal tapi dapat berkeliling pulau sepuasnya dengan nyaman dan sesuka hati. Kalau mau sedikit berhemat, bisa saja masuk ke ke dalam pulau dengan taksi atau grabcar tapi begitu ada di dalam pulau, kita menggunakan bus sentosa atau kereta gantung atau Sentosa Express yang masing-masing ada stasiunnya.

Wisata Singapura

  1. Menggunakan kereta gantung yang berangkat dari Mount Faber Station di Faber Peak. Dari Mount Faber Station, kita dapat naik kereta gantung dengan jalur Mount Faber Line yang kemudian akan berhenti di Stasiun Harbourfront dan Stasiun Sentosa. Apabila ingin keliling Sentosa dengan kereta gantung, maka kita dapat menggunakan kereta gantung jalur Sentosa Line yang akan berhenti di Stasiun Merlion, Stasiun Imbiah Lookout dan Stasiun Siloso Point. Menaiki kereta gantung tentunya memakan biaya yang relatif besar dan tetap harus antri di setiap stasiun, tapi akan memberikan pengalaman yang menyenangkan ;).

  1. Menggunakan Sentosa Express dari Vivo City Mall. Sentosa Express merupakan monorel internal Pulau Sentosa yang dapat kita gunakan untuk masuk dan mengelilingi Pulau Sentosa. Sentosa Express akan berhenti di Stasiun Sentosa, Stasiun Waterftont, Stasiun Imbiah dan Stasiun Beach. Rasanya ini merupakan pilihan transportasi paling ekonomis yaaa.

Sarana transportasinya sangat lengkap dan banyak pilihannya. Sebenarnya kami ingin menggunakan opsi kedua yakni menggunakan kereta gantung. Namun karena faktor cuaca kami mengurungkan niat kami.

Sejak di Indonesia, ramalan cuaca memang menunjukkan bahwa kami berwisata ke Singapura di saat musim hujan datang. Hari pertama kami lalui dengan memandang langit cerah, tidak ada hujan. Sayang di hari kedua ini hujan turun sejak pagi, hicks :(. Seram juga yah kalau naik kereta gantung di saat hujan deras. Berhubung pilihan pertama terlalu mahal, maka kami memilih pilihan ketiga yaitu Sentosa Express. Toh dengan datangnya hujan, sepertinya kami terpaksa memilih untuk mengunjungi dua atau tiga lokasi dari beberapa lokasi yang awalnya kami rencanakan.

Untuk mencapai Stasiun Sentosa Express yang terdapat di Level 3 Vivo City Mall, kami menaiki MRT East West Line (jalur hijau) dari Stasiun MRT Lavender arah Stasiun MRT Koon untuk turun di Stasiun MRT Outram Park. Di Stasiun Outram Park, kami pergi ke tempat menunggu MRT North East Line (jalur ungu) untuk pergi ke arah Stasiun MRT Harbour Front. Tempat menunggu MRT untuk jalur yang berbeda, sering sekali terletak di lantai yang berbeda pula, walaupun terletak di Stasiun MRT yang sama. Bahkan pada beberapa kasus, lokasinya sedikit jauh tapi masih dalam 1 gedung pusat perbelanjaan, yaaah secara halus kita disuruh putar-putar lihat dagangan heheheh. Tapi saya tidak menemukan masalah akan hal ini karena penunjuk jalannya jelas sekali, hampir dipastikan kita tidak akan tersesat :).

Stasiun MRT Harbour Front ternyata terletak di lantai bawah Vivo City Mall. Kami harus beberapa kali menaiki tangga berjalan untuk mencapai Stasiun Sentosa Express yang ada di Level 3. Sesampainya di atas, selain membeli tiket monorel, saya menukarkan e-ticket Universal Studio Singapore (USS) dan Wings of Time (WOT) dengan tiket fisik. Berhubung harga tiket USS dan WOT via online lebih murah ketimbang langsung membeli di tempat, saya memilih membeli tiket secara online di agen yang terpercaya, bukan langsung di website USS ya, entah kenapa tiket USS di agen justru bisa lebih murah. Saya sendiri membeli e-ticket untuk tanggal tertentu agar lebih murah harganya. Andaikan saya membeli e-ticket open date maka harganya akan lebih mahal tapi saya bisa datang di tanggal berapa saja dalam rentang waktu tertentu. E-ticket yang diperoleh harus di-print dan ditukarkan dengan tiket fisik agar dapat digunakan untuk masuk. Penukaran dapat dilakukan di Vivo City Mall level 3, Loket Tiket Imbiah Lookout, Loket Tiket Stasiun Beach, Loket Tiket Stasiun Waterfront, Loket Tiket Merlion Plaza dan Faberpeak Ticketing KiosK. Saya memilih menukarkannya di Vivo City Mall karena penukarannya dapat dilakukan bersamaan dengan pembelian tiket monorail. Andaikan saya menggunakan kereta gantung, saya akan menukarkannya di Faberpeak Ticketing KiosK.

Setelah menyelsaikan masalah pertiketan, kami masuk ke dalam Stasiun Sentosa Express dan menunggu kereta yang lama kemudian muncul. Kondisi di dalam kereta monorel tak jauh berbeda dengan kereta MRT/LRT, sama-sama bersih, nyaman dan stroller friendly :D. Kemudian kami turun di Stasiun Imbiah untuk melihat Merlion Sentosa, Tiger Tower dan Taman Kupu-Kupu Serangga. Sayang, karena hujan turun dengan derasnya, maka kami hanya sempat berfoto di dekat Merlion Sentosa saja. Selanjutnya kami menyantap bekal yang kami beli di restoran dekat hotel, lapaarrrr :).

Agak melenceng dari intenari, kami memutuskan untuk langsung menggunakan monorel dari Stasiun Imbiah menuju Stasiun Waterfront tanpa melihat-lihat atraksi lain. Ketika turun dari Stasiun Waterfront, kami baru menyadari bahwa salah sepatu anak saya hilang entah kemana. Waduh, kami terpaksa kembali lagi ke Stasiun Imbiah, area sekitar Merlion Sentosa dan Stasiun Sentosa Express untuk mencari sepatu tersebut. Hasilnya? Tidak ketemu, weleh-weleh, padahal itu sepatu baru pemberian eyangnya. Daripada kehabisan waktu, kami memilih untuk melaporkan ini kepada petugas loket di Stasiun Sentosa Express dan menghentikan pencarian. Bagaimana nasib sepatu anak saya yang hanya 1 buah? Jawabnya akan hadir pada bagian akhir tulisan ini ;). Kami melanjutkan acara kami dengan kembali menaiki monorel sampai Stasiun Waterfront. Di sana kami turun dan berjalan menuju bola USS untuk berfoto-foto terlebih dahulu. Bola USS yang terdapat di depan gerbang USS memang sering menjadi objek foto-foto bagi wisatawan, baik yang memang akan masuk USS maupun yang hanya lewat untuk foto-foto saja di bagian luar hehehehe. Beruntung ketika kami tiba di sana, hujan sudah mulai reda, sehingga kami tidak usah terus menerus menggunakan payung, cukup topi saja.

Walaupun terdapat gerimis yang datang dan pergi, USS tetap dapat dinikmati karena sebagian bagain dalam USS memiliki langit dan sebagian wahananya pun berada di dalam ruangan tertutup. Penghalang kami justru tinggi anak saya yang di bawah 120 cm dan umur anak saya yang masih di bawah 2 tahun. Dari sekian banyak wahana, hanya wahana Shreek 4D Adventure yang boleh dimasuki oleh anak di bawah 2 tahun dan tidak ada batasan tinggi badan. Ketika memasuki wahana-wahana lainnya, saya dan istri terpaksa memasuki wahana dengan cara bergantian dan menggunakan single rider. Dengan masuk ke wahana dengan jalur single rider yang lebih sepi, maka kami dapat menikmati wahana tapi tidak dapat memilih hendak duduk di mana. Yaaah yang penting bisa menaiki wahana tanpa antri terlalu panjang. Sayang tidak semua wahana memiliki jalur single rider, wahana-wahana populer yang penuh biasanya memiliki jalur single rider.

Dari berbagai wahana yang dinaiki, saya paling senang dengan wahana Transformer the Ride dan Revenge of the Mummy. Transformer the Ride merupakan simulator 4D dengan kursi yang bergerak-gerak, sedangkan Revenge of the Mummy sebenarnya merupakan roller coaster indoor dengan tema misteri. Terdengar sederhana bukan? Tema film dan penataan yang apik membuat kedua wahana tersebut nampak luar biasa dan membuat saya ketagihan hehehehe.

Sebenarnya semua wahana di sana kurang lebih ada di Dufan. Roller coaster, 3G simulator, 4D simulator, wahana sejenis arung jeram dan lain-lain terdapat di dalam area dengan tema tertentu. Pada dasarnya USS terbagi ke dalam 7 area yaitu Hollywood, New York, Sci-Fi City, Ancient Egypt, The Lost World, Far Far Away dan Magadascar. Di dalam setiap area terdapat wahana-wahana yang sebenarnya secara jenis sudah ada di area lain. Sebagai contoh, roller coaster terdapat di area Sci-Fi City, Ancient Egypt dan The Lost World. Tapi tema, penataan dan wujud yang berbeda membuatnya terlihat dan terasa berbeda meskipun pada dasarnya yaaaa sama-sama roller coaster :’D. Untuk roller coaster, Battlestar Galactica: Human Vs Cyclon yang terdapat di area Sci-Fi City merupakan roller coaster paling menantang di USS. Antrian yang panjang membuat kami batal menaiki wahana ini. Jalur singer rider memang ada, tapi tetap penuh khusus wahana yang satu ini hohohoho.

USS tidak hanya menawarkan wahana saja, akantetapi terdapat berbagai pertunjukkan di setiap sudut USS dengan jadwal tertentu. Hal inilah yang masih diikuti oleh bayi mungil kami. Berikut jadwalnya:

  • Pertunjukkan tari dan musik, Pantages Hollywood Theater di area Hollywood yang diadakan setiap hari pada pukul 11:00, 13:15, 15:30 dan 17:30.
  • Pertunjukkan speciall effect dengan tema air, Waterworld Show, di area The Lost World yang diadakan setiap hari pada pukul 12:30, 15:00 dan 17:30.
  • Pertunjukkan komedi, Donkey Live, di area Far Far Away Land yang diadakan setiap setengah jam sekali dari pukul 10:45 – 18:45.

Terkadang, pada pertunjukkan tersebut terdapat sesi foto, saran saya ikut mengantrilah, jangan takut harus membayar. Sebab kita tetap diperbolehkan berfoto menggunakan kamera sendiri kok, tapi kalau mau membeli hasil jepretan kamera pihak USS ya sah-sah saja, bebas dan tidak mengikat :D. Berbicara tentang foto-foto, seluruh area USS menggunakan tema film atau acara TV yang cukup terkenal. Saya menemukan banyak spot foto-foto di sepanjang area USS :D.

Tak terasa matahari mulai terbenam dan sudah saatnya kami meninggalkan USS. Kami keluar dan bergegas menuju Stasiun Waterfront. Dari Stasiun Waterfront, kami menaiki monorel dan berhenti di Stasiun Beach untuk menonton pertunjukkan Wings of Time (WoT) yang diadakan di pinggir pantai. Jadi kita duduk di kursi-kursi pinggir pantai untuk menonton sebuah pertunjukkan laser. Sebenarnya sih bisa saja menonton gratisan dari kejauhan tapi kurang jelas. Pertunjukannya terbilang bagus, meskipun tetap saja tidak sebagus pertunjukan Chine Folk Culture Village Show yang pernah saya tonton di Shenzhen. Berbagai gambar dari laser di angkasa yang diberikan WoT memang memukau tapi kalau dilihat dari segi cerita dan jenis, yaa relatif sederhana.

Setelah selesai menonton pertunjukkan WoT, kami segera pergi ke … McDonalds, lapar, hehehehe. Beberapa orang menyarankan untuk singgah di restoran Taste of Asia, tapi kami terlalu lelah dan lapar untuk mencari letak restoran tersebut. Berhubung yang ada di depan mata McDonalds, yaaa kami makan McDonalds saja hohohohoho.

Selesai dari McDonalds, kami pergi menuju Stasiun Beach untuk pergi ke Stasiun Sentosa. Di sana kami kembali menanyakan perihal sepatu anak saya yang hilang di pagi hari. Respon petugas malam Stasiun Sentosa jauh lebih baik ketimbang respon petugas pagi yang terkesan acuh. Mba-mba petugas yang mahir berbicara bahasa melayu berhasil mengusahakan agar sepatu anak saya dapat kembali. Akhirnya kami diminta untuk datang ke kantor keamanan yang terdaoat di Stasiun Imbiah karena sepatu tersebut diduga ditemukan di sana. Begitu bertemu dengan pihak keamanan Stasiun Imbiah, kami langsung dapat mengenali sepatu anak kami tersebut. Ahhhh, bisa ketemu juga sepatu cinderella ini hehehehe. Awalnya saya sudah tidak berharap banyak loh. Setelah mengisi beberapa dokumen, kami kembali ke Stasiun Sentosa untuk berterima kasih kepada Mba-Mba petugas yang membantu kami. Tak lupa saya mengisi koesioner yang berisikan ucapan terima kasih khusus bagi mba-mba petugas Stasiun Sentosa yang mau mengusahakan pencarian sepatu anak kami. Terima kasih mbaaaaa :D.

Ahhhh, dengan bantuan gothere.com, kami kembali ke Hotel dengan rute Stasiun Harbourfront – Stasiun Outram – Stasiun Lavender. Ahhh hari sudah sangat malam dan waktunya bagi kami untuk beristirahat. Pada Wisata Singapura Hari Ketiga, kami akan ke kebun binatang dan kincir angin raksasa, hohohoho.

Sumber:
http://www.sentosa.gov.sg
http://www.buschartersingapore.com
http://www.thethemeparkguy.com
insideuniversal.net
http://www.rwsentosablog.com
http://www.themeparkinsider.com
nahaowan.com
http://www.wingsoftime.com.sg
http://www.businesstimes.com.sg
http://www.onefabergroup.com
http://www.sgtrains.com

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Pertama
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga
Wisata Singapura Hari Keempat

Wisata Singapura Hari Pertama

Singapura

Setelah melalui persiapan seperti pernah saya tulis pada Persiapan Wisata Singapura 2016 dan Ringkasan Objek Wisata Singapura, akhirnya saya dan keluarga kecil saya berangkat menuju Singapura dengan menggunakan Garuda dari Bandara Soekarno Hatta Terminal sekitar pukul 6 pagi. Terbang bersama Garuda dengan tiket diskonan Travel Fair terasa nyaman. Jarak antar kursinya luas dan dapat makanan, yaah lumayanlah bisa mengganjal perut kami yang sebenarnya sudah sarapan pizza di dalam taksi menuju bandara hehehe. Kalau dilihat di itenari kami, makan siang kami sepertinya akan telat, diatas jam 12, jadi makanan yang kami peroleh di pesawat ini sangat berguna ;).

Kami tiba di Bandara Changi sekitar pukul 9 pagi. Setibanya di sana, kami langsung mengurus imigrasi. Untuk pemegang passport negara anggota ASEAN seperti Indonesia, tidak perlu datang menggunakan VISA. Langsung saja ke bagian imigrasi dengan membawa form imigrasi yang sudah diisi (dibagikan di pesawat atau tersedia di Changi) dan passport, gampang kok, tidak berteletele, langsung lolos :).

Setelah imigrasi, mau apalagi? Kami tidak langsung mengambil koper yang disimpan di bagasi pesawat, tapi kami langsung wisata Changi hehehehe. Di dalam area bandara ini terdapat taman-taman lho. Kami pergi ke taman kupu-kupu dan taman bunga matahari yang lumayan bagus, bersih dan terawat. Pada saat itu, Bandara Changi dihiasi pula oleh taman-taman kecil yang dihiasi oleh burung-burung berwarna ungu. Ada apa ya ini? Oh ternyata hiasan tersebut dibuat untuk memperingati hari raya Diwali, hari raya umat Hindu yang asing di telinga saya karena di Indonesia sendiri hari raya tersebut tidak dirayakan seheboh ini. Ketika berkeliling menuju taman-taman tersebut saya melihat berbagai fasilitas gratisan Bandara Changi mulai dari kursi pijat, internet, mini cinema, sampai video games. Lengkap sekali yaaa, Soekarno Hatta masih kalah jauh.

Setelah selesai berkeliling, kami pergi ke tempat pengambilan bagasi. Barang bawaan kami tidak hilang, masih utuh, hanya saja pengambilannya dilakukan di loket khusus karena pesawat kami sudah lama mendaratnya. Dengan mengikuti petunjuk jalan yang terlihat jelas, kami pergi menuju loket LRT/MRT yang berada di area Bandara. Di sana kami mengisi ulang kartu EZ-Link yang kami pinjam dari sepupu istri saya. Seperti e-money, jadi kuota EZ-Link yang saya beli akan berkurang setiap digunakan. Sebenarnya ada opsi lain yang dapat digunakan untuk membayar biaya penggunaan LRT/MRT di Singapura selain dengan EZ-Link. Singapore Tourist Pass merupakan opsi yang sempat kami pertimbangkan karena dengan membeli Singapore Tourist Pass yang berlaku selama 3 hari, maka kami dapat menggunakan fasilitas LRT/MRT sepuasnya tanpa harus khawatir kehabisan kuota. Tapi yaaa, ada harga ya ada rupa, Singapore Tourist Pass harganya relatif tinggi juga bagi orang-orang yang tidak terlalu banyak menggunakan LRT/MRT selama di Singapura. Itulah yang menjadi alasan utama kenapa kami memutuskan untuk menggunakan EZ-Link ketimbang Singapore Tourist Pass. Kalau dilihat dari itenari yang sudah disusun, kami tidak akan terlalu sering menggunakan LRT/MRT.

Kami berangkat dari Stasiun MRT Changi Airport menuju Hotel tujuan kami pada sekitar pukul 11:30. Dengan menggunakan East-West Line (jalur hijau), kami berhenti di Stasiun MRT Tanah Merah. Dari Stasiun MRT Tanah Merah, kami menggunakan East-West Line (jalur hijau) ke arah Stasiun MRT Joo Koon atau Stasiun MRT Tuas Link. Karena Hotel tempat kami menginap tepat berada di atas Stasiun MRT Lavender, maka kami berhenti dan turun di Stasiun MRT Lavender. Membawa koper-koper, stroller dan anak di bawah 1 tahun di dalam MRT tidaklah sulit. MRT-nya nyaman, bersih dan aman. Petunjuk jalannya pun jelas dan tidak membingungkan. Sejauh ini, sarana transportasi dari Bandara menuju Hotel terbilang mudah :D.

Kami tiba di Stasiun MRT Lavender sekitar pukul 12:15. Dari Stasiun tersebut, kami hanya tinggal naik ke lantai atas untuk check-in di Hotel menggunakan voucher Traveloka diskonan, hehehehe. Di mana kami menginap? Kami menginap di Hotel V Lavender. Kenapa kok memilih Hotel tersebut? Karena akses MRT yang super dekat dan terletak di wilayah yang konon aman, yaah pokoknya bukan di red district ;). Selain itu Hotel V Lavender terletak dekat sekali dengan McDonalds, 7-Eleven dan gerai makanan halal. Tidak semua McDonalds di dunia ini halal lho, tapi syukurlah cabang-cabang McDonalds Singapura sudah memiliki sertifikat halal dari MUIS (Islamic Religious Council of Singapore). Dengan demikian, saya dan keluarga dapat makan di McDonalds yang terletak tepat di seberang Hotel :D.

Kami selesai check-in sekitar pukul 12:45, hampir jam 1 siang, untunglah di pesawat tadi kami mendapatkan makanan. Kami berangkat dengan berjalan kaki menuju tempat makan yang banyak direkomendasikan oleh beberapa rekan food blogger, yaitu Sup Tulang Deen Biasa. Dengan berbekal peta offline google map Singapura yang ada di dalam handphone ber-GPS saya, kami dapat menemukan restoran tersebut tanpa kesulitan. Kami memang memilih untuk tidak membeli paket internet di Singapura. Cukup mengandalkan peta dan data offline yang sudah di-download plus handphone ber-GPS. GPS handphone akan tetap berfungsi walaupun saya tidak berlangganan paket internet ;). Bagaimana kalau tersesat? Tanya saja, mayoritas penduduk Singapura dapat berbahasa Inggris kok ;).

Setibanya di Sup Tulang Deen Biasa yang terletak di Jalan Sultan Nomor 95, kami langsung memesan sup tulang merah. Seperti apa bentuk sup tulang merah? Hidangan ini terdiri dari beberapa potongan besar tulang kambing yang disiram oleh kuah merah yang sedikit gurih. Daging kambing yang melekat pada tulangnya empuk dan lumayan banyak jadi cukup mengenyangkan. Kami menyantap sup tersebut dengan potongan roti yang dicelupkan ke dalam kuah merah sup tersebut. Rasanya sedikit gurih, relatif flat, yaaa lumayanlaah. Tapi ketika kami membayar, aaawww, yah harganya jadi lumayan terutama ketika dikoversikan ke rupiah heheheh :’D.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Malay Heritage Centre di daerah Kampong Glam dengan berjalan kaki. Sekitar 170 tahun yang lalu, Malay Heritage Centre ini merupakan istana dari Sultan Singapura yang keturunan Melayu. Sekarang, tempat tersebut menjadi museum dan pusat berbagai kegiatan kebudayaan Melayu di Singapura. Saya masih dapat melihat bangunan istana yang cukup sederhana di sana. Di bagian halaman, terdengar musik Melayu diperdengarkan dan ada beberapa penari yang sepertinya sedang melakukan gladi resik untuk suatu acara, anak saya ikut berjoget sambil mesem-mesem di sana. Tak lupa kami berfoto halaman tersebut, sepertinya itu adalah lokasi umum untuk berfoto. Sebelum pergi meninggalkan Malay Heritage Centre, tak lupa kami masuk ke area souvenir untuk . . . menumpang berteduh, hehehehe. AC di area souvenirnya lumayan dingin. Lumayan bisa istirahat sesaat ;).

Tepat di seberang Malay Heritage Centre, terdapat Masjid Sultan yang merupakan masjid paling terkenal di Singapura. Tempat ini sufdah sejak dulu menjadi pusat kegiatan umat muslim di Singapura. Terus terang kami tidak masuk ke dalam masjid sebab kami sudah sholat jamak di hotel dan waktu masih menunjukkan sekitar pukul 3 sore. Kami hanya berfoto-foto saja di bagian depan masjid. Selain menjadi lokasi foto-foto bagi para turis narsis, bagian depan masjid menjadi lokasi bagi beberapa restoran dan toko souvenir. Nah berdasarkan pengalaman saya kemarin, harga souvenir di sana terbilang paling murah meskipun tidak terlalu banyak macamnya.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami ke arah Arab St. dan Haji Lane untuk melihat-lihat cafe, toko dan hiasan mural yang terdapat di tembok. Penataan toko dan cafe terlihat rapi dan elok di mata. Mural-muralnya menjadi bonus bagi para pengunjung yang melintas :).

Selanjutnya kami melakukan perjalanan yang lumayan jauh bagi pejalan kaki, yaitu perjalanan menuju Stasiun MRT Bugis sekaligus melihat-lihat daerah pertokoan di Bugis yang terkenal murah meriah :D. Kami tiba di sana sekitar pukul setengah lima sore dan melihat-lihat sebentar pertokoan di daerah Bugis, yaaahh survey-survey sekilas, kemungkinan kami akan ke Bugis lagi di hari terakhir apabila di daerah lain memang murahnya tidak bisa mengalahkan Bugis :D. Setibanya di Stasiun MRT Bugis, kami langsung naik MRT Downtown Line (jalur biru) yang ke arah Stasiun MRT Chinatown untuk turun di Stasiun MRT Bayfront. Tak lama kami tiba di Stasiun MRT Bayfront untuk selanjutnya keluar dan berjalan menuju Gardens by the Bay.

Gardens by the Bay merupakan taman dengan konstruksi unik yang nampak cantik terutama di malam hari. Ketika saya tiba di sana, lampu-lampu belum menyala padahal sudah hampir masuk waktu sholat Magrib. Kami pikir, kami harus membayar untuk masuk ke dalam Gardens by the Bay. Ternyata hanya beberapa area saja yang dipungut bayaran. Kamipun memutuskan untuk berkeliling di area yang gratis tapi dengan menaiki trem. Temnya gratis? Ya bayarlah, masak semuamuanya gratisan :P. Kami memutuskan untuk menaiki trem karena dengan menaiko trem kami dapat mengistirahatkan kaki kami sambil berkeliling area di mana Super Tree Grove berada. Saya rasa maskot dari Gardens by the Bay adalah Super Tree Grove dan itu dapat kami nikmati tanpa harus membayar biaya masuk. Saya pribadi terus terang tidak terlalu tertarik untuk masuk sebab saya sehari-hari tinggal di Indonesia yang iklim, lingkungan dan tanamannya mirip dengan Singapura, yaah mungkin bagian dalamnya begitu-begitu saja. Andaikata ada waktu lebih, mungkin kami akan ikut membeli tiket masuk ke dalam OCBC Skyway, Flower Dome & Cloud Forest. Tapi sayang waktu tak berpihak kepada kami karena waktu sudah menunjukkan sekitar pukul setengah delapan malam.

Kami melanjutkan perjalan dengan berjalan kaki menuju Marina Bay Sands. Kami masuk ke dalam area mall yang dilengkapi sungai pada bagian tengahnya. Kita dapat menyewa perahu untuk menaiki perahu mengelilingi sungai buatan tersebut. Saya lihat toko-toko di dalam mall ini merupakan toko-toko mewah yang menjual barang-barang banded. Karena harga yang terlampau jauh di atas budged kami, maka kami hanya jalan sambil lihat-lihat saja di sana. Kami berjalan terus sampai ke lantai paling atas mall tersebut. Di sana terdapat pintu keluar menuju jembatan helix.

Jembatan helix merupakan salah satu jembatan unik yang Singapura miliki. Jembatan yang nampak cantik di malam hari tersebut, menghubungkan antara area Marina Centre dengan Marina South. Kami menyeberangi jembatan tersebut sambil berfoto-foto untuk seterusnya berjalan ke arah Patung Merlion. Sepanjang perjalanan kami melihat Singapore River yang dikelilingi oleh Marina Bay Sands, Garden by the Bay, Esplanade. Pemandangan yang lumayan bagus di malam hari yang cerah dan tidak terlalu dingin :).

Sebenarnya pada jam-jam tertentu, terdapat pertunjukan laser dari Marina Bay Sands yang dapat dilihat dari seberang sungai tempat kami berdiri. Tapi karena waktunya tidak pas, maka kami memilih untuk langsung saja melanjutkan perjalanan menuju icon utama Singapura, Patung Merlion. Patung Merlion yang terdapat tak jauh dari Hotel Fullerton ini nampak cantik dengan berbagai hiasan lampu dan suasana pinggir sungai yang asri. Patung ini terletak di dalam area Merlion Park di mana diadakannya beberapa pertunjukkan seni jalanan. Kami ikut menonton sambil menikmati suasana yang ada dan mengistirahatkan kaki kami yang sudah bekerja keras sepanjang hari hehehehe.

Kalau melihat itenari, kami seharysnya melanjutkan perjalanan menuju ke arah Clarke Quay untuk menonton Singapore River Festival. Sayang kami harus mengurungkan niatan tersebut karena waktu menunjukkan pukul 9 malam dan kami sudah kelelahan, plus kami membawa bayi yang baru berumur kurang lebih setahun.

Tujuan kami selanjutnya adalah Hotel tentunya. Aaaaahhh kami kemudian segera berjalan menuju Stasiun MRT terdekat yaitu Stasiun MRT Raffles Place. Perjalanan menuju Stasiun MRT Raffles Place lumayan panjang namun nyaman karena kami melalui tengah-tengah pusat perbelanjaan yang AC-nya dingin. Tak apalah disuruh melihat-lihat dagangan mereka, toh lorong-lorongnya bersih dan sejuk. Setibanya di Stasiun MRT Raffles Place, kami menaiki MRT Downtown Line (jalur hijau) ke arah Pasir Ris untuk berhenti di Stasiun MRT Lavender.

Setibanya di Stasiun MRT Lavender, kami mampir dulu di McDonalds dekat Hotel untuk makan malam. Aaahhh, tanpa kami sadari kami belum makan karbohidrat lagi sejak siang, hanya jajan-jajan saja. Pantas di Patung Merlion tadi, kok rasanya seperti kekurangan tenaga. Belajar dari kesalahan di hari pertaman ini, setiap pagi kami harus membeli bekal nasi atau kentang. Toh di sekitar Hotel banyak makanan halal, tinggal pilih ;). Setelah kenyang, kami langsung pulang untuk mandi, sholat dan beristirahat agar besok kami siap untuk melanjutkan perjalanan wisata Singapura kami pada Wisata Singapura Hari Kedua.

Sumber:
changiairport.com
http://www.vhotel.sg
malayheritage.org.sg
http://www.travelhackergirl.com
http://www.archdaily.com
http://www.thousandwonders.net
hwww.gardensbythebay.com.sg
http://www.esplanade.com
http://www.meritushotels.com
http://www.facebook.com/MUIS.SG/posts/10151836686296329

Baca juga:
Persiapan Wisata Singapura 2016
Ringkasan Objek Wisata Singapura
Wisata Singapura Hari Kedua
Wisata Singapura Hari Ketiga
Wisata Singapura Hari Keempat