Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023)

Akhirnya kelompok superhero Guardians of the Galaxy menelurkan film layar lebar ketiga mereka, Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023). Kali ini Peter Quill atau Star-Lord (Chris Pratt) dan kawan-kawan harus berhadapan dengan lawan-lawan yang hadir dari masa lalu Rocket (Bradley Cooper). Anggota Guardians yang satu ini ternyata memiliki masa lalu yang kelam. Ia pun selama ini menjadi buruan sebuah mahluk dengan kekuatan penciptaan yang sangat maju.

Seperti tokoh-tokoh MCU (Marvel Cinematic Universe) lainnya, Guardians of the Galaxy pun mengalami penyegaran. Beberapa tokoh lama, akan digantikan fungsinya oleh tokoh yang baru. Petualangan Guardians of the Galaxy kali ini bisa jadi akan menjadi petualangan terakhir bagi sebagian besar anggotanya.

Pada film ketiga ini kita masih dapat melihat Quill, Rocket, Groot (Vin Diesel), Drax (Dave Bautista), Mantis (Pom Klementieff), Nebula (Karen Gillian) dan Gamora (Zoe Saldana). Bagi yang tidak terlaly mengikuti cerita-cerita MCU tidak akan terlalu heran melihat formasi ini. Namun, bagi beberapa penonton yang mengikuti film-film MCU, akan heran kok ada Gamora? Saya termasuk yang lupa, kok ya tokoh ini hidup kembali.

Gamora yang menjadi anggota Guardians paling awal memang sudah tewas dan tidak dapat dihidupkan kembali pada Avengers Infinity War (2018). Kemudian pada Avengers: Endgame (2019), para superhero Bumi yang tersisa, mengambil batu infinity dari masa lalu untuk digunakan pada masa terkini. Dalam prosesnya, Gamora versi masa lalu ikut datang ke masa terkini bersama-sama dengan Thanos. Nah Gomora inilah yang kita lihat pada Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023). Oleh karena itulah, Gamora ini belum pernah berjuang bersama Guardians dan tentunya belum jatuh cinta kepada Peter Quill. Perlahan, saya melihat bagaimana Gamora yang dingin, mampu menyatu dengan anggota Guardians lainnya.

Dengan diiringi oleh referensi dan musik-musik era 80’an, 90’an dan 2000’an awal, film ketiga Guardians ini tidak kehilangan ciri khasnya. Mereka bisa tampil elegan dengan nuansa jadul yang tidak ketinggalan jalan. Meskipun sejujurnya saya tidak familiar dengan lagu-lagunya yaaa hehehe. Padahal pada tahun 90’an lalu, saya sudah SD looh ;).

Melihat alur ceritanya, saya tidak tahu film ini akan dibawa kemana. Namun perjalannya terbilang menyenangkan. Beberapa aksi dengan diselingi oleh lelucon yang cukup mengena. Sayang lawan utamanya terlihat terlalu lemah di penghujung film.

Film ini pun berani menampilkam beberapa dunia yang unik sebagai latar belakangnya. Semuanya berhasil memberikan visual yang keren dan tidak murahan. Tentunya semua karena kostum dan teknologi efek yang digunakan bukan kaleng-kaleng.

Saya ikhlas memberikan Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Sebuah perpisahan yang manis bagi beberapa karakter ikonik Guardians.

Sumber: http://www.marvel.com

Dune (2021)

Novel dan film Dune sebenarnya sudah saya kenal tapi saya enggan menonton atau membacanya. Terus terang franchise Dune kalah populer dibandingkan dengan Star Wars yang bergenre kurang lebih sama. Kalau fanchise Star Wars diawali oleh film, maka Dune diawali oleh novel karangan Frack Herbert yang populer dan memenangkan berbagai penghargaan di era tahun 60-an. Kemudian Dune pun diangkat ke layar lebar pada 1984 oleh David Lynch. Karena Dune (1984) kurang mendapatkan sambutan yang baik, maka film ini tidak ada kelanjutannya. sampai pada tahun 2000 mulai hadir mini seri Dune yang terbilang cukup sukses. Saya sendiri belum lahir dan masih kecil ketika novel dan film-film Dune hadir. Apalagi saya lebih mengenal Star Wars dan Star Trek dibanding Dune. Maka saya pun tidak terlalu antusias dengan kehadiran Dune (2021). Apakah Dune (2021) akan mengulang kesalahan Dune (1984)?

Sekilas, saya pikir Dune (2021) akan mengisahkan Novel pertama Dune dari awal sampai akhir. Apalagi durasi Dune (2021) adalam lebih dari 2 jam. Namun, beberapa saat setelah Dune (2021) dimulai, terdapat tulisan kecil yang berbunyi “part one”. Ahahahahaha, ini merupakan keterangan kecil yang menyatakan bahwa Dune (2021) tidak akan mengisahkan semuanya. Paling tidak film ini merupakan awalan dari sebuah kisah yang panjang dengan intrik di mana-mana. Sisi negatifnya, sopasti akhir dari Dune (2021) seolah masih separuh menggantung. Sisi positifnya, Dune (2021) belajar dari kesalahan Dune (1984) yang berusaha mengisahkan 1 novel ke dalam 1 film. Kisah Dune terlalu kompleks, maka sangat mustahil untuk mengisahkan semuanya hanya dalam 1 film saja. Memimal dan memilih bagian mana saja yang dikisahkan tentunya tetap menjadi tantangan tersendiri bagi Denis Vileneuve, sang sutradara Dune (2021).

Sebagai pengantar, Dune sebenarnya adalah sebutan bagi Planet Arrakis yang dipenuhi oleh gurun pasir. Di dalam pasir-pasir Planet tersebut terdapat rempah-rempah yang sangat berharga. Hal inilah yang membuat Arrakis dikuasai oleh sebuah kekaisaran antar galaksi. Kekaisaran ini di pimpin oleh beberapa keluarga bangsawan. Keluarga Corino, Ateides dan Harkonnen adalah 3 keluarga bangsawan yang paling berpengaruh di dalam kekaisaran.

Keluarga Corino merupakan keluarga dengan kekuatan militer terkuat dan sudah ratusan tahun memimpin kekaisaran. Kemudian, sejak ratusan tahun yang lalu pula, Keluarga Ateides mengusai Planet Caladan yang penuh dengan laut dan menjadikan planet tersebut sebagai rumah mereka. Sementara itu keluarga Harkonnen pun sudah ratusan tahun menguasai Planet Arrakis dan menjadikan Planet tersebut seolah seperti planet jajahan. Selama itu pulalah penduduk asli Arrakis pun diperlakukan sewenang-wenang. Harapan para penduduk lokal ini hanyalah pada sebuah ramalan akan kebebasan.

Konon, pada suatu masa, akan hadir seseorang dari luar Planet Arrakis dengan ciri-ciri tertentu yang akan membebaskan Arrakis dari belenggu penjajahan. Sang pembebas Planet Arrakis ini bahkan disebut Mahdi. Dune memang menggunakan beberapa istilah Islam seperti Mahdi dan jihad. Namun Dune bukanlah kisah mengenai Islam. Dune tetap merupakan kisah fiksi ilmiah yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Apakah film ini menyinggung Islam? Sepenglihatan saya sih tidak. Dune (2021) justru banyak sekali memangkas unsur kultur Islam yang ada pada versi novelnya. Mungkin hal ini disebabkan karena agama berpotensi menjadi isu yang sensitif. Dari pada mencari masalah, lebih baik mencari aman saja hehehe.

Tapi bagaimanapun juga, Dune (2021) kerap menggunakan istilah jihad yang kelak akan Mahdi pimpin. Harapan akan kedatangan Mahdi semakin terlihat ketika Keluarga Ateides mulai menguasai Arrakis. Film Dune (2021) sendiri diawali dengan bagimana Keluarga Ateides datang ke Arrakis.

Bagaimana awal Keluarga Ateides menguasai Arrakis? Hal ini diawali oleh persaingan politik di dalam kekaisaran. Kiprah keluarga Ateides belakangan sangat menonjol. Hal ini menimbulkan kecemburuan dari Kaisar Shaddam dari Keluarga Corino yang menguasai kekaisaran. Maka, secara mengejutkan, Sang Kaisar menyerahkan penguasaan dan pengelolaan Planet Arrakis kepada keluarga Ateides. Keluarga Harkonnen pun harus menyingkir dan melepaskan Planet tersebut. Keluarga Ateides sadar bahwa ini bukanlah anugerah. Bisa jadi ini merupakan manuver Sang Kaisar untuk menyingkirkan Keluarga Ateides.

Di dalam rombongan keluarga Ateides yang datang ke Arrakis, terdapat Paul Atteides (Timothée Chalamet). Paul adalah anak dari kepala Keluarga Ateides dan seorang Bene Gesserit. Di dalam Dune, Bene Gesserit semacam Jedi di Star Wars. Bene Gesserit pada dasarnya merupakan perkumpulan persaudaraan wanita yang memiliki kemampuan psikis di luar nalar manusia. Perkumpulan ini mendesain pernikahan agar menghasilkan garis keturunan yang unggul. Hal ini dilakukan bertahun-tahun hingga ibu dari Paul Ateides menutuskan untuk mengajarkan kemampuan Bene Gesserit kepada Paul. Para tetua Bene Gesserit pun khawatir akan hal ini karena mereka melihat bahwa Paul menyimpan sebuah potensi yang sangat besar. Mereka pun ragu apakah Paul akan mampu mengendalikan kekuatannya di masa depan. Kekuatan yang besar, tentunya tanggung jawabnya besar pula.

Paul tentunya menjadi karakter utama pada Dune (2021). Kalau di Star Wars, Paul itu seperti Luke Skywalker. Otomatis, from zero to hero sopasti menjadi bagian yang melekat pada Dune (2021). Saya suka bagaimana Paul berkembang dan semakin kuat.

Dunia Dune yang kompleks pun berhasil dijelaskan dengan sangat baik. Tidak ada kebingungan ketika sedang menonton Dune (2021). Film ini berhasil memberikan informasi yang tepat sehingga saya sendiri ikut tertarik dengan keanekaragaman yang ada pada Dune (2021).

Akhir Dune (2021) yang agak menggantung, bukanlah masalah besar. Karena jalan ceritanya menarik, tak terasa 2 jam lewat sudah dilalui. Pada akhirnya saya sudah tak sabar untuk menonton kelanjutan Dune (2021).

Saya pribadi ikhlas untuk memberikan Dune (2021) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Ini merupakan awal yang baik bagi film-film Dune berikutnya.

Sumber: http://www.dunemovie.com

Ad Astra (2020)

Dari beberapa film luar angkasa yang saya tonton, Ad Astra (2020) merupakan salah satu yang beda dan unik. Film ini mengambil latar belakang dimana teknologi luar angkasa kurang lebih masih seperti teknologi luar angkasa pada tahun 2020. Hanya saja, semuanya sudah diproduksi secara masal dan tersebar di banyak tempat. Bahkan perjalanan Bumi ke planet lain pun sudah dilakukan secara komersial tapi tetap dengan menggunakan teknologi yang masih saya jumpai pada tahun 2020. Bukan menggunakan teknologi super canggih yang belum ada saat ini.

Kemudian adegan pertempurannya terbilang unik. Semua dilakukan di daerah nol gravitasi dengan baju astronot yang tebal dan tidak tahan peluru. Sayang adegan yang keren ini hanya sedikit sekali karena Ad Astra (2020) pada dasarnya merupakan film drama hehehehehe.

Wew, drama? Yaaa! Ad Astra (2020) adalah film drama. Latar belakangnya saja yang agak-agak fiksi ilmiah. Dikisahkan Mayor McBride (Brad Pitt) ditugaskan untuk menyelidiki sumber dari badai elektomagnetik yang mengancam kehidupan di Bumi dan sekitarnya. Tersangka utama dari masalah ini adalah Proyek Lima yang dipimpin oleh Clifford McBride (Tommy Lee Jones). Bertahun-tahun yang lalu, Clifford beserta awaknya dikabarkan hilang bersama dengan Proyek Lima yang mereka kerjakan.

Clifford meninggalkan putra semata wayangnya, Roy McBride. Jadi Roy di sini dikirim untuk menyelidiki proyek yang ayahnya kerjakan. Sayang tidak ada misteri di sana karena pihak pemerintah dikabarkan sudah mengetahui dimana Proyek Lima berada. Status Clifford sesungguhnya pun dijelaskan dengan sangat gamblang tanpa menyisakan sedikitpun misteri di sana. Sangat terlihat sekali bahwa Ad Astra (2020) memang lebih fokus menggali masalah keluarga dan kehidupan. Terkadang, sejauh apapun kita melangkah, masalah kehidupan tetap akan ikut menyertai.

27

Pesan moral dari Ad Astra (2020) memang sangat tegas dan bagus sekali. Special effect yang disajikan pun sukses membangun sebuat atmosfer yang unik. Sayang jalan ceritanya amat sangat membosankan. Saya saja harus minum kopi di tengah-tengah film ini. Tempo yang lambat dan penjelasan yang diumbar sejak awal, terkadang membuat saya kehilangan alasan untuk menonton film ini. Apalagi bagian akhirnya yaaa hanya begitu saja x__x.

Di tengah-tengah kebosanan yang diberikan, Ad Astra (2020) masih mampu memberikan sebuat atmosfer film luar angkasa yang unik denga pesan yang baik. Saya rasa Ad Astra (2020) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.adastramovie.com

Star Wars: The Rise of Skywalker (2019)

Pada penghujung 2019 ini, hadir penutup dari sebuah trilogi sekuel dari Trilogi Star Wars, yaitu Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Seperti kedua film pendahulunya, Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Last Jedi (2017), film yang kembali disutradarai oleh J. J. Abrams ini mengambil latar belakang bertahun-tahun setelah Trilogi Star Wars berakhir. Trilogi Star Wars terdiri dari 3 film karya George Lucas yang legendaris. Bertahun-tahun kemudian, Disney membeli hak cipta Star Wars dan mulai membuat trilogi sekuel sebagai kelanjutan dari Trilogi Star Wars. Diawali dari Star Wars: The Force Awakens (2015), kemudian dilanjutkan oleh Star Wars: The Last Jedi (2017), lalu ditutup oleh Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Sayang sekali kedua film Star Wars sebelum Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), sudah memperoleh kritikan pedas dari mayoritas fans garis keras Star Wars. Beberapa justru lebih memilih Star Wars tamat pada Trilogi Star Wars dan tidak ada trilogi kedua. Wah wah wah, mampukah Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) menjawab semua kritikan dan keraguan yang telah muncul?

Pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), Rey (Daisy Ridley), Poe Dameron (Oscar Issac) & Finn (John Boyega) berburu sebuah alat yang dapat menemukan lokasi Kaisar Palpatine (Ian McDiarmid), biang keladi dari segala kekacauan terjadi selama ini. Palpatine kembali muncul ke permukaan setelah menjadi antagonis utama pada Trilogi Prekuel Star Wars dan Trilogi Star Wars.

Dalam perjalanannya tentunya terjadi petempuran hebat antara pasukan pemberontak pimpinan Leia Organa (Carrie Fisher) dengan pasukan First Order pimpinan Kylo Ren (Adam Driver). Tak lupa Kylo pun terus mengejar Rey baik lewat telepati maupun langsung. Ia berusaha mempengaruhi agar Rey berbalik arah menjadi Sith. Rey pun masih berharap agar Kylo menemukan kebaikan dan kembali menjadi Jedi. Pertarungan antara Jedi dan Sith sangat kental mewarnai film yang satu ini.

Pada dunia Star Wars, terdapat individu-individu yang memiliki bakat atau sensitif terhadap sebuah kekuatan yang disebut The Force. Sith adalah mereka-mereka yang memanfaatkan The Force dengan kebencian dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat jahat mahluk hidup. Sedangkan Jedi adalah mereka-mereka yang memanfaatkan The Force dengan kasih sayang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan. Pada Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Last Jedi (2017) dikisahkan bahwa Rey dan Leia bisa dibilang merupakan Jedi terakhir yang masih hidup. Kylo dan Palpatine merupakan Sith kuat yang terus merekrut orang-orang baru agar bergabung menjadi Sith.

Para Jedi dan tokoh utama pada Trilogi Star Wars, berguguran pada sekuel kedua trilogi ini. Tentunya seorang tokoh legendaris Star Wars akan tewas lagi pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Siapa tokohnya sih mudah sekali ditebak, lha hanya dia seorang saja yang masih tersisa :’D. Yang ternyata gagal saya tebak adalah siapakah Rey sebenarnya. Pada film penutup ini, identitas Rey mulai terkuak dan agak mengejutkan. Terjawab sudah mengapa kekuatan The Force milik Rey kuat sekali.

Pada film ini, saya menikmati pertarungan fisik dan mental antara Sith dan Jedi. Semuanya tersaji dengan visual yang cantik dan memukau. Dari segi cerita, film ini mengingatkan saya pada film terakhir pada Trilogi Star Wars. Agak mirip tapi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Hal ini menjadi perdebatan karena banyak kritikus yang kurang suka dengan hal ini. Saya pribadi? Suka sekali, bagus dan masuk akal kok alurnya.

Kalau dilihat sebagai sebuah film Star Wars, Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) memang seolah mampu berdiri sendiri dengan sebuah cerita yang lumayan bagus. Namun kalau disatukan dengan dua film sebelumnya sebagai sebuah trilogi sekuel, maka kesan yang saya dapat adalah … berantakan.

Trilogi sekuel Star Wars terdiri dari 3 film yaitu Star Wars: The Force Awakens (2015), Star Wars: The Last Jedi (2017) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019). Star Wars: The Force Awakens (2015) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) disutradarai oleh J. J. Abrams, sedangkan Star Wars: The Last Jedi (2017) disutradarai oleh Rian Johnson. Lucunya, ada beberapa hal yang “ditanamkan” oleh J. J. Abrams pada Star Wars: The Force Awakens (2015), tidak dilanjutkan atau digunakan oleh Rian Johnson pada Star Wars: The Last Jedi (2017). Nah kini, pada film penutupnya, J. J. Abrams seperti membalas Rian Johnson dengan tidak menyentuh beberapa hal yang sudah “ditanamkan” oleh Rian Johnson pada Star Wars: The Last Jedi (2017). Lihat saja berapa lama karakter Rose Tico (Kelly Marie Tran) muncul pada Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) :P. Rose seolah seperti pemain figuran saja di sana hohohohoho. Bukankah ketiga film tersebut seharusnya saling berkesinambungan? Perbedaan siapa yang menyutradarai seharusnya tidak menjadi alasan. Coba saja lihat film-film MCU (Marvel Cinematics Universe). Film-film tersebut sukses besar menghasilnya kesinambungan dibawah bendera Disney. Disney sukses besar ketika membuat film-film MCU. Kenapa mereka gagal pada Star Wars? Disney seolah-olah beberapa kali merubah roadmap atau rancangan besar dari trilogi sekuel Star Wars. Mungkinkah ini karena kritikan pedas fans berat Star Wars.

Kylo Ren adalah satu-satunya karakter yang konsisten dan berkesinambungan pada ketiga film tersebut. Finn dan Rey nampak sekali berubah-ubah arahannya. Misteri akan identitas Rey pun dibuat sebagai sebuah senjata pamungkas. Well, itu memang berhasil bagi saya pribadi. Meskipun setelah menonton Star Wars: The Rise of Skywalker (2019), saya jadi kurang setuju dengan judulnya :’D.

Secara garis besar, Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) berhasil memberikan hiburan yang menyenangkan bagi saya. Kekurangan dalam plot dan ketidaksinkronan dengan film sebelumnya, cukup impas terbayar dengan adegan aksi yang menyenangkan dan akhir yang lumayan diluar dugaan saya. Saya bulan penggemar berat franchise Star Wars, saya hanya dapat memberikan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Saya sadar betul J. J. Abrams mengubah dan tidak memanfaatkan beberapa hal baru dari film Rian Johnson, tapi justru itulah yang saya suka. Terus terang saya kurang suka dengan kemana sekuel trilogi ini dibawa oleh Rian Johnson. Syukurlah J. J. Abrams tidak melanjutkannya :P.

Sumber: http://www.starwars.com

Valerian & the City of a Thousand Planets (2017)

Saya suka sekali dengan film-film yang mengusung tema perang luar angkasa seperti Trilogi Star Wars. Dengan didukung dengan special effect yang keren, film-film jenis ini hampir pasti saya tonton, tak terkecuali Valerian & the City of a Thousand Planets (2017). Film yang dibuat berdasarkan komik Prancis berjudul Valerian dan Laureline ini terbilang sangat ambisius karena menggunakan banyak sekali special effect terkini. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana film ini menggambarkan latar belakang film dengan sangat baik, kecuali ketika mereka mencoba menggambarkan keadaan Planet Mül. Adegan pada Planet tersebut lebih terlihat seperti adegan pada film animasi 3D. Selain itu, saya tidak melihat keanehan lagi pada special effect film ini.

Untungnya, mayoritas peristiwa yang terjadi pada Valerian & the City of a Thousand Planets (2017) adalah pada Kota 1000 Planet, bukan Planet Mül. Sesuai judulnya, Kota 1000 Planet pada dasarnya merupakan pesawat raksasa seukuran Planet yang dihuni oleh berbagai jenis mahluk hidup dari berbagai Galaksi. Pada awalnya pesawat ini dibuat oleh manusia dan memiliki orbit mengelilingi Bumi. Melalui pesawat inilah manusia dapat bertemu dan bersahabat dengan berbagai mahluk luar angkasa yang tersebar. Di dalam pesawat itulah, manusia dan mahluk-mahluk luar angkasa tersebut kemudian menyatukan dan melengkapi ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Mereka melengkapi dan memperluas pesawat tersebut sampai akhirnya Bumi memutuskan untuk melepaskan pesawat ini dari orbitnya untuk dapat bergerak bebas. Tak terasa pesawat tersebut sudah seukuran Planet dan menampung ribuan mahluk luar angkasa. Sampai akhirnya pesawat ini disebut Kota 1000 Planet.

Penggambaran Kota 1000 Planet terbilang bagus dan menarik. Saya melihat banyak gambar-gambar indah pada film ini. Imajinasi dan lingkungan yang ada pada film ini terbilang kreatif dan bagus. Adegan aksi pada film inipun terbilang keren dan nampak bagus. Hal yang saya paling suka dari Valerian & the City of a Thousand Planets (2017) adalah adegan aksinya yang kreatif.

Tapi sayang, keunggulan-keunggulan di atas runtuh seketika begitu saya melihat jalan cerita dan karakter utama Valerian & the City of a Thousand Planets (2017). Pada film ini, Mayor Valerian (Dane DeHaan) dan Sersan Laureline (Cara Delevingne) dikirim ke Kota 1000 Planet untuk menyelidiki sebuah kasus yang ternyata berkaitan erat dengan misteri Planet Mül. Sebuah Planet yang entah bagaimana, datanya hilang dari Kota 1000 Planet. Sudah dapat ditebak, terdapat konspirasi besar di antara pejabat teras Kota 1000 Planet.

Hal ini semakin diperparah dengan kurang gregetnya karakter Valerian dan Laureline. Padahal kerangka utama dari film ini sepertinya dibangun dari chemistry diantara kedua karakter utama tersebut. Valerian dan Laureline banyak sekali melontarkan lelucon yang kurang lucu. Keduanya pun sering dihadapkan pada adegan romantis yang sama sekali tidak romantis. Film ini gagal meyakinkan saya bahwa Laureline dan Valerian merupakan pasangan muda yang saling cinta. Film ini juga gagal meyakinkan saya bahwa Valerian merupakan seorang jagoan. Saya sadar bahwa film ini berusaha sekuat tenaga agar Valerian nampak sebagai seorang “bad ass”. Tapi, bukan kesan itu yang saya dapatkan. Akting Dane DeHaan memang cukup memukau pada Chronicle (2012), tapi saya rasa kali ini ia gagal.

Film-film berlatar belakang perang luar angkasa bukan hanya adegan aksi yang memukau dengan dukungan special effect saja. Cerita dan karakter yang ada di dalamnya seharusnya mampu menjadi daya tarik juga bagi film tersebut. Sayang sekali, saya hanya dapat memberikan Valerian & the City of a Thousand Planets (2017) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: http://www.valerianmovie.com

Alien: Covenant (2017)

Sewaktu masih kecil dulu, film-film Alien karya sutradara Ridley Scott berhasil menjadi film favorit saya. Diawali dengan Alien (1978), kemudian diikuti oleh beberapa sekuel yaitu Aliens (1986), Alien 3 (1992) dan Alien Resurrection (1997). Keempat film Alien di atas sama-sama mengisahkan teror di atas kapal atau stasiun luar angkasa oleh sebuah mahluk parasit yang menggunakan tubuh manusia sebagai tempat untuk bertelur. Ellen Ripley (Sigourney Weaver) adalah tokoh sentral keempat film tersebut yang mengawal benang merah kesinambungan jalan cerita antar film.

Alien (1979) dan Aliens (1986) berhasil memberikan tontonan yang menegangkan dengan cerita yang menarik. Jadi tidak hanya kejar mengejar di dalam kapal luar angkasa saja. Ada cerita lain di sana yang membuat kedua film tersebut lebih berkualitas dibandingkan film-film lain di eranya.

Sama seperti kedua pendahulunya, Alien 3 (1992) dan Alien Resurrection (1997) masih mengisahkan petualangan Ripley menghadapi mahluk luar angkasa di lorong-lorong sempit pesawat dan penjara luar angkasa. Sayang sekali, Alien 3 (1992) dan Alien Resurrection (1997) hanya menonjolkan adegan kejar mengejar saja, tiada cerita yang menarik di sana. Saya pribadi lebih memilih untuk menganggap bahwa petualangan Ripley berakhir di Aliens (1986).

Pada tahun 2012, Ridley Scott kembali menghadirkan mahluk luar angkasa yang menjadi lawan Ripley pada Prometheus (2012). Tapi film ini bukanlah sekuel dari Alien (1979), melainkan prekuel. Jadi Prometheus (2012) mengisahkan kisah sebelum Alien (1979). Asal muasal mahluk luar angkasa seolah tidak menjadi topik utama pada film tersebut. Asal muasal manusialah yang justru ditonjolkan pada film tersebut. Pencarian para awak kapal Prometheus terhadap pencipta manusia, justru membawa bencana bagi seluruh awak kapal. Prometheus (2012) jelas lebih menarik ketimbang Alien 3 (1992) dan Alien Resurrection (1997). Kabarnya Prometheus (2012) akan menjadi film pertama bagi trilogi prekuel Alien (1979).

Saya pikir, film setelah Prometheus (2012) akan berjudul Prometheus 2. Ow saya salah besar, Ridley Scott justru memilih judul Alien: Covenant. Alien: Covenant (2017) mengambil peristiwa sebelum Alien (1979) dan sesudah Prometheus (2012). Dikisahkan bahwa kapal luar angkasa Covenant membawa ribuan manusia yang hendak bermigrasi dari Bumi menuju planet lain yang layak untuk ditinggali. Di tengah-tengah perjalanan, terjadi kecelakaan yang membunuh kapten kapal Covenant dan membuat kapal Covenant berhenti sejenak. Ketika para penumpang lainnya masih ditidurkan di dalam kapsul es, para awak kapal dibangunkan untuk memperbaiki situasi. Mereka seharusnya ditidurkan di dalam kapsul es selama puluhan tahun dan akan dibangunkan ketika mereka tiba di Planet tujuan yaitu Origae-6.

Sayangnya, kapten kapal pengganti yaitu Chris Oram (Billy Crodup), memilih untuk mampir ke Planet yang baru terdeteksi ketika para awak kapal sedang memperbaiki Covenant. Planet tersebut nampak mirip dengan Bumi, bersahabat, layak dihuni dan posisinya jauh lebih dekat ketimbang Planet Origae-6. Keputusan Chris berujung bencana karena di Planet misterius yang kosong ini, mereka bertemu dengan David 8 (Michael Fassbender) lengkap dengan bibit mahluk luar angkasa parasit yang pernah hadir pada film-film Alien sebelumnya. David 8 sendiri adalah salah satu awak kapal Prometheus yang selamat pada Prometheus (2012). Di sini akan terungkap apa yang terjadi kepada awal kapal Prometheus yang tersisa setelah Prometheus (2012) berakhir. Sudah pasti, para awak kapal Covenant satu demi satu berguguran.

Uniknya, para awak kapal Covenant merupakan pasangan suami istri sehingga ketika salah satu terancam bahaya atau tewas, maka pengambilan keputusan pasangannya akan terpengaruh. Tennessee Faris (Danny McBride) beberapa kali mengambil keputusan sebagai pilot Covenant dengan dipengaruhi oleh emosi karena ketidakjelasan nasib istrinya yang juga seorang pilot. Chris, sebagai Kapten pengganti pun mengalami shock dan tidak mampu memimpin lagi ketika bahaya dan bencana menimpa istrinya yang berprofesi sebagai ahli Biologi Covenant. Chris sampai harus melimpahkan tampu kepemimpinan kepada Daniels (Katherine Waterston) yang sudah lebih dahulu kehilangan suaminya. Daniels adalah istri dari kapten Covenant pertama yang gugur ketika kecelakaan di awal film terjadi. Seperti film-film Alien sebelumnya, protagonis utama diperankan oleh seorang wanita berambut pendek yang tangguh seperti Daniels. Walaupun Daniels memang nampak lebih tabah dan tangguh, sangat sulit bagi Daniels untuk menyaingi Ellen Ripley, tokoh utama keempat film Alien pertama. Saya rasa tokoh Ripley lebih tangguh dan perkasa :’D.

Sepanjang film, terjadi kerjar mengejar antara awak kapal Covenant dengan mahluk luar angkasa. Pengejaran ini juga berlangsung di lorong-lorong pesawat luar angkasa yang sempit, mirip seperti film-film Alien sebelumnya. Sayang adegan kejar mengejar ini tidak ada gregetnya dan cenderung membosankan.

Hal ini semakin diperburuk dengan tidak adanya misteri atau sesuatu yang dapat membuat saya penasaran seperti pada Prometheus (2012). Awalnya saya berharap Alien: Covenant (2017) mampu memberikan sedikit jawaban akan misteri penciptaan manusia yang belum seluruhnya terungkap pada Prometheus (2012). Pertanyaan besar akan asal mula manusia yang digembar-gemborkan pada Prometheus (2012) seakan menguap tanpa sisa. Apakah ini karena Opa Ridley Scott takut akan kontroversi dan kemarahan dari para pemuka agama?

Ahhhh, Alien: Covenant (2017) benar-benar tidak sesuai ekspektasi saya. Film ini hanya mampu memperoleh nilai 2 dari skala maksimum 5 yang artinya “Kurang Bagus”. Walaupun bagian akhirnya menyisakan beberapa pertanyaan, saya ragu bahwa jawabannya akan muncul pada film Alien berikutnya. Lama kelamaan Alien akan menjadi salah satu franchise film yang bergulir tanpa arah yang jelas.

Sumber: http://www.alien-covenant.com

Star Wars: The Last Jedi (2017)

Last Jedi

Star Wars: The Last Jedi (2017) merupakan film kesembilan dari deretan film-film Star Wars yang pernah hadir ke layar lebar dan memiliki fans dari berbagai generasi. Apakah Star Wars: The Last Jedi (2017) mampu menandingi kesuksesan para pendahulunya? Mengambil latar belakang setelah peristiwa pada Star Wars: The Force Awakens (2015), Star Wars: The Last Jedi (2017) mengisahkan perseteruan antara The First Order yang dipimpin oleh Snoke (Andy Serkins), dengan kawanan pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Leia Organa (Carrie Fisher).

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Snoke dan tentaranya, ingin menguasai alam semesta dengan teror dan ketakutan. Saat ini hanya Leia dan sekelompok kecil pemberontak saja yang masih berani menentang Snoke. Dalam perjalannya, Leia didukung oleh Poe Dameron (Oscar Issac), Finn (John Boyega) dan Rose Tico (Kelly Marie Tran). Poe merupakan pilot X-Wing pemberani yang bersedia melakukan apapun demi kekalahan The First Order. Rose merupakan mekanik kapal yang baru saja kehilangan saudara perempuannya ketika sedang berperang melawan The First Order. Finn merupakan mantan anggota The First Order yang membelot. Rose, Finn dan Poe harus bekerja sama ketika armada terakhir yang dimiliki para pemberontak, selalu berhasil dilacak oleh pihak The First Order.

Last Jedi

Last Jedi

Sisa pemberontak yang masih ada memang selalu dalam pelarian. Mereka membutuhkan sosok kuat yang inspiratif agar penduduk alam semesta mau bangkit dan berani ikut menentang The First Order. Leia berharap kakaknya, Luke Skywalker (Mark Hamill), bersedia membantunya memimpin para pemberontak melawan The First Order. Luke merupakan kesatria Jedi terakhir yang mengasingkan diri di sebuah planet terpencil. Pada Star Wars: The Force Awakens (2015),  para pemberontak mengutus Rey (Daisy Ridley) untuk pergi mencari Luke. Nahhhhh akhirnya, pada Star Wars: The Last Jedi (2017) Rey berhasil menemui Luke dan memperoleh … penolakan demi penolakan. Luke masih dibayangi oleh sebuah kegagalan yang membuat The First Order semakin kuat. Murid sekaligus tangan kanan Snoke, Kylo Ren (Adam Driver), ternyata merupakan keponakan sekaligus murid Luke. Luke mengajarkan Kylo segala sesuatu yang Luke ketahui terkait The Force.

Last Jedi

Last Jedi

Sedikit pengantar bagi teman-teman yang belum pernah menonton film Star Wars. The force merupakan sebuah kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh pribadi-pribadi tertentu. Bagaikan 2 mata pisau, The force memiliki sisi gelap dan sisi terang. Sith adalah pengguna the force dari sisi gelap/kejahatan, sedangkan jedi adalah pengguna the force dari sisi terang/kebaikan. Luke merupakan seorang pendekar jedi legendaris yang kisahnya mendasari mayoritas film-film Star Wars. Sedangkan Snoke adalah tokoh sith yang baru saya dengar keberadaan mulai pada Star Wars: The Force Awakens (2015). Yang pasti Snoke sudah berhasil menggiring Kylo Ren menjadi seorang sith. Seorang jedi bisa saja berubah menjadi sith, dan sebaliknya bisa saja seorang sith berubah menjadi jedi. Jadi bukan tidak mungkin Kylo Ren dapat ditarik kembali ke jalan yang benar, kembali menjadi seorang jedi. Toh ayah Luke yang sempat lama menjadi sith, dapat berubah kembali ke jalan yang lurus diakhir hayatnya.

Kali ini, Rey menjadi tokoh yang berupaya mengembalikan Kylo kembali ke jalan yang benar. Rey hadir sebagai seorang yatim piatu yang mampu mengendalikan the force. Walaupun potensi dan kekuatan Rey sangat besar, Rey masih baru dan belum terasah, sehingga bisa saja justru Rey yang akan tergoda untuk menjadi sith. Asal muasal dan indentitas orang tua Rey bisa jadi menjadi faktor yang Snoke dan Kylo gunakan untuk mempengaruhi Rey.

Last Jedi

Last Jedi

Saya rasa upaya saling mempengaruhi ini menjadi bagian cerita yang lebih dominan dan menarik ketimbang peperangan antara kelompok pemberontak dan tentara Snoke. Memang sih, kostum dan special effect film ini tetap terbilang bagus terutama pada bagian pertempuran. Tapi sebuah film tidak akan memiliki makna kalau isinya hanya perang-perangan saja.

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Last Jedi

Syukurlah Star Wars: The Last Jedi (2017) tidak hanya berisikan peparangan luar angkasa dan duel antara pengguna the force saja. Saya menyaksikan beberapa kejutan dan trik pada jalan cerita film ini. Kejutan dan trik tak terduga yang mengubah cara pandang penonton terhadap beberapa tokoh utama. Wah pokoknya Star Wars: The Last Jedi (2017) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Bagi yang belum pernah menonton film Star Wars sebelumnya, tidak perlu khawatir sebab film ini cukup komunikatif dan informatif sehingga saya rasa tidak akan ada yang kebingungan ketika menonton Star Wars: The Last Jedi (2017) ;).

Sumber: http://www.starwars.com

Passengers (2016)

Passengers (2016) dapat dikatakan sebagai termasuk film dengan trailer paling menggoda. Disana sekilas terlihat bahwa Jim Preston (Cris Pratt) dan Aurora (Jennifer Lawrence) terdampar di sebuat pesawat luar angkasa. Semua penumpang tersebut masih tidur manis di dalam kapsul tidur masing-masing. Saya pikir Passengers (2016) akan mengisahkan misteri kenapa kok hanya mereka berdua saja yang terbangun? Ada konspirasi atau mahluk luar angkasakah di sana?

Ow ow ow, saya salah besar. Passegers (2016) ternyata bukan film thriller atau misteri. Saya rasa film ini termasuk film drama romantis dengan balutan fiksi ilmiah lengkap dengan visual yang apik. Drama yang dihasilkan terbilang biasa-biasa saja, saya tidak melihat sesuatu yang wow di sana. Alasan kenapa Jim dan Aurora terbangun dari kapsul tidur mereka bukanlah misteri besar karena semua sudah diceritakan dengan runut, otomatis tidak ada kejutan di sana.

Rasanya Passegers (2016) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Bagi pecinta drama romantis, silahkan tonton Passengers (2016), jangan salah sangka seperti saya yaaa, trailer-nya sesat nih hehehehh.

Sumber: http://www.passengersmovie.com

Rogue One (2016)

rogue1

Para pecinta Star Wars tentunya sudah memadati bioskop-bioskop mulai minggu ini sebab telah hadir film terbaru Star Wars yaitu Rogue One (2016). Awalnya saya kira Rogue One (2016) merupakan kelanjutan dari Star Wars Episode VII, Star Wars: The Force Awakens (2015). Ternyata saya salah besar saudara-saudara karena Opa George Lucas ternyata kembali menghadirkan prekuel dari trilogi Star Wars yang pertama >_<.

rogue2

Rogue One (2016) mengambil sebuah peristiwa penting yang terjadi diantara Star Wars Episode III: Revenge of the Sith (2005) dan Star Wars Episode IV: A New Hope (1977). Pada periode waktu tersebut, terdapat pertikaian antara Galactic Empire dan Rebel Alliance. Tersebar kabar bahwa Galactic Empire telah membangun sebuah senjata pemusnah Planet yang dapat memberikan kemenangan kepada Galactic Empire. Informasi akan senjata ini berada di tangan Bodhi Rook (Riz Ahmed), seorang pilot Galactic Empire yang membelot dengan membawa pesan rahasia dari Galen Erso (Mads Mikkelsen) kepada Saw Gerrera (Forest Whitaker). Galen Erso merupakan ketua tim ilmuwan yang membangun senjata supernya Galactic Empire. Saw Garrera sendiri merupakan mantan anggota Rebel Alliance yang dikucilkan karena tindakannya yang Rebel Alliance nilai terlalu ekstrim.

rogue14

Kenapa Galen mengirim pesan kepada Saw? Karena Saw merupakan sahabat Galen yang menolong anak Galen, Jyn Erso (Felicity Jones), ketika Direktur Orson Krennic (Ben Mendelsohn) datang untuk menangkap Galen. Krennic adalah pejabat Galactic Empire yang bertanggung jawab terhadap pembuatan senjata super pemusnah Planet milik Galactic Empire. Galen memang bekerja bagi Galactic Empire tapi di bawah paksaan, bukan sukarela. Masalahnya apakah dunia tahu? Di mata Rebel Alliance, Galen tetaplah seorang ilmuwan Galactic Empire yang harus dibunuh.

rogue8

Rebel Alliance mengirim Cassian Andor (Diego Luna) untuk menemukan Bodhi Rook dan menemukan Galen. Sayang Bodhi berada di tangan Saw yang kurang bersahabat bagi siapapun kecuali … Jyn Erso, anak Galen Erso. Maka Jyn ikut diajak pula untuk menemani Andor tanpa mengetahui misi Andor sesungguhnya.

rogue10

rogue6

rogue12

Dalam perjalannya, Andor dan Jyn yang ditemani oleh robot K-SO2 (Alan Tudyk), bertemu dengan Chirrut Îmwe (Donnie Yen) dan Jiang Wen (Baze Malbus). Keduanya memiliki kemampuan tempur yang bagus dan dapat menjadi kekuatan tambahan bagi Jyn. Aksi perkelahian yang Chirrut tampilkan nampak menonjol dan bagus. Sekilas, Chirrut seolah seperti seorang Jedi buta. Apakah akan ada penampakan Jedi atau Sith pada Rogue One (2016)? Jawabannya ya tapi kurang memuaskan bagi saya pribadi. Rogue One (2016) lebih menitik beratkan pada kisah senjata super Galactic Empire, bukan kisah mengenai kesatria Jedi. Yaaah judulnya saja diambil dari nama pesawat yang Jyn dan kawan-kawan naiki. Rogue One memang adalah nama dari pesawat kargo yang Jyn dan kawan-kawan gunakan pada bagian akhir film.

rogue3

rogue16

rogue15

rogue9

rogue5

rogue11

rogue4

Dengan didukung oleh special effect dan kostum yang bagus, Rogue One (2016) memang menghasilkan visual dan adegan pertempuran luar angkasa yang bagus. Namun keabsenan perseteruan antara Jedi dan Sith nampaknya membuat Rogue One (2016) menjadi kurang berbumbu bagi saya. Ini agak berbeda dengan film-film Star Wars lainnya yang selalu menampilkan drama antara kesatria Jedi dan kesatria Sith. Intrik mengenai keberpihakan Andor apakah ia akan mengikuti perintah atau tidak, relatif terlalu mudah ditebak, tidak ada kejutan di sana. Akhir kata, Rogue One (2016) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Lumayanlaaah sambil menunggu Star Wars episode VIII yang mungkin akan hadir di 2017.

Sumber: http://www.starwars.com/films/rogue-one

Star Trek Beyond (2016)

Star Trek Beyond 1

Pada 2016 ini, awak kapak pesawat penjelajah USS Enterprise yang dipimpin oleh Kapten James Tiberius Kirk (Chris Pine), kembali hadir ke layar lebar pada Star Trek Beyond (2016). Kapten Kirk kembali didampingi oleh Komandan Spock (Zachary Quinto), LetKol Leonard “Bones” McCoy (Karl Urban), Letnan Nyota Uhura (Zoe Saldana), LetKol Montgomery Scott (Simon Pegg), Pavel Chekov (Anton Yelchin) dan Hikaru Solo (John Cho). Sebagai bagian dari United Federation of Planets (UFP), USS Enterprise melakukan penjelajahan terus menerus menuju titik-titik terluar angkasa raya yang belum terpetakan. Dalam perjalanannya, Kirk dan kawan-kawan pergi menyelamatkan awak kapal yang terdampar.

Star Trek Beyond 13

Tanpa diduga, ternyata hal ini adalah jebakan yang Krall (Idris Elba) pasang untuk mengambil artefak kuno yang terdapat di dalam USS Enterprise. Karena USS Enterprise bukanlah pesawat perang, maka armada perang Krall berhasil menghancurkan USS Enterprise dan menawan sebagian besar awaknya. Kirk, Spock, Bones, Chekov dan Scott berhasil melarikan diri dan terdampar di sebuah planet. Di sana, mereka bertemu dengan Jaylah (Sofia Boutella) yang mampu memberikan secercah harapan untuk menggagalkan rencana jahat yang Krall rancang.

Star Trek Beyond 8

Star Trek Beyond 11

Star Trek Beyond 17

Star Trek Beyond 14

Star Trek Beyond 19

Star Trek Beyond 18

Star Trek Beyond 12

Star Trek Beyond 15

Star Trek Beyond 4

Apa rencana Krall? Siapakah Krall itu? Krall adalah mahluk misterius yang asal muasalnya ternyata sangat berhubungan dengan UFP. Ia hendak melancarkan sebuah serangan dengan bantuan artefak kuno yang Kirk simpan di dalam USS Enterprise. Untuk melakukan rencananya, Krall dibantu oleh tangan kanannya, Menes, yang Joe Taslim perankan. Sayang porsi Joe Taslim sebagai perwakilan Indonesia tidak trerlalu banyak. Riasan yang harus Joe gunakan pun membuat wajahnya tidak terlihat jelas. Namun bagaimanapun juga patut saya akui bahwa kostum dan riasan pada Star Trek Beyond (2016) terbilang keren sehingga Joe tampil seperti ras mahluk asing yang misterius, tidak seperti aktor yang menggunakan topeng karet.

Star Trek Beyond 2

Star Trek Beyond 5

Star Trek Beyond (2016) memang bukan film murahan, special effect yang disajikan pun terbilang bagus dan halus. Gambaran akan planet, pesawat luar angkasa dan pertempuran luar angkasa mampu mendukung jalan cerita yang lumayan ok. Jalan cerita Star Trek Beyond (2016) memang tidak terlalu spesial tapi paling tidak mampu menghibur. Tidak hanya adengan aksi dan perang-perangan saja yang Star Trek Beyond (2016) tampilkan loh, disana terdapat pula kelucuan-kelucuan yang terkadang mampu membuat saya tertawa :D. Entah bagaimana, Bones menjadi karakter favorit saya pada film Star Trek kali ini. Saya lihat di sana terdapat pengurangan porsi “drama” pada hubungan antara Kirk dan Spock yang mendominasi 2 film Star Trek sebelumnya.

Star Trek Beyond 16

Star Trek Beyond 3

Star Trek Beyond 6

Star Trek Beyond 7

Secara keseluruhan, Star Trek Beyond (2016) termasuk film yang layak untuk ditonton di bioskop dan mampu memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan” :). Ohh yaa, Star Trek Beyond (2016) dapat dikatakan sebagai film terakhir Anton Yelchin sebagai Pavel Chekov sebab Anton meninggal dunia pada sebuah kecelakaan mobil sekitar sebulan sebelum Star Trek Beyond (2016) hadir di bioskop-bioskop Indonesia. Film Star Trek berikutnya akan kehilangan Pavel Chekov yang selalu menjawab perintah Kirk dengan semangat :’).

Sumber: www.startrekmovie.com