Injustice (2021)

Ada masanya dimana DCEU (DC Extended Universe) digadang-gadang akan menyaingi MCU (Marvel Cinematic Universe). Pata superhero DC Comics akan hadir pada berbagai filn yg berbeda namun saling berkesinambungan. Melihat dari beberapa pengantar yang diselipkan pada film-film tersebut, besar kemungkinan awal dari DCEU akan menggunakan material dari seri komik Injustice: God Among Us. Saya sendiri sering bermain versi video game dari Injustice. Saya pun antusias melihat perkembangan DCEU.

Sayangnya visi DCEU (DC Extended Universe) dari Zack Snyder sudah runtuh dengan pendapatan dan penilaian yang di bawah ekspektasi terhadap film-film DCEU. Otomatis sepertinya kita tidak akan menyaksikan alur cerita Injustice pada DCEU. Yah paling tidak pada 2021 lalu, DC Comics merilis versi animasi dari Injustice.

Injustice (2021) mengambil latar belakang pada salah satu dunia alternatif atau paralel yang di sebut Bumi 22. Di sini, Superman (Justin Hartley) kehilangan anak dan istrinya dengan cara yang tragis. Mereka menjadi salah satu korban Joker (Kevin Pollak). Selama ini Joker memang menjadi musuh utama Batman (Anson Mount) bukan karena kekuatannya. Namun karena taktiknya dalam melakukan kejahatan. Dengan melakukan hal kejam seperti ini, Joker berhasil mengubah Superman. Pada Bumi 22, Superman versi ini, memiliki cara tersendiri untuk berduka.

Superman ingin mewujudkan Bumi yang bebas dari kejahatan. Ia mulai bertindak lebih keras terhadap berbagai bentuk kejahatan. Perlahan Superman menolak untuk memberikan kesempatan kedua bagi pelaku kejahatan. Ia bahkan ikut campur dalam urusan politik berbagai negara. Batman sangat tidak suka dengan perilaku Superman. Batman dan Superman sangat bersahabat, namun kali ini mereka terpaksa berseteru. Para superhero pun terbelah dua, apakah ikut Batman atau ikut Superman. Perseteruan ini menyebabkan tewasnya beberapa karakter DC Comics ternama.

Film tak ragu untuk mematikan banyak tokoh superhero dan supervilain. Kita akan dengan mudahnya melihat berbagai tokoh DC Comics berguguran di sini. Sesuatu yang jarang terjadi. Sebab banyak dari mereka memiliki film solo atau komik solo sendiri. Yah jagoan dan penjahat utama kok tewas? Justru inilah yang menjadi kelebihan Injustice (2021). Kita tidak akan mengetahui siapa saja yang selamat.

Sayangnya, durasi film yang singkat, gagal memberikan latar belakang yang jelas bagi berbagai karakter yang hadir. Kenapa mereka memilih sisi Batman atau Superman. Semua mengandalkan pengetahuan penonton atas karakter-karakter tersebut. Saya pun tudak terlalu peduli atau terharu ketika melihat beberapa karakter gugur. Saya pribadi lebih suka cerita pada versi video game.

Kalau di komik dan video game, perseteruan ini memakan waktu sekitar 6 tahun. Batman pun sampai memiliki aliansi yang disebut Insurgent. Yaaah agak susah memang merangkum semuanya dalam 1 film animasi. Mungkin akan lebih baik kalau dibuat dalam bentuk mini seri.

Dengan demikian, Injustice (2021) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Film ini banyak adegan sadisnya yaa, jadi jangan ajak anak-anak untuk menonton Injustice (2021).

Sumber: http://www.dc.com

The Batman (2022)

Batman merupakan tokoh superhero yang sangat populer sejak saya kecil. Tak terhitung sudah ada berapa aktor yang memerankan Batman pada film layar lebarnya. Christian Bale adalah salah satu yang terbaik melalui trilogi Batman-nya Christopher Nolan. Kemudian Ben Afflect mengambil alih peran Batman pada proyek DCEU (DC Extended Universe) yang sudah jelas kalah telak melawan MCU (Marvel Cinamatic Universe).

Sepertinya film layar lebar para superhero adan supervillain DC relatif lebih sukses pada film solonya. Apakah The Batman (2022) akan sesukses trilogi Batman-nya Nolan? Kali ini Batman atau Bruce Wayne diperankan oleh Robert Pattinson. Kebetulan film yang mempopulerkan nama Pattinson adalah kelima film Twilight. Oooucch, itu adalah 5 film populer yang kurang saya sukai. Hhhmmmm, inilah yang pada awalnya membuat saya agak ragu dengan The Batman (2022) :(.

Latar belakang The Batman (2022) adalah sekitar 2 tahun setelah Bruce Wayne pertama kali menjadi Batman. Kota Gotham masih dikuasai oleh para penjahat. Seorang Batman terasa kurang banyak untuk membasmi semua ini.

Biasanya, seorang superhero sebesar Batman harus berhadapan dengan penjahat super dengan rencana maha dahsyat. Pada DCEU bahkan sebuah rencana yang dapat menghacurkan dunia. The Batman (2022) lebih memilih kembali ke dasar. Batman yang masih hijau, berhadapan dengan lawan-lawan yang masih baru juga. Tidak ada senjata super canggih di sana. Tidak ada pula kekuatan super yang maha dahsyat di sana. Kostumnya pun relatif sederhana tapi tidak murahan.

Diantara berbagai penjahat kecil yang Batman hadapi, terdapat seorang penjahat yang berani membunuh para pejabat kota. Satu per satu pejabat Gotham dibantai dengan berbagai cara yang unik. Pelaku selalu meninggalkan teka-teki yang harus Batman pecahkan. Semakin lama, Batman semakin dihadapkan kepada berbagai rahasia kotor yang dimiliki berbagai orang berpengaruh di Gotham, … termasuk rahasia keluarga Wayne sendiri.

Alur penyelidikan pada The Batman (2022) terbilang sangat menyenangkan untuk diikuti. Di sini Batman kembali kepada jati dirinya seperti pada awal mula tokoh ini hadir di DC Comics, Batman sebagai detektif. Pada awalnya kisah-kisah pada komik Batman memang memiliki unsur-unsur penyelidikan ala detektif. Hal ini yang terkadang seolah terlupakan dari film-filmnya Batman terdahulu, kecuali trilogi Batman-nya Nolan tentunya.

Kehadiran Pattinson sebagai Batman pun sangat bagus sekali. Bagaimana Batman muncul dan berkelahi, semuanya terlihat keren dan seru. Batman di sini terlihat sangat manusiawi, Pattinson berhasil menunjukkan bahwa Batman juga manusia. Batman bisa merasakan sakit, marah dan ketakutan.

Sedikit kekuarangan dari The Batman (2022) adalah akhirnya ada agak antiklimaks. Namun kalau digali lebih dalam lagi, bagian akhir The Batman (2022) memiliki makna yang dalam. Semua saling berkaitan dan mampu menjadi pembelajaran bagi Batman yang masih hijau.

Saya rasa The Batman (2022) sukses besar menyaingi trilogi Batman-nya Nolan. The Batman (2022) sopasti pantas untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Dengan kualitas sebagus ini, kemungkinan besar film ini akan menelurkan beberapa sekuel lagi. Oh ya, film ini bukan film anak-anak. Adegan sadisnya sih tidak terlalu parah. Hanya saja ceritanya memang lebih pantas ditonton oleh orang dewasa.

Sumber: http://www.thebatman.com

Joker (2019)

Mendengar nama Joker, tentunya saya langsung teringat akan tokoh supervillain yang sangat terkenal sebagai lawannya Batman. Joker sudah berkali-kali berganti wajah, mulai dari ketika diperankan oleh Cesar Romero, Mark Hamil, Zach Galifianakis, Jack Nicholson, Heath Ledger sampai Jared Leto. Pergantian ini mengikuti film layar lebar dan film seri Batman yang sudah beberapa kali di-reboot dan hadir dalam berbagai media. Jadi, sudah bertahun-tahun, kehadiran karakter Joker,, bergantung pada Batman. Baru pada tahun 2019-lah tokoh Joker memperoleh panggung yang lebih besar. Melalui Joker (2019), Joaquin Phoenix memperoleh kesempatan untuk memerankan seorang Arthur Fleck yang perlahan-lahan berubah menjadi Joker.

Arthur adalah seorang komedian dan badut yang kerap mendapatkan kemalangan di tengah-tengah kondisi Kota Gotham di era 80-an yang penuh ketidakadilan. Di mata Arthur, semua pejabat, politikus dan pengusaha di Gotham, sama sekali tidak mempedulikan kondisi sosial Gotham yang semakin terpuruk. Diperparah dengan gangguan kejiwaan yang Arthur alami, ia semakin hari semakin berani melakukan tindak kekerasan.

Tindakan kekerasan yang Arthur lalukan, selalu berawal dari perbuatan buruk orang-orang di sekitar Arthur. Saya pribadi merasa bahwa pembunuhan yang pertama kali Athur lakukan memang masih wajar. Namun yang kedua, ketiga dan seterusnya, tidak membuat Arthur nampak sebagai orang baik. Saya kurang setuju dengan ungkapan bahwa orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Setelah melihat Joker (2019), saya semakin yakin bahwa orang baik adalah orang yang mampu untuk tetap menjadi baik walaupun tersakiti.

Dari segi cerita, tema Joker (2019) terlalu berat bagi anak-anak. Tentunya ini bukanlah film superhero yang pantas ditonton oleh semua umur. Terdapat beberapa adegan kekerasan dan saya sama sekali tidak melihat kelucuan pada film ini meskipun tokoh utamanya adalah seorang badut. Singkat kata Joker (2019) merupakan film tentang orang gila yang berprofesi sebagai badut. Latar belakangnya adalah latar belakang Gotham ketika Bruce Wayne atau Batman masih kecil. Namun kali ini Bruce Wayne hanya mendapatkan porsi yang kecil sekali. Sekarang giliran Joker yang tampil di atas panggung :).

Pada film ini, penonton diajak menyelami pikiran Arthur yang sering mengalami delusi. Pikiran Arthur membuat ia mempercayai hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi di dunia nyata. Hal inilah yang membuat Joker (2019) penuh dengan keambiguan. Penonton dibiarkan menerka-nerka kejadian manakah yang nyata, dan kejadian manakah yang hanya khayalan Arthur saja. Semua berhasil ditampilkan dengan sangat rapi dan memukau.

Joker (2019) memang mampu menampilkan sebuah tontonan yang memberikan berbagai hal yang menarik untuk dibahas. Tapi sayang, bagi saya pribadi, film ini kadang nampak terlalu bertele-tele dan sangat “drama”. Olehkarena itu saya pribadi memberikan Joker (2019) nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Ingat, jangan bawa anak-anak untuk menonton Joker (2019), ini bukan film superhero! :).

Sumber: http://www.jokermovie.net

Ready Player One (2018)

Awalnya, Ready Player One (2018) sepertinya bukan termasuk film yang menarik untuk ditonton. Sambutan meriah dari beberapa rekan saya mendorong saya untuk akhirnya ikut menonton film tersebut. Film ini ternyata merupakan karya Steven Spielberg yang diambil dari novel karya Ernest Cline dengan judul yang sama. Kisahnya mengenai perebutan kekuasaan sebuah dunia virtual.

Latar belakang film ini adalah dunia masa depan dimana kemajuan teknologi tidak diiringi oleh kesejahteraan penduduknya. Muak dengan kehidupan nyata, banyak penduduk Bumi mencari pelepas penat di sebuah dunia lain, dunia dimana mereka dapat menjadi apa saja, dan dapat berbuat macam-macam. Dengan menggunakan perangkat Virtual Reality, mereka dapat masuk ke Oasis (Ontologically Anthropocentric Sensory Immersive Simulation), sebuah dunia virtual yang sangat populer dan penuh kebebasan.

Pada dasarnya Oasis merupakan permainan MMOSG (massively multiplayer online simulation game) dimana di dalamnya para pemain seolah memiliki kehidupan baru yang lepas bebas dari kehidupan nyata. Di sana mereka dapat bermain balapan, bertempur, berkelahi, berjudi, berdansa, bersosialisasi, berteman, berpartisipasi dalam berbagai event unik dan lain-lain. Semua terasa amat nyata karena pemain Oasis menggunakan kacamata Virtual Reality dan sensor-sensor di berbagai bagian tubuh mereka. Wah, kalau yang namanya Oasis memang benar-benar ada, saya juga mau ikutan :D.

Oasis diperkenalkan oleh James Donovan Halliday (Mark Rylance) dan Ogden Morrow (Simon Pegg) pada tahun 2025. Beberapa tahun kemudian Morrow memutuskan untuk meninggalkan proyek Oasis. Di tangan Halliday seorang diri, Oasis tetap kokoh dan tidak kehilangan reputasinya sebagai dunia virtual terpopuler di dunia. Oasis tetap menjadi nomor satu bahkan sampai setelah Halliday wafat pada 7 Januari 2040.

Ketika Halliday wafat, seluruh dunia menerima unggahan video yang menyatakan bahwa Halliday telah menanamkan sebuah event super unik di dalam Oasis, sebuah event yang akan mulai ketika Halliday wafat. Whah event apa yah? Para pemain harus mencari 3 buah kunci dengan memecahkan berbagai teka-teki yang terselubung di dalam dunia Oasis. Barangsiapa yang berhasil memperoleh ketiga kunci tersebut, maka ia akan memperoleh 100% kontrol akan Oasis. Sebuah event yang hadiahnya kepemilikan sebuah dunia virtual terpopuler di dunia, aaahh jelas semua orang terpacu untuk memperolehnya.

5 tahun setelah event dimulai, tak ada satupun yang berhasil menemukan kunci pertama. Mengetahui lokasi dan apa teka-teki yang harus dipecahkan saja susahnya bukan main. Semua seakan mustahil sampai seorang pemain bernama Parzival berhasil memperoleh kunci pertama.

Di dunia nyata, Parzival adalah anak yatim piatu bernama Wade Watts (Tye Sheridan) yang hidup pas-pasan bersama bibi dan paman tirinya. Dengan berhasilnya Wade atau Parzival memperoleh kunci pertama, seketika itu pulalah ia menjadi sorotan sekaligus buruan IOI (Innovative Online Industries) yang dipimpin oleh Nolan Sorreto (Ben Mendelsohn). IOI merupakan perusahan IT terbesar kedua di dunia setelah perusahaan milik mendiang Halliday. perusahaan ini ingin menguasai Oasis dan perusahaan milik Halliday dengan memperoleh ketiga kunci Halliday di dalam Oasis. Sorreto dan kawan-kawan rela membayar ratusan pegawai untuk berkelana di dalam Oasis dan memecahkan teka-teki Halliday.

Parzival tidak sendirian di dalam Oasis. Ia memperoleh dukungan dari pemain Oasis dengan nama Aech, Art3mis, Sho dan Daito. Mereka berteman di dunia maya dan belum pernah bertemu di dunia nyata. Namun mereka saling tolong menolong dalam persaingan memperebutkan ketiga kunci Halliday melawan ratusan tentara IOI dan pemain Oasis lainnya, baik di dunia virtual maupun di dunia nyata.

Film ini cukup menarik karena secara teknologi, Oasis bisa saja benar-benar ada dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, budaya pop sangat kental terlihat pada Ready Player One (2018). Tidak hanya teka-teki Halliday saja yang kental akan budaya pop, tapi atribut, musik, pengambilan gambar sampai gerakan karakter dibuat berdasarkan video game atau film yang pernah populer di era 80-an, 90-an dan awal abad 21. Pada Ready Player One (2018) saya dapat melihat bagian dari Back to the Future, The Shining, Jaws, The Irom Giants, The Terminator, Mad Max, Akira, Chucky, Buckaroo Banzai, Mortal Kombat, Alien, Ghostbusters, Godzilla, Speedracer, Batman, The Flash, Thundercats, He-Man, Firefly, Gundam, Kura-Kura Ninja, Tomb Rider, Street Fighter, Halo, Donkey Kong, Pitfall, Centipede dan lain-lain, semuanya tersebar dimana-mana. Ini bagaikan nostalgia karena mengingatkan saya akan video game yang dulu pernah saya mainkan, dan film yang pernah saya tonton ketika masih kecil. Syukurlah Ready Player One (2018) termasuk adil untuk hal ini karena budaya pop yang ditampilkan bukan hanya budaya pop tahun 80-an. Selama ini saya sering melihat budaya pop 80-an yang terus diagung-agungkan, bosan saya :’D. Bagi pecinta budaya pop 80-an garis keras, Ready Player One (2018) mungkin akan nampak hampa dan kurang memiliki unsur nostalgia hehehehehe.

Akantetapi, kalaupun Oasis benar-benar ada, kemungkinan saya hanya akan memainkannya selama sebulan pertama saja. Oasis memang nampak luas dan bebas, tapi dunia virtual pada Ready Player One (2018) ini memiliki 1 peraturan yang tak lazin ditemukan pada video game pada umumnya. Peraturan tersebut adalag, apabila si pemain tewas, maka ia akan kehilangan nilai, koin, avatar, senjata dan semua yang ia miliki. Si pemain akan lahir kembali dengan keadaan seperti awal mula ia baru bermain. Koin nyawa ekstra memang ada sih, tapi amat sangat jarang sekali, hal ini jelas terlihat pada salah satu adegan di Ready Player One (2018).

Adegan-adegan pada film ini berhasil menampilkan sebuah dunia virtual yang berdampingan dengan dunia nyata dengan sangat baik. Adegan aksinya pun terbilang bagus dan memukau. Ditambah dengan jalan cerita yang menarik dan penuh nostalgia bagi banyak orang, Ready Player One (2018) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus” ;).

Sumber: readyplayeronemovie.com

Justice League (2017)

Walaupun saya pesimis terhadap kualitas Justice League (2017), film ini tetap masuk ke dalam daftar wajib tonton saya. Melihat kurang gregetnya Man of Steel (2013), Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) dan Suicide Squad (2016), wajar saja kalau banyak orang meragukan kualitas Justice League (2017). Dari beberapa film layar lebar DC superheroes, praktis hanya Wonder Woman (2017) saja yang mampu memperoleh sambutan hangat. Sampai saat ini, film-film superhero Marvel jauh mengungguli film-film superhero DC. Tapi bagaimanapun juga, dulu saya tumbuh ditengah-tengah dominasi komik superhero DC. Nama-nama Superman, Batman, Robin, Wonder Woman, Green Lantern dan superhero DC lainnya jauh lebih populer ketimbang Iron Man, Thor, Hulk dan superhero Marvel lainnya. Saya pun tentunya lebih mengenal kumpulan superhero DC yang tergabung pada Justice League, dibanding kumpulan superhero Marvel yang tergabung pada The Avengers.

Sama seperti Suicide Squad (2016), Justice League (2017) menceritakan keadaan dunia setelah tragedi pada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) terjadi. Hilangnya Superman benar-benar menyisakan lubang yang besar bagi penduduk Bumi. Setelah beberapa kriminal berusaha mengisi lubang tersebut pada Suicide Squad (2016), kini giliran beberapa superhero yang berusaha mengisi lubang tersebut.

Embrio Justice League sebenarnya sudah mulai ada sejak Batman V Superman: Dawn of Justice (2016). Batman atau Bruce Wayne (Ben Affleck) terlihat menyeleksi beberapa kandidat Justice League yaitu Diana Prince atau Wonder Woman (Gal Gadot), Barry Allen atau The Flash (Ezra Miller), Arthur Curry atau Aquaman (Jason Momoa) dan Victor Stone atau Cyborg (Ray Fisher).

Batman adalah perwakilan ras manusia biasa pada Justice League. Batman praktis tidak memiliki kekuatan super, ia hanya memiliki berbagai perlengkapan canggih sebagai alat bantu. Saya lihat Batman pada Justice League (2017) nampak kepayahan ketika harus bertarung bersama anggota Justice League lainnya. Kok ya Batman jadi terlihat lemah begini ya. Iron Man yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan super, tidak nampak selemah ini pada The Avengers. Selain itu, sangat aneh kalau Bruce Wayne mengumbar identitas rahasianya sebagai Batman, kepada calon-calon anggota Justice League. Lha sukur-sukur calon tersebut mau bergabung, bagaimana kalau tidak? Identitas Bruce Wayne sebagai Batman sudah dikantongi. Terus terang saya lebih suka Batman versi Christian Bale pada The Dark Knight Rises (2012).

Wonder Woman merupakan ratu bangsa Amazon yang tinggal di pulau Themyscira, sebuah pulau terpencil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang seperti dikisahkan pada Wonder Woman (2017). Wonder Woman dapat melayang, bergerak sangat cepat, super kuat, serta dilengkapi oleh tali laso kejujuran, gelang sakti, tiara boomerang, perisai dan pedang. Wonder Woman nampak serius, dewasa, cantik dan gagah pada film ini :).

The Flash dapat dikatakan sebagai salah satu superhero favorit saya. Kekuatan The Flash memang hanya memiliki kecepatan super melebihi superhero lainnya, tapi kisah-kisah seputar The Flash selalu dapat digarap dengan apik. Pemilihan Ezra Miller sebagai pemeran The Flash sebenarnya agak mengecewakan yaaa, rasanya kok kurang pantas. Grant Gustin sudah mampu dengan baik memerankan The Flash pada Serial TV The Flash, kenapa kok bukan Grant saja yang memerankan The Flash? Ternyata karakter The Flash pada Justice League (2017) hendak dibuat lebih jenaka dan polos. Berbeda dengan The Flash versi Grant, The Flash versi Ezra ini memang tidak terlalu serius dan mampu memamcing tawa penonton. The Flash kembali berhasil menjadi karakter favorit saya walaupun kostumnya jelek, penuh logam-logam tajam yang aneh.

Aquaman versi komik klasik merupakan karakter superhero DC dengan kostum paling culun. Ia sering muncul dengan rambut kuning, pakaian oranye dan hijau, lengkap menaiki kuda laut yang imut. Yaaahhh, kesan culun tidak terlihat sama sekali pada Aquaman kali ini. Aquaman kali ini tampil lebih garang dengan kostum yang lebih gelap dan rambut hitam yang panjang. Aquaman nampak lebih tempramental dan memendam sebuah kemarahan yang mungkin akan dikisahkan pada film solo Aquaman nanti. Sayangnya karena kekuatan Aquaman berhubungan dengan air, maka peranan Aquaman tidak terlalu signifikan. Kenapa begitu? Jelas saja, karena mayoritas pertarungan dilakukan di darat :’D.

Cyborg merupakan manusia separuh mesin yang dapat terbang, mengendalikan segala perangkat elektronik, memperbaiki diri sendiri dan memiliki berbagai senjata dari tangannya. Sebelum berubah menjadi Cyborg, Vic adalah manusia biasa. Vic kemudian mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawanya. Ayah Vic, seorang ilmuwan jenius, menyelamatkan nyawa anaknya dengan menggunakan sebuah teknologi kuno yang terdampar di Bumi. Vic tetap hidup, tapi sebagian besar organ tubuhnya sudah digantikan oleh mesin dan komputer pintar. Belakangan diketahui bahwa teknologi yang menyusun Cyborg adalah salah satu dari tiga kotak ibu.

Dahulu kala, Steppenwolf (Ciaran Hinds) dan pasukannya datang ke Bumi bersama-sama dengan 3 kotak ibu. Ia menggunakan kekuatan gabungan dari 3 kotak ibu untuk menguasai Bumi dan mengubah Bumi menjadi planet asal Steppenwolf, Apokolips. Namun Steppenwolf mengalami kekalahan ketika menghadapi kekuatan gabungan dari bangsa manusia, Amazon, Atlantis, Green Lantern Corps dan dewa-dewa Olympus. Steppenwolf berhasil melarikan diri dan meninggalkan ketiga kotak ibu di Bumi. Kemudian penduduk Bumi saat itu sepakat untuk menyimpan kotak ibu di 3 tempat yang berbeda. Bangsa Amazon menyimpan kotak ibu pertama di pulau Themyscira, bangsa Atlantis menyimpan kotak ibu kedua di dasar laut, bangsa manusia menyimpan kotak ibu ketiga di ……. tempat kerja ayah Victor Stone. Dengan memanipulasi kotak inilah Victor berubah menjadi Cyborg.

Kotak-kotak tersebut tidak menunjukkan keanehan sampai Superman .. hilang. Hilangnya Superman dari Bumi memicu ketiga kotak ibu untuk aktif. Hal ini dapat dideteksi oleh Steppenwolf yang langsung datang ke Bumi untuk mengambil ketiga kotak ibu dan kembali menggunakannya untuk menguasai Bumi. Kali ini penghalang ambisi Steppenwolf adalah Batman, Wonder Woman, Cyborg, The Flash dan Aquaman yang bergabung dalam Justice League. Ahhhh, apakah ini cukup? Sayangnya tidak, Justice League membutuhkan anggota lagi untuk meredam Steppenwolf.

Yang agak saya sayangkan dari Justice League (2017) adalah kok ya kenapa keempat anggota awal Justice League nampak kewalahan sekali menghadapi Steppenwolf dan pasukannya. Mereka terkesan hanya dihadirkan sebagai bantalan atau samsak saja :’D. Padahal rasanya Steppenwolf bukanlah tokoh antagonis yang populer di dunia DC Comics. Ia hanyalah paman dari Darkseid yang beberapa kali muncul di komik dalam cerita flashback. Darkseid tetaplah lawan Justice League yang paling populer. Bisa jadi ini merupakan pembuka bagi kehadiran Darkseid di layar lebar.

Seperti film superhero pada umumnya, Justice League (2017) dipenuhi oleh banyak adegan aksi yang didukung oleh efek dan kostum terbaik di eranya. Tapi untuk Justice League (2017), special effect terasa amat banyak dan ada sedikit bagian cukup janggal penempatannya. Beruntung adegan aksinya cukup keren dan film ini lebih memiliki “cerita” dibandingkan Man of Steel (2013) yang isinya hanya pukul-pukulan saja.

Saya lihat Justice League (2017) memiliki suatu momen “wow” yang tidak dapat saya sebutkan di sini karena akan menjadi spoiler. Sayang akhir dari film ini yaaa hanya begitu saja, penyelesaian yang terlalu sederhana dan kurang cerdas. Peperangan melawan Steppenwolf yaaa hanya begitu saja, rasanya peperangan tersebut hanya seperti kisah pelengkap saja.

Terlepas dari beberapa kelemahan yang saya lihat di Justice League (2017), film ini tetap mampu menyuguhkan cerita dan adegan aksi yang bagus. Ditambah dengan beberapa adegan lucu dari The Flash, praktis film ini gagal membuat saya tertidur sepanjang film :). Bagi saya, meskipun kostumnya jelek, The Flash adalah bintang dari film ini :D. Akhir kata, rasanya Justice League (2017) masih layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.
Sumber: http://www.unitetheleague.com

The Lego Batman Movie (2017)

Sebagian masa kecil saya dihabiskan dengan bermain Lego di rumah tetangga. Permainan konstruksi tersebut bisanya bisa dibentuk menjadi bangunan-bangunan seperti pertokoan dan pom bensin. Tokoh-tokohnya pun seingat saya hanya pekerja bangunan dan tukang bensin. Sekarang, Lego sudah bermacam-macam variannya. Ada Lego Friends, Lego Superhero, Lego Star Wars, Lego Ninjago dan lain-lain.

Tidak cukup di situ, film-film Lego kemudian bermunculan, baik yang berupa film serial TV maupun film layar lebar. Semuanya mengusung kisah-kisah dengan latar belakang dunia Lego. Tidak hanya dari segi animasi atau gambar saja, tapi di sisi ceritanya pun dibuat sedemikian rupa sehingga aturan dunia yang berlaku adalah aturan dunia Lego, bukan dunia nyata. Tak lupa disisipkan berbagai lelucon sarkasme yang membahas film atau tokoh populer. Hal inilah yang saya temukan pada The Lego Batman Movie (2017).

Pada film Lego terbaru ini, Batman atau Bruce Wayne (Will Arnett) hadir sebagai tokoh utama. Sepanjang film terdapat banyak lelucon sarkasme yang dapat membuat saya tersenyum. Penyelesaian akhirnya pun terbilang logis apabila kota Gotham memang dibangun oleh jutaan kepingan Lego. Penyelamatan kota Lego Gotham yang hanya dapat dilakukan di dunia Lego. Hal ini terbilang cerdas karena dengan begini, akan terdapat pembeda antara film Lego Batman dengan film animasi Batman lainnya.

Apa yang terjadi pada film Lego Batman ini? Dikisahkan bahwa Batman selalu berhasil mengalahlan lawan-lawannya dan menyelamatkan Gotham. Batman selalu menyatakan kepada semua orang bahwa ia kuat, perkasa dan tidak membutuhkan orang lain. Padahal, hidup Batman sebenarnya terbilang kosong, hampa. Batman tidak mau menurunkan perisainya dan mengakui bahwa ia membutuhkan teman seperti Dick Grayson (Michael Cera), Barbara Gordon (Rosario Dawson dan Alfred Pennyworth (Ralph Finnes). Menyelamatkan Gotham memang menjadi tugas Batman, namun sesekali bahkan seorang Batman pun membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Uniknya, pada The Lego Batman Movie (2017) dikupas pula hubungan benci-rindu antara Batman dan Joker (Zach Galifianakis). Joker seolah haus akan pengakuan dari Batman. Ia ingin Batman akui sebagai lawan terberat Batman. Sebuah pengakuan yang tak kunjung Joker peroleh hingga Joker melakukan tindakan yang dapat menghancurkan kota Gotham. Hal ini tidak saya temui di film Batman lainnya :).

Berbagai keunikan yang dibumbui oleh berbagai sarkasme memang menjadi keunggulan tersendiri bagi The Lego Batman Movie (2017). Namun saya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka dengan jalan ceritanya. Sarkasme yang muncul hanya mampu membuat saya tersenyum, bukan tertawa. Dengan demikian The Lego Batman Movie (2017) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”.

Sumber: www.legobatman.com

Justice League: The Flashpoint Paradox (2013)

Melihat pembahasan mengenai film seri The Flash musim kedua, saya sering mendengar kata-kata Flashpoint Paradox, aaahhh ternyata itu judul seri komik dan film animasi DC Comics yang cukup populer dengan Flash sebagai tokoh sentralnya, tumben bukan Superman atau Batman hehehe. Biasanya film-film animasi DC didominasi oleh 2 nama tersebut.

Pada Justice League: The Flashpoint Paradox (2013), Batman dan Superman tetap ada kok, judulnya saja mengandung kata-kata Justice League. Tak hanya Flash alias Barry Allen (Justin Chambers), Superman alias Clark Kent (Sam Daly) dan Batman alias Bruce Wayne (Kevin Conroy), hadir pula Wonder Woman alias Diana (Vanessa Marshall), Aquaman alias Arthur Curry (Cary Elwes), Cyborg alias Victor Stone (Michael B. Jordan) dan Green Lantern alias Hal Jordan (Nathan Fillion), wah lengkap juga yahhh. Dikisahkan bahwa Flash dengan dibantu Justice League, berhasil menangkap Professor Eobard “Zoom” Thawne atau Reverse-Flash (C. Thomas Howell) dan beberapa supervillain lain yang ikut mengeroyok Flash. Baik di komik maupun di film, Zoom sering hadir sebagai musuh besar Flash, tak terkecuali pada Justice League: The Flashpoint Paradox (2013).

Setelah Zoom tertangkap, Barry Allen beristirahat dan kemudian terbangun dari tidur pendeknya. Setelah Barry bangun, ia menemukan dirinya berada di dunia yang berbeda. Barry mendadak kehilangan kekuatannya dan semua anggota Justice League mengalami takdir yang berbeda sehingga mereka pun bukan superhero yang Barry kenal. Batman bukanlah Bruce Wayne, Superman tidak dibesarkan oleh keluarga Kent, Hal Jordan tidak terpilih menjadi Green Lantern dan Cyborg menjadi tangan kanan presiden Amerika. Bagaimana dengan Wonder Woman dan Aquaman? Keduanya terlibat cinta segitiga dan perselingkuhan yang mengakibatkan perang besar antara bangsa Amazon dan Atlantis. Dunia yang satu ini diambang kehancuran akibat perseteruan antara kedua bangsa super tersebut. Manusia biasa hanya dapat menonton dan pasrah sebab superhero lain nampak tak berdaya. Di tengah-tengah kebingungan ini, Barry melihat ibunya yang seharusnya sudah meninggal. Pada dunia ini, ibu Barry ternyata masih hidup, aaah ada secercah kebahagiaan di sana.

Bagaimana semua ini bisa terjadi? Barry yakin bahwa Zoom telah pergi ke masa lalu dan mengubah masa lampau sehingga dunia menjadi sekacau ini. Dengan dibantu Batman, Barry berusaha mereplikasi kecelakaan yang merubah Barry menjadi Flash. Barry harus berlari sekencang mungkin, menembus kecepatan cahaya untuk pergi ke masa lalu untuk memperbaiki ini semua. Rencana hanyalah rencana, hal itu tak mudah diraih. Dalam perjalanannya, banyak tokoh-tokoh superhero yang tewas. Beberapa adegannya agak sadis ya bagi anak-anak. Justice League: The Flashpoint Paradox (2013) lebih cocok untuk ditonton oleh orang dewasa meskipun berwujud film animasi atau kartun.

Perbedaan akan nasib para superhero dan supervillain menarik untuk diikuti, beberapa bahkan mencengangkan untuk dilihat. Saya lihat terdapat kesedihan pada hubungan antara Flash dengan ibunya dan hubungan antara Bruce Wayne dengan keluarganya. Jadi film ini bukan hanya film kartun yang sarat adegan pukul-pukulan atau tembak-tembakan saja :). Apalagi terdapat sedikit kejutan pahit pada bagian akhir film ini, asalkan teman-teman tidak membaca sinopsis di beberapa tulisan yang tidak bertanggung jawab yaa. Entah kenapa untuk film yang satu ini, banyak orang memasukkan spoiler ke dalam sinopsis mereka. Sesuatu yang harusnya terungkap di akhir film justru diumbar di sinopsis :P.

Saya rasa Justice League: The Flashpoint Paradox (2013) layak untuk memperoleh nilai 4 dari skala maksimum 5 yang artinya “Bagus”. Ternyata, walaupun sejauh ini film-film DC Comics di layar lebar relatif kalah dibandingkan film-filmnya Marvel, DC Comics mampu menelurkan film animasi yang berkualitas. Ahhh kenapa yang seperti ini tidak saya lihat pada film-film bioskop DC Comics terbaru? ;’)

Sumber: http://www.dccomics.com/movies/justice-league-the-flashpoint-paradox-2013

Captain America: Civil War (2016)

CivilWar1

Pada tahun 2016 ini, DC Comic dan Marvel sama-sama menampilkan film yang mengisahkan perseteruan antar sesama superhero. Setelah sekitar beberapa bulan yang lalu saya melihat Superman dan Batman saling baku hantam pada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016), kemudian Marvel Comics menghadirkan perseteruan antara Captain America (Chris Evans) dengan Iron Man (Robert Downey Jr.) pada Captain America: Civil War (2016). Berbeda dengan perseteruan antara Superman dan Batman yang hanya melibatkan 2 superhero, perseteruan antara Captain America dan Iron Man ini melibatkan beberapa superhero lain yang sebelumnya sudah pernah muncul pada film-film Marvel. Sebagian berdiri di belakang Iron Man dan sebagian lagi berdiri di belakang Captain America. Mereka sama-sama di pihak yang baik, namun perseteruan yang semakin memanas memaksa kedua kubu untuk berkelahi habis-habisan.  Apa sih yang membuat Captain America dan Iron Man berseteru?

CivilWar21

Pada sebuah misi di Afrika, The Avengers berhasil menuntaskan sebuah misi dan kembali menyelamatkan dunia. Namun dalam prosesnya, mereka tidak sengaja menghancurkan sebuah gedung yang dipadati penduduk. Kabar ini viral dan kembali mengingatkan penduduk dunia akan kehancuran-kehancuran yang pernah terjadi ketika para superhero beraksi sebagaimana pernah dikisahkan pada The Avengers (2012), Iron Man 3 (2013), Thor: The Dark World (2013) dan Avengers: Age of Ultron (2015).

CivilWar25

Kemudian PBB dengan didukung oleh pihak pemerintah dari berbagai negara memutuskan bahwa semua aksi superhero harus dimonitor oleh pihak PBB dan pemerintah. Inilah cikal bakal dari perdebatan antara Captain America dan Iron Man. Setelah peristiwa pada Iron Man 3 (2013), sikap dan pendapat Iron Man atau Tony Stark terhadap konsep superhero agak bergeser. Ia sudah tidak bersikap seperti milyuner yang seenaknya sendiri. Iron Man nampak terlalu serius di sini, ahhhh payah, tidak selucu dulu lagi. Bagaimana dengan Captain Amerika? Ia menolak mentah-mentah aturan PBB dan pemerintah tersebut karena menurutnya aksi superhero tidak boleh dicampuri oleh kepentingan-kepentingan politis, semua harus murni untuk kemanusiaan.

CivilWar4

Adu mulut berubah menjadi baku hantam setelah ada seorang misterius yang berusaha mempertajam perseteruan tersebut. Apa motifnya? Silahkan tonton filmnya :), yang pasti sudah pasti saya berdiri di pihak Captain America karena Iron Man nampak terlalu emosional dan kurang dapat berfikir lurus pada Captain America: Civil War (2016). Yaaaah, judulnya saja Captain America, sopasti sedikit banyak Cap akan nampak sebagai pihak yang logis dan benar.

Pada perseteruan besar ini Iron Man didukung oleh War Machine (Don Cheadle), Black Widow (Scarlett Johansson), Black Panther (Chadwick Boseman), Vision (Paul Bettany) dan Spider-Man (Tom Holland). Sedangkan Captain America didukung oleh Winter Soldier (Sebastian Stan), Falcon (Anthony Mackie), Hawkeye (Jeremy Renner), Scarlet Witch (Elizabeth Olsen) dan Ant-Man (Paul Rudd). Nah dipertengahan cerita ada pula superhero yang merubah dukungannya loh ;). Walaupun jumlah superhero yang dihadirkan pada Captain America: Civil War (2016) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan versi komiknya, kehadiran mereka semua tentunya menjadi magnet bagi saya untuk tetap menonton film ini.

CivilWar9

CivilWar10

CivilWar16

CivilWar13

CivilWar6

CivilWar24

CivilWar20

CivilWar19

CivilWar15

CivilWar11

CivilWar3

CivilWar14

CivilWar8

CivilWar5

CivilWar2

Saya lihat kehadiran Black Panther, Spider-Man dan Ant-Man cukup menarik perhatian. Black Panther tampil lumayan keren dengan kostum serba hitam dan kelincahan yang mirip Wolverine. Ant-Man kali ini menampilkan kemampuan yang belum pernah ditampilkan pada film Marvel sebelumnya. Spider-Man?? Saya agak kaget melihat Spider-Man yang hak ciptanya sudah dibeli oleh perusahaan lain ternyata dapat hadir pada film Marvel. Sebagai salah satu icon komik Marvel, saya lebih suka dengan Spider-Man dibandingkan Captain America :D. Kehadiran mereka mampu mengobati kekecewaan saya karena keabsenan Thor dan Hulk pada Captain America: Civil War (2016).

CivilWar17

CivilWar26

CivilWar7

Walaupun ceritanya agak klise dan relatif mudah ditebak alurnya, Captain America: Civil War (2016) terbilang sedikit lebih unggul daripada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) dari segi cerita. Tapi kalau dari segi kostum dan adegan aksi, Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) tetap lebih unggul. Dengan demikian, rasanya Captain America: Civil War (2016) layak untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Di dalam dunia DC Comics, pesaing Marvel Comics, ada pula kisah perseteruan yang melibatkan banyak superhero yaitu Injustice, whaaa kapan yaaa Injustice ada versi filmnya :).

Sumber: marvel.com/CaptainAmericaPremiere

 

Batman V Superman: Dawn of Justice (2016)

Superman Batman 1

Setelah penantian panjang, akhirnya pada tahun 2016 ini DC Comics menghadirkan 2 superhero mereka yang paling terkenal dalam 1 film layar lebar. Superman dan Batman tidak hanya menjadi icon DC Comics yang paling terkenal, namun rasanya kedua superhero tersebut merupakan 2 superhero paling terkenal dan terpopuler sepanjang masa. Bagi saya pribadi, nama besar keduanya mampu mengalahkan deretan superhero-superhero keluaran Marvel mulai dari Spiderman, Iron Man, Hulk, Deadpool, X-Men, Punisher, Ant Man sampai Thor :).

Kali ini Superman dan Batman hadir dalam Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) yang mengambil latar belakang keadaan beberapa bulan setelah pertempuran maha dahsyat pada Man of Steel (2013) berakhir. Pemeran Superman atau Clark Kent masih sama seperti pada Man of Steel (2013) yaitu Henry Cavill. Sedangkan Batman atau Bruce Wayne tidak diperankan lagi oleh Christian Bale yang sebelumnya suskes memerankan Batman pada Trilogi Dark Knight. Ben Affleck lah yang kali ini hadir sebagai Batman.

Superman Batman 12

Superman Batman 11

Superman Batman 15

Dikisahkan bahwa perkelahian antara Superman dan Jendral Zod (Michael Shannon) pada Man of Steel (2013) memakan banyak korban jiwa. Sebagian masyarakat menganggap Superman sebagai pahlawan, namun sebagian lagi sangat membenci Superman dan menyalahkan Superman atas kehancuran dan kematian yang terjadi pada Man of Steel (2013).

Superman Batman 9

Superman Batman 13

Superman Batman 7

Superman Batman 6

Hal ini dimanfaatkan oleh Lex Luthor (Jesse Eisenberg) untuk memperburuk hubungan antara Superman dan Batman. Batman memang beraksi di Gotham dan Superman beraksi di Metropolis, dua kota yang berbeda. Namun keduanya saling melihat dan mengamati aksi satu sama lain. Beberapa tindakan Batman tidak sesuai dengan pemikiran Superman, sebaliknya Batman pun kurang setuju dengan beberapa tindakan Superman meskipun keduanya sama-sama membela kebenaran dan memerangi kejahatan. Pada bagian ini, saya rasa alasan kenapa Batman dan Superman kurang suka satu sama lain tidak setajam alasan perseteruan Superman dan Batman yang dikisahkan pada komik The Dark Knight Returns karya Frank Miller pada 1986 :(.

Superman Batman 8

Superman Batman 10

Superman Batman 2

Superman Batman 16

Superman Batman 14

Superman Batman 5

Well, pada akhirnya, sesuai judulnya, Superman memang akan berkelahi dengan Batman pada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016). Perkelahian yang lumayan seru namun tidak seheboh dan sedahsyat perkelahian mereka berdua melawan . . . . . . Doomsday.

Superman Batman 3

Bagi teman-teman yang membaca komik Superman pasti tau siapa Doomsday. Bagian akhir dari film ini pun pasti hampir bisa ditebak arahnya kemana. Kemunculan Doomsday merupakan akhir sekaligus awal dari sesuatu, sesuatu itu merupakan alasan kenapa saya sudah pasti akan menonton sebuah film DC Comics berikutnya ;).

Tapi terus terang saya agak heran, fisik Doomsday pada film ini memang keren dan menyerupai komiknya, namun asal mula kelahiran Doomsday pada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) rasanya jauh melenceng dibandingkan asal mula kelahiran Doomsday pada versi komik. Alasan kenapa Lex Luthor menginginkan kematian Superman pun tidak terlihat jelas. Selain itu ceritanya terkadang nampak lompat-lompat karena film ini ingin menampilkan jalan cerita dari beberapa tokoh tapi perpindahannya kurang halus.

Berbicara soal tokoh, ternyata selain Batman dan Superman, ada tokoh-tokoh superhero lain yang muncul di Batman V Superman: Dawn of Justice (2016). Kita dapat melihat Wonder Woman (Gal Gadot), The Flash (Ezra Miller), Aquaman (Jason Momoa) dan Cyborg (Ray Fisher). Diantara keempatnya, Wonder Woman memperoleh porsi yang cukup besar. Lagu pengiring ketika Wonder Woman hadir dan ikut berkelahi pun merupakan lagu pengiring yang keren dan mampu membuat adegan perkelahian semakin seru. Adegan perkelahian yang melibatkan Wonder Woman merupakan bagian paling seru dari film ini.

Superman Batman 19

Superman Batman 18

Superman Batman 17

Saya nilai adegan perkelahian pada Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) memang tidak sebanyak Man of Steel (2013), namun rasanya lebih proporsional. Adegan perkelahian pada Man of Steel (2013) memang keren tapi agak terlalu banyak, overdosis :’D. Dengan didukung oleh special effect d an kostumyang keren, Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) mampu memberikan visualisasi yang cantik dan bagus untuk ditonton :).

Superman Batman 4

Film superhero DC Comics kali ini memang seru dan keren, namun beberapa kelemahan pada plot ceritanya membuat saya hanya mampu untuk memberikan nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan”. Bagaimanapun juga, film Batman V Superman: Dawn of Justice (2016) tetap layak untuk dijadikan hiburan dan kita tidak rugi kalau menontonnya di bioskop, durasinya 2 jam lewat gitu loh hehehehehe.

Sumber: batmanvsuperman.dccomics.com

Serial Gotham

Gotham 1

Gotham adalah kota tempat Batman beraksi membasmi kejahatan. Kota ini tidak benar-benar ada di negara manapun, Gotham hanya ada di komik Batman keluaran DC Comics. Film seri atau serial Gotham mengisahkan keadaan kota tersebut jauuuuh sebelum Batman datang, Bruce Wayne saja masih kecil.

Gotham 10

Gotham 13

Episode pertama Gotham diawali dengan kematian orang tua Bruce Wayne (David Mazouz), sebuah adegan yang hampir pasti muncul di setiap film Batman. Biasanya adegan tersebut hanya berupa cuplikan ingatan masa lalu, kemudian tiba-tiba Bruce Wayne sudah besar atau sudah menggunakan kostum Batman. Pada film seri ini, adegan tersebut berlanjut pada penyelidikan kematian pasangan Wayne oleh Detektif James Gordon (Ben McKenzie) dan Detektif Harvey Bollock (Donal Logue). Komisaris Gordon masih berpangkat detektif dan baru saja pulang ke Gotham setelah ia pergi berperang.

Gotham 3

Gotham 4

Gotham 6

Tidak hanya kisah masa lalu Bruce Wayne yang dikisahkan, tapi kisah masa lalu penjahat super yang kelak akan menjadi lawan Batman pun dikisahkan pada serial Gotham. Disana ada Oswald Cobblepot (Robin Lord Taylor) sebelum menjadi Penguin, Selina Kyle (Camren Bicondova) sebelum menjadi Catwoman, Edward Nygma (Cory Michael Smith) sebelum menjadi Riddler, Harvey Dent (Nicholas D’Agosto) sebelum menjadi Two Face, Ivy Pepper (Clare Foley) sebelum menjadi Poison Ivy, dan berbagai karakter DC Comics lain yang hadir di kehidupan Batman nantinya.

Gotham 15

Gotham 16

Gotham 14

Gotham 11

Gotham 5

Gotham 17

Gotham 8

 

Gotham 12

 

Gotham 7

Intrik-intrik yang serial Gotham sajikan penuh lika liku dan menarik untuk diikuti, saya melihat beberapa kejutan di sana terutama terkait dengan strategi yang Oswald Cobblepot jalankan, licik sekaleeeh saudara-saudara -__-. Tapi sayang bagi saya pribadi, keabsenan seorang superhero dari serial Gotham menyisakan lubang yang tidak dapat ditambal. Serial Gotham bukanlah serial superhero, sebab Detektif Gordon sebagai tokoh utama pada serial ini hanya mengandalkan kejujurannya, keahliannya sebagai detektif dan keberuntungannya. Gotham justru lebih banyak menyoroti asal mula tokoh-tokoh penjahat super lawan Batman sebelum mereka berhadapan dengan Batman. Bagi saya pribadi, serial Gotham mampu dijadikan hiburan di rumah sebelum film layar lebar Batman dan Superman hadir. Serial Gotham pantas untuk memperoleh nilai 3 dari skala maksimum 5 yang artinya “Lumayan” :).

 Sumber: www.dccomics.com/tv